Oleh:
NIM : 201910601038
Kelas/Kelompok : B/4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Asam klorida atau asam hidroklorik merupakan zat kimia yang berbentuk
cair, berwarna kekuning-kuningan, bersifat asam, memiliki titik lebur 108,58 0C
dan titik didih -62,250C. Bersifat larut pada air hangat, air dingin dan dietil eter,
memiliki gravitasi spesifik sebesar 1,1-1,19, tekanan uap 16 kPa dan berbau
tajam. Zat ini cenderung bersifat stabil, namun bersifat korosif terutama terhadap
bahan-bahan yang mengandung aluminium, tembaga, hingga stainless steel.
Apabila terjadi kontak dengan kulit dapat menyebabkan korosi, iritasi dan rasa
terbakar. Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi akut, rasa terbakar, dan
nekrosis kornea. Apabila terhirup langsung dapat menyebabkan hidung,
tenggorokan, dan laring terasa seperti terbakar, batuk,bersin, rasa tersedak, rasa
sesak di dada dan dapat menimbulkan gangguan pada system urin bila sampai
terminum. Apabila terjadi kontak langsung pada mata dan kulit langsung bilas
dengan air mengalir ±15 menit. Beri krim anti-bakteri apabila terjadi kontak serius
dengan kulit. Pergilah ke ruang terbuka apabila terhirup langsung dan apabila
tertelan jangan langsung dimuntahkan, langsung hubungi pihak medis terkait
(Sciencelab, 2020).
Memiliki nama MSDS lain Xylene cyanole solutions atau dikenal sebagai
Methyl orange-Xylene cyanol. Memiliki tampilan larutan berwarna hijau keabu-
abuan, bersifat stabil pada suhu dan tekanan normal, tidak berbau, massa jenis 1.0,
titik didih 1000C dan titik leleh 00C. Kontak langsung dengan metil orange dapat
menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, gangguan pencernaan apabila tertelan
dan ganggua pernafasan apabila terhirup langsung. Bilas mata dan kulit dengan air
selama ±15 menit, beri penanganan pertama apabila tertelan, beri oksigen bila
diperlukan dan pergi ke ruangan terbuka apabila terhirup langsung (Labchem,
2018).
2.1.4 Boraks
1. Stoikiometri reaksi antara titran dan analit harus diketahui lebih dahulu.
Jika tidak, kita tidak dapat mengetahui jumlah mol dari titran untuk
mencapai titik ekivalen.
2. Reaksi titrasi harus dilaksakan secara cepat. Apabila kita menambahkan
zat titran terlalu cepat, maka dapat mempengaruhi nilai titik ekivalen
secara signifikan.
3. Namun, apabila titrasi terlalu lambat reaksi titrasi atau perubahan indikator
tidak akan berlangsung. Sehingga, perlunya penggunaan strategi titrasi
yang tepat (Harvey, 2000).
Kesalahan titrasi dapat terjadi apabila titik akhir titrasi tidak sama dengan
titik ekivalen (sebesar ≤ 0.1%). Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor seperti
zat titran yang berlebih, tidak terjadi reaksi antara indikator dengan titran, atau
titran tidak berekasi dengan analit. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut
dengan penambahan larutan blanko pada proses titrasi. Larutan blanko merupakan
larutan yang terdiri atas seuruh pereaksi kecuali analit. Untuk mengetahui nilai
ekivalen secara eksperimental,biasanya dibuatlah kurva titrasi yang menyatakan
hubungan antara –log [H+], –log [H-], atau E (volt) dengan volume (Haryadi,
1990).
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
1. Labu ukur
2. Gelas Beaker
3. Pipet Volumetrik
4. Buret
5. Erlenmeyer
6. Standart / Statif
3.1.2 Bahan
1. HCl 0,1 N
2. Indikator Phenolpthalein
3. metil orange
4. Boraks (Na2B4O7.10H2O)
Masukkan ke
Larutkan dalam akuades
Masukkan ke dalam gelas
Labu ukur 250 mL
beaker
Tambah akuades
Masukkan larutan
HCl ke dalam buret
Kocok hingga homogen
4.2 Pembahasan
Standarisasi larutan dapat dilakukan dengan metode titrasi. Prinsip titrasi
sendiri ialah menentukan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikannya
dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar). Dalam
proses titrasi, reaktan atan zat titran ditempatkan pada biuret berskala
milimeter dan zat titrat ditempatkan pada erlenmeyer. Zat titran ditambahkan
sedikit demi sedikit hingga tercapai titik ekivalen, dimana secara
stoikiometri zat titran dan zat titrat tepat habis bereaksi. Saat titik ekivalen
telah tercapai, proses titrasidihentikan, lalu mencatat volume dari titran yang
dipakai. Dari data yang didapat dapat ditentukan kadar titran yang sedang
dicari (Shochichah, 2010).
Untuk menentukan titik ekivalen pada suatu titrasi asam-basa, terdapat dua
cara umum. Yang pertama, dengan caramenggunakan pH meter selama
proses titrasi berlangsung, dan membuat plot-plot antara pH meter dengan
volume titran untuk mendapat kurva titrasi.nantinya titik tengah dari kurva
yang didapat itulah yang digunakan sebagai titik ekivalen. Cara kedua
dengan menggunakan indikator asam-basa yang ditambahkan saat titrasi
berlangsung. Indikator ini dapat menunjukkan perubahan warna saat titik
ekivalen telah tercapai, dan menjadi indikator untuk menghentikan proses
titrasi (Scohichah, 2010).
Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui nilai
konsentrasinya. Terdapat dua jenis larutan standar, yaitu larutan primer dan
larutan sekunder. Larutan primer merupakan larutan dengan konsentrasi
yang didapatkan dengan menghitung berat dari zat terlarut secara teliti.
Larutan ini didapatkan dari hasil penimbangan dengan neraca analitik yang
nantinya dilarutkan dalam labu ukur. Bahan yang digunakan untuk larutan
standar primer harus memiliki syarat, seperti dalam keadaan murni, stabil
secara kimiawi, berat ekivalennya besar (untuk meminimalisir galat dari
proses penimbangan). Sementara larutan standar sekunder ialah larutan yang
didapatkan konsentrasinya melalui cara titrasi dengan larutan standar primer
(Rhacarhiatra, 2013).
Pada praktikum kali ini, digunakan Asam klorida (HCl) 0.5 M sebagai
larutan standar primer. Hal pertama yang dilakukan dengan membuat larutan
standar Asam klorida 0.5 M menjadi konsentrasi 0.1 M. dengan cara
mengambil 50 mL Asam klorida ke dalam labu ukur 250 mL, lalu
ditambahkan Akuades hingga tanda batas yang telah ditentukan dan kocok
hingga larutan menjadi homogen.
Langkah kedua adalah pembuatan larutan standar sekunder Natrium
tetraborat. Digunakan 1.9 gr Natrium tetraborat ke dalam Akuades dan
diasuk dengan batang pengaduk hingga larutan larut sempurna. Larutan yang
telah tercampur tersebut, lalu dituangkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
dikocok hingga larutan menjadi homogen. Kemudian disiapkanlah Asam
klorida atau HCl 0.1 M ke dalam buret. Sementara itu, Natrium tetraborat
dimasukkan ke dalam tiga buah labu erlenmeyer sebanyak 10 mL di masing-
masing labu erlenmeyer. Lalu ditambahkan indikator metil orange sebanyak
tiga tetes ke dalam masing-masing erlenmeyer dan amatari perubahan warna
yang terjadi.
Gambar 4.1 larutan
Natrium tetraborat sebelum
ditabahkan indikator metil
orange
5.1 Kesimpulan
Prosedur pembuatan larutan standar HCl 0.1 M dilakukan dengan
pengenceran dengan menggunakan akuades yang kemudian dikocok hingga
larutan menjadi homogen. Sementara larutan standard natrium tetraborat
didapat dengan melarutkan padatannya ke dalam akuades untuk kemudian
dikocok hingga larutan menjadi larut seutuhnya. Natrium tetraborat
dituangkan ke dalam erlenmeyer untuk kemudian ditetesi indikator metil
orange yang berguna sebagai penunjuk tercapainya titik titraasi saat proses
titrasi dengan HCl. Proses titrasi dilakukan dengan penambahan HCl setetes
demi setetes hingga titik ekivalen tercapai.
Dilalukan tiga kali percobaan dari masing-masing 10 mL dari tiap
erlenmeyer. Hasil dari percobaan I, 2 dan 3 masing-masing 11.5 mL, 10 mL,
dan 9.5 mL. Dengan hasil perubahan warna larutan menjadi warna merah
yang menunjukkan titik ekivalen telah tercapai.
Praktikan diharapkan lebih teliti dalam melakukan proses kalibrasi dan
titrasi supaya diperoleh titik ekivalen yang tepat. Kemudian cuci peralatan
laboratorium hingga bersih supaya terhindar dari kontaminasi zat kimia lain.
Lakukan pembacaan volume pada biuret secara teliti supaya data yang
dihasilkan berupa data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alauhdin, M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang : Unnes Press.
JR., R.A. Day dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga.
publisher.
Labchem. 2013. Material Safety Data sheet of Methyl Orange . [Serial online].
www.Labchem.com/MethylOrange.html.
Rhaca, Rhiatra. 2013. Pembuatan NaOh 0.1 M dan standarisasi. [Serial online].
http://Rhacarhiatra.academia.edu.