Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bednadetus Aprilyanto

NIM : 180510012
Kelas : III A
Semester : VI (enam)
Mata Kuliah : Pastoral Stasioner
Dosen : Largus Nadeak, Lic. S. Th

Katekese, 10 Januari 2021


SAKRAMEN EKARISTI
Ekaristi berasal dari kata ‘eucharistein‘ yang artinya syukur atau ucapan terima kasih
kepada Allah. Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa atas segala kebaikan-
Nya sejak penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. Oleh karena itu kalau kita ke
gereja dan menerima sakramen ekaristi maka tujuan utama adalah mengucap SYUKUR kepada
Tuhan. Ada beberapa sebutan yang menjelaskan tentang arti sakramen Ekaristi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Perjamuan Tuhan, karena perayaan ini memperingati perjamuan malam terakhir yang
diadakan oleh Kristus bersama dengan murid-murid-Nya.
2. Misteri Paskah: kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan, karena dalam
sakramen ini, dikenang dan diperingati pengorbanan Yesus yang menyerahkan seluruh
hidupNya dengan mati di kayu salib untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia,
sekaligus kemenanganNya atas maut dengan bangkit dari kematian, yang dengan itu
memperbarui seluruh hidup manusia. Dalam Ekaristi, Misteri Paskah dihadirkan dalam
kehidupan Gereja, dengan melibatkan seluruh umat beriman.
3. Kurban kudus, karena menghadirkan kurban tunggal Kristus, penebus dan mencakup pula
korban dan penyerahan diri bagi pengudusan Gereja di hadapan Allah.
4. Komuni kudus, karena di dalam sakramen ini kita menerima Yesus Kristus sendiri dan
dengan demikian kita menyatukan diri dengan Kristus, yang mengundang kita
mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah-Nya, untuk ikut ambil bagian dalam
penderitaan, pengorbanan dan tugas perutusan Yesus di dunia yaitu membawa
keselamatan pada sesama.
5. Misa kudus, karena berakhir dengan pengutusan umat beriman supaya mereka
melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mengasihi
sesama: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-
Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi " (Yoh 13:34-35). Kasih di sini adalah kasih
yang ‘memberikan diri’, terutama kepada yang miskin dan menderita. Ekaristi sebagai
sakramen kasih memberikan rahmat yang memampukan kita untuk memberikan hidup
kita untuk mengasihi sesama, karena kasih kita kepada Tuhan. Karena itu Sakramen ini
juga disebut Sakramen Kasih.
6. Sakramen surgawi, dalam Sakramen ini, umat beriman bersatu erat dengan Tuhan,
dengan menerima (makan) Tubuh dan Darah Tuhan Yesus. Makanan surgawi ini
mempersiapkan kita untuk masuk dalam kemuliaan surgawi, karena di dalamnya
kehidupan dan kemuliaan kita diperbaharui terus menerus, sehingga kita pada masanya
nanti siap untuk masuk dalam kemuliaan surgawi menyatukan diri secara utuh dan
definitif dengan Tuhan.
Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani karena di dalamnya terkandung
seluruh kekayaan rohani Gereja, yaitu Yesus sendiri. Pada perjamuan terakhir sebelum sengsara-
Nya, Yesus menetapkan Ekaristi sebagai tanda kenangan yang dipercayakan-Nya kepada
GEREJA (kita semua). Dalam perjamuan itu, Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya sebagai
santapan bagi murid-murid-Nya, agar Yesus dan para muridnya dapat menjadi satu kesatuan tak
terpisahkan.
Ekaristi mempersatukan daya upaya dan penderitaan kita dengan kurban Yesus. Dalam
berkarya bagi sesama, kita diajak untuk beriman lebih dalam, Allah ingin bersatu dengan kita.
Jika kita menanggapinya dan menerima persatuan dengan Allah sebagai kebahagiaan kita, maka
penderitaan atau kesenangan dalam karya dan pelayanan tidak menjadi masalah bagi kita.
Ekaristi mengingatkan kita bahwa tidak ada keselamatan jika tidak ada Salib; dan dalam Ekaristi,
kita dipersatukan dengan Kristus dan ikut ambil bagian di dalam penderitaan-Nya agar dapat
pula mengambil bagian di dalam kemuliaan kebangkitan-Nya.
Ekaristi membawa pada pertobatan yang terus menerus. Kita tidak dapat bersatu dengan
Tuhan yang kudus, jika kita tetap tinggal di dalam dosa. Sakramen Ekaristi tidak secara langsung
menghapuskan dosa-dosa berat, namun Ekaristi secara tidak langsung menyumbangkan
pengampunan atas dosa-dosa tersebut. Melalui Ekaristi, Tuhan memberikan rahmat pada kita
agar kita sungguh-sungguh bertobat, membenci dosa kita, dan hidup dalam pertobatan yang
terus-menerus. Dengan menerima Sakramen Ekaristi, dosa-dosa kecil kita terhapuskan.
Dengan menerima Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus, Tuhan tidak saja hanya
hadir, tetapi TINGGAL di dalam kita. “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku
kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Kita harus tinggal di dalam Kristus dan Gereja-
Nya, supaya kita dapat berbuah: buah-buah Roh, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Gal 5: 22-23).
Dengan menerima Sakramen ini, kita makin hari semakin disempurnakan dalam hidup sebagai
umat beriman untuk semakin menyerupai Yesus: “Hendaklah kamu sempurna, seperti Allah
sempurna adanya.” (Mat 5 : 48).
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh hadir, real dan substansial, di
dalam Ekaristi, yaitu Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya di dalam rupa roti dan anggur.
Pada saat imam selesai mengucapkan doa konsekrasi - “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah darah-
Ku”, Tuhan secara ajaib mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian ini
disebut sebagai “transubstansiasi“, yang mengakibatkan substansi (hakekat) dari roti dan anggur
berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Jadi yang tinggal hanyalah rupa roti dan anggur,
tetapi substansi roti dan anggur sudah lenyap, digantikan dengan kehadiran Yesus.
Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai pada partikel yang terkecil dan
dalam setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran
Kristus utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat
menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama. Dalam
setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen. Karena Yesus sungguh-
sungguh hadir di dalam Ekaristi, maka kita memberi hormat di depan tabernakel dengan berlutut
dan menundukkan diri. Itulah sebabnya Gereja memperlakukan Hosti Kudus dengan hormat, dan
melakukan prosesi untuk menghormati Hosti suci yang disebut Sakramen Maha Kudus, dan
mengadakan adorasi di hadapan-Nya dengan meriah.
Kristus sendiri yang mengundang kita untuk menyambut Dia dalam Ekaristi, karena itu
kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang agung dan kudus ini dengan melakukan
pemeriksaan batin. Karena Ekaristi itu sungguh-sungguh Allah, maka kita tidak boleh
menyambutNya dalam keadaan berdosa berat. Untuk menyambut-Nya dengan layak kita harus
berada dalam keadaan berdamai dengan Allah. Jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat,
kita harus menerima pengampunan melalui Sakramen Tobat sebelum kita dapat menyambut
Komuni Kudus

Anda mungkin juga menyukai