NIM : 180510012
Kelas : III A
Semester : V (lima)
Katekese
Pada tahun 1223, Santo Fransiskus dari Asisi yang pada waktu itu menjadi seorang
diakon sedang mengunjungi kota Grecio untuk merayakan Natal. Grecio adalah sebuah kota
kecil di lereng gunung dengan lembah yang indah terhampar di hadapannya. Masyarakat sekitar
menanami daerah yang subur itu dengan pohon-pohon anggur. Santo Fransiskus menyadari
bahwa Kapel Pertapaan Fransiskan terlalu kecil untuk dapat menampung umat yang akan hadir
pada Misa Natal tengah malam. Jadi, ia mendapatkan sebuah gua di bukit karang dekat alun-alun
kota dan mendirikan altar di sana. Misa Natal kali ini akan sangat istimewa, tidak seperti Misa-
misa Natal sebelumnya.
Santo Bonaventura dalam bukunya “Riwayat St. Fransiskus dari Asisi” menceritakannya
dengan sangat baik: “Hal itu terjadi tiga tahun sebelum wafatnya. Guna membangkitkan gairah
penduduk Grecio dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus dengan devosi yang mendalam,
Santo Fransiskus memutuskan untuk merayakan Natal dengan se-khidmat mungkin. Agar tidak
didakwa merayakan Natal dengan tidak sepatutnya, ia minta dan memperoleh ijin dari Bapa
Uskup. Kemudian Santo Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga
menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya. Para biarawan
berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu
dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. Santo Fransiskus
berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata
dan berseri-seri penuh sukacita. Kitab Suci pun dikidungkan oleh Fransiskus.
Meskipun kisah di atas cukup kuno, pesannya bagi kita jelas. Gua Natal yang kita
tempatkan di bawah pohon Natal merupakan tanda pengingat yang kelihatan akan malam itu
ketika Juruselamat kita dilahirkan. Semoga kita senantiasa ingat untuk melihat dalam hati kita,
sang Bayi mungil dari Betlehem yang datang untuk membebaskan kita dari dosa. Semoga kita
senantiasa ingat bahwa kayu palungan yang membuai-Nya dengan nyaman dan aman, suatu hari
kelak akan menyediakan kayu salib bagi-Nya. Semoga kita juga senantiasa memeluk Dia dengan
segala cinta dan kasih sayang seperti yang dilakukan Santo Fransiskus.