Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI CA SERVIKS

STIKDOSEN MATA KULIAH :


Widyawati, S.kep, Ners, M.Kes

DISUSUSUN OLEH :
Ana Rosa Theresia Sihite [19001832]

STIKes BINALITA SUDAMA MEDAN


ILMU KEPERAWATAN
SUMATERA UTARA
2020
Askep Ca Serviks

I.          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-


sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel
kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker
memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salah satu jenis kanker
adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua
p e r e m p u a n , terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker
serviks sed a n g k a n di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan
m e n i n g g a l k a r e n a kanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang paling
banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang
menderita kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan
yang didiagnosat e r k e n a k a n k e r s e r v i k s s e b a n y a k 1 4 3 . 0 0 0 p e r e m p u a n
m e n i n g g a l k a r e n a n y a ( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan
s a l a h s a t u  penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru
datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit untuk 
mencapai hasil pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita
sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.
B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian kanker serviks

2.      Untuk mengetahui penyebab kanker serviks

3.      Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks

4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks

5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks

6.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.


II.       KONSEP DASAR

A.    Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat

dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

disekitarnya. Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal

dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini

hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.

B.     Etiologi

1.      Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual

semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2.      Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus

semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3.      Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai

faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4.      Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata

diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5.      Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor

sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada

golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini

mempengaruhi imunitas tubuh.

6.      Hygiene dan sirkumsisi


Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya

belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga

banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7.      Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan

berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi

infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya

kanker serviks.

C.     Klasifikasi

1.      Klasifikasi klinis

-          Stage 0: Ca.Pre invasive

-          Stage I: Ca. Terbatas pada serviks

-          Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis

-          Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

-          Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah mengenai

dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal

-          Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina

-          Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

2.      Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

-          Mikroskopis

a.       Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada

dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.


b.      Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi

karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel

skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

c.       Stadium karsionoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat

juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari

membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

d.      Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel

bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas

ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus

uteri.

e.       Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat mengisi

setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis

dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif

meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan nodul,

biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

-          Markroskopis

a.       Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b.      Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c.       Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio


d.      Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan

jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D.    Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu

yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun,

sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan

displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas

regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus

atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun

perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma

serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,

pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.

Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat

menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan

serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan

perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat

serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie,

1998).
E.     Tanda dan Gejala

1.      Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan

Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina

ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,

pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.

2.      Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak)

merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak

ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid,

amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan

intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini

yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus

yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam

(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna

merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat

terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

3.      Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap

lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna

kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan

makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar

sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter.
F.      Penatalaksanaan

1.      Radiasi

-          Dapat dipakai untuk semua stadium

-          Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

-          Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2.      Operasi

-          Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II

-          Operasi histerektomi vagina yang radikal

3.      Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya

vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan

sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan

peredaran darah.

Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari

karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post

terapi keadaan masih tetap sama.


ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.      Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)

2.      Riwayat kesehatan

-          Keluhan utama

pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai

air.

-          Riwayat kesehatan sekarang

pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium

akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra

servikal

-          Riwayat kesehatan dahulu

Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas,

riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor

-          Riwayat kesehatan keluarga

Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Kepala

-          Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

-          Wajah : tidak ada oedema

-          Mata : konjunctiva tidak anemis

-          Hidung : simetris, tidak ada sputum

-          Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

-          Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
-          Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah

bening

b.      Dada

-          Inspeksi : simetris

-          Perkusi : sonor seluruh lap paru

-          Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

-          Auskultasi : vesikuler

c.       Cardiac

-          Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

-          Palpasi : ictus cordis teraba

-          Perkusi : pekak

-          Auskultasi : tidak ada bising

d.      Abdomen

-          Inspeksi : simetris, tidak ascites

-          Palapasi : tidak ada nyeri tekan

-          Perkusi : tympani

-          Auskultasi : bising usus normal

e.       Genetalia

Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

f.       Ekstremitas

Tidak oedema

4.      Analisa Data

N Data penunjang Etiologi Masalah kep


o
1 Ds : mengungkapkan -     Agen- Gangguan
. secara verbal atau isyarat agen cidera rasa nyaman: nyeri
Do :
-     gerakan
menghindari nyeri
-     Perubahan nafsu
makan dan makan
-     Perilaku ekspresif
-     Berfokus pada diri
sendiri
2 Ds : - haus -     Defisit
. Do : Perdarahan volume cairan
-  perubahan TD yang berulang
-  Penurunan haluaran
urine
-  Penurunan turgor
kulit
-  Penurunan BB yg
tiba-tiba
3 Ds : - -       Resiko
. Do : - Supresi sum- infeksi
sum tulang
-      
Penurunan
leukosit
4 Ds : -       Pola nafas
. -          dispnea Gangguan tidak efektif
-          Napas pendek pengembangan
Do : paru
-          perubahan -      
gerakan dada Pertukaran O2
-          Penurunan dan CO2
tekanan inspirasi /ekspirasi terganggu
-          Napas cuping
hidung
-          Penggunaan otot
bantu nafas
5 Ds : - -    Resiko cidera
. Do : - Perdarahan
berulang
-   
anemia
6 Ds : -          Gangguan
. -          pengungkapan Keputihan dan harga diri
rasa malu/ bersalah bakteri
-          Pengungkapan -          Bau
rasa negative diri khas ca serviks
Do :
-          menyangkal
permasalahan
-          Membesar-
besarkan permasalahan
-          Merasionalisasi
kegagalan diri
7 Ds : -          Gangguan
. -          nyeri abdomen Asupan cairan eliminasi fekal
-          Nyeri tekan pada dan serat
abdomen kurang
-          Anoreksia -         
-          Mual konstipasi
-          Nyeri saat
defekasi
Do :
-          perubahan pada
suara abdomen
( borborigmi)
-          Perubahan pola
defekasi
-          Penurunan
frekuensi
-          Distensi abdomen
-          Mengejan saat
defekasi
-          Muntah

B.   Diagnosa

1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.

2.      Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

pasca tindakan kemoterapi.

3.      Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta

ancaman kematian.

4.      Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis

jaringan cerviks.

5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
C.     Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1.Nyeri -    Setelah -      Kaji tingkat -   Untuk
b.d infiltrasi dilakukan nyeri. mengkaji data
saraf akibat tindakan -      Berikan dasar.
infiltrasi keperawatan rasa nyaman pada -  
metastase pasien akan pasien dengan Mengalihkan
neoplasma. mampu pengaturan posisi fokus
mengurangi rasa dan aktivitas hiburan perhatian.
nyeri dengan (musik). -  
kriteria hasil: -      Ajarkan Meningkatkan
-    Pasien teknik manajemen relaksasi untuk
merasa nyaman. nyeri (relaksasi, mengurangi
-    Nyeri visualisasi, nyeri.
berkuran distraksi). -  
-    Mampu -      Kolaborasi Memungkinka
mendemonstrasik pemberian analgetik. n pasien
an keterampilam berpartisipasi
relaksasi, aktif dalam
kontrol nyeri.
-   Kontrol
nyeri
maksimum.
2.Ganggu -   Setelah -     Pantau -  
an perubahan dilakukan intake dan output Identifikasi
nutrisi kurang tindakan makanan tiap hari. defisiensi
dari kebutuhan keperawatan -     Ukur BB nutrisi.
b.d anoreksia diharapkan tiap hari. -  
pasca tindakan kebutuhan nutrisi -     Dorong Memantau
kemoterapi. dapat tercukupi pasien untuk diet peningkatan
dengan kriteria tinggi protein. BB.
hasil: -  
-   Pasien Kebutuhan
mengungkapkan jaringan
pentingnya metabolik
nutrisi. adekuat oleh
-   nutrisi.
Peningkatan BB
progresif.
3.Ketakut -      Setelah -       Dorong -   
an/ cemas dilakukan pasien untuk Memberikan
berhubungan tindakan mengungkapkan kesempatan
dengan keperawatan pikiran dan perasaan. untuk
ancaman ketakutan/ -       Berikan mengungkapka
perubahan kecemasan lingkungan yang n
status kesehatan berkurang sampai aman dan nyaman. ketakutannya.
serta ancaman menghilang -       -   
kematian dengan kriteria Komunikasi Membantu
hasil: terapeutik dan mengurangi
-      Pasien kontak sering dengan kecemasan.
mendemonstrasik pasien. -   
an koping efektif -       Bantu Meningkatkan
dalam mengembang-kan kepercayaan
pengobatan. koping menghadapi pasien.
-      Pasien rasa takutnya. -   
tampak rileks dan Meningkatkan
melaporkan kemampuan
cemas berkurang. kontrol cemas.
4.Gangua -    Setelah -     Diskusikan - 
n body image dilakukan dengan pasien Membantu
berhubungan tindakan bagaimana mengidentifika
dengan keperawatan pengobatan si masalah
perubahan diharapkan mempengaruhi untuk
struktur tubuh gangguan body kehidupan pasien. menemukan
sekunder image dapat -     Jelaskan pemecahannya.
terhadap teratasi dengan bahwa tidak samping - 
kemoterapi kriteria hasil: terjadi pada pasien. Membantu
-    Pasien -     Berikan pasien untuk
mampu dukungan emosi. menyiapkan
mengembangkan -     Gunakan diri
mekanisme sentuhan selama beradaptasi.
koping. interaksi dan - 
-    Pasien pertahankan kontak Membantu
mampu mata. klien untuk
memahami percaya diri.
tentang perubahan - 
struktur tubuh. Meningkatkan
kepercayaan
diri pasien.
5.Ganggu -     Setelah -      Kaji kulit -     Efek
an integritas dilakukan terhadap efek kemerahan
kulit tindakan samping terapi dapat terjadi
berhubungan keperawatan kanker, observasi pada terapi
dengan efek diharapkan adanya radiasi.
radiasi dan integritas kulit kerusakan/perlambat -    
kemoterapi dapat terjaga an penyembuhan Mempertahank
dengan kriteria luka. an kebersihan
hasil: -      Mandikan kulit tanpa
-     Pasien dengan air hangat mengiritasi
berpartisipasi dan sabun ringan. kulit.
dalam mencegah -      Dorong -    
komplikasi. pasien untuk Membantu
-     Tidak menghindari menghindari
terjadi kerusakan menggaruk kulit. trauma kulit.
kulit. -      Ubah posisi -    
tubuh dengan sering. Meningkatkan
sirkulasi dan
mencegah
tekanan pada
kulit.

D.    Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,

1997). Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan diagnose yang ditemukan

pada klien.

E.     Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1.      Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi

perdarahan.

2.      Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh

3.      Tidak ada tanda-tanda infeksi

4.      Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5.      Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

6.      Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat

diatasi.

7.      Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan

mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.

8.      Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat
dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya.
Etiologi
1. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18.
Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually
active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini
semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar
kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap. Kedua faktor diatas juga
berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya
infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada
multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah displasia.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok
Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Ti Kriteria
ngkat
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe
atau pembuluh darah.
I Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
b pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
a
II Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
b panggul
III Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
a dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
b antara tumor dengan dinding panggul.
I Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
V rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat
yang jauh
I Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
Va keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
I Telah terjadi metastasi jauh.
Vb
Tanda dan Gejala
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang
berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas.
Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada
pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak.
Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.
Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari
biopsi.
Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena
lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker
serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76%
pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Ia Histerektomi trasnsvaginal
I b dan II a Biopsi kerucut
II b , III Histerektomi trasnsvaginal
dan IV Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
IV a dan kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca
IV b pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau tetapi
tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan agaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih sensitif)

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap
peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan
terbatasnya informasi.

Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb dan
Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang
dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis dan
prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap
peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga dan
komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang dibutuhkan
sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota
yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

Asuhan Keperawatan Kanker Serviks

A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks
merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan bagi wanita, sebab
penyakit akibat human papilloma virus (HPV) tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan
kaum wanita. Kasus kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya
menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari delapan pasien baru kanker
leher rahim berobat, dalam setahun diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan
pasien yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia adalah 27% berdasarkan
data patologik atau 16% berdasarkan data rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker
ginekologi di RSCM adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut
(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di antara kematian kanker
ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker
serviks sebanyak 54 (Suhartini, 2010).

C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data
epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab
utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar
infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat
berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui
hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV
dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).

D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui, namun
kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting
meliputi:
1.      Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada gadis yang koitus
pertama pada usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini berada diluar OUE
(osteum uteri eksternum), sehingga mudah terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2.      Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya
kanker serviks (Wiknjosastro,2006)
3.      Berganti-ganti pasangan seksual,
4.      Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5.      Kebiasaan merokok,
6.      Higiene seksual yang buruk,
7.      Status sosial ekonomi yang rendah,
8.      Kontrasepsi oral

E. Stadium Pada Kanker Serviks


Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan prognosis, menentukan
jenis pembatasan cacat, dan agar hasil penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan.
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah klasifikasi yang
dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai
berikut :
1.      Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS). Tumor masih dangkal,
hanya tumbuh dilapisan sel serviks.
2.      Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun,
stadium ini dibedakan menjadi:
a.       Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa mikroskop, kedalamannya
kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
b.      Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop, kedalamannya antara
3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm.
c.       Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih
besar dari 4 cm.
d.      Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar
dari 4 cm.
3.      Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium
II dibagi menjadi :
a.       Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan
yang lebih dalam dari vagina.
b.      Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun
belum sampai ke dinding panggul.
4.      Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks
sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5.      Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti
kandung kemih, rektum, dan paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi:
a.       Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan
rektum.
b.      Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru.

F. Efek pada Maternal dan Neonatus


Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi, sehingga dianjurkan untuk mengangkat
lesi besar yang tumbuh keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula terjadi pada
abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma
tersebut. Kematian janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan kanker, persalinan
kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian
serviks, sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan. Selain itu, dapat
pula teradi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu
disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan
prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak
mempengaruhi kanker serviks (Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan pada wanita, nantinya akan
menjadi beban biaya yang cukup besar. Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang
diakibatkan oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan invasif untuk
menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk masalah ini. Oleh karena itu, selain
memberikan efek langsung pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap
keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi pasien.

G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel
kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah.
Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel
skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa
baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia
dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia.
Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat
ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan,
2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk
kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan;
NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi,
yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan
berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial
menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

H. Tanda dan Gejala


Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya ditemukan melalui tes Pap
Smear dimana ditemukan sel-sel abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi
kanker serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan, berbau busuk dan tidak
sembuh-sembuh
2.      Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler; Periode menstruasi yang lebih
lama dan lebih banyak dari biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan
panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.
3.      Rasa sakit saat hubungan seksual
4.      Cepat lelah
5.      Kehilangan berat badan
6.      Anemia
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut ketika tumor keluar serviks
dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar
ke pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul atau nervus
skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai
sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening, tungkai bawah dapat
menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani screening test
untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir
tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah
berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.
1.      Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap
Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher
rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker)
yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi
adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel
yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode
pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati
apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk
membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher
rahim.
Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih
mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di
tempat praktek dokter atau klinik. 
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek
dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa
adanya sel-sel abnormal.
Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis
dari jaringan serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk
mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas
tipis lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah
conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel
abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes
ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah
ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip
dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi
rasa sakit (Bryant, 2012).

J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1.      Bedah krio
2.      Elektrokauter
3.      Laser
4.      LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5.      Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan (histerektomi),radiasi (limfadenektomi
bilateral) atau pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan radiasi saja.
Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif, oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan
bersamaan dengan terapi radiasi (Gale, 2000).

Terapi selama kehamilan


Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan kolposkopi
dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan
biopsi. Pada kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi
radiasi dapat dipakai sebagai terapi primer (Gale, 2000).
K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks
I. Pengkajian
a.       Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b.      Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus
asa.
c.       Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan eliminasi urinarius
misalnya : nyeri.
d.      Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi lemak, aditif,
bahan pengawet, rasa).
e.       Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f.       Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g.      Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h.      Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi

i.        Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan
sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun multigravida
pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j.        Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat perkawinan (berkenaan
dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k.      Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer, riwayat pengobatan
sebelumnya (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan

1 Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh.

2 Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan


hubungan dengan pasangan dan keluarga.

3 Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi


bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.

4 Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

5 Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status


hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan
pembedahan.

6 Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan


perawatan diri (Doenges, 2000).

3. Intervensi Keperawatan

a.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagi
Kriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut dan cemas.

Intervensi:
1)        Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker.
Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah
dicapai.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman pada kanker.
2)        Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn
konsep tentang diagnostik.
3)        Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan
tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/
pilihan berdasarkan realita.
b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas,
dan hubungan dengan pasangan dan keluarga
Ditandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan
tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan
diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.
Tujuan : Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri
dalam situasi.

Intervensi :

a. Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran


sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.

b. Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan


pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.

c. Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.

d. Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan
apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

e. Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase
pengobatan.

f. Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker


atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.

g. Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).

h. Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang
terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan
pengobatan dan/atau pemulihan.

c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi


bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk
berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.
Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

Intervensi :
1)        Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah
sedikit/kurang (< 100 ml).
2)        Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan
berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3)        Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman
air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
4)        Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
5)        Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak
menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6)        Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.
d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.
Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh
minimal.
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang

Intervensi :
1)      Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala
0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi.
2)      Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan
aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
3)      Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan
terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol
nyeri
4)      Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual
berbeda-beda.
e.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan
pembedahan.
Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
Tujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi

Intervensi :
1)      Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2)      Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3)      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan
adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
f.       Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan
pengobatan
Ditandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsi
Tujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan
pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.
Intervensi :
1)      Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan
3)      Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.
(Doenges, 2000).

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a.       Ansietas pasien berkurang
b.      Meningkatkan harga diri pasien
c.       Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d.      Nyeri hilang/berkurang
e.       tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f.       pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
(Doenges, 2000).
PENUTUP

Kesimpulan

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang sama berbahaya nya dengan
kanker payudara. Indonesia sendiri menempati posisi 3 terbesar dengan jumlah penderita
terbanyak. Dimana Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi dengan jumlah tertinggi
dibandingkan dengan provinsi lainnya. Padahal kanker serviks dapat dicegah sejak dini dengan 3
metode, yaitu imunisasi Human Pappiloma Virus, Pap Smear dan Inspeksi Visual Asam Asetat.
Pemerintah sendiri sudah menargetkan bahwa tiap daerah paling tidak 40% Wanita Usia Subur
(WUS) sudah melakukan pencegahan kanker serviks sejak dini dengan menggunakan metode tes
IVA.
Namun pada kenyataannya masyarakat sendiri masih belum mengetahui apa itu IVA, atau
bahkan kanker serviks dapat dicegah sejak dini. Padahal tes IVA harganya jauh lebih murah
daripada pap smear, sehingga bisa terjangkau oleh kalangan ses c. Bahkan tes IVA sendiri juga
dapat dilakukan secara gratis apabila pasian memiliki kartu BPJS. Dari hasil riset yang sudah
dilakukan, pemerintah masih bingung bagaimana cara mengajak masyarakat untuk melakukan
tes IVA, dan masyarakat sendiri masih kurang perhatian dengan kanker serviks itu sendiri.
Dengan adanya beberapa masalah tersebut, maka dari itu perlu diadakan kampanye sosial yang
interaktif dan juga menarik, sehingga juga dapat mengajak masyarakat sendiri untuk aktif saat
penyuluhan berlangsung.
Maka dari itu perncangan kampanye sosial ini mampu memunculkan solusi untuk
mengajak masyarakat secara efektif dan juga bisa meningkatkan jumlah Wanita Usia Subur yang
sudah melakukan tes IVA di kota Semarang. Rancangan ini nantinya akan menjadi contoh untuk
diterapkan di daerah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical cancer in england. British
Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.

Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.

Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia: F.A Davis Company.


Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.

Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.

Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker serviks uteri dengan
pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas , Volume 6, Nomor 3, 157-159.

Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia. Med J Indones , Volume
17, 272-280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan.

Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10. Jakarta:EGC.

Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas dengan kejadian kanker
serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I
No.1 , 41-46.

Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

http:// http://www.medicastore .com/med

Anda mungkin juga menyukai