03
Modul ke:
Umum
Fakultas
Evolusi Angkutan Umum
Fakultas
Teknik
Program Studi
Teknik Sipil
Yosie Malinda, ST, MT
Ada tiga hal yang membuat sebuah bangsa menjadi besar dan makmur,
yaitu tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran perangkutan orang
dan barang dari satu bagian Negara ke bagian lainnya (Schumer, 1974).
<
← MENU AKHIRI >
→
Permintaan Perangkutan
Permintaan akan angkutan adalah jenis permintaan tak langsung, berawal dari
kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Sarana angkutan adalah
barang produsen yang turut berperan dalam proses produksi. Fungsi utamanya adalah
menjembatani jarak geografi antara produsen dan konsumen. (Benson & Whitehead
1975).
1. Tempat asal
2. Tempat tujuan
3. Volume
<
← MENU AKHIRI >
→
Evolusi Angkutan Umum
<
← MENU AKHIRI >
→
Proses Evolusi Angkutan
Umum
<
← MENU AKHIRI >
→
Prinsip Dasar Reformasi
Industri Angkutan Umum
<
← MENU AKHIRI >
→
Moda Angkutan Umum
<
← MENU AKHIRI >
→
Moda Angkutan Umum
Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan
pengguna jasa;
Aman dan nyaman, dalam arti selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan
eksternal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
<
← MENU AKHIRI >
→
Moda Angkutan Umum
Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup
pengusaha pelayanan jasa angkutan
<
← MENU AKHIRI >
→
Faktor yang Mempengaruhi
Pilihan Moda
Memilih moda angkutan di daerah perkotaan bukanlah proses acak,
melainkan dipengaruhi oleh factor kecepatan, jarak perjalanan, kenyamanan,
kesenangan, biaya, andalan, ketersediaan moda, ukuran kota, serta usia,
komposisi dan status social ekonomi pelaku perjalanan. Semua factor ini
dapat berdiri sendiri – sendiri atau saling bergabung (Bruton 1975).
Pemilihan moda sebagai alternatif alat mobilitas mengacu pada pada proses
sebagai berikut :
Pertimbangan
a) Pilihan pertama antara jalan kaki atau
…..
menggunakan kendaraan,
Rute
b) Jika kendaraan harus digunakan, apakah
terpendek
merupakan kendaraan pribadi atau angkutan
Rute
umum,
termurah
c) Jika digunakan angkutan umum, jenis angkutan
Rute
apa yang akan digunakan (bus,taksi, kereta api
tercepat
atau yang lainnya).
Kombinasidi
atas
<
← MENU AKHIRI >
→
KINERJA
ANGKUTAN
UMUM
<
← MENU AKHIRI >
→
Kinerja Angkutan Umum
Penumpang
Indikator kualitas pelayanan operasi angkutan dapat dilihat dari nilai kinerja operasi yang dihasilkan,
parameter yang digunakan frekuensi, headway, load factor, kecepatan-kecepatan perjalanan dan waktu
tempuh (Asikin, 2001). Analisis untuk mengkaji kinerja rute dan operasi angkutan umum beberapa
parameter sebagai berikut :
Kecepatan perjalanan
Sebab-sebab kelambatan
Ketersediaan angkutan
Ketersediaan angkutan
Load factor (LF) Merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas yang tersedia untuk
satu perjalanan yang bisa dinyatakan dalam persen (%).
Menurut Abubakar, Dkk (1995) menyatakan bahwa nilai faktor muat (load factor) dalam kondisi
dinamis diambil 70%.
<
← MENU AKHIRI >
→
a. Faktor Muat (Load Factor)
<
← MENU AKHIRI >
→
b. Waktu Antara (Headway)
Menurut Asikin (2001), Headway adalah waktu antara satu kendaraan dengan kendaraan lain yang
berurutan di belakangnya pada satu rute yang sama. Headway makin kecil menunjukkan frekuensi
semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan waktu tunggu yang rendah.
Rumus Headway:
<
← MENU AKHIRI >
→
c. Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah perjalanan dalam satuan waktu kendaraan yang dapat diidentifikasikan
sebagai frekuensi tinggi atau frekuensi rendah. Frekuensi tinggi berarti banyak perjalanan dalam
periode waktu tertentu. Secara relatif frekuensi rendah berarti sedikit perjalanan selama periode
waktu tertentu.
Menurut Morlok (1978) frekuensi adalah jumlah kendaraan yang lewat per satuan waktu.
Frekuensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
<
← MENU AKHIRI >
→
d. Waktu Tempuh
Menurut SK Dirjen Perhubungan Darat No.687 Tahun (2002) waktu tempuh merupakan waktu
perjalanan dari titik awal rute sampai titik akhir rute. Data waktu tempuh sendiri diperoleh
berdasarkan hasil survey di lapangan. Persyaratan yang ditentukan berdasarkan SK Dirjen
Perhubungan Darat No. 687/AJ.206/DRDJ/2002, dimana standard untuk untuk waktu tunggu rata-rata
5-10 menit, waktu tunggu maksimum 20 menit.
Persamaan waktu tunggu rata - rata angkutan umum sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
<
← MENU AKHIRI >
→
e. Waktu Sirkulasi
Waktu sirkulasi dengan pengaturan kecepatan kendaraan rata-rata 20 km perjam dengan deviasi
waktu sebesar 5 % dari waktu perjalanan.
<
← MENU AKHIRI >
→
f. Waktu Henti
Waktu henti kendaraan di asal atau tujuan (TTA atau TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu
perjalanan antar A dan B.
<
← MENU AKHIRI >
→
g. Kecepatan Tempuh
Kecepatan tempuh merupakan kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas dari panjang ruas jalan
dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melalui segmen jalan tersebut (MKJI 1997).
Menurut Morlok (1978), kecepatan tempuh dari awal rute ke titik akhir rute dan di rumuskan dengan
:
<
← MENU AKHIRI >
→
h. Kecepatan Perjalanan
Kecepatan perjalanan (Journey Speed), yaitu kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam
perjalanan antara dua tempat dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu
kendaraan menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut.
Menurut Morlok (1978), kecepatan perjalanan dari awal rute ke titik akhir rute dan di rumuskan
dengan :
<
← MENU AKHIRI >
→
i. Jumlah Kendaraan
Jumlah kendaraan yang beroperasi di definisikan sebagai perbandingan antara jumlah kendaaraan
yang tersedia atau memperoleh izin trayek dengan jumlah kendaraan yang ada atau beroperasi
sesungguhnnya dilapangan pada suatu trayek atau rute tersebut yang dinyatakan dalam persen (%).
<
← MENU AKHIRI >
→
j. Waktu Pelayanan
Waktu pelayanan merupakan waktu yang dibutuhkan angkutan umum untuk melayani trayek atau
rute tertentu dalam satu hari yang dihitung berdasarkan waktu awal beroperasi hingga akhir
beroperasi kendaraan melayani penumpang tersebut.
<
← MENU AKHIRI >
→
Produktivitas Angkutan
Pengertian total produksi kendaraan adalah rata-rata pencapain jumlah penumpang yang dapat
diangkut dalam satu hari dan satu kendaraan.
<
← MENU AKHIRI >
→
Kebutuhan Angkutan
Di dalam indikator kebutuhan angkutan atau kebutuhan armada yang menggunakan formulasi
empiris dengan mempertimbangkan produktivitas angkutan adalah jumlah penumpang per harinya.
Pengertian jumlah penumpang rata-rata jumlah penumpang per armada per hari, untuk periode harian
umumnya penumpang mencapai puncaknya pada pagi dan siang hari.
<
← MENU AKHIRI >
→
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
1. Abubakar.dkk. 1995. Sistim Transportasi Kota, Jakarta, Direktur Jenderal Perhubungan Darat.
2. Asikin, M.Z. 2001. Sistem Manajemen Transportasi Kota, Philosophy Press Fakultas Filsafat
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
3. Benson, Don, and Geoffrey Whitehead. 1975. Transport and Distribution , Made Simple Kooks,
W.H. Allen.
4. Bruton. M. J. 1985. Introduction to Transportation Planning. Melbourne: Hutchinson.
5. Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat
Jenderal Bina Marga dan Departemen Pekerjaan Umum Jakarta.
6. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 2002. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan
Penumpang Umum Di wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur.
7. Morlok, Edward K. 1978. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. University of
Pennsyvania.
8. Nasution, M. Nur. 2004. Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia. Bogor.
9. Overgaard. 1966. Traffic Estimation In Urban Transportation Planning. The Danish Academy of
Technical Sciences.
10. Schumer. 1974. Planning for Public Transport. Hutchinson London.
11. Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Pengangkutan. ITB. Bandung.
<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
Terima Kasih
Yosie Malinda, ST, MT