Tak lama lagi kita akan berjumpa dengan sebuah bulan yang mulia yang merupakan
kesempatan yang besar yang Allah sediakan untuk kita semuanya untuk meraih
ampunan Allah Jalla wa Ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan bulan ini bukan untuk menyusahkan hamba-
hambaNya, Allah syariatkan bulan ini sama sekali bukan untuk memberatkan kita
semuanya. Akan tetapi karena Allah ingin agar hati kita menjadi bening kembali.
Allah ingin dengan bulan Ramadhan, kita mendapatkan ampunan Allah Jalla wa Ala.
Allah ingin dengan bulah Ramadhan, kita ditempa dengan pendidikan yang luar
biasa. Sehingga menjadi hamba-hamba yang bertakwa kepada Allah Jalla Tsanauh.
Allah menyebutkan hikmah dari pada shiyam. Yaitu agar kalian menjadi orang-
orang yang bertakwa kepada Allah Jalla wa Ala. Karena sesungguhnya takwa itulah
modal utama untuk masuk ke dalam surga. Takwa itu adalah merupakan bekal yang
paling utama dalam kehidupan dunia. Sebagaimana Allah mengatakan:
Takwa itu yang sebaik-baik seorang hamba ketika ia berjalan di atas dunia ini.
Karena dengan takwa itulah ia bisa menghadapi berbagai macam problematika
hidupnya dengan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dibulan Ramadhan, kalau kita perhatikan sepertinya kita tampak lelah untuk
menahan dahaga dan lapar. Akan tetapi dibalik itu ada sebuah perkara yang luar
biasa. Ketika kita lelah, kelelahan itulah ia akan menimbulkan kebahagiaan. Al-
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Semua orang-orang berakal bersepakat bahwa kesenangan tidak akan bisa diraih
dengan cara bersenang-senang.”
Di dunia, kita tidak mungkin meraih kesenangan dunia dengan selow-selow saja,
dengan bersenang-senang saja, dengan berleha-leha saja. Mereka yang ingin
mendapatkan kesenangan dunia harus banting tulang mencari harta.
Apakah jadinya kalau kita mengharapkan surga Allah yang luasnya seluas langit dan
bumi dan kenikmatannya tak terhingga? Maka saudaraku, ketika kita disuruh oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala lapar dan dahaga dibulan Ramadhan, tiada lain
hakikatnyanya adalah supaya hati kita semakin menjadi bening.
Cobalah lihat orang-orang yang shaum ramadhan itu, ia lebih dekat kepada Allah
dan lebih dekat kepada ketakwaan. Karena dengan shaum itu, syahwatnya pun
kemudian dijadikan terikat. Sehingga orang yang berpuasa, saudaraku. Syahwatnya
menjadi sempit. Saat itulah hatinya akan menjadi bening dan ia selalu
mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang beriman dan menginginkan surgaNya, ketika melihat didalam bulan
Ramadhan banyak sekali kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan ampunan, ia
pasti bergembira. Sedangkan orang yang hatinya mengharapkan dunia dan
syahwatnya, ketika melihat bulan Ramadhan ia akan menjadi sesuatu yang beban
dalam hidupnya. Bahkan berat terasa di hatinya.
Ummat Islam,
“Siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, maka akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini kesempatan yang Allah sediakan. Seseorang yang berpuasa dibulan Ramadhan
telah dijamin oleh Allah dengan ampunan yang besar. Karena ketika ia berkuasa, ia
mau untuk meninggalkan semua kenikmatan dan kelezatan yang biasa kita rasakan
diselain bulan Ramadhan. Tapi ketika kita tinggalkan itu karena Allah, karena
mengharapkan wajah Allah semata, karena mengharapkan surga Allah, maka Allah
sudah pasti janjikan untuknya ampunan yang besar di sisi-Nya.
“Siapa yang shalat malam dibulan Ramadhan karena imam dan berharap pahala,
maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kabar gembira! Mereka yang senantiasa menjaga shalat tarawihnya, yang berusaha
semaksimal mungkin untuk menghidupkan malam dengan bermunajat kepada
Rabbnya, mereka yang melewati malam-malam Ramadhan dengan mereka berusaha
untuk berdiri di hadapan Allah Jalla wa Ala sebagai ketakwaan ia, rasa takut dan
berharap akan surgaNya.
Maka mereka yang seperti ini dijanjikan oleh Allah dengan pahala yang besar.Yaitu
Allah ampuni dosa-dosanya.
Subhanallah, bayangkan dua kesempatan ini kita bisa melakukannya dibulan
Ramadhan.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda lagi:
“Siapa yang bangun untuk ibadah dimalam Lailatul Qadar karena iman dan
berharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya bila kita shalat tarawih dimalam itu, maka lebih baik daripada kita shalat
tarawih selama 1.000 malam. Apabila kita membaca Al-Qur’an dimalam itu, maka
itu lebih baik daripada membaca Al-Qur’an selama 1.000 malam.
Makanya celaka, sungguh celaka orang yang keluar dari bulan Ramadhan, ternyata
tidak mendapatkan ampunan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam
Ahmad bin Hambal. Bahwasannya Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Ce
lakaa seorang hamba, masuk padanya bulan Ramadhan, lalu keluar ia dari bulan
Ramadhan dalam keadaan ia tidak mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.”
Taukah Anda mengapa Allah menyebutkan seperti keledai yang membawa kitab-
kitab besar? Karena keledai tidak mengetahui kitab apa yang ada di punggungnya. Ia
tidak tahu kalau di punggungnya tersebut kitab yang memberikan hidayah
kepadaNya. Bagai keledai, kitab itu hanyalah beban dalam hidupnya.
Maka siapa yang menganggap bahwa perintah-perintah Allah hanyalah beban bagi
hidupnya, siapa yang menganggap bahwa syariat Allah hanyalah beban untuk
hidupnya, maka ia masuk didalam ayat tersebut.
Demi Allah, hanya orang-orang yang menginginkan akhirat saja yang bergembira.
Hanya orang-orang yang menginginkan ridha Allah saja yang ia semangat padanya.
Adapun orang-orang yang mengharapkan dunia dan syahwatnya, bagi dia itu sesuatu
yang memberatkan hidupnya.
KHUTBAH KEDUA
Jam
aah Jum’ah Rahimakumullah
Salafush Shalih terdahulu ketika datang bulan Ramadhan, mereka bergembira.
Bahkan mereka memberikan satu sama lainnya selamat akan datangnya bulan
Ramadhan. Bahkan mereka berdo’a dan berharap kepada Allah agar disampaikan
kepada bulan Ramadhan. Karena itu adalah merupakan kebahagiaan bahkan
makanan pokok hati orang yang bertaqwa.
Sementara kita, kita tidak merasakan kebahagiaan itu. Kita tidak mendapatkan
kenikmatan ibadah tersebut. Ketika datangnya bulan Ramadhan, hati kita terkadang
menjadi berat. Ketika Ramadhan hendak pergi, kita pun malah bergembira. Karena
memang kita tidak merasakan kenikmatan-kenikmatan yang dirasakan oleh Salafush
Shalih.