Anda di halaman 1dari 7

Reaksi Redoks

Kita sering menemukan logam besi mengalami korosi di sekitar kita, itu merupakan salah satu
contoh reaksi redoks yang mudah ditemui pada lingkungan. Korosi pada logam tersebut
disebabkan karena adanya oksigen bebas di udara yang mengoksidasi logam tersebut.
Reaksi redoks yang merupakan kependekan dari reaksi reduksi-oksidasi adalah reaksi
kimia yang dapat menyebabkan perubahan keadaan oksidasi suatu atom. Setiap reaksi redoks
selalu melibatkan proses reduksi dan proses oksidasi yang saling berkomplementer dan
melibatkan proses transfer elektron antar atom yang bereaksi. Reaksi redoks mencakup semua
reaksi kimia dimana atom berubah dari tingkat oksidasinya bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Proses oksidasi merupakan hilangnya elektron atau terjadinya peningkatan keadaan oksidasi
suatu atom, molekul ataupun ion. Sedangkan proses reduksi adalah penambahan elektron atau
penurunan keadaan oksidasi dari suatu molekul, atom, ataupun ion. Proses reduksi-oksidasi
melibatkan transfer elektron, transfer hidrogen ataupun transfer oksigen.

Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi suatu unsur menggambarkan kemampuan unsur tersebut berikatan dengan
unsur lain dan menunjukkan bagaimana peranan elektron dalam suatu senyawa. Bilangan
oksidasi (biloks) adalah jumlah muatan yang dimiliki atom atau unsur jika bergabung dengan
atom atau unsur lain. Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi diterangkan berdasarkan
komposisi senyawa, keelektronegatifan relatif unsure. Dalam suatu reaksi redoks, bilangan
oksidasi dapat membantu kita dalam menentukan mana spesies teroksidasi dan mana spesies
yang mengalami reduksi.
Cara Menentukan Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi dapat dituliskan dengan tanda plus (+) atau minus (-) yang kemudian diikuti
angka yang menunjukkan besarnya.
  Bilangan oksidasi atom dalam bentuk unsur bebasnya sama dengan 0. Bilangan oksidasi
atom Na, Mg, Fe, C, H2, O2, Cl2, P4, S8 = 0
 Hidrogen dalam suatu senyawa memiliki bilangan oksidasi +1. Contohnya yaitu dalam
HCl, hidrogen memiliki bilangan oksidasi +1.
 O dalam suatu senyawa memiliki bilangan oksidasi -2, kecuali dalam senyawa biner
fluorida, peroksida, dan superoksida.
 Logam mempunyai bilangan oksidasi positif
Catatan: logam golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr) mempunyai bilangan oksidasi +1, logam
golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra) mempunyai bilangan oksidasi +2
 Jumlah bilangan oksidasi atom-atom yang membentuk satu senyawa adalah 0.
 Jumlah bilangan oksidasi atom-atom yang membentuk ion adalah sesuai muatan ionnya.

Contoh Jenis Reaksi Redoks


Adapun untuk beragam macam reaksi redoks dalam ilmu kimia, diantaranya adalah sebagai
berikut;
Reaksi Pembakaran
Reaksi pembakaran adalah salah satu contoh reaksi redoks antara senyawa tertentu dengan
oksigen (O2) untuk membentuk produk yang mengandung oksigen. Jika salah satu reaktannya
adalah hidrokarbon, maka produk akhirnya adalah air dan karbon dioksida.
Contoh reaksinya yaitu pembakaran oktana yang merupakan suatu hidrokarbon penyusun
gasoline dalam mesin kendaraan yang melibatkan reaksi redoks.
2C8H18+25O2→16CO2(g)+18H2O
Dalam hal ini, oktana mengalami oksidasi menjadi karbon dioksida, sedangkan oksigen
mengalami reduksi menjadi air.
Reaksi Autoredoks
Reaksi autoredoks atau dapat juga disebut dengan disproporsionasi adalah reaksi dimana
reaktan tunggal dapat mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus sehingga menjadi produk
reduksi dan produk oksidasi. Contohnya yaitu reaksi berikut:
3ClO−→ClO3−+2Cl−
Dalam reaksi tersebut kita dapat melihat bilangan oksidasi klorin pada reaktan yaitu +1, namun
pada produk menjadi +5 dan -1. Dengan hal tersebut maka klorin mengalami kenaikan bilangan
oksidasi (oksidasi) dan mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi).
Reaksi Penggantian Tunggal
Reaksi penggantian tunggal adalah reaksi yang melibatkan dua elemen untuk bereaksi seperti
logam yang bereaksi dengan asam encer untuk membentuk garam dan gas hidrogen. Berikut ini
contoh reaksinya:
Zn+2HCl→ZnCl2+H2
Dalam reaksi tersebut Zn mengalami peningkatan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2,
sedangkan Hidrogen mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0.

Tatanama senyawa

Aturan tatanama senyawa sebagai berikut:


1. Senyawa biner dari logam dan non logam
Senyawa biner merupakan senyawa yang terdiri dari dua jenis atom.
a.   Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi (alkali, alkali tanah, dan aluminium).
Penamaanya dengan menyebutkan nama logam di depan dan kemudian nama nonlogam diikuti
akhiran –ida.
Rumus:Logam + non logam + ida
Contoh:
No Rumus Kimia Logam Non logam Nama Senyawa
1. KCl K Cl Kalium klorida
2. MgBr2 Mg Br Magnesium bromide
3. CaS Ca S Kalsium sulfide

b.    Logam yang mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi, penulisan nama logam di depan disertai
menuliskan bilangan oksidasi dengan angka Romawi dalam tanda kurung dan nama nonlogam
di belakang diakhiri dengan akhiran –ida.
Rumus :Logam + (bilangan oksidasi logam) + nonlogam –ida
Contoh:
Unsur Jenis Rumus Nama Senyawa
Jenis
kation Biloks Biloks Kimia
Anion

Fe Fe2+ +2 -1 FeCl2 Besi(II) klorida


Cl-
Fe3+ +3 -1 FeCl3 Besi(III) klorida
Pb Pb2+ +2 -2 PbO Timbal (II) oksida
O2-
4+
Pb +4 -2 PbO2 Timbal (IV) oksida
Cu Cu+ +1 -1 CuCl Tembaga (I) klorida
Cl-
2+
Cu +2 -1 CuCl2 Tembaga (II) klorida

c.    Terdapat cara lain untuk memberikan nama suatu senyawa yang mengandung unsur logam
dengan unsur logam lebih dari satu. Unsur logam dengan biloks yang rendah diberi akhiran “o”,
sedangkan biloks yang lebih tinggi diberi akhiran “i”
Rumus Kimia Biloks logam Nama Senyawa
HgCl +1 Merkuro klorida
HgCl2 +2 Merkuri klorida
SnO +2 Stano oksida
SnO2 +4 Stani oksida

2. Senyawa biner non logam dengan non logam


a.  Senyawa pasangan atom yang membentuk lebih dari satu jenis senyawa. Cara penamaannya
dengan menyatakan jumlah atom tiap unsur dan diakhiri dengan –ida. Angka indeks dalam
bahasa Yunani yaitu:
1 = mono                           4 = tetra                        7 = hepta 10 = deka
2 = di                                  5 = penta                     8 = okta
3 = tri                                  6 = heksa 9 = nona
Rumus: ( jumlah atom+ nama atom) + (jumlah atom+nama atom+ida)

Contoh:
Rumus kimia Jumlah atom non logam Nama Senyawa

N2O N=2 , O =1 Dinitrogen monooksida


NO N= 1 , O =1 Nitrogen monooksida
N2O3 N= 2 , O = 3 Dinitrogen trioksida
N2O4 N= 2, O= 4 Dinitrogen tetraoksida

N2O5 N= 2, O= 5 Dinitrogen pentaoksida


     
 b.  Senyawa kovalen dengan unsur nonologamnya berbiloks lebih dari satu. 
     Caranya dengan menuliskan unsur non logam bermuatan positif diikuti oleh angka Romawi yang
sesuai dengan bilangan oksidasinya dalam tanda kurung, sedangkan unsur non logam yang
bermuatan negatif diletakkan dibelakang dan diberi akhiran –ida.
Rumus : non logam positif+(angka romawi biloks) + non logam negatif +ida
Rumus kimia Biloks non logam (positif) Nama Senyawa
N2O +1 Nitrogen(I) oksida
NO +2 Nitrogen(II) oksida
N2O3 +3 Nitrogen(III) oksida
N2O4 +4 Nitrogen(IV) oksida
N2O5 +5 Nitrogen(V) oksida

Tata nama senyawa poliatomik


Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Pada umumnya senyawa
ini dibentuk oleh ion-ion poliatomik. Ion-ion poliatomik itu sendiri adalah ion-ion yang terdiri
atas dua atom atau lebih yang terikat bersama, umumnya dijumpai tersusun atas unsur-unsur
non logam. Sejumlah ion poliatomik dapat Anda lihat pada berikut ini.
Ion Nama Ion Ion Nama Ion
NH4 + Amonium CO3 2– Karbonat
OH– Hidroksida HCO3 – Hidrogen karbonat (bikarbonat)
CN– Sianida SO3 2– Sulfit
NO2 –   Nitrit HSO3 – Hidrogen sulfit (bisulfit)
NO3 – Nitrat SO4 2– Sulfat
ClO– Hipoklorit SCN– Tiosianat
ClO2 – Klorit S2O3 2– Tiosulfat
ClO3 – Klorat CrO4 2– Kromat
ClO4 – Perklorat Cr2O7 2– Dikromat
MnO4 – Permanganat PO4 3– Fosfat
C2H3O2 – Asetat HPO4 2– Monohidrogen fosfat
C2O4 2– Oksalat H2PO4 – Dihidrogen fosfat

Beberapa catatan aturan.


a. Anion poliatomik umumnya lebih banyak dibandingkan kation poliatomik. Suatu kation
poliatomik yang umum dijumpai adalah NH4 +.
b. Hanya sedikit anion poliatomik yang memiliki nama dengan akhiran "ida". Hanya OH– (ion
hidroksida) dan CN– (ion sianida). Sedangkan yang lainnya lebih banyak berakhiran "it" dan "at"
dan ada juga berawalan "hipo" dan "per".
c. Nama anion beroksigen diberi akhiran "at" (untuk atom oksigen lebih banyak) dan "it" (untuk
atom oksigen lebih sedikit).
Contoh :
Na2SO4 = natrium sulfat
Na2SO3 = natrium sulfit
K3PO4 = kalium fosfat
K3PO3 = kalium fosfit

d. Nama senyawa ion poliatomik adalah gabungan nama kation, nama anion dan angka indeks
tidak disebutkan. Senyawa ion bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan jumlah
muatan negatif
Contoh :
Senyawa ion poliatom dari K+ dengan OH– : KOH (kalium hidroksida) Senyawa ion poliatom
dari Mg2+ dengan NO3– : Mg(NO3)2 (magnesium nitrat
Senyawa ion poliatom dari Al3+ dengan SO42– : Al2(SO4)3 (aluminium sulfat)
Jika membentuk lebih dari dua anion, tata nama senyawanya sebagai berikut.
Ca2+ dengan ClO– : Ca(ClO)2 (kalsium hipoklorit)
Ca2+ dengan ClO2– : Ca(ClO2)2 (kalsium klorit)
Ca2+ dengan ClO3– : Ca(ClO3)2 (kalsium klorat)
Ca2+ dengan ClO4– : Ca(ClO4)2 (kalsium perklorat)

Anda mungkin juga menyukai