Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI PELAYANAN BK DI SEKOLAH

Sulma Mafirja
sulmamafirja07@gmail.com
Jurusan Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang

Hj Sa’Adah
Jurusan Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
Pendidikan karakter merupakan salah satu gerakan pendidikan di sekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etika), olah rasa (estetika),
olah pikiran (literasi), dan olah raga (kinesteti) dengan dukungan melibatkan publik
dan kerja sama antar sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sementara layanan
bimbingan dan konseling merupakan salah satu program layanan yang turut andil
dalam pelaksanaan program di sekolah. Sehingga diharapkan implementasi penguatan
pendidikan karakter melalui pelayanan BK di sekolah dapat dilaksanakan dan
diterapkan dengan efektif dan efesian, agar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal
bagi perkembangan nilai-nilai karakter yang ada pada peserta didik.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Layanan Bimbingan dan Konseling

PENDAHULUAN mampu mencapai kebahagian hidup, Akbar


Pendidikan merupakan salah satu (2011:110)
lembaga pendidikan formal yang menuntut Selanjutnya, tujuan pendidikan
akan terlaksananya seluruh program yang nasional menurut UU no 20 Tahun 2003
ada di sekolah demi tercapainya tujuan dari tentang SIDIKNAS dalam pasal 3 ayat (1)
pendidikan itu sendiri. Selain itu, mengembangkan kemampuan dan memben-
pendidikan formal atau lebih di kenal tuk watak serta peradaban bangas yang
dengan sistem persekolahan, mempunyai bermartabat dalam rangka mencerdasakan
peranan yang amat menentukan perkem- kehidupan bangsa. Sedangkan dalam pasal
bangan potensi manuia secara maksimal, 3 ayat (2) untuk berkembangnya potensi
sehingga manusia itu memiliki ketajaman peserta didik agar menjadi manusia yang
respon terhadap lingkungan, keterampilan, beriman dan bertaka kepada Tuhan Yang
ehat dan berkehidupan yang baik, koperatif, Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
mempunyai motivai yang tinggi untuk cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
berprestasi, mampu berkompetensi, toleran, Negara yang demokrasi serta bertanggung
dapat menghargai pendapat orang lain, dan jawab.

22
Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pelayanan BK di Sekolah (Sulma Mafirja & Jj Sa’Adah)

Pendidikan karakter merupakan berbasis pada budaya sekolah dan


gerakan pendidikan di sekolah untuk masyarakat. Dengan demikian, diharapkan
memperkuat karakter siswa melalui pendidikan karakter ini dapat menghasilkan
harmonisasi olah hati (etika), olah rasa atau menciptakan output yang memang
(estetika), olah pikiran (literasi), dan olah bekerja sesuai dengan 4 dimensi perkem-
raga (kinesteti) dengan dukungan melibat- bangan. (Kementrian Pendidikan Dan
kan publik dan kerja sama antar sekolah, Kebudayaan Indonesia).
keluarga, dan masyarakat yang merupakan Selain itu diharapkan pendidikan
bagian dari Gerakan Nasional Revolusi karakter ini dapat diimplementasikan
Mental (GNMR). Sedangkan menurut dengan menggunakan bantuan dari layanan
Lickona menyatakan bahwa pengertian bimbingan dan konseling. Konselor sekolah
pendidikan karakter adalah suatu usaha adalah guru yang melayani dan memberikan
yang disengaja untuk membantu seseorang layanan di lembaga pendidikan, menawar-
sehingga ia dapat memahami, memperha- kan bantuan konseling bagi siswa untuk
tikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang mengetahui dan menerima kepribadiannya
inti. Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan yang terus berkembang; untuk membuat
karakter yaitu, Religius, Jujur, Toleransi, keputusan dan pilihan mengenai suatu
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, permasalahan yang mana konseli diharap-
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat kan mampu; untuk menangani masalah-
Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai masalah yang dia temui; untuk mengem-
prestasi, Bersahabat/ komunikatif, Cinta bangkan kemampuan dan potensi yang dia
Damai, Gemar membaca, Peduli ling- miliki demi tercapainya aktualisasi diri
kungan, Peduli sosial, Tanggung jawab. yang lebih baik. Konselor sekolah umum-
Relasi ini menghadirkan kontrol nya melakukan kegiatan mereka dengan
terhadap diri sendiri, terhadap hasrat diri berbagai jenis layanan baik secara individu
untuk melakukan yang benar terhadap maupun kelompok, dan di lakukan dengan
orang lain (Lickona, 1991:50). Selanjutnya cara konseling, bimbingan, konsultasi,
dia juga mengatakan bahwa karakter adalah koordinasi, manajemen kasus, kurikulum
nilai-nilai yang beroperasi dan beraksi bimbingan, perencanaan program, mana-
untuk merespon situasi dan terdiri dari jemen dan evaluasi (ASCA, 2007; Fitch &
pengetahuan tentang moral, perasaan moral, Marshall, 2004; Kuhn 2004; Morrissette,
dan tingkah laku. Dan juga pendidikan 2000; Paisley & Mc Mahon, 2001).
karakter adalah bagaimana nilai-nilai Selain diharapkannya peran kon-
karakter tersebut diproses dalam interaksi selor, Guru dan orang tua di semua ting-
pembelajaran agar menjadi kompetensi, katan kelas sepakat pada tiga nilai karakter
keinginan, dan kebiasaan (Akbar, yang paling penting untuk pembela-
2011:114). jaran.tiga karakter tersebut adalah sebagai
Fokus penguatan pendidikan berikut: (1) menghormati diri sendiri dan
karakter lebih kepada struktur program, orang lain, (2) kejujuran, dan (3) kontrol
struktur kurikulum, struktur kegiatan. Yang diri/disiplin. Dan tiga poin yang paling
mana pendidikan karakter juga berbasis utama adalah sebagai berikut: (1)
tidak hanya pada kelas melainkan juga

23
Satya Widya, Vol. 34, No. 1. Juni 2018: 22-30

ketekunan, (2) motivasi, dan (3) empati. telah dilakukan di bidang perkembangan
(Cletus R. Bulach: 2000). kognitif (Gibbs 2006; Narvaez, 2001);
Dengan demikian diharapkan kebajikan karakter (LicNona, 1999); dan
pengembangan pendidikan karakter pada pembelajaran sosial (Anderson, 2000;
siswa di sekolah dapat dikembangkan Wynne, 1997). Pendekatan perkembangan
dengan menggunakan bantuan atau layanan berteori bahwa anak-anak mengembangkan
dalam bimbingan dan konseling, mengingat moral secara bertahap. Teori ini dikem-
bahwa tujuan utama dari layanan konseling bangkan oleh Lawrence Kohlberg dan mirip
adalah untuk mengembangkan potensi yang dengan model yang dikembangkan oleh
ada pada siswa. Jean Piaget (Kohlberg, 1989).
PEMBAHASAN Para ahli menafsirkan pendidikan
karakter dalam berbagai perspektif, untuk
Pendidikan Karakter contoh, pendidikan karakter berasal dari
Karakter merupakan ciri khusus tahap pembentukan karakter (Marten,
yang melekat pada seseorang, keluarga, dan 2004), dimensi psikologis (LicNona, 1991),
komunitas. Karakter adalah konsisten dan penilaian moral (Piaget, 1967; Kohlberg;
dapat diprediksi ditunjukkan oleh kecen- 1976), dan pedagogis pendekatan
derungan perilaku. Perilaku tidak berdiri (Berkowitz, 2002). Marten (2004)
sendiri, tetapi terintegrasi dengan sikap dan menjelaskan bahwa ada tiga tahapan yang
nilai-nilai (Lapsley, DK & Narvaez, D., harus dilakukan dalam pendidikan karakter,
2006). Pengembangan karakter dimulai dari yaitu identifikasi nilai-nilai, nilai
pembentukan sikap berdasarkan nilai-nilai pembelajaran dan memberikan kesempatan
tertentu, seperti nilai-nilai agama, budaya, untuk menerapkan nilai tersebut.
termasuk ideologi negara. Karakter Pendidikan karakter psikologis meliputi
seseorang bukanlah hasil dari penilaian penalaran moral dimensi, perasaan moral,
terhadap sikap dan perilaku diri sendiri, dan perilaku moral (LicNona, 1991), atau
tetapi merupakan hasil dari penilaian orang dalam arti moralitas yang mencakup utuh
lain. Karakter tidak dilahirkan dari retorika sebagai pertimbangan moral dan perilaku
mulia atau niat baik semata, tetapi karakter moral baik moralitas yang berdasarkan pada
lahir dari kejujuran dan loyalitas yang orientasi dan perkembangan moralitas
melekat pada nilai-nilai moral (Josephson. sosial (Piaget, 1967; Kohlberg; 1976).
M, 2013). Konseptualisasi Karakter Pribadi
Pendidikan karakter, konsep
pengembangan kesadaran moral pada siswa Pendidikan Karakter yang mengacu
(LicNona, 1999), muncul dari psikologis, pada judul kurikulum yang mendidik siswa
pembelajaran sosial, dan kerangka berpikir tentang seperti peduli, kewarganegaraan,
perkembangan kognitif. Sebuah tinjauan keadilan, rasa hormat, tanggung jawab, dan
literatur mengungkapkan keprihatinan kepercayaan. Pusat Kurikulum Departemen
dalam menemukan pendekatan yang paling Pendidikan (Menteri Pendidikan Nasional
mujarab untuk mengembangkan karakter 2010) menyatakan bahwa untuk lebih
siswa. Studi dalam pendidikan karakter memperkuat pelaksanaan pendidikan
karakter di satuan pendidikan Indonesia

24
Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pelayanan BK di Sekolah (Sulma Mafirja & Jj Sa’Adah)

telah mengidentifikasi 18 nilai-nilai yang x Semangat Kebangsaan: tindakan,


berasal dari agama, Pancasila (ideologi dan suara yang menempatkan
nasional), budaya, dan tujuan pendidikan kepentingan bangsa dan negara di
nasional, yaitu : atas diri sendiri dan kepentingandan
kelompok
x Agama: Sikap dan perilaku taat
dalam melaksanakan ajaran agama x Cinta Tanah Air: tindakan, dan
mereka, praktek. agama toleran suara yang menempatkan kepen-
terhadap orang lain, dan hidup tingan bangsa dan negara di atas diri
harmonis dengan agama-agama lain. sendiri dan menghargai kelompok
x Jujur: perilaku yang berdasarkan x Prestasi: Sikap dan tindakan yang
pada upaya untuk sesuai dirinya mendorong dirinya untuk meng-
sebagai orang yang selalu dapat hasilkan sesuatu yang berguna bagi
dipercaya dalam kata, tindakan, dan masyarakat, mengakui dan meng-
pekerjaan. hormati keberhasilan orang lain.
x Toleransi terhadap Keaneka- x Ramah / Komunikatif: Sikap dan
ragaman: Sikap dan tindakan yang tindakan yang mendorong dirinya
menghormati perbedaan agama, ras, untuk peduli dan lebih aktif terhadap
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain.
orang lain yang berbeda dari diri x Cinta Perdamaian: Sikap dan
mereka sendiri tindakan yang mendorong dirinya
x Disiplin: Tindakan yang menunjuk- untuk cinta akan kedamaian yang
kan perilaku tertib dan mematuhi ada di lingkungannya.
berbagai aturan dan peraturan x Gemar Membaca: Kebiasaan untuk
x Kerja keras: Tindakan yang membaca berbagai bacaan yang
menunjukkan tertib perilaku dan memberikan kebajikan bagi dirinya
mematuhi berbagai aturan dan x Peduli Lingkungan: Sikap dan
peraturan. tindakan yang dilakukan untuk
x Kreatif: menipis dan melakukan mencegah kerusakan alam ling-
sesuatu untuk menghasilkan cara kungan sekitarnya, dan mengem-
baru atau hasil dari sesuatu yang bangkan upaya-upaya untuk men-
telah diselenggarakan coba dan untuk memperbaiki
kerusakan lingkungan yang telah
x Independen: Sikap dan perilaku terjadi
yang tidak mudah tergantung pada
orang lain untuk menyelesaikan x Kepedulian Sosial: Sikap dan
tugas tindakan selalu ingin anggota
membantu orang lain dan masya-
x Demokrat: Cara individu dalam rakat yang membutuhkan.
berperilaku, dan bertindak hak yang
sama dan kewajiban menilai dirinya x Tanggung Jawab: Sikap dan
dan orang lain perilaku seseorang untuk melak-
sanakan tugas dan kewajibannya,
x Curiosity: Sikap dan tindakan yang harus dilakukan, terhadap diri
sebagai mencoba untuk menentukan sendiri, masyarakat, lingkungan
kedalaman dan penyebaran sesuatu (alam, sosial, dan budaya), Negara
yang dipelajari, dilihat, dan dan Tuhan Yang Maha Esa.
didengar.

25
Satya Widya, Vol. 34, No. 1. Juni 2018: 22-30

Layanan Bimbingan dan Konseling Implementasi Pendidikan Karakter


Bimbingan dapat diartikan sebagai Melalui Pelayanan BK di Sekolah
sesuatu proses pemberian bantuan kepada Penerapan pendidikan karakter juga
individu yang dilakukan secara berkesinam- diharapkan tidak akan terlepas dari
bungan, supaya individu tersebut dapat pelayanan BK di sekolah. Pelayanan BK di
memahami dirinya sendiri, sehingga dia sekolah merupakan salah satu layanan yang
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat juga dapat memberikan perubahan pada
bertindak secara wajar, sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta
tuntutan dan keadaaan lingkungan sekolah, didik, baik dalam proses belajar mengajar,
keluarga, masyarakat dan kehidupan pada religius, sosial, dan karir dari peserta didik
umumnya, Bimbingan membantu individu itu sendiri.
mencapai perkembangan diri secara optimal Implementasi pendidikan karakter
sebagai makhluk sosial. Konseling malalui pelayanan BK di sekolah,
merupakan suatu upaya bantuan yang diharapkan mampu untuk meningkatkan
dilakukan dengan empat mata atau tatap nilai-nilai karakter yang ada pada peserta
mukaantara konselor, dan konseli yang didik/siswa. Karena dalam pelayanan BK
berisi usaha yang selaras, unik, human itu sendiri sudah menekankan pada empat
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana bidang layanan, yaitu pribadi, sosial, belajar
keahlian dan yang didasarkan atas norma- dan karir. Sedangkan dalam pendidikan
norma yang berlaku, agar konseli karakter juga lebih menekan kan pada nilai-
memperoleh konsep diri dan kepercayaan nilai yang terdiri dari 18 nilai-nilai dan
diri sendiri dalam memperbaiki tingkah terdiri dari 4 dimensi perkembangan.
lakunya saat ini dan mungkin pada masa Pendidikan karakter jauh lebih mungkin
yang akan datang. untuk bekerja ketika itu dirancang dengan
Secara umum tujuan pelaksanaan baik, ketika hal itu bergantung pada prinsip-
layanan bimbingan dan konseling adalah prinsip berbasis penelitian dan kerangka
berupaya membantu siswa menemukan konseptual bermakna, dan ketika itu
pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan sepenuhnya dan akurat dilaksanakan.
dan kelemahan dirinya, serta menerima Dalam pendidikan (1) karakter
dirinya secara positif dan dinamis sebagai pendek dapat bekerja dan sering
modal pengembangan diri lebih lanjut. melakukan, (2) dampak pendidikan karakter
Jenis layanan bimbingan dan konseling yang efektif berbagai kognitif siswa, afektif,
terselenggara harus sesuai dengan empat perilaku, dan hasil akademik, dan (3) kita
bidang bimbingan yaitu: (1). Bidang dapat mengidentifikasi aspek-aspek tam-
bimbingan Pribadi (2). Bidang bimbingan paknya sangat terkait dengan efektivitas.
sosial (3). Bidang bimbingan belajar (4). Jadi mari kita memeriksa apa yang kita
Bidang bimbingan karier. (Nur Kholis: ketahui tentang karakteristik pendidikan
2015). karakter yang efektif. Pengembangan
profesional. Mengingat kompleksitas,
masuk akal bahwa untuk mencoba untuk
menerapkan budaya sekolah yang

26
Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pelayanan BK di Sekolah (Sulma Mafirja & Jj Sa’Adah)

komprehensif dan reformasi pedagogis Guru Bimbingan dan Konseling atau


tanpa pelatihan yang memadai tidak Konselor bertanggung jawab atas kegiatan
mungkin menjadi terlalu sukses dalam pembelajaran yang terkait dengan
penerapan pendidikan karakter pada peserta pelayanan BK untuk sejumlah peserta didik.
didik. Semua program pendidikan karakter Oleh sebab itu, disekolah harus diadakan
yang efektif termasuk setidaknya opsional pelayanan bimbingan dan konseling. Tujuan
pengembangan profesional. Kepemimpinan. pelayanan bimbingan dan konseling adalah
Sebuah bukti-bukti telah memusatkan agar konseli dapat merencanakan kegiatan
perhatian pada pentingnya kepemimpinan penyelesaian studi, perkembangan karir
sekolah dalam pendidikan karakter, dan serta kehidupannya di masa depan,
perubahan sekolah dan reformasi pada mengembangkan seluruh potensi dan
umumnya. Pemimpin sekolah yang benar- kekuatan yang dimilikinya seoptimal
benar perlu menghargai pendidikan karak- mungkin, menyesuaikan diri dengan ling-
ter, memahami secara mendalam apa yang kungan, mengatasi hambatan dan kesulitan
memerlukan, dan memiliki kompetensi yang dihadapi serta pengembangkan
untuk menjadi pendidikan karakter karakter secara maksiamal. Adapun manfaat
pemimpin instruksional. pengembangan karakter melalui layanan
Selain pemimpin sekolah, konselor bimbingan dan konseling ini ialah : (1) agar
juga memberikan dampak perubahan terha- siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan
dap manajemen perubahan di sekolah, masalahnya, (2) agar siswa lebih bisa
seperti pengembangan budaya dan kepe- menerapkan sopan santun yang baik di
mimpinan sekolah dalam PPK (Penguatan kalangan masyarakat, (3) agar siswa bias
Pendidikan Karakter) fungsi transformatif menghargai setiap proses belajar yang
kepala sekolah. Selain itu, ada banyak mereka alami baik di sekolah maupun di
alasan untuk berinvestasi dalam pendidikan rumah, dan (4) agar siswa lebih bisa
karakter. Namun, apa pun alasannya, itu memahami dirinya dengan baik. (Prasetyo,
harus menjadi bagian dari misi utama dkk, 2017)
sekolah. Terlalu banyak misi yang gerak Selain itu, penerapan pendidikan
tubuh hanya berperan untuk memeriksa dari karakter juga tersusun atas tiga bagian,
satu kewajiban lagi, dan tidak ada seperti yang dijeskan oleh (Zubaedi, 2011:
hubungannya dengan mengarahkan 13 dalam Ramdhani, 2014) yakni: moral
kehidupan sekolah. Sebelas Prinsip CEP knowing (pengetahuan moral), moral
Pendidikan Karakter Efektif menyoroti titik feeling (perasaan moral), dan moral
bahwa pendidikan karakter harus tercermin behavior (perilaku moral). Karakter yang
dalam semua aspek kehidupan sekolah. baik terdiri dari pengetahuan tentang
Charles Elbot dan David Fulton The kebaikan (knowing the good), keinginan
Disengaja Budaya Sekolah (2008) mena- terhadap kebaikan (desiring the good), dan
warkan panduan lengkap untuk bagaimana berbuat kebaikan (doing the good). Dalam
sekolah bergerak melalui tahapan hal ini, diperlukan pembiasaan dalam
membangun inisiatif misi-driven yang pemikiran (habits of the mind), dan
komprehensif. pembiasaan dalam tindkan (habits of the
heart), dan pembiasaan dalam tindakan

27
Satya Widya, Vol. 34, No. 1. Juni 2018: 22-30

(habit of the action). Tentunya bagian ini PENUTUP


juga sesuai dengan tujuan dari perkem-
Seperti yang diharapkan oleh
bangan dan layanan dalam bimbingan dan
pemerintah Indonesia bahwa pelaksanaan
konseling.
kurikulum baru bernama Kurikulum 2013
Namun demikian, masih banyak
yang menekankan perlunya pendidikan di
ditemukan dilapangan bahwa Implementasi
sekolah-sekolah untuk mengembangkan
pendidikan karakter belum menyentuh
sumber daya manusia yang pengetahuan,
dimensi penghayatan afektif dan masih jauh
pemahaman dan memiliki karakter yang
dari tataran pengamalan nilai secara nyata
kuat. Untuk tujuan ini, beberapa sekolah
dalam tindak perilaku hidup terpelajar
tinggi telah dipilih untuk menerapkan
sehari-hari. Konsep dasar yang dipergu-
kurikulum baru ini sebagai sekolah
nakan sebagai orientasi pendidikan karakter
percontohan; mereka telah menerapkan
di Indonesia juga tidak jelas ujung pangkal-
program pendidikan karakter. (Rahmi
nya. Dari mana berangkatnya dan mau ke
Fahmyak: 2015)
mana pendidikan karakter dibawa, landasan
Implementasi pendidikan karakter
filosofisnya tidak mudah ditemukan. Arthur
malalui pelayanan BK di sekolah,
(2014:205) mengamati bahwa gerakan
diharapkan mampu untuk meningkatkan
pendidikan karakter ini tidak memiliki
nilai-nilai karakter yang ada pada peserta
perspektif teoretis dan dasar praktek
didik/siswa. Karena dalam pelayanan BK
bersama. (dalam Barus, 2015).
itu sendiri sudah menekankan pada empat
Dengan penjelasan di atas maka
bidang layanan, yaitu pribadi, sosial, belajar
dapat dipahami bahwa implementasi
dan karir. Sedangkan dalam pendidikan
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
karakter juga lebih menekan kan pada nilai-
mengguanakan layanan dalam bimbingan
nilai yang terdiri dari 18 nilai-nilai dan
dan konseling yang tentunya tetap menuntut
terdiri dari 4 dimensi perkembangan yaitu
pada perubahan atau perkembangan dari
oleh pikir, olah hati, olah karsa dan olah
nilai-nilai karakter yang dimiliki oleh
raga. Pendidikan karakter jauh lebih
peserta didik dan berfokus memang hanya
mungkin untuk bekerja ketika itu dirancang
pada perubahan prilaku kearah yang lebih
dengan baik, ketika hal itu bergantung pada
positif dan optimal. Selain itu dalam
prinsip-prinsip berbasis penelitian dan
layanan bimbingan dan konseling juga
kerangka konseptual bermakna, dan ketika
menekankan pada peruabahan tingkah laku
itu sepenuhnya dan akurat dilaksanakan.
atau prilaku dari peserta didiknya dalam
Selain diharapkannya peran konselor, Guru
menghadapi setiap permasalahan yang
dan orang tua di semua tingkatan kelas
mereka hadapi. Walupun dalam implement-
sepakat pada tiga nilai karakter yang paling
tasinya masih banyak sekolah atau lembaga
penting untuk pembelajaran.tiga karakter
pendidikan yang belum terlalu paham dan
tersebut adalah sebagai berikut: (1)
mengerti dari mana awal mulanya akan di
menghormati diri sendiri dan orang lain, (2)
kembangakan dan dibentuk pendidikan
kejujuran, dan (3) kontrol diri / disiplin.
karakter.
Dan tiga poin yang paling utama adalah
sebagai berikut: (1) ketekunan, (2) motivasi,

28
Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui Pelayanan BK di Sekolah (Sulma Mafirja & Jj Sa’Adah)

dan (3) empati. (Cletus R. Bulach: 2000). Research Association at Clearwater,


REFERENSI FL,2-17-2000.
Elbot, C. F., & Fulton, D. (2008). Building
Akbar K Setiawan. (2011). Integrasi an intentional school culture:
Pendidikan Karakter Dalam Excellence in academics and
Pembelajaran Berbasis Interkultural. character. Thousand Oaks, CA:
Fbs Universitas Negeri Yogyakarta Corwin.
Anderson, D. (2000). Character Education: Gendon Barus, 2015, Menakar Hasil
who is responsible? Journal of Pendidikan Karakter Terintegrasi Di
Instructional Psychology, 27(3), 139 Smp, Cakrawala Pendidikan, Juni
Arthur, J. dalam Larry P. Nucci & Darcia 2015, Th. Xxxiv, No. 2
Nar- vaez. 2014. Handbook Gibbs, J. (2006). Should Kohlberg’s
Pendidikan Moral dan Karakter. cognitive developmental approach to
Bandung: Nusa Media. morality be replaced with a more
ASCA-American School Counselor pragmatic approach? Comments on
Association (2007). Careers / Roles. Krebs and Denton (2005).
Retrieved January 4, 2007, from Psychological Review, 22 (3), 666-
http://www.schoolcounselor.org. 667.
Baysal, A. (2004). Josephson, M. (2003), Josephson Institute
Berkowitz, M.W. (2002). The science of of Ethics and Character Counts,
character education. In W. Damon www.josephsonInstitute.org
(Ed.), Bringing in a new era in (Diakses tgtl 10 sep.2013)
character education (pp. 43-63). Kementrian Pendidikan Nasional. (2010).
Standford CA. Hoover Institution Pembangunan Pendidikan Budaya
Press. dan Karakter Bangsa: Pedoman
Budi Prasetyo, Heny Apriani Dan Beny Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang
Dwi Pratama, 2017, Pengembangan Kemendiknas.
Pendidikan Karakter Melalui Kohlberg, L. (1976). “Moral Stages and
Pelayanan Bimbingan Dan Moralization. The Cognitive-
Konseling, Prosiding Snbk (Seminar Developmental Approach.” Moral
Nasional Bimbingan Dan Development and Behavioral:
Konseling) Vol. 1 No.1 (Mei 2017) Theory, Research and Issue,
Online Issn 2580-216x. Thomas Lickona (ed) News York:
Bulach, C. R. (2000). Bullying behavior at Holt, Rinehart, Winston
the middle school level: Are there Kuhn, L. (2004). Student Perceptions of
gender differences? Paper presented School Counselor Roles and
at the American Educational Functions. s thesis. University of
Research Association at New Maryland, Baltimore. Kuzgun, Y.
Orleans, LA, 4-27-2000 mesleki g development in
Bulach, C. R. (2000). External factors that elementary school). (Y. Kuzgun,
affect bullying behavior. Paper Ed.) (pp.125-15
presented at theEastern Educational

29
Satya Widya, Vol. 34, No. 1. Juni 2018: 22-30

Lapdley, D.K & Narvaez, D. (2006). counseling programs)., 10, 132-145.


Character education. In Vol 4 (A. s sl 10 (18), 1-17.
Renninger & I. Siegal, volume Narvaez, D. (2001). Moral text
Eds.). Handbook of Child comprehension: Implications for
Psychology (Damon & R. Lerner, education and research Journal of
SSeries Eds.) (pp. 248-296). Moral Education, 30(1), 43-54
Newww York: Wiley. Nur Kholis , (2015). Pelaksanaan Layanan
Lickona, T. (2004). Character Matters. Bimbingan Dan Konseling.
New York, NY: Simon & Schuster Pendidikan Bimbingan dan
Licnona, Thomas. (1999). Characteer Konseling: Semarang
Education: The cultibation of Virtue. Paisley, PO & Mc Mahon, HG (2001).
In C. M. Reigeluth (Ed.), School counseling for the 21.st
Instructional-design theories and century: challenges and
models: A new paradigm of oppurtunities. Professional School
instructional theory (pp. 594-612). Counseling, 5 (2), 106-116.
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Piaget, J. (1967/1971). Biology and
Associates knowledge: an essay on the relation
Lickona,T. (1991). Educating for between organic regulation and
character:How our schools can teach cognitive processes. Chicago:
respect and responsibility.New University of Chicago Press.
York: Bantam Books, 51 Rahmi, Dkk. (2015). Measuring Student
Marten, R. (2004). Successful Coaching, Perceptions to Personal Characters
3th edition, Champaign, IL: Human Building in Education: An
kinetics Indonesian Case in Implementing
Morrissette, P. (2000). School counselor ew Curriculum in High School.
well-being. Guidance and Procedia - Social and Behavioral
Counseling,16 (1), 2-9. Sciences 211 ( 2015 ) 851 – 858.
Muhammad Ali Ramdhani, 2014, Padang. Indonesia
Lingkungan Pendidikan Dalam Sidiknas Uu No 20 Tahun 2003
Implementasi Pendidikan Karakter , Wynne, E. (1997). For Character education.
Jurnal Pendidikan Universitas In A. Molnar (Ed), The Construction
Garut, Vol. 08; No. 01; 2014; 28-37, of Children’s character The
Issn: 1907-932x construction of children’s character.
Myrick, RD (2003). Developmental Ninety-sixth yearbook of the
guidance and counseling: a practical national society for the study of
approach. Minneapolis:Educational education (pp. 63-76). Chicago, IL:
Media Corporation.(Perceptions and University of Chicago Press.
evaluations of teachers on Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan
comprehensive/developmental Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
guidance and psychological dalam Lembaga Pendidikan.
Jakarta: Kencana.

30

Anda mungkin juga menyukai