ABSTRAK
Tulisan ini berusaha menjelaskan pendidikan Islam dari sudut pandang Maria
Montessori, yang merupakan tokoh pendidikan anak yang mencurahkan hampir
keseluruhan hidupnya untuk anak-anak. Maria Montessori memiliki prinsip dasar
mengenai metode montessori ini, yang sangat memfokuskan anak sebagai childern
center dan orang dewasa sebagai pembimbing. Menurutnya, suatu fase kehidupan di
awal sangat berpengaruh terhadap faserase kehidupan selanjutnya artinya bahwa
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh seorang anak di awal kehidupannya sangat
berpengaruh terhadap kedewasaannya kelak begitu juga perlakuan yang di dapatkan
anak sejak kecil akan sangat berpengaruh terhadap perkembang an anak selanjutnya.
Kemudiaan sebagai umat Islam, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua dan pendidik
untuk menanamkan nilai-nilai ke-Islaman pada anak-anaknya. Dan agar nilai-nilai ke-
Islaman tersebut dapat terserap dengan sempurna, maka harus diajarkan sejak anak-anak
usia dini juga. Rasulullah telah menegaskan tentang tanggung jawab orang tua terhadap
anak-anak dalam sabdanya.
ABSTRACT
This paper tries to explain Islamic education from the perspective of Maria Montessori, who is a
figure of children's education who devotes almost her entire life to children. Maria Montessori has
a basic principle regarding this montessori method, which is very focused on children as childern
centers and adults as guides. According to him, a phase of life at the beginning is very influential
on the phases of the next life which means that the experiences experienced by a child early in life
are very influential on their maturity as well as the treatment that children get from childhood will
greatly affect the subsequent development of children. Youth as Muslims, it has become an
obligation for parents and educators to instill Islamic values in their children. And so that these
Islamic values can be absorbed perfectly, it must be taught from an early age as well. Rasulullah
has emphasized the responsibility of parents towards children in their sayings.
B. Pembahasan
1. Biografi Maria Montessori
Seorang perempuan berkebangsaan Italia yang memiliki nama lengkap
Maria Montessori dilahirkan pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle,
provinsi Ancona, Italia Utara. Ayah Maria Alessandro Montessori adalah tentara
pejuang yang mendukung persatuan Italia dan memiliki pemikiran sangat
tradisional serta militan. Renilde Stoppani, ibu Maria Montessori berasal dari
keluarga kaya dan berpendidikan tinggi. Menururt Kramer sebagaimana dikutip
Alessandro dan Renilde menikah pada musim semi tahun 1866. Saat itu
Alessandro berusia 33 tahun, tetapi sudah memiliki pekerjaan dengan jabatan
tinggi. Setelah menikah Alessandro ditugaskan ke Venice. Pada tahun 1869,
mereka kembali Chiarvalle. Setahun kemudian, lahirlah Maria. Mengingat jasa
alessandro Montessori yang sangat besar terhadap pemerintah Italia, ia
mendapatkan anugerah jasa “Cavaliere” yang setingkat dengan gelar
kebangsawanan dari kerajaan Inggris pada tahun 1880. Saat itu maria masih
berusia 10 tahun dan Alessandro berusia 48 tahun.
Maria sejak kecil diwajibkan oleh ibunya untuk merenda dan membuat
sesuatu untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Pengalaman inilah menjadi
pembelajaran tentang kepekaan sosial yang ditanamkan oleh ibunya kepada maria.
Selain itu, Maria kecil diwajibkan ibunya untuk membantu membersihkan lantai.
Pengalaman ini yang kemudian dijadikan Maria sebagai dasar pembelajaran
“kehidupan sehari-hari” dalam pendekatannya. 3
2. Karya-Karya
a. The Montessori Method : The Origin of an Educational Innovation :
Including an Abridged and Annotated Edition of Maria Montessori’s
The Montessori Method
b. ll metode della pedagogia scientific (1909)
c. Antropologia Pedagogica (1910)
d. Dr. Montessori own handbook, 1914
e. L’autoeducazione nelle scuole elementarii (1916)
f. The Child in the church (1929)
g. ll segreto dell’infazia (1938)
h. Formazione dell’Uomo (1949)
i. The absorbent mind (1949; Bahasa Italia :La mante del bambino
(1952)
j. L’Educazione e Pace (1949, 1972)
3 Ibid., 10.
5 Solehudin , Konsep Dasar Pendidikan Anak Prasekolah , (Bandung: FIP UPI, 2002),
Hal.134
Menurut aliran progressivisme sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi
pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah
bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian
karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana
sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan
program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Perlu diketahui bahwa
sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan
pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau
pemindahan nila nilai, sehingga anak menjadi trampil dan berintelektual baik
secara fisik maupun psikis.
a. Kebebasan
Metotode montessori dilandaskan pada kebebasan, yaitu kebebasan yang
disiplin, bebas tetapi disiplin. Kebebasan yang sepertinya belum dipahami dengan
baik di seluruh dunia, pada dasarnya manusia memiliki kekuatan untuk merasakan
naluri esensi dari kebebasan ini. Seperti halnya seekor burung yang terbang bebas
di udara untuk mencari makan, seekor burung akan lebih senang di luar bebas,
dibandingkan ketika seekor burung berada disangkar dan di beri makan oleh
manusia, karena keberadaannya di sangkar tidaklah suatu hal membahagiakan,
justru akan membuatnya merasa terpenjara dan besar kemungkinan akan terjadi
kematian. Dalam konteks anak, kebebasan disini adalah kebutuhan untuk
menyempurna kan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang membutuhkan
1) Kebebasan Bergerak
Anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana saja baik di
dalam ruangan maupun dilingkungan luar
2) Kebebasan Memilih
Anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri dalam kelas
3) Kebebasan Berbicara
Anak bebas berbicara dengan siapapun yang ia mau
4) Kebebasan untuk Tumbuh
Anak memiliki kebebasan untuk tumbuh dan mengembang
kan kemampuan mental dalam lingkungannya
5) Bebas untuk Menyayangi dan di Sayangi
6) Bebas dari Bahaya
Anak diberi pengetahuan melalui pelatihan, bagaimana
membawa barang mainan dengan cara yang benar, yang jika tidak
demikian, maka akan membahayakan dirinya.
7) Bebas dari Persaingan
Tidak ada kompetisi, hadiah atau hukuman dalam metode
montessori. Keberhasilan anak tidak dinilai menurut sudut pandang
orang dewasa. Motivasi instrinsik merekalah yang mendorong
dirinya untuk melakukan aktifitas terbaik. Kepuasan mereka adalah
berhasilnya kegiatan yang sudah terselesaikan secara tuntas.
8) Bebas dari Tekanan
Anak tidak dipaksa untuk melakukan hal yang tidak
disukainya, atau suatu hal yang belum sesuai dengan usianya, anak
diberi tugas sesuai perkembangan diri dan kecepatan dirinya. Anak
tidak diharuskan dapat mencapai sesuatu dengan sempurana dan
tidak diharuskan untuk mncapai sesuatu yang disamakan dengan
9Maria Montessori. Metode Montessori Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orang Tua
Didik PAUD, (Trjmh Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta, 2014), Hal.7
b. Kemandirian
Kemandirian adalah segala sesuatu yang di kerjakan oleh diri sendiri.
Seorang bisa benjadi bebas, karena ia mandiri, karenanya, manifestasi-manifestasi
aktif pertama dari kemerdekaan individu anak harus dipandu dengan baik,
sehingga melalui kegiatan ini anak dapat mencapai kemandirian. Misal, seorang
anak yang disapih, tidak lain adalah usaha untuk menjadikan anak tumbuh
mandiri, tidak bergantung pada ASI yang di berikan oleh ibunya, melainkan anak
bisa memilih beragam makanan lainnya, memilih makanan yang disukainya.
d. Disiplin
Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Kemerdekaan adalah
kegiatan. Ini adalah sebuah prinsip besar. Jika disiplin dilandaskan pada
kemerdekaan atau kebebasan, maka disiplin itu sendiri harus bersifat aktif.
Disiplin itu bukan ketika seseorang dibuat diam seperti orang bisu dan dibuat tak
bergerak seperti orang lumpuh. Cara seperti itu bukan arti disiplin dan
mendisiplinkan, tetapi menihilkan. Prinsip-prinsip semacam ini harus ditempatkan
di sekolah dan di rumah, karena hal ini bermanfaat untuk anak-anak yang sedang
memperlihat kan manifestasi psikis pertama dalam kehidupan mereka. Maka agar
setiap tindakan pembimbing dapat mujarab, maka tindakan itu haruslah yang
15 David Gettman,. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar untuk
anak balita), (terjemahan Annisa Nuriowandari. Dari Basic Montessori, Learning Activities
For UnderFive. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2015), Hal 52-56
f. Practical Life
Mengajarkan pada anak bagaimana mempraktikkan kehidupan sehari-hari,
anak mulai mengembangkan ketrampilan dan kecenderung an yang akan
mendukung pembelajaran terfokus dalam semua upaya lain di kelas.
17 Jaipaul L. R dan james E. J, “ Pendidikan Anak Usia Dini; dalam berbagai pendekatan”
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011), Hal.385-393
b. Ketrampilan indra
Bahan-bahan dan kegiatan di rancang untuk membangun ketajaman dan
kemampuan indra. Dengan menggunakan alat-alat bahan-bahan yang dirancang
secara khusus, anak-anak belajar menata, mengelompokkan, dan membandingkan
kesan-kesan yang didapat dari indra dengan menyentuh, melihat, membau,
merasa, mendengar, dan meraba sifat-sifat fisik dari benda-benda di lingkungan.
c. Ketrampilan bahasa
Montessori meyakini bahasa, sebagai instrumen pemikiran kolektif
manusia adalah kekuatan manusia yang menstranformasi lingkungan mentah
menjadi peradaban. Pengembangan bahasa, yang oleh Montessori tidak
memandang bahasa tertentu yang digunakan dalam kebudayaan anak,
perkembangan bahasa mengikuti pola-pola yang sama untuk semua anak.
C. SIMPULAN
Pendidikan Montessori berlandaskan kondisi alami penyerapan otak dan
perkembangan spontanitas periode sensitif anak untuk menunjang perkemban gan
fisik dan psikis, serta mengarahkan anak untuk sehat dan bebas.
18 Maria Montessori, Metode Montessori Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orang Tua
Didik PAUD, (Trjmh Ahmad Lintang Lazuardi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2013), Hal.83
19 Elizabeth, Kenapa? Montessori, Keunggulan Metode Montessori Bagi Tumbuh Kembang