Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

METABOLISME PROTEIN

Ega Suryadiana
P1337431320003

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2021
PEMBAHASAN

Metabolisme Protein

A. Protein dalam makanan


Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adaiah
kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang
kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi.
Protein kacang-kacangan terbatas dalam asam amino metionin. Protein dalam makanan
nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas selulosa, yang tidak dapat dicerna oleh
cairan pencernaan, sehingga daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan sumber protein hewani. Memasak makanan dengan memanaskannya
akan merusak dan memecahkan dinding sel tersebut, sehingga protein yang terdapat didalam
sel menjadi terbuka dan dapat dicapai oleh cairan pencernaan saluran gastrointestinal.
Tabel 1. Nilai Protein Berbagai Bahan Makanan (gram/100 g)

Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan, Depkes RI 1964

Protein hewani pada umumnya mempunyai kualitas (nilai gizi) lebih tinggi
dibandingkan dengan protein nabati. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan
asam amino yang paling sesuai untuk kebutunan manusia. Untuk menjamin mutu protein
dalam makanan sehari-hari, dianjurkan sepertiga bagian protein yang dibutuhkan berasal dari
protein hewan. Namun demikian campuran beberapa bahan makanan sumber protein nabati
dapat menghasilkan komposisi asam amino yang secara keseluruhannya mempunyai kualitas
cukup tinggi. Padi-padian dan hasilnya relative rendah dalam protein, tetapi karena dimakan
dalam jumiah banyak, memberikan sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari.
Campuran nasi dengan kacang kedele atau hasil olah kedelai memberikan komposisi asam-
asam amino yang bernilai gizi tinggi karena pengaruh saling suplementasi. Selain itu, mie
bakso merupakan makanan rakvat yang bernilai protein tinggi, karena protein terigu di dalam
mie dicampur dengan protein daging atau ikan di dalam baksonya.
B. Pencernaan Protein Makanan
Di dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses pencernaan. Baru
di dalam lambung terdapat enzim pepsine dan HCL yang bekerjasama memecah protein
makanan menjadi metabolite intermediate tingkat polypeptida, yaitu peptone, albumosa dan
proteose. Di dalam duodenum protein makanan yang sudah mengalami pencernaan parsial itu
dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari cairan pankreas dan dari dinding usus halus.
Pankreas menghasilkan enzim-enzim proteolitik trypsine dan chemotrypsine, sedangkan
sekresi dinding usus mula-mula disangka hanya terdiri atas satu enzim yang diberi nama
erepsine, tetapi ternyata bahwa erepsine tersebut merupakan campuran dari sejumlan enzim-
enzim oligopeptidase, yaitu yang memecah ikatan-ikatan oligopeptida. Oleh erepsine,
oligopeptida dipecah lebih lanjut menjadi asam-asam amino. Sementara pada cairan empedu,
tidak mengandung enzim yang memecah protein.

C. Absorpsi dan Transport


Asam amino terdiri dari dua jenis yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam
amino esensial adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Sementara asam
amino non esensial adalah asam amino yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
Di dalam usus halus, protein dari makanan dicerna total menjadi asam-asam amino,
yang kemudian diserap melalui sel-sel epithelium dinding usus. Semua asam amino larut di
dalam air sehingga dapat berdifusi secara pasif melaiui membran sel. Ternyata bahwa
kecepatan dan mudahnya asam amino menembus membrana sel melebihi hasil difusi pasif,
dan untuk berbagai asam amino tidak sama, ada yang lebih mudah dan cepat, tetapi ada yang
lebih lambat penyerapanya. Bahkan asam-asam amino tersebut dapat diserap menentang
suatu gradient konsentrasi (concentration gradient) yang tidak mungkin terjadi pada difusi
pasif.
Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa ke dalam
colon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh microflora usus
menimbulkan proses pembusukan (putrefaction). Hasil pemecahan protein dan asam amino
diantaranya gas H2S, idol dan skatol, yang berbau busuk. Dekarboksilasi asam amino
menghasilkan berbagai ikatan amino yang toksik. Kumpulan ikatan-ikatan ini diberi nama
ptomaine. Dua anggota ptomaine ialah putrescine dan cadaverine. Zat-zat toksik ini dapat
diserap oleh tubuh dan memberikan keluhan-keluhan, seperti demam dan gatal-gatal.
Ada pula polypeptida atau molekul-molekul protein dengan berat molekul rendah
yang dapat menembus lapisan epitel usus dan masuk diserap ke dalam cairan tubuh dan aliran
darah. Polypeptida dan protein asing (bukan asli dibuat di dalam metabolisme tubuh itu
sendiri) yang masuk ke dalam milieu interieur, bersifat antigenik, merangsang alat pertahanan
tubuh untuk menggerakkan upaya-upaya perlawanan, diantaranya dengan membuat antibodi.
Antibodi bereaksi melawan antigen, dan reaksi demikian disebut reaksi allergik,
menimbuikan gejala-gejala alergik. Pada dasarnya gejala-gejaia ini menyangkut pembuluh
darah dan otot-otot polos. Manifestasi reaksi alergik dapat berupa kontraksi otot-otot polos
pada saluran pernafasan, sehingga terjadi serangan asmatik. Dapat pula reaksi tersebut berupa
permeabilitas kapiler darah meningkat, sehingga terjadi oedema lokal, terutama pada
permukaan kulit, sehingga terjadi urticaria (biduran). Singkatnya, reaksi alergi dapat muncul
bila protein yang belum tercerna memasuki mukosa usus dan muncul dalam darah.
Didalam rongga intestine, campuran asam-asam amino hasil pencernaan protein
makanan itu ditambah dengan asam-asam amino endogen sehingga konsentrasinya menjadi
3-4 kali yang berasal dari makanan. Penambahan ini menyebabkan komposisi asam-asam
amino menjadi lebih seimbang, yang meningkatkan penyerapan.
Transport protein memerlukan beberapa jenis transport zat gizi. Jenis transport zat
gizi tersebut terdiri dari transport pasif, transport aktif dan mekanisme transport lainnya.
Transport pasif merupakan transport ion, molekul dan senyawa yang tidak memerlukan
energi untuk melewati membrane plasma. Transport pasif mencakup osmosis dan difusi.
Transport aktif merupakan pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energi untuk
mengeluarkan dan memasukkan ion-ion dan molekul melalui membrane sel yang bersifat
permeable dengan tujuan untuk memelihara keseimbangan molekul kecil di dalam sel.
Mekanisme transport lainnya antara lain endositosis dan eksositosis. Endositosis adalah
proses memasukan zat makromolekuler ke dalam sel dengan cara membungkusnya dengan
membran plasma. Zat makromolekuler yang dipindahkan dapat berbentuk padatan
(fagositosis) ataupun cairan (pinositosis). Eksositosis adalah proses mengeluarkan zat
makromolekuler hasil metabolisme dari dalam sel keluar sel. Eksositosis dilakukan dengan
cara membungkus zat makromolekuler dengan membran plasma lalu dikeluarkan dari sel.
Protein dalam makanan dicerna dalam lambung dan usus dikatabolisme menjadi asam
amino yang diabsorbsi dan dibawa oleh darah. Dalam aliran darah, asam amino ditransport
bersama albumin, tetapi lkatannya sangat longgar sehingga dianggap sebagai asam amino
bebas. Asam amino dalam darah di bawa ke hati menjadi asam amino dalam hati (ekstra sel),
kemudian asam amino tersebut ada yang di simpan dalam hati (intra sel) dan sebagian dibawa
oleh darah ke jaringan-jaringan tubuh. Asam amino yang dibawa ke hati dikatakan ekstra sel
karena sebagian asam amino dalam hati ini kemudian akan dibawa sebagian keluar dari sel
atau menuju ke seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan. Setelah masuk ke jaringan-
jaringan tubuh asam amino ini akan masuk ke sel-sel tubuh (asam amino dalam sel). Dan
sebagiannya lagi tetap didalam hati (intra sel) sebagai cadangan protein dalam tubuh, bila
tubuh kekurangan protein maka asam amino ini diubah menjadi protein dan sebaliknya jika
tubuh membutuhkan asam amino dari dalam tubuh maka protein dirombak kembali menjadi
asam amino. Dan asam amino ini juga berfungsi membentuk senyawa N lain yang berfungsi
untuk pembentukan sel-sel tubuh, Senyawa nitrogen ini merupakan bagian utama dari semua
protein, enzim, dan proses metabolik yang disertakan pada sintesa dan perpindahan energi.
Keseimbangan nitrogen tubuh dikatakan positif bila n masuk tubuh > n yg keluar dari
tubuh berarti sintesis protein > katabolismenya, terjadi misalnya pada masa penyembuhan,
masa pertumbuhan, masa hamil. Keseimbangan nitrogen yg negatif berarti katabolisme
protein > sintesisnya, terjadi misalnya pada waktu kelaparan, sakit keseimbangan nitrogen yg
setimbang terdapat pada orang dewasa normal dan sehat. Bila ada kelebihan asam amino dari
jumlah yang digunakan maka asam amino diubah menjadi asam keto. Proses perubahan
tersebut terjadi dalam siklus asam sitrat. Atau diubah mejadi urea. Berikut proses perubahan
asam amino menjadi asam keto dalam siklus sitrat. Asam amino yang dibuat dalam hati atau
dihasilkan dari proses katabolisme protein dalam hati, dibawa oleh darah kedalam jaringan
untuk digunakan. Beberapa fungsi dari protein antara lain: 1) Membentuk jaringan baru
dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh; 2) Memelihara jaringan tubuh,
memperbaiki serta mengganti jaringan yang aus, rusak atau mati; 3) Menyediakan asam
amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme serta antibodi
yang diperluka; 4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga kompartemen yaitu
intraseluler, ekstraseluler dan intravaskuler; 5) Mempertahankan kenetralan asam basa tubuh.

Eksresi Protein
Pada umumnya orang sehat tidak mengekskresikan protein, melainkan sebagai
metabolitnya atau sisa metabolisma (metabolic wasta product). Selain CO 2 dan H2O sebagai
hasil sisa metaboiisma protein, terjadi pula berbagai ikatan organic yang mengandung
nitrogen seperti urea dan ikatan lain yang tidak mengandung nitrogen. Nitrogen yang
dilepaskan pada proses deaminasi masuk ke dalam siklus Urea dari KREBS-HEINSLET, dan
diekskresikan urea melalui ginjal di dalam air seni. Biia air seni dibiarkan di udara terbuka,
ureum akan dipecah oleh mikroba, menghasiikan amonia (NH3) yang menguap dan
memberikan bau khas air seni (pesing).
Amonia (NH3) merupakan racun bagi tubuh yang dapat meracuni otak sehingga
menjadi coma, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal, sehingga harus diubah dahulu jadi urea
(di hati), agar dapat dibuang oleh ginjal. Namun jika hati ada kelainan (sakit) maka proses
perubahan NH3 menjadi urea terganggu dan akan menimbulkan penumpukan NH3 dalam
darah yang disebut uremia. Nitrogen yang dilepaskan pada proses transaminasi tidak dibuang
ke luar tubuh, tetapi dipergunakan lagi dalam sintesa protein tubuh. Nitrogen juga ada yang
ikut terbuang di daiam tinja, karena terbuang di dalam cairan pencernaan atau di dalam sel-
sel epithel usus yang teriepas dan terbuang. Pada keadaan sakit ginjal, ada protein yang
terbuang di dalam air seni, yang disebut proteinuria. Protein Benz-Jones terdapat di daiam
urine pada kondisi sakit tertentu, Juga mungkin ada asam amino atau metaboiit yang terbuang
di daiam air seni pada kondisi abnormal tertentu.
Sintesa Protein
Manusia melakukan pergantian protein tubuh sebanyak 1-2 % dari total protein tubuh,
khususnya protein otot. Dari total asam amino yang dihasilkan melalui proses tersebut
sebanyak 75-80% digunakan kembali untuk sintesis protein baru, sedangkan 20-25% sisanya
akan membentuk Urea. Jika jumlah protein terus meningkat maka protein sel dipecah jadi
asam amino untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Pemecahan protein
jadi asam amino terjadi di hati dengan proses; deaminasi atau transaminasi.
Deaminasi; proses pembuangan gugus amino dari asam amino dalam bentuk urea.
Transaminasi; proses perubahan asam amino menjadi asam keto. Deaminasi maupun
transaminasi merupakan proses perubahan protein → zat yang dapat masuk kedalam siklus
Krebs. Penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Sintesis protein terdiri dari dua bagian utama – transkripsi dan translasi. Proses ini
melibatkan asam ribonukleat (RNA), asam deoksiribonukleat (DNA) dan satu set enzim.
Semua jenis asam ribonukleat, yaitu asam ribonukleat messenger (mRNA), asam ribonukleat
ribosom (rRNA) dan transfer asam ribonukleat (tRNA) yang diperlukan untuk sintesis
protein.
Transkripsi adalah bagian pertama dalam proses sintesis protein. Ini terjadi dalam inti
sel, di mana asam deoksiribonukleat (DNA) bertempat di kromosom. Seperti kita semua tahu,
DNA adalah struktur heliks ganda. Dari dua untai paralel, satu bertindak sebagai template
untuk menghasilkan mRNA. Sebagai langkah inisiasi transkripsi, RNA polimerase mengikat
dirinya ke situs tertentu (daerah promoter) di salah satu untai DNA yang akan bertindak
sebagai template.
Setelah keterikatannya dengan untai cetakan DNA, enzim polimerase mensintesis
polimer mRNA di bawah arahan template DNA. MRNA untai terus memanjang sampai
polimerase mencapai ‘wilayah terminator’ dalam template DNA. Dengan demikian,
transkripsi DNA mencakup tiga langkah – inisiasi, elongasi dan terminasi. mRNA Yang baru
ditranskripsi dilepaskan oleh enzim polimerase, yang kemudian bermigrasi ke sitoplasma
untuk menyelesaikan proses sintesis protein. Mengenal lebih lanjut tentang transkripsi DNA.
Bagian utama kedua dari proses ini adalah terjemahan. Bertentangan dengan
transkripsi yang terjadi dalam inti, terjemahan berlangsung dalam sitoplasma sel. Bagian ini
dimulai segera setelah mRNA ditranskripsi memasuki sitoplasma. Ribosom hadir dalam
sitoplasma segera melekat pada mRNA pada situs tertentu, yang disebut kodon start. Asil
tRNA amino juga mengikat pada untai mRNA. Fase ini disebut inisiasi.
Ketika ribosom bergerak sepanjang untai mRNA, amino asil tRNA membawa asam
amino satu per satu. Tahap ini tertentu disebut elongasi. Pada tahap terminasi, ribosom
membaca kodon terakhir dari untai mRNA. Dengan ini, berakhir bagian terjemahan dan
rantai polipeptida dilepaskan. Tepatnya bicara, dalam terjemahan, ribosom dan tRNA
menempel pada mRNA, yang membaca informasi ini kode dalam rantai tersebut. Dengan
demikian sintesis protein dari urutan asam amino tertentu terjadi.
Secara keseluruhan, proses sintesis protein melibatkan transkripsi DNA untuk mRNA,
yang kemudian diterjemahkan menjadi protein. Dengan demikian, kita telah melihat proses
sintesis protein memerlukan koordinasi yang tepat dari RNA, DNA, enzim dan ribosom. Dan
prosedur bijaksana langkah sintesis protein juga dikenal sebagai dogma sentral dalam biologi
molekuler.
KESIMPULAN

Protein mempunyai banyak fungsi bagi tubuh kita baik untuk orang dewasa maupun
anak-anak. Fungsi protein yaitu sebagai zat pembangun, protein juga berfungsi dalam
mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai mikroba dan zat toksik lain yang datang dari
luar, protein mengatur proses-proses metabolisme dalam bentuk enzim dan hormone. Protein
juga merupakan salah satu sumber utama energi. Dalam bentuk kromosom, protein juga
berperan juga dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk gen.
Di dalam rongga mulut, protein makanan belurn mengalami proses pencernaan. Baru
di dalam lambung terdapat enzim pepsine danHCL yang bekerjasama memecah protein
makanan menjadi metabolite intermediate tingkat polypeptide yaitu peptone, albumosa dan
proteosa. Di dalam duodenum protein makanan yang sudah mengalami pencernaan parsial itu
dicerna lebih lanjut oleh enzim yang berasal dari cairan pancreas dan dari abiding usus halus.
Di dalam usus halus protein makanan dicerna total menjadi asam-asam amino, yang
kemudian diserap melalui sel-sel epithelium dinding usus.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Meryana dan Bambang Wijatmadi. 2012. Pengantar Gizi


Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Diana, Fivi M. (2009). Fungsi dan Metabolisme Protein dalam Tubuh
Manusia. Andalas Journal of Public Health, 1, Vol 4.
Wijayanti, Novita. 2017. Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi.
Malang :Universitas Brawijaya Press.

Anda mungkin juga menyukai