Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

“SISTEM JARINGAN DASAR”

Disusun Oleh:

1. Triana Yuliani (A1D015002)


2. Refi Muhammad Ridha (A1D015003)
3. Rahma Dahniar (A1D015036)
4. Amalia Hafifah (A1D015037)

Kelompok : 2 (Dua)

Hari/Tanggal : Kamis/29-September-2016

Dosen Pengampuh : Dra. Yenita, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

T. A. 2016/2017
MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

“SISTEM JARINGAN DASAR”

Disusun Oleh:

1. Triana Yuliani (A1D015002)


2. Refi Muhammad Ridha (A1D015003)
3. Rahma Dahniar (A1D015036)
4. Amalia Hafifah (A1D015037)

Kelompok : 2 (Dua)

Hari/Tanggal : Kamis/29-September-2016

Dosen Pengampuh : Dra. Yenita, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

T. A. 2016/2017
i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan usaha yang cukup optimal. Dalam makalah
Anatomi Tumbuhan ini penulis mengambil judul “Sistem Jaringan Dasar”.
Dengan penulisan yang memanfaatkan banyaknya pustaka serta melakukan yang berkaitan
dengan penulisan makalah ini maka menjadikan makalah ini lebih memiliki materi yang
bermanfaat. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari masih banyak ke tidak
sempurnaan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun untuk dijadikan bahan masukan untuk penulisan makalah
selanjutnya. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Bengkulu, 27-September-2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
1.3. Tujuan ......................................................................................................................2

II. PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1. Sistem Jaringan Dasar............................................................................................ 3
2.1.1. Parenkim ........................................................................................................4
2.1.1.1. Fungsi Sel Parenkim .......................................................................5
2.1.1.2. Ciri-ciri Sel Parenkim .....................................................................5
2.1.1.3. Dasar Terbentuknya Sel Parenkim..................................................5
2.1.1.4. Bentuk dan Sususnan Sel parenkim ................................................5
2.1.1.5. Struktur dan Isi Sel parenkim ......................................................... 7
2.1.2. Kolenkim ........................................................................................................8
2.1.2.1. Lokasi Kolenkim Pada Tumbuhan..................................................9
2.1.2.2. Struktur dan Susunan Sel Kolenkim ...............................................9
2.1.2.3. Struktur Sehubungan dengan Fungsi ............................................11
2.1.3. Sklerenkim ...................................................................................................12
2.1.3.1. Macam-macam Sel Sklerenkim ....................................................13
2.1.3.2. Serat yang Bernilai Ekonomi ........................................................ 15
2.1.3.3. Perkembangan Sklereid dan Serat ................................................16

III. PENUTUP ....................................................................................................................... 18


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................18
3.2. Saran ...................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaringan Parenkim atau Jaringan Dasar yang Utama .......................................... 4
Gambar 2.2 A, Parenkim Bintang pada Juncus effusus. B, Aerenkim pada Petiole Zantredeschia
.................................................................................................................................... 6
Gambar 2.3 Jaringan Parenkim. A, aerenkim dengan sel yang bercabang serta ruang antarsel yang
jelas pada daun Canna (90x). B, aerenkim dari sayatan melintang tagkai daun Zantedeschiia (24x).
C, parenkim endosperm pada Secale (180x). D, parenkim endosperm pada Diospyros (620x) .... 7

Gambar 2.4 Bagan Sayatan. A, Melintang. B, Membujur................................................... 10


Gambar 2.4 Dinding sel kolenkim. A, penampang melintang dan C, penampang memanjang
kolenkim pada Salvia. B, kolenkim dari batang Sambucus dengan penebalan terutama pada
dinding tengensial (kolenkim papan) ............................................................................... 10

Gambar 2.5 Serat dan Sklereid ...................................................................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebuah sistem jaringan pada tumbuhan mengandung satu atau lebih jaringan. Suatu
unit sistem jaringan tersebut akan tersusun menjadi sebuah unit yang memiliki suatu fungsi.
Setiap organ pada tumbuhan terdiri atas tiga sistem jaringan yaitu sistem jaringan epidermis
(jaringan pelindung), sistem jaringan pembuluh, dan sistem jaringan dasar (Campbell,
2006: 630).
Suatu terkecil dalam tumbuhan adalah Sel, suatu wadah kecil berisi substansi hidup,
yaitu protoplasma, dan diselubung oleh dinding sel. Dalam setiap hidup berlangsung proses
metabolisme. Dinding sel melekat pada lain dengan adanya pelekat antarsel.
Pengelompokan sel seperti itu yang berbeda struktur atau fungsinya atau keduanya dari
kelompok sel lain,disebut jaringan.
Jaringan yang secara umum terdiri dari sel-sel yang sama bentuk serta fungsinya disebut
jaringan sederhana. Sistem jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagi
tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukan spesialisasi. Jaringan dasar utama
adalah parenkim dengan semua ragamnya; Kolenkim,yakni jaringan berbanding tebal dan
sel tetap hidup; sklerenkim, yakni jaringan berdidinding tebal dan sering kali barkayu
sehingga keras dengan sel yang biasanya mati.
Dalam tubuh tumbuhan, jaringan terbesar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan
yang bersangkutan. Pada dasrnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada
tumbuhan dikotil sebab jaringan pembuluh tanaman dalam jaringan dasar dan sistem
dermal merupakan penutup disebelah luar ( Hidayat,1995,6-8).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu sistem jaringan dasar?
2. Apa itu Parenkim?
3. Bagaimanakah fungsi dari sel parenkim?
4. Bagaimakah ciri-ciri dari sel parenkim?
5. Bagaimakah dasar terbentuknya sel parenkim?

1
6. Bagaimanakah bentuk dan susunan dari sel parenkim?
7. Bagaimanakah struktur dan isi sel parenkim?
8. Apa itu kolenkim?
9. Dimanakah lokasi kolenkim pada tumbuhan?
10. Bagaimanakah struktur dan susunan sel kolenkim?
11. Bagaimanakah struktur sehubungan dengan fungsi kolenkim?
12. Apa itu sklerenkim?
13. Apa saja dari macam sel sklerenkim?
14. Apakah ada serat yang bernilai ekonomi pada sel sklerenkim
15. Bagaimakah perkembangan dari skelereid dan serat?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari sistem jaringan dasar
2. Mengetahui pengertian dari parenkim
3. Mengetahui fungsi dari sel parenkim
4. Mengetahui ciri-ciri dari sel parenkim
5. Mengetahui dasar terbentuknya parenkim
6. Mengetahui bentuk dan susunan dari sel parenkim
7. Mengetahui struktur dan isi sel parenkim
8. Mengetahui pengertian dari kolenkim
9. Mengetahui lokasi dari kolenkim pada tumbuhan
10. Mengetahui struktur dan susunan sel kolenkim
11. Mengetahui struktur sehubungan dengan fungsi kolenkim
12. Mengetahui pengertian dari sklerenkim
13. Mengetahui macam-macam dari sel sklerenkim
14. Mengetahui serat yang bernilai ekonomi pada sel sklerenkim
15. Mengetahui perkembangan dari sklereid dan serat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Jaringan dasar


Sistem jaringan dasar merupakan sesuatu yang mencakup jaringan yang membentuk
dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar
utama adalah parenkim dengan semu ragamnya; kolenkim, yakni jaringan yang berdinding
tebal dan sel tetap hidup; sklerenkim, yakni jaringan berdinding tebal dan sering kali
berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati.
Jaringan dapat dibedakan karena memiliki sifat yang berbeda sehubungan dengan
posisinya dalam tubuh tumbuhan. Berikut ini disajikan jaringan pada tumbuhan biji
(Hidayat, 1995: 8).

2.1.1. Parenkim
Parenkim merupakan jaringan tanaman yang paling umum dan belum
berdiferensiasi. Kebanyakan karbohidrat non-struktural dan air disimpan oleh
tanaman pada jaringan ini. Parenkim biasanya memiliki dimensi panjang dan
lebar yang sama (isodiametrik) dan protoplas aktif dibungkus oleh dinding sel
primer dengan selulose yang tipis. Ruang interseluler antar sel umum terdapat
pada parenkim (A.Fahn, 1982:136).
Parenkim bagian utama sistem jaringan dasar dan juga terdapat pada
berbagai organ sebagai jaringan yang sinambung seperti pada korteks dan
empelur batang, korteks akar, serta jaringan dasar pada tangkai daun dan mesofil
daun. Pada tubuh primer, parenkim berkembang dari meristem dasar. Di
samping itu, ada pula parenkim yang menjadi bagian dari jaringan pembuluh dan
berkembang dari prokambium; pada tubuh sekunder berkembang dari kambium
pembuluh serta kambium gabus. Parenkim terdiri dari sel hidup yang bermacam-
macam bentuk, sesuai dengan fungsinya yang berbeda-beda pula. Parenkim
biasanya berupa jaringan yang selnya tidak banyak menunjukkan spesialisasi
dan dapat terlibat dalam berbagai fungsi fisiologi tumbuhan.

3
Gambar 2.1 jaringan parenkim atau jaringan dasar yang utama. (dari http://1.bp.blogspot.com/-px3yreFjPe0/UJ-
9HiA1A8I/AAAAAAAAAJs/kZtoEuYCros/s1600/parenkim-300x225.jpg, 2016)

Karena merupakan sel hidup, sel parenkim masih dapat membelah


meskipun telah dewasa. Sebab itu, sel parenkim berperan penting dalam
penyembuhan luka serta regenerasi.
Sebagian besar tubuh tumbuhan seperti empelur, sebagian atau seluruh
korteks akar dan batang, periskel mesofil daun, serta bagian buah yang
berdaging, terdiri dari parenkim juga terdapat pada floem dan xilem ( Hidayat,
1995: 55).

2.1.1.1. Fungsi Sel Parenkim


Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi
beberapa macam antara lain:
a. Parenkim asimilasi (klorenkim), merupakan parenkim yang
mengandung klorofil dan berfungsi untuk fotosintesis
b. Parenkim penimbun, adalah sel parenkim ini dapat menyimpan
cadangan makanan yang berbeda sebagai larutan di dalam
vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.
c. Parenkim air, adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air.
Umumnya terdapat pada tumbuhan yang hidup didaerah kering
(xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen.
d. Parenkim penyimpan udara (aerenkim), adalah jaringan
parenkim yang mampu menyimpan udara karena mempunyai

4
ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada
batang dan daun tumbuhan hidrofit (A.Fahn,1982:138)

2.1.1.2. Ciri-ciri Sel Parenkim


➢ sel umumnya berukuran besar dan berdinding tipis
➢ sel hidup dan mengandung klorofil
➢ banyak mengandung rongga antar sel
➢ banyak mengandung vakuola
➢ letak selnya tidak rapat

2.1.1.3. Dasar Terbentuknya Sel Parenkim


Menurut dasar terbentuknya parenkim di bagi menjadi beberapa
kelompok misalnya:
a. Parenkim palisade,
Penyusun mesofil daun,bentuk sel panjang tegak mengandung
banyak kloroplas.
b. Parenkim Bunga Karang,
Penyusun mesofil daun, berbentuk sel tidak teratur, ruang antarsel
relatif besar.
c. Parenkim bintang,
bentuk sel seperti bintang saling bersinambungan di ujungnya,
sehingga mempunyai ruang antar dan sel dan jenis-jenis parenkim
seperti parenkim lipatan, parenkim asimilasi, parenkim air,
parenkim udara, dan parenkim pengangkut (Waluyo. 2010:68)

2.1.1.4. Bentuk dan Susunan Sel Parenkim


Banyak sel parenkim bersegi banyak dan garis tengahnya
dalam berbagai arah bidang hampir sama. Pada batang dan akar,
parenkim memiliki ruang antar sel yang cukup besar, sedangkan
pada endosperm, parenkim umumnya akan membentuk bidang yang
kompak. Sel parenkim yang panjang terdapat sebagai sel palisade

5
pada daun; yang berbentuk benang terdapat pada batang tumbuhan
yang memiliki ruang antar sel yang mencolok besarnya seperti pada
Scirpus dan Juncus ( Hidayat,1995: 55).

A B
Gambar 2.2 A, parenkim bintang pada Juncus effusus. B, Aerenkim pada petiole Zantredeschia. (dari
https://eviamelia.files.wordpress.com/2012/10/aerenkim2.jpg &
http://4.bp.blogspot.com/CO5EWoytNTo/VeWfK3k6XcI/AAAAAAAAAAc/xZ6fRsV3p4Y/s1600/
New%2BPicture%2B%25281%2529.bmp, 2016)

Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim yang


mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-
rongga udara disebut aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan
dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan parenkim
(Yatim,1982:132).
Parenkim dewasa dapat pula tersusun amat rapat selnya seperti
pada endosperm, atau ditemukan sebagai jaringan dengan ruang
antar yang luas seperti pada batang (gambar 2.1.1.4).
Ruang antar sel dapat terjadi secara sizogen atau lisegen.
Pembentukan ruang antar sel sizogen terjadi: pada saat dinding
primer dibentuk antara 2 sel anak yang baru, lamela tengah di antara
ke-2 dinding baru berhubungan hanya dengan dinding primer sel
induk dan tidak menyentuh lamela tengah antara dinding sel induk
dan sel di sebelahnya. Sebuah ruang terkecil terbentuk di tempat
hubungan lamela tengah dengan sel induk. Bagian sel induk yang
berhadapan dengan ruang kecil tersebut menjadi rusak sehingga
terbentuk yang antar sel yang dapat meluas dengan terbentuknya
ruang antarsel yang serupa pada sel sebelahnya. Ruang antar sel
dilapisi oleh senyawa yang berasal dari lamela tengah. Ruang

6
antarsel lisigen dibentuk dengan merusak sel utuh. Contohnya
adalah ruang antarsel pada batang tumbuhan air

2.1.1.5. Struktur dan Isi Sel Parenkim


Kebanyakan sel parenkim berdinding tipis, namun ada pula
yang berdinding amat tebal seperti sel endosperm korma dan kopi.
Dalam dinding tebal itu terhimpun hemiselulosa sebagai cadangan
makanan.

Gambar 2.3 Jaringan Parenkim. A, aerenkim dengan sel yang bercabang serta ruang antarsel yang
jelas pada daun Canna (90x). B, aerenkim dari sayatan melintang tagkai daun Zantedeschiia (24x). C,
parenkim endosperm pada Secale (180x). D, parenkim endosperm pada Diospyros (620x). (dari Esau,
1965)

Struktur sel parenkim beragam menurut fungsinya. Sel


parenkim yang berfungsi dalam fotosintesis berisi klorofil;
jaringannya disebut klorenkim. Dalam cairan sel ditemukan
karbohidrat terlarut dan senyawa nitrogen. Dalam akar bit gula (Beta
vulgaris), misalnya, terdapat pada gula. Protein dan minyak terdapat
dalam endosperm biji jarak (Ricinus communis). Pati merupakan
bahan cadangan makanan yang paling sering terdapat pada
tumbuhan dan ditemukan pada endosperm, keping biji, umbi buah,
Banyak sel parenkim juga berisi tanin, dan sel seperti itu
letaknya tersebar atau merupakan sistem sel yang sinambung. Garam
mineral dapat pula ditemukan dalam sel parenkim berbentuk kristal
yang bermacam-macam. Sel yang memiliki isi yang berbeda dari sel

7
sekelilingnya acapkali disebut idioblas. Sel idioblas mengandung
berbagai senyawa seperti enzim yang disebut mirosan
(Capparidaceae, Cruciferae, Resedaceae.), zat berminyak
(Lauraceae, Simarubacea), zat bersifat lendir (Cactaceae,
Portulucacea) dan zat serupa harsa (Meliaceae, beberapa Rutaceae)
( Hidayat,1995: 56-57).

2.1.2. Kolenkim
Kolenkim terdiri dari sel – sel yang serupa dengan parenkim tapi dengan
penebalan pada dinding sel primer disudut sudut sel tidak menyeluruh. Karena
kolenkim jarang menghasilkan dinding sel sekunder, jaringan ini tampak sebagai
sel – sel dengan penebalan dinding sel yang ekstensif. Hubungan erat antara
jaringan kolenkim dan parenkim tampak pada batang dimana kedua jaringan ini
terletak bersebelahan. Banyak contoh menunjukkan tidak adanya batas khusus
antara kedua jaringan, karena sel – sel dengan ketebalan sedang ada antara kedua
jenis jaringan yang berbeda ini (A.Fahn, 1982:145).
Kolenkim, seperti halnya dengan sklerenkim, merupakan jaringan
mekanik yang bertugas menyokong tumbuhan. Bagian tumbuhan yang tumbuh
dengan lambat mengalami pertumbuhan sedikit saja sehingga dukungan oleh
turgor dalam sel parenkim sudah cukup. Namun, kebanyakan batang tumbuh
dengan cepat dan bagian yang tumbuh itu sering menjadi panjang dan ramping.
Struktur seperti itu membutuhkan jaringan penyokong yang berfungsi di saat
organ bersangkutan tumbuh dan harus disusun oleh sel yang juga dapat
memanjangkan dirinya sendiri. Persyaratan itu dipenuhi oleh kolenkim.
Kolenkim terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang menyerupai sel
prokambium dan berkembang dalam stadium awal promeristem. Sel kolenkim
adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang, dan pada umumnya memiliki
dinding yang tak teratur penebalannya. Berbeda dengan sel sklerenkim yang
memiliki dinding sel sekunder, sel kolenkim hanya memiliki dinding primer,
lunak, lentur tak berlignin. Sebaiknya, dinding sekunder pada sklerenkim,

8
bersama dinding primernya, dapat berlignin (mengandung zat kayu) dan
karenanya menjadi keras dan kaku.
Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan
penebalan dinding bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel
tersebut membentuk kambium gabus atau menanggapi luka. Dinding sel
sklerenkim lebih bertahan dan tak dapat segera dilenyapkan, meskipun protoplas
masih ada. Kebanyakan sel sklerenkim kehilangan protoplasnya setelah dewasa.
Sebagaimana diutarakan di atas, kolenkim bertugas sebagai jaringan
penyokong pada bagian tumbuhan muda yang sedang tumbuh dan pada
tumbuhan basah, bahkan terdapat pada organ yang telah dewasa. Kolenkim
bersifat plastis dan dapat merenggang secara permanen bersama dengan
pertumbuhan organ tempatnya berada.
Kolenkim seperti parenkim, dapat mengandung kloroplas dan dapat pula
berisi tanin. Dinding sel kolenkim dapat berlignin atau menjadi tebal seperti pada
sklerenkim. Namun, karena kolenkim terdiri dari sel hidup maka dinding sel
kolenkim dapat menjadi tipis lagi dan sel bersifat meristematik.

2.1.2.1. Lokasi Kolenkim Pada Tumbuhan


Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada
bagian bunga dan buah. Pada akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama
bila akar dibedakan kepada cahaya. Di banyak monokotil tak
ditemukan kolenkim jika sklerenkim dibentuk sejak tanaman muda.
Biasanya kolenkim terdapat langsung di bawah epidermis. Pada
batang, kolenkim bisa membentuk slinder penuh atau tersusun
menjadi berkas yang memanjang sejajar sumbu batang. Pada daun,
kolenkim terdapat di kedua sisi tulang daun utama atau pada satu sisi
saja, serta terdapat pula sepanjang tepi daun.

2.1.2.2. Struktur dan Susunan Sel Kolenkim


Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Sel dapat berupa
prisma pendek atau bisa pula panjang seperti pada serat dengan

9
ujung meruncing, namun antara kedua bentuk tersebut terdapat
bentuk peralihan.
Menurut penebalan dindingnya, dibedakan tiga jenis utama:
1. Kolenkim sudut, dengan penebalan memanjang pada sudut sel.
Pada penampang melintang, penebalan sudut terlihat ditempat
pertemuan tiga sel atau lebih. Contohnya pada batang Solanum
tuberosum dan pada Salvia
2. Kolenkim papan, dengan penebalan terutama pada dinding
tangensial. Contohnya pada korteks batang Sambucus nigra.
3. Kolenkim lakuna, yang mirip kolenkim sudut, namun banyak
mengandung ruang antarsel. Penebalan dinding terjadi di sekitar
ruang antarsel itu. Contohnya pada batang Ambrosia.

Gambar 2.4 Bagan sayatan. A, melintang. B, membujur. (dari http://3.bp.blogspot.com/-


JAt8BlU4T5Y/ULX-IkPFK_I/AAAAAAAABo8/ykyfqf98Kik/s1600/Struktur-jaringan-
kolenkim.jpg, 2016)

Gambar 2.5 Dinding sel kolenkim. A, penampang melintang dan C, penampang memanjang kolenkim
pada Salvia. B, kolenkim dari batang Sambucus dengan penebalan terutama pada dinding tengensial
(kolenkim papan). (B dari Cutter, 1965, A, C dari Esau, 1976)

10
Dinding sel kolenkim merupakan contoh dinding primer yang
amat menenbal, sebab penebalan terjadi pada saat sel masih tumbuh
membesar. Dengan perkataan lain, dinding sel meluas sekaligus
menebal pula. Dinding sel kolenkim terdiri dari lapisan yang kaya
selulosa dan miskin pektin. Dalam bahan segar, kandungan air dari
seluruh dinding sekitar 67%. Hal itu disebabkan pula karena pektin
yang bersifat hidrofil. Pada preparat yang dibuat dari sayatan segar
dan dilihat dalam air, kandungan air menyebabkan dinding sel
membengkak sehingga tampak amat jelas, berkilauan seperti
dinding sebelah dalam cangkang kerang (nacre).

2.1.2.3. Stuktur Sehubungan dengan Fungsi


Kolenkim tampaknya beradaptasi, terutama untuk menyokong
batang serta daun yang sedang tumbuh. Dinding sel menebal amat
amat dini ketika pucuk berkembang, namun penebalan itu bersifat
plastis dan mampu meluas. Sebab itu, penebalannya tidak
menghalangi pemanjangan batang atau daun. Pada perkembangan
selanjutnya, kolenkim dapat tetap bertahan sebagai jaringan
penyokong (terjadi pada banayak macam daun dan pada batang
beberapa tumbuhan basah) jika bagian organ tempat kolenkim
berada tidak membentuk sklerenkim. Dalam bagian tanam yang
sedang berkembang dan terdedah kepada tekanan mekanik (angin,
pemberian bobot yang digantung pada ranting), maka penebalan
dinding terjadi lebih awal serta dinding menjadi lebih tebal
dibandingkan dengan bagian tanaman yang tidak terpengaruh
tekanan seperti itu.
Kolenkim dewasa merupakan jaringan yang kuat dan lentur,
terdiri dari sel panjang yang saling ditimpa (dapat mencapai panjang
sampai 2 mm) dengan dinding tebal tidak berlignin. Pada tananam
tua, dinding sel kolenkim mengeras atau berlignin serta berubah
menjadi sklerenkim.

11
2.1.3. Sklerenkim
Sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel dengan dinding sekunder
yang tebal, yang dapat berlignin atau tidak. Fungsi utama sklerenkim adalah
penyokong dan kadang-kadang juga pelindung. Sel sklerenkim memiliki sifat
kenyal (elastis), tidak seperti kolenkim yang memiliki sifat liat (plastis).
Biasanya kolenkim dibagi menjadi serat dan sklereid. Serat skelerenkim
adalah sel panjang, sedangkan sklereid adalah sel pendek. Namun, pembagian
ini kadang-kadang kurang tepat karena ada serat yang pendek dan sklereid yang
panjang. Sklereid dibentuk dari sel parenkim yang dindingnya menjadi tebal,
sedangkan sell serat sklerenkim berkembang dari sel meristematik, jadi telah
sedangkan sel serat slerenkim berkembang dari sel meristematik, jadi telah
ditentukan sejak asalnya. Namun, ada pula pengecualian terhadap ketentuan itu
(Hidayat, 1995: 58-62).
Sklerenkim adalah jaringan pendukung pada tanaman. Penebalan lignin
terletak pada dinding sel primer dan sekunder dan dinding menjadi sangat
tebal. Hanya ada sedikit ruang untuk protoplas yang nantinya hilang jika sel
dewasa (gambar jaringan sklerenkim). Sel – sel yang terdiri dari jaringan
sklerenkim mungkin terbagi menjadi 2 tipe: serat (fibre) atau sklereid. Serat
atau fibre biasanya memanjang dengan dinding berujung meruncing pada
penampang membujur. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian
tubuh tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.Terdapat pada bagian
keras buah dan biji. Bagian bergerigi pada buah pir disebabkan oleh sel – sel
batu (stone cell, sklereid).Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri
dari senyawa selulosa merupakan jaringan penguat pada organ tubuh muda
atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak. Selain mengandung selulosa dinding
sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa lignin, sehingga sel-selnya
menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu serabut/serat
dan sklereid (A.Fahn, 1982:150).

12
2.1.3.1. Macam Sel Sklerenkim
➢ Sklereid
Sklereid terdapat diberbagai tempat dalam tubuh tumbuhan.
Sering sklereid berhimpun menjadi kelompok sel keras diantara
sel parenkim sekelilingnya. Tempurung kelapa, misalnya, hampir
seluruh terdiri dari sklereid. Sering pula sklereid terdapat sebagai
idioblas, yakni sel yang segera dapat dibedakan dan sel
sekelilingnya karena berbeda ukuran, bentuk, dan tebal
dindingnya. Sklereid dapat dibagi 4 macam: (1) brakislereid atau
sel batu yang bentuknya hampir isodiametrik, misalnya floem
kulit kayu pohon; (2) makrosklereid yang berbentuk batang
sering ditemukan dalam kulit biji, misalnya pada Leguminosae;
(3) osteosklereid yang berbentuk tulang dengan ujung-ujungnya
yang membesar kadang- kadang sedikit bercabang; (4)
asterosklereid yang bercabang-cabang dan berbentuk bintang
sering terdapat pada daun.
Sel sklereid
Di atas telah dinyatakan bahwa sel batu biasanya
berkembang dari sebuah sel parenkim dengan penebalan dinding
sekunder. Dinding sekunder itu biasanya amat tebal, dan di
dalamnya dapat dibedakan sejumlah lapisan kosentris dengan
sejumlah noktah. Sklereid biasanya dianggap tidak hidup setelah
sel menjadi dewasa, namun diketahui dalam sklereid bisa terdapat
protoplas hidup selama organ tempat sel tersebut masih hidup.
➢ Serat
Serat terdapat diberbagai tempat dalam tubuh tumbuhan.
Serat dapat ditemukan sendiri-sendiri sebagai idioblas, misalnya
dalam anak daun Cycas (Pakis haji).
Namun serat lebih sering ditemukan sebgai berkas, jalinan,
atau berupa slinder berongga. Serat paling sering ditemukan
diantara jaringan pembuluh, namun di sejumlah besar tumbuhan

13
juga terdapat dalam jaringan dasar. Menurut tempatnya dalam
tubuh, dibedakan serat xilem dan serat ekstra xilem (luar xilem).
Serat xilem merupakan bagian jaringan pembuluh dan
berkembang dari prokambium, yakni jaringan yang
menghasilkan jaringan pembuluh. Dua macam serat xilem yang
dibedakan berdasarkan tebal dinding serta jumlah noktah adalah
serat libriform dan serat trakeid. Serat libriform menyerupai serat
floem dan biasanya lebih panjang daripada trakeid tumbuhan.
Dindingnya amat tebal dan jumlah noktahnya sedikit. Serat
trakeid adalah serat yang merupakan bentuk peralihan antara
trakeid dan serat libriform. Noktah serat trakeid tergolong noktah
terlindung, namun ruang noktah lebih kecil dibandingkan dengan
yang ada pada trakeid. Berbagai macam bentuk noktah terdapat
pada serat trakeid.
Serat berlendir yang memiliki senyawa seperti gelatin juga
sering terdapat dalam xilem sekunder dikotil. Dalam serat seperti
itu, lapisan paling dalam dari dinding sekunder banyak
mengandung alfa selulosa dan miskin akan lignin. Lapisan itu,
yang disebut lapisan G, menyerap banyak air dan membengkak
sehingga mengisi seluruh lumen serat. Jika kayu tersebut
mengering, lapisan itu mengerut dan tak dapat kembali
membengkak. Serat ini khas bagi kayu reaksi pada dikotil yang
dinamakan juga kayu tegang, dan terdapat pada kayu bagian atas
dahan horizontal dikotil.
Serat ekstra-xilem dalam terdapat diluar xilem. Serat itu
dapat, misalnya, ditemukan dalam korteks atau dalam floem.
Dalam batang, sejumlah besar monokotil serat berada sebagai
slinder berongga atau berada dalam berkas diberbagai tempat
dibawah epidermis, atau sering pula berbentuk seludang yang
mengilingi hampir seluruh ikatan berkas pembuluh.

14
Pada batang memanjat serat beberapa batang dikotil lain
seperti Aristolochia dan Cucurbita, serat ditemukan dibagian
korteks paling dalam serta paling dalam dari slinder pusat, dan
disebut serat periskel. Namun, kemudian diketahui bahwa serat
sepertitu juga berkembang dari prokambium dan karenanya tidak
merupakan bagian floem. Selain itu, terdapat serat bersekat yang
dapat ditemukan dalam xilem dan floem spesies yang sama
seperti Vitis. Ciri khas serat ini adalah sekatnya dan memiliki
protoplas yang hidup.

2.1.3.2. Serat yang Bernilai Ekonomi


Serat floem di kulit kayu pada dikotil merupakan serat yang
diperdagangkan. Serat tersebut digolongkan ke dalam serat lunak
karena meskipun berlignin atau tidak berlignin, senantiasa lunak dan
lemas atau lentur. Beberapa contoh sumber serat kulit kayu yang
terkenal serta banyak kegunaannya adalah jute (Corchorus
capsularis) yang dipakai sebagai tali temali dan tekstil kasar, linen
(Linum usitatissimum) menghasilkan kain linen dan benang, dan
rami (Boehmeria nivea) yang menghasilkan tali dan tekstil.

15
Gambar 2.6 Serat dan Sklereid. https://3.bp.blogspot.com/
UMhT7kEUHbo/V5mhAXh_XSI/AAAAAAAAA7k/TvJmpCFdBqApfUiFBysabcJ7EikrWcPawCL
cB/s1600/g3.png

Serat pada daun monokotil tergolong serat keras. Dindingnya


berlignin dan bersifat keras dan kaku. Contoh sumber serat serta
kegunaannya adalah serat ananas (Ananas
comosus) yang dipakai untuk menghasilkan tekstil, dan sisal (Agave
sisalana) yang menghasilkan tali. Selain itu, serat daun yang dipakai
sebagai bahan baku kertas adalah daun jagung (Zea mays) dan tebu
(Saccharum officinarum).
Panjang serat beragam menurut spesies yang berbeda-beda.
Contoh serat kulit kayu: jute 0,8 – 6,0 𝜇m; linen 9 – 70 𝜇m; rami 50
-250 𝜇m. Contoh serat daun: sisal 0,8 – 8,0 𝜇m.

2.1.3.3. Perkembangan Sklereid dan Serat


Perkembangan sklereid bercabang serta sel serat yang panjang
menimbulkan penyesuaian diantara sel serta mengidinkasikan
kebebasan dari pengaruh sel parenkim disekelilingnya. Mula-mula
bakal sel sklereid bercabang tidak berbeda dari sel parenkim
disekitarnya. Namun, selanjutnya cabang sel sklereid tumbuh
memmasuki ruang antar sel di hadapannya bahkan menyelinap di
antara sel lain. Dengan demikian, sklereid memperoleh kontak baru
dengan sel lain. Pertumbuhan sel sklereid dimulai dengan
pertumbuhan terkoordinasi dan dilanjutkan dengan pertumbuhan
intrusif pada cabangnya.
Dalam perkembangannya, serat juga mengalami pertumbuhan
secara terkoordinasi dahulu bersama dengan sel sekelilingnya.
Kemudian, kedua ujung bakal serat akan memanjang dengan
pertumbuhan intrusif. Pada rami, pertumbuhan intrusif di ujung atas
sel berlangsung lebih lama dibandingkan dengan pertumbuhan di
ujung bawah. Dengan pertumbuhan yang berlangsung lama itu serat
dapat tumbuh menjadi amat panjang (Hidayat, 1995: 62-66).

16
BAB III
PENUTUP

1.4. Kesimpulan
1. Sistem jaringan dasar merupakan sesuatu yang mencakup jaringan yang membentuk
dasar bagi tumbuhan, namun sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi.
2. Parenkim merupakan jaringan tanaman yang paling umum dan belum berdiferensiasi,
dan juga terdapat pada berbagai organ sebagai jaringan yang sinambung seperti pada
korteks dan empelur batang, korteks akar, serta jaringan dasar pada tangkai daun dan
mesofil daun.
3. Fungsi jaringan parenkim dibedakan beberapa macam antara lain:
a. Parenkim asimilasi (klorenkim), merupakan parenkim yang mengandung klorofil
dan berfungsi untuk fotosintesis
b. Parenkim penimbun, adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan
yang berbeda sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan
di dalam sitoplasma.
c. Parenkim air, adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat
pada tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan
tumbuhan sukulen.
d. Parenkim penyimpan udara (aerenkim), adalah jaringan parenkim yang mampu
menyimpan udara karena mempunyai ruang antar sel yang besar.
4. Ciri-ciri Sel Parenkim:
➢ sel umumnya berukuran besar dan berdinding tipis
➢ sel hidup dan mengandung klorofil
➢ banyak mengandung rongga antar sel
➢ banyak mengandung vakuola
➢ letak selnya tidak rapat
5. Dasar terbentuknya Sel Parenkim dibagi menjadi kelompok:
a. Penyusun mesofil daun,
bentuk sel panjang tegak mengandung banyak kloroplas.
b. Parenkim Bunga Karang,

17
Penyusun mesofil daun, berbentuk sel tidak teratur, ruang antarsel relatif besar.
c. Parenkim bintang,
bentuk sel seperti bintang saling bersinambungan di ujungnya, sehingga
mempunyai ruang antar dan sel dan jenis-jenis parenkim seperti parenkim lipatan,
parenkim asimilasi, parenkim air, parenkim udara, dan parenkim pengangkut.
6. Bentuk sel parenkim:
bermacam-macam.
Susunan Sel parenkim:
➢ mengandung klorofil disebut klorenkim,
➢ mengandung rongga-rongga udara disebut aerenkim.
7. Struktur sel parenkim, beragam menurut fungsinya. Sel parenkim yang berfungsi dalam
fotosintesis berisi klorofil; jaringannya disebut klorenkim.
Isi sel Parenkim, Kebanyakan sel parenkim berdinding tipis, namun ada pula yang
berdinding amat tebal.
8. Kolenkim, merupakan jaringan mekanik yang bertugas menyokong tumbuhan.
9. Kolenkim dapat ditemukan pada batang, daun, serta pada bagian bunga dan buah. Pada
akar, kolenkim bisa dibentuk, terutama bila akar dibedakan kepada cahaya.
10. Struktur sel parenkim beragam menurut fungsinya. Kebanyakan sel parenkim
berdinding tipis, namun ada pula yang berdinding amat tebal seperti sel endosperm
korma dan kopi.
11. Sel parenkim yang berfungsi dalam fotosintesis.
12. Sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel dengan dinding sekunder yang tebal,
yang dapat berlignin atau tidak.
13. Sklereid,
Terdapat diberbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Sering sklereid berhimpun menjadi
kelompok sel keras diantara sel parenkim sekelilingnya
Serat,
Serat terdapat diberbagai tempat dalam tubuh tumbuhan. Serat dapat
ditemukan sendiri-sendiri sebagai idioblas, misalnya dalam anak daun Cycas
(Pakis haji).

18
14. Serat floem di kulit kayu pada dikotil merupakan serat yang diperdagangkan. Serat
tersebut digolongkan ke dalam serat lunak karena meskipun berlignin atau tidak
berlignin, senantiasa lunak dan lemas atau lentur. contoh sumber serat kulit kayu yang
terkenal serta banyak kegunaannya adalah jute (Corchorus capsularis) yang dipakai
sebagai tali temali dan tekstil kasar.
15. Perkembangan sklereid bercabang serta sel serat yang panjang menimbulkan
penyesuaian diantara sel serta mengidinkasikan kebebasan dari pengaruh sel parenkim
disekelilingnya. Mula-mula bakal sel sklereid bercabang tidak berbeda dari sel parenkim
disekitarnya. Serat juga mengalami pertumbuhan secara terkoordinasi dahulu bersama
dengan sel sekelilingnya. Kemudian, kedua ujung bakal serat akan memanjang dengan
pertumbuhan intrusif.

1.5. Saran
Pembahasan untuk materi ini diperlukan pemahaman yang dalam dan juga diperlukan
banyak referensi, karena masih banyak berbagai informasi yang selalu mengalami
pembaruan dan belum dikemukakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neils A. 2006. Biology Concepts and Conections. California: The Benjamin/Cummings
Fahn, A. 1982. Anatomi Tumbuhan jilid 3. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB
Waluyo, Joko.2010. Biologi umum. Jember: Universitas Jember
Yatim, Wildan. 1982. Biologi. Bandung: Tarsito Bandung

20

Anda mungkin juga menyukai