HOME CARE
Oleh :
Kelompok 5
Nailul Aizza R. NIM 132310101032
Insiyah Noriza NIM 132310101037
Dema Novita H. NIM 132310101033
Popi Dyah Putri K NIM 132310101035
Windi Noviani NIM 132310101036
Yulince Atanay NIM 132310101040
Rizka Agustien W. NIM 132310101041
1.1 Tujuan
1.2 Manfaat
2.1 Pengertian
2.2 Epidemiologi
Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah gejala paling
ringan (Maramis, 2006). Empat jenis penyakit langsung yang dapat
ditimbulkan yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan
skizofrenia (Irmansyah, 2008). Untuk tahun 2008 diperkirakan terjadi
peningkatan morbiditas gangguan jiwa sekitar 50 juta atau 25 persen dari 220
juta penduduk Indonesia yang mengalami gangguan jiwa. Artinya, satu dari
empat penduduk Indonesia mengidap penyakit jiwa dari tingkat paling ringan
sampai berat (Hawari, 2008). Data di atas menunjukkan bahwa peningkatan
morbiditas gangguan jiwa di Indonesia menunjukkan penyebab yang sama
dengan morbiditas dunia dimana depresi menjadi salah satu penyebab yang
harus diwaspadai sebagai pemicu awal terjadinya gangguan jiwa yang lebih
berat.
2.3 Etiologi
2. Gangguan bahan kimia dalam otak: bila bahan kimia dalam otak yang
dikenali sebagai neurotransmitter tidak berfungsi dengan baik gejala
penyakit mental akan muncul. Sebagai contohnya:
a. Schizophrenia: Penghasilan dopamin secara berlebihan.
b. Kemurungan: Paras serotonin terlalu rendah.
c. Mania: Paras serotonin meningkat secara melampau.
d. Kebimbangan: terdapat gangguan di dalam pengeluaran dan fungsi
noradrenalin.
3. Serangan virus: dalam penelitian ada penyakit akibat virus telah dikaitkan
dengan kemunculan penyakit mental.
4. Sejarah hidup yang getir. Misalnya kehilangan orang tua semasa kecil,
terlalu banyak ejekan dari teman-teman, dibully secara keterlaluan, dll.
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir
atau melamun yang tidak biasa (delusi).
4. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun
pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal
tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,
misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
15. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
16. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17. Sulit dalam berpikir abstrak.
18. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak
ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-
apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih.
2.5 Klasifikasi
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan.
Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan
bertahun.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi
suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi
agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
3. Terapi Psikososial
4. Terapi Psikoreligius
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima
oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan.
2.7 Pencegahan
Olahraga serta kebiasaan makan yang sehat bukan hanya berguna untuk
kesehatan jasmani semata, tapi juga untuk kesehatan mental Anda.
2. Jaga otak selalu bekerja
3. Mengendalikan amarah
8. Berpikir positif
Selalu ada sisi positif dalam setiap hal, carilah hal positif tersebut, sambil
tetap mengupayakan solusi untuk keluar dari masalah.
Tidur yang kurang, diketahui adalah salah satu faktor yang meningkatkan
resiko penurunan kesehatan, baik fisik maupun kesehatan mental. Karena
itu, pastikan tidur yang cukup. Beristirahatlah. Dengan tidur, tubuh
menjadi lebih siap lagi menghadapi tantangan berikutnya.
Jika segala sesuatunya terasa begitu berat, dan Anda menemukan diri Anda
sendiri berada pada kondisi yang tidak menguntungkan, carilah bantuan.
BAB 3. Asuhan Keperawatan
KASUS
Sdr. A berusia 25 tahun datang ke RSJ bersama ibunya. Ibu Sdr. A
mengatakan ingin anaknya cepat sembuh. Klien adalah seorang mahasiswa yang
senang sekali dengan karate. Namun semenjak dia sering kalah dalam lomba besar
sekitar 5 tahun yang lalu saat masih kuliah, klien begitu frustasi, selalu murung
dan tidak berinteraksi dengan teman-temannya hingga keadaannya memburuk
sampai saat ini. Klien sudah 3x keluar masuk RSJ dan yang sekarang adalah yang
keempat kalinya. Klien datang dalam keadaan marah-marah, mengamuk dan
selalu ingin melempar barang-barang yang ada disekitarnya, namun klien tampak
malu-malu saat bercerita, frekuensi bicaranya cepat seraya menggerak-gerakkan
tangannya. Ibu klien mengatakan kadang-kadang klien kembali normal seperti
biasa namun kadang-kadang suka berbicara, tertawa sendiri dan menggerak-
gerakkan tangannya sendiri sambil mengoceh yang tidak jelas. Pengobatan
sebelumnya tidak berhasil karena klien tidak mau meminum setiap obat yang
diberikan. Klien didiagnosa Skizofrenia oleh dokter nya yang pertama dahulu.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya TD 110/80mmHg, Suhu 36oC, nadi
82x/menit, RR 21x/menit, BB 60 kg, TB 166 cm, kesadaran compos mentis.
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Sdr. A
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak ada
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien marah-marah, mengamuk dan selalu ingin
melempar barang-barang yang ada disekitarnya.
Saat dikaji :
- Klien mengatakan mendengar suara atau bisikan yang mendorongnya
untuk latihan karate namun terkadang suara itu mengejeknya.
- Klien banyak bicara, suka tertawa dan berbicara sendiri serta bercerita
dengan menggerak-gerakkan tangannya sendiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan kadang-kadang klien suka berbicara, tertawa sendiri
dan terkadang menggerak-gerakkan tangannya sendiri sambil mengoceh yang
tidak jelas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah frustasi 5 tahun yang lalu dan selalu murung hingga
keadaannya memburuk sampai saat ini.Klien sudah 3x keluar masuk RSJ dan
yang sekarang adalah yang keempat kalinya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti yang dialami
oleh klien.
3 . Pola Pemenuhan Kesehatan
a . Aktivitas/kesehatan
Pasien terlihat sering tertawa sendiri dan perilakunya tidak stabil. Klien
tidak mampu diajak berkomunikasi secara baik dan perhatiannya menurun
dalam melakukan aktivitas. Keluarga klien mengatakan klien sering
melakukan aktivitas yang membahayakan dengan melempar barang-barang
disekitarnya.
b. Makanan/cairan
Keluarga pasien mengatakan pasien makan sehari 2x-3x sehari, dengan
bantuan keluarga pasien.
c. Konsep diri
- Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya, saat ditanya
bagian tubuh yang disukai adalah tangan.
- Identitas
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa
dirinya adalah seorang laki-laki.
- Peran
Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggung jawab sebagai anak
dan mahasiswa, klien dapat melakukan pekerjaan dirumah. Klien rajin
mengikuti kegiatan ibadah. Tetapi setelah sakit klien dirawat dirumah sakit
jiwa. Klien mengatakan bahwa dirumah sakit klien adalah seorang pasien
yang mendapat pengobatan.
- Ideal diri
Klien berharap dapat segera pulang dirumah,membantu org tua dan
latihan karate
- Harga diri
Klien mengatakan jika sudah pulang ke rumah klien ingin bergaul
dengan teman-temannya.
d. Hubungan social
- Orang terdekat : ibu kandung klien
- Peran serta dalam masyarakat : Sebelum sakit klien sering mengikuti
kegiatan masyarakat seperti kerja bakti dan kegiatan pemuda. Setelah
di rumah sakit, klien jarang mengikuti kegitan dalam masyarakat.klien
hanya mengikuti kegiatan dalam rumah sakit dan itu pun jika klien
suka.
e. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Setelah sakit klien banyak bicara, frekuensi bicara cepat.saat dirumah
sakit. Klien suka menyendiri dan tidak mau berbicara dengan teman-teman
diruangan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS : 15 ( E4 M6 V5)
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi Rate : 21 x/menit
o
Suhu : 36 C
BB : 60 kg
TB : 166 cm
a. Kepala
Warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata-Telinga-Hidung
Penglihatan : Baik
Pendengaran : Baik
Hidung, pembau : Baik
Leher
Simetris, normal, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
c. Dada
Dada dan punggung : Normal
Paru-paru : Normal
Jantung, abdomen, pinggang : Normal
d. Sistem pencernaan : Normal
e. Sistem Genitourinaria : Normal
f. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
3.2 Analisa Data
2. Ds : Sikap Resiko
Keluarga mengatakan klien suka membahayakan mencederai orang
marah-marah, melempar barang orang lain lain
disekitarnya
Do :
- Klien bicara cepat.
- Saat bercerita klien suka
menggerak-gerakkan tangan
- Ekspresi wajah serius saat
bercerita
3. Ds : Menarik diri Isolasi social
Keluarga mengatakan klien
suka mengurung diri dirumah
dan bicara sendiri
Do :
- Klien suka berdiam diri
dalam kamar
- Klien tidak suka berbicara
dengan teman-temannya
dalam ruangan
- Klien tampak malu-malu
saat bercerita dengan
perawat
3.5 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
. Keperawatan
1 Gangguan 1. Mengembangkan lingkungan yang mendukung
proses pikir dan hubungan klien-perawat yang terapeutik
berhubungan 2. Mengkaji derajat gangguan kognitif, seperti
dengan gangguan perubahan orientasi, rentang perhatian,
otak kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga
mengenai perubahan perilaku
3. Mempertahankan lingkungan yang
menyenangkan dan tenang
4. Melakukan pendekatan dengan cara perlahan dan
tenang
5. Memanggil klien dengan namanya dan tatap
wajahnya ketika berbicara
6. Menggunakan suara yang agak rendah dan
berbicara dengan perlahan pada klien
7. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat dan
Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan
8. Mendengarkan dengan penuh perhatian
pembicaraan klien.
9. Menghindari kritikan, argumentasi, dan
konfrontasi negatif
10. Menggunakan distraksi. Membicarakan tentang
kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak
meningkatkan kecemasan
11. Menghindari klien dari aktivitas dan komunikasi
yang dipaksakan
12. Menggunakan hal yang humoris saat berinteraksi
pada klien
2 Resiko tinggi 1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah
terhadap cedera laku impulsive dan penurunan persepsi visual.
berhubungan Membantu keluarga mengidentifikasi risiko
dengan terjadinya bahaya yang mungkin timbul
disorientasi 2. Menghilangkan sumber bahaya lingkungan
3. Mengalihkan perhatian saat perilaku teragitasi
4. Menggunakan pakaian sesuai dengan lingkungan
fisik atau kebutuhan klien
5. Mengkaji efek samping obat, tanda keracunan
(tanda ekstrapiramidal, hipotensi ortostatik,
gangguan gastrointestinal)
3 Isolasi sosial Membina hubungan saling percaya dengan :
berhubungan
dengan menarik a) Memberi salam setiap berinteraks
diri b) Memperkenalkan nama, nama panggilan
perawat, dan tujuan perawat berkrnala
c) Menanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Menunjukan sikap jujur dan menepati janji
setiap kali berinteraksi
e) Menanyakan perasaan dan masalah yang
dihadapi klien
f) Membuat kontrak interaksi yang jelas
g) Mendengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
3.6 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
. Keperawatan
1 Gangguan proses S: klien mengatakan jarang mendengar suara lagi
pikir
O: klien masih terlihat sering berbicara sendiri
berhubungan
dengan gangguan A: masalah teratasi sebagian
otak P: intervensi dilanjutkan
2 Resiko tinggi S: keluarga klien mengatakan klien tampak lebih tenang
terhadap cedera
O: saat bercerita ekspresi klien tampak serius
berhubungan
dengan A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
BAB 4. Penutup
4.1 Kesimpulan
gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan dari
norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan.
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku
yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. 26 juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas
adalah gejala paling ringan. Empat jenis penyakit langsung yang dapat
ditimbulkan yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan
skizofrenia. Penanganan pada gangguan mental dengan farmakologi,
psikoterapi, psikoreligius, dan rehabilitasi.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa.
Edisi 3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran.
Renata Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko
Karyuni, Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT.
Refika Aditama.