Anda di halaman 1dari 5

Proses Kepribadian, Kemandirian dan Penyesuaian diri peserta didik.

Dosen pengampu :

Dra. SUMARNIE , M.Pd (19590204 198303 2001)

Oleh :

DELINDA CHRYSTIN HEREPA (193020207014)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FKIP

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2020
SOAL :

1. Telaah bagaimana proses perkembangan kepribadian peserta didik dalam


upaya mencapai kedewasaan ?

2. Apa yang dimanksud dengan kedewasaan jasmani dan rohani, jelaskan


dengan contohnya !.

3. Mengapa peserta didik mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan


lingkungan, baik dengan lingkungan keluarga maupun dengan lingkungan di luar
diri anak ?

JAWABAN :

1. Frued (1905: 586) membagi tahap perkembangan anak menjadi5 (lima) tahap:a.
Tahap oral (usia 0-24 bulan)Pada tahap ini kepuasaan anak terletak pada
otoerotik, yaitukesempatan anak menghisap puting susu ibunya. Frued
memandangkonsep narsisme (mencintai diri sendiri) sudah ada sejak masabayi
di mana bayi merasakan kenyamanan dari menyusu kepadaibunya dan
mengulang perbuatan tersebut dengan mengisap jarinyameskipun dia tidak
lapar. Anak-anak juga mencoba memper-tahankan kedekatannya dengan ibunya
dengan menggigit danmenangis.b. Tahap Anal (usia dua sampai tiga
tahun)Selama usia ini wilayah anal (anus) menjadi fokus ketertarikan anak.Oleh
sebab itu pelatihan menggunakan toilet sangat tepat dilakukanpada usia ini.c.
Tahap Falik atau Odipal (usia tiga sampai 6 tahun)Pada tahap ini anak laki-laki
mulai tertarik dengan penisnya. Tahapperkembangan paling membingungkan
dari pendapat Frued sebabdia meyakini ketertarikan seksual seorang anak laki-
laki pertamakepada ibunya, sedangkan pada anak perempuan kepada
ayahnya.Namun karena dia menyadari hal tersebut tidak dapat
diterimalingkungannya, maka meninggalkan fantasi persaingannya denganayah
atau ibunya yang dikenal dengan istilah Oedipus Complexdan Electra Complex.d.
Tahap Latensi (usia enam sampai sebelas tahun)Pada periode ini anak terlihat
sudah dapat mengendalikan per-musuhannya dengan orangtuanya yang
memiliki jenis kelaminberbeda dengan dirinya. Anak laki-laki dan anak
perempuan terlihatbersikap lembut kepada ayah dari pada ibu mereka.e. Tahap
Pubertas ( di atas usia sebelas tahun)Masa pubertas merupakan masa di mana
anak berupaya mem-bebaskan diri dari perwalian orangtuanya. Mereka sudah
mulaimenyukai perempuan lain selain ibunya, dan menyukai pria lainselain
ayahnya.Hurlock (1980) menyatakan membagi tahap perkembanganmenjadi 10
tahap yaitu:
a. Periode PranatalPeriode pranatal dimulai sejak terjadi proses pembuahan
(konsepsi)sampai anak terlahir ke dunia. Pada masa itu terjadi pertumbuhandan
perkembangan fisik dan psikhis yang sangat penting bagiseorang anak. Jenis
kelamin anak dan bentuk fisik telah ditentukansejak anak berada dalam
kandungan.
b. Masa Bayi Baru LahirMasa bayi baru lahir dimulai dari hari pertama kelahiran
sampaidua minggu setelah kelahiran. Masa ini ditandai dengan lepasnyatali
pusat bayi.
c. Masa BayiMasa bayi dimulai dua minggu setelah kelahiran sampai usia
duatahun. Pada masa anak mulai belajar duduk, merangkak, berdiri,berjalan,
dan berlari. Anak juga mulai berkomunikasi dengan caranyasendiri dengan
orang-orang di sekitarnya.
d. Masa Anak-anak AwalMasa anak-anak awal dimulai dari usia dua tahun
sampai enamtahun. Masa ini dipandang sebagai awal bagi kehidupan anak.
e. Masa Anak-Anak AkhirMasa anak-anak akhir dimulai dari enam sampai
tigabelas tahun.Masa ini dipandang sebagai anak sekolah dasar.
f. Masa PuberMasa puber dimulai dari usia empat belas tahun sampai
limabelastahun. Masa ini dipandang sebagai awal memasuki masa remaja.
g. Masa RemajaMasa remaja dimulai dari usia limabelas sampai delapan
belastahun. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadidewasa.
h. Masa Dewasa DiniMasa dewasa dini dimulai dari usia delapan belas sampai
empatpuluh tahun.
i. Masa Dewasa MadyaMasa dewasa madya dimulai dari usia empat puluh
sampai enampuluh tahun.
j. Masa Usia LanjutMasa usia lanjut dimulai dari usia enam puluh tahun sampai
akhirhayat.

2. Manusia mempunyai tubuh jasmani dan tubuh rohani. Eksistensi tersebut


membuat manusia bisa mengalami hal-hal berikut ini
Ada kelahiran jasmani, yaitu saat manusia (bayi) keluar dari rahim ibunya.
Namun ada pula kelahiran baru secara rohani, yaitu ketika manusia
mengundang Yesus dalam hatinya sehingga ia menjadi ciptaan baru (Yoh 3:5-6).
Ada kedewasaan jasmani dan ada pula kedewasaan rohani. Jemaat di Korintus
disebut Paulus sebagai belum dewasa secara rohani (1 Kor 3:1).
Ada pertumbuhan jasmani di mana semakin lama manusia semakin tua, dan ada
pertumbuhan rohani. Keduanya tidak selalu berjalan seiring. Penulis Ibrani
menegur, ”Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya
menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari
penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk
orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk
membedakan yang baik dari yang jahat” (Ibr 5:12-14). Jadi, ada kanak-kanak
secara jasmani dan ada kanak-kanak secara rohani. Orang yang sudah tua secara
jasmani belum tentu sudah dewasa secara rohani. Sebaliknya, ada orang yang
masih muda namun sudah dewasa secara rohani.
KESELAMATAN
Titik awal pertumbuhan rohani adalah saat manusia diselamatkan karena
percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara
pribadi. Pada tahap ini manusia mengalami “kelahiran baru” (born again).
Istilah lahir baru berasal dari kata Yunani, genethe anothen yang berarti
dilahirkan baru (Yoh 3:3, 5). Arti teologisnya adalah aktivitas Roh Tuhan yang
memberikan kodrat baru kepada seorang berdosa karena ia telah menerima
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Kita yang percaya
kepada Yesus menjadi ciptaan baru, hakikat baru dengan kapasitas dan
keinginan baru yang menyenangkan Bapa (2 Kor 5:17). Alkitab menegaskan,
”Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari
benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan kekal” (1 Ptr 1:23).
Dengan demikian, orang yang baru percaya kepada Kristus adalah seorang “bayi
rohani”. Selanjutnya, ia terus bertumbuh dalam kerohanian sampai mencapai
tahap dewasa secara rohani. Ada yang pertumbuhannya lamban dan ada yang
cepat, tergantung dari penyerahan diri dan kerinduan untuk bertumbuh itu
sendiri.
Jika seorang remaja bertobat kepada Kristus maka ia dijadikan ciptaan baru. Ia
segera menjadi bayi rohani yang terus akan bertumbuh. Sementara itu, orang
tua yang sudah banyak umurnya, jika kekritenannya sekedar nominal (“Kristen
KTP”) maka sesungguhnya ia masih berupa “janin rohani” yang dikandungkan
Roh Kudus. Karena itu si remaja yang sudah lahir baru itu bisa jauh lebih dewasa
secara rohani. Sementara si orang yang sudah tua tadi lahir baru saja belum.

3. Di antara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan


sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan
remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap
orangtua dan suasana psikologi dan social dalam keluarga.
Sikap orangtua yang otoriter, yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada
remaja juga akan menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja
berusaha untuk menentang kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia kan
cenderung otoriter terhadap teman-temannya dan cenderung menentang
otoritas yang ada baik di sekolah maupun dimasyarakat.
Permasalahn-permasalahan penyesusaian diri yang dihadapi remaja dapat
berasal dari suasana psikologis keluaraga. Banyak penelitian membuktikan
bahwa remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah
emosi, tampak padanya ada kecendrungan yang besar untuk marah, suka
menyendiri, disamping kuran kepekaanterhjadsap penerimaan social dan kurang
mampu menahan diri serta lebih gelisa dibandingkan dengan remaja yang hidup
dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula bahwa kebanyakan anak-anak
yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat menyesuaikan diri adalah
mereka yang datang dari rumah tangga yang pecah/ retak.
Adapula masaalah yang yimbul dari teman remaja; perpindahan ketempat/
masyarakat baru, berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman
baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam mencari/ membentuk
persahabatan dengan hubungan social yang baru. Mungkin remaja berhasil baik
dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah keskolah yang baru ia
menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan. Di sini remaja
dituntut untuk dapat lebih mamapu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang
baru, sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.
Penyesusaian diri remaja dengan kehidupan disekolah. Permasalahan
penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki
jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah
lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri
dengan guru- guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara laim
adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi disekolah
sebelumnya.
Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antaralain memilih
sekolah. Jika kita mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik,
seyogyianya kita tidak mendikte mereka agar memilih jenis sekolah tertentu
sesuai keinginan kita. Orangtua/ peendidik hendaknya mengarahkan pilihan
sekolah sesuai dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak
jarang terjadi anak tidak mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos, dan
sebagainya karena ia dipaksa oleh orangtuanya untuk masulk sekolah yang tidak
ia sukai.
Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan
dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah
lanjutan mungkin mengalami mkesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni
adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam
kegiatan sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai