Anda di halaman 1dari 8

Name : Muliana

Student ID : 180203098

Course : Manajemen Pendidikan

A. Fungsi-Fungsi Manajemen Pendidikan

Seperti yang disebutkan oleh S.L Sharma (2009), "educational management is field of study and
practice concerned with the operation of educational organizations." Dapat dikatakan bahwa
manajemen pendidikan memiliki konsentrasi penuh terhadap tujuan pendidikan. Proses
penentuan tujuan dalam organisasi tersebut merupakan inti dari manajemen pendidikan.
Pengertian proses mengacu kepada serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran
(tujuan) sampai akhirnya sasaran tercapainya tujuan. Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan
perumusan tujuan-perencanaan, lalu dilanjutkan dengan pelaksanaan, dan selama pelaksanaan
dilakukan pengawasan dan atau penilaian, dan diakhiri dengan pemberian umpan balik/tindak
lanjut (follow up). Rangkaian kegiatan tersebut sering disebut dengan fungsi manajemen atau
proses manajemen. Fungsi, artinya kegiuatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam
usaha mencapai tujuan.

Beberapa ahli telah mengemukakan fungsi-fungsi manajemen, di antaranya adalah:

1. William H. Newman mengklasifikasikan fungsi manjemen atas lima kegiatan dengan


akronim POASCO, yakni:
a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Assembling resource (pengumpulan sumber)
d. Supervising (Pengendalian)
e. Controlling (pengawasan)
2. Dalton E. Me. Farland, membagi tiga fungsi manajemen dengan akronim POCO yakni:
a. Planning
b. Organizing
c. Controlling
3. H. Koontz & O'Donnell, mengklasifikasikannya atas lima proses dengan akronim
PODICO, yakni
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Controling
B. Perencanaan (Planning) Perencanaan

Yang kata dasarnya "rencana" pada dasarnya merupakan tindakan memilih dan menetapkan
segala aktifitas dan sumberdaya yang akan dilaksanakan dan digunakan di masa yang akan
datyang untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan mengacu pada pemikiran dan penentuan
apa yang akan dilakukan di masa depan, bagaimana melakukannya, dan apa yang harus
disediakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan secar maksimal.

Tahap-tahap perencanaan :

1. Perumusan tujuan, pada tahap ini penyususn perencanaan harus merumuskan tujuan yang
hjendak di capai di masa yang akan datang.
2. Perumusan kebijaksanaan, yakni merumuskan bagaiaman usaha untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terkoordinir terarah dan
terkontrol. Perumusan prosedur, yakni menentukan batas-batas dari masing-masing
komponen
3. (sumberdaya)
4. Perencanaan skala kemajuan, merumuskan standar hasil yang yang akan diperoleh
melalui pelaksanaan aktivitas pada waktu tertentu.
5. Perencanaan bersifat menyeluruh, maksudnya setelah tahap a s/d d dirumuskan dengan
baik. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam setiap membuat perencanaan
meliputi:
a. Harus didasarkan pada tujuan yang jelas, maksudnya semua komponen
perencanaan dikembangkan dengan berorientasi pada tujuan yang jelas.
b. Bersifat sederhana, realistis, dan praktis, maksudnya perencanaan yang dibuat
tidak bersifat muluk-muluk.
c. Terperinci, maksudnya harus memuat segala uraian dan klasifikasi rangkaian
tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Memiliki fleksibilitas artinya perencanaan yang dibuat tidak bersifat kaku.
e. Terdapat perimbangan antara unsure atau komponen yang terlibat dalam
pencapaian tujuan.
f. Diupayakan adanya penghematan sumber daya serta kemungkinan diadakannya
sumberdaya tersebut di masa-masa aktivitas sedang berlangsung.
g. Diusahakan agar tidak terduplikasi dalam pelaksanaan.

Di bidang persekolahan, perencanaan sekolah merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan,
sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan, pedoman, dan kesepakatan
(commitment) yang menghasilkan program-program sekolah yang terus berkembang.
Perencanaan sekolah harus luwes, mampu menyesuaikan diri terhadap kebutuhan, dapat
dipertanggungjawabkan, dan menjadi penjelas dari tahap-tahap yang dikehendaki dengan
melibatkan sumber daya dalam pembuatan keputusan. Komponen perencanaan sekolah
mencakup kesiapan sumber daya manusia yang terkait dengan upaya mengelola sekolah, kualitas
dan status sekolah, peraturan maupun kebijakan dan garis besar pedoman pelaksanaannya
meliputi kerangka nasional dan otonomi sekolah, yaitu kebijakan pendidikan pada semua level
dan jenis pendidikan mengacu pada tujuan pendidikan nasional dalam konteks kesatuan dan
persatuan bangsa dengan kualitas yang mengglobal.

C. Pengorganisasian (Organizing)

Pengoganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat
dalam kerja sama di sekolah. Kegiatan pengorganisasian menentukan siapa yang akan
melaksanakan tugas sesuai pronsip pengorganisasian. Sehingga pengorganisasian dapat disebut
sebagai keseluruhan proses memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana
untuk memunjang tugas orang-orang itu dalam organisasi dan mengatur mekanisme kerjanya
sehingga dapat menjamin pencapaian tujuan.

Efesiensi dalam pengorganisasian adalah pengakuan terahadap sekolah-sekolah pada


penggunaan waktu dan uang dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuan, yaitu alat
yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana dan sumber daya sekolah. Keefektifan dalam
pengorganisasian sekolah menggambarkan ketepatan pembagian tugas, hak, tanggung jawab,
hubungan kerja bagian-bagian organisasi, dan menentukan personal (guru dan non guru)
melaksanakan tugasnya. Keunggulan dalam pengorganisasian kemampuan organisasi dan kepala
sekolah melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat meningkatkan harga diri dan kualitas
sekolah,

Beberapa hal pokok atau prinsip yang dapat dipedomani dan diperhatikan dalam
pengorganisasian sekolah yaitu prinsip pengorganisasian mempunyai tujuan yang jelas, tujuan
organisasi dapat dipahami dengan jelas oleh setiap anggota organisasi, tujuan organisasi harus
dapat diterima oleh setiap anggota organisasi. Prinsip lainnya adanya kesatuan arah dari berbagai
bagian organisasi, adanya kesatuan perintah, adanya keseimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab, adanya pembagian tugas yang jelas, struktur organisasi disusun seserdehana
mungkin, adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi, adanya balas jasa yang
setimpal, dan penempatan orang yang bekerja dalam organisasi sesuai dengan kemampuannya
(profesional).

D. Penyusunan Pegawai (Stoffing)

Seperti fungsi-fungsi manajemen lainnya, staffing juga merupakan fungsi yang tidak kalah
pentingnya. Tetapi agak berbeda dengan fungsi lainnya, penekanan dari fungsi ini lebih
difokuskan pada sumber daya yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncakan dan
diorganisasikan secara jelas pada fungsi perencanaan dan pengorganisasian. Prinsip the "the right
man on the right place" menjadi pegangan utama dalam fungsi manajemen ini. Aktifitas yang
dilakukan dalam fungsi ini, antara lain menentukan, memilih, mengangkat, membina,
membimbing sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni
pembinaan sumber daya manusia.

E. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terdapat para
petugas yang terlibat, baik secara structural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat
berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yantg telah diangkat dan dipercayakan
melaksanakan tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang
telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan dengan
controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau bimbingan bagaimana
seharusnya pekerjaan dikerjakan. Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan
kemauan dan kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan
potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.

F. Koordinasi (Coordinating)

Pengkoordinasian merupakan suatu aktivitas manajer membawa orang-orang yang terlibat


organisasi ke dalam suasana kerjasama yang harmonis. Dengan adanya pengoordinasian dapat
dihindari kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dan kesimpangsiuran di dalam
bertindak antara orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi.

Koordinasi ini mengajak semua sumber daya manusia yang tersedia untuk bekerjasama menuju
ke satu arah yang telah ditentukan. Koordinasi diperlukan untuk mengatasi kemunginan
terjadinya duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan wewenang atau saling merasa lebih penting
di antara bagian dengan bagian yang ada dalam organisasi. Pengorganisasian dalam suatu
organisasi, termasuk organisasi pendidikan, dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti:

a. Melaksanakan penjelasan singkat,


b. Mengadapat rapat kerja, dan
c. Memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan.

G. Pencatatan dan Pelaporan (Recarding and Reporting)

Segala kegiatan organisasi pendidikan mulai dari perencanaan hingga pengawasan, bahkan
pemberian umpan balik tidak memiliki arti jika tidak direkam secara baik melalui pencatatan-
pencatatan yang benar dan tepat. Semua proses dan atau kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam organisasi formal, sperti lembaga pendidikan, pada umumnya selalu
dipertanggung jawabkan.

Pertanggung jawaban ini tidak dapat dilakukan jika tiudak didukung dengan data-data tentang
apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan dalam organisasi tersebut, data-data tersebut dapat
diperoleh bila dilakukan pencatatan dan pengdokumentasian yang baik. Fungsi ini memegang
peranan penting dalam memberhasilkan kegiatan manajemen pendidikan, fungsi ini umumnya
lebih banyak ditangani oleh bagian ketatusahaan. Hasil catatan ini akan digunakan manajer untuk
membuat laporan tentang apa telah, sedang dan akan dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan. Fungsi recording and reporting ini akan berhasil jika tata kearsipan dapat dikelola
secara efektif dan efesien.

H. Pengawasan

(Controlling Pengawasan pada dasarnya dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengevaluasi,
mengendalian kegiatan sesuai dengan rencana organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan apa yang
dikehendaki seseuai dengan tujuan organisasi, dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi dengan tujuan untuk mengendalikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.

Sedangkan Gibson et al (1982) merumuskan pengawasan sebagai kegiatan manajerial untuk


menjamin bahwa hasil dapat dicapai sesuai dengan rencana dengan cara menyelesaikan urutan
pekerjaan secara logis dengan melakukan penempatan, pemeriksaan bahan, evaluasi kerja, dan
teknik manajerial. Pengawasan atau controlling terdiri dari unsur-unsur tindakan korektif, karena
controlling itu sebenarnya dapat berarti pula pengendalian. Jadi dapat dikatakan pengawasan
adalah standar atau tolok ukur, yang paling tidak mengandung tiga segi, yaitu sesuai dengan
rencana yang sudah ditetapkan, sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan ketentuan lain
yang berlaku serta memenuhi prinsip-prinsip daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektifitas).

Melalui pengawasan yang efektif, roda organisasi, implementasi renena, kebijakan, dan upaya
pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Penampilan mengindikasikan bahwa
secara langsung berhubungan dengan strategi sekolah (seperti input siswa, mutu pengelola, mutu
lulusan, respon masyarakat, dan seterusnya) mungkin biasa menyediakan sinyal peringatan awal
dari perjalanan panjang yang efektif. Pengawasan strategi sekolah sering disebut "pengawasan
strategi". Sebab fokusnya pada kegiatan yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan strategi,
sehingga menjadi sekolah lebih bermutu.

Pengawasan diartikan sebagai salah satu kegiatan mengetahui realisasi perilaku personal sekolah
dan apakah tingkat pencapaian tujuan sesuai yang dikehendaki, dan dari hasil pengawasan
apakah dilakukan perbaikan. Kenyataan menunjukkan, pengawasan dalam institusi pendidikan
dilihat dari praktek menunjukkan tidak dikembangkan untuk mencapai efektivitas, efesiensi, dan
produktifitas, tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress
checking, tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai visi dan
misi pendidikan.

Yang ujung-ujungnya perolehan mutu yang kompetitif menjadi tidak terwujud. Prinsip-prinsip
pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie (1973) adalah:

a. Tertuju kepada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan


b. Pengawasan harus menjadi umpab balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan,
c. Harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan,
d. Cocok dengan organisasi pendidikan misalnya organisasi sebagai system terbuka,
e. Merupakan control diri sendiri, 6) bersifat langsung yaitu pelaksanaan control di tempat
pekerja, dan
f. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personl pendidikan.

Membandingkan prestasi kerja dengan standar yang telah ditetapkan lebih dahulu adalah penting,
untuk menentukan apakah ada penyimpangan (deviation) dan mencatat besar kecilnya
penyimpangan, kemudian mengambil tindakan yang diperlukan memastikan, bahwa semua
sumber sekolah dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Stoner (1982) mengintrodusi pendapat Mockler (1972) yang membagi pengawasan dalam empat
langkah yaitu:

1. Mengukur sandar dan metode untuk mengukur prestasi, langkah ini mencakup penetapan
standar dan ukuran untuk segala macam keperluan, mulai dari target pencapaian kurikulum
sampai pada target pencapaian mutu lulusan dikaitkan dengan konteks manajenmen sekolah agar
pengawasan dapat berfungsi secara efektif, standar kinerja sekolah harus diperinci dalam istilah-
istilah yang dapat dipahami dan diterima oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
supervisor dan karyawan sekolah, metode pengukurannya juga harus jelas dan dapat diterima
sebagai yang akurat.

2. Mengukur prestasi kerja, langkah ini merupakan proses yang berkesinambungan, berulang-
ulang (repetitif) yang frekuensinya tergantung jenis aktivitas yang sedang diukur. Kesalahan
yang harus dicegah adalah membiarkan berlalunya jangka waktu yang terlalu lama antara
pengukuran dengan prestasi.

3. Membandingkan hasil yang telah diukur dengan sasaran dan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika hasil-hasil itu memenuhi standar, kepala sekolah dapat mengasumsi bahwa
segala sesuatunya telah berjalan secara terkendali.

4. Mengambil tindakan korektif, jika hasil-hasil yang dicapai tidak memenuhi standar dan
analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan korektif ini dapat berupa
mengadakan perubahan terhadap satu atau lebih banyak aktivitas dalam operasi sekolah, atau
terhadap standar yang telah ditetapkan semula

Pengawasan dan pengendalian sekolah dilakukan oleh kepala sekolah, pengawasan layanan
belajar harus dilakukan oleh supervisor, dan pengawasan layanan teknis kependidikan dilakukan
oleh tenaga kependidikan yang diberi wewenang untuk itu. Pengendalian dan pengawasan
penggunaan anggaran dalam penyelanggaraan sekolah yang dapat dipergunakan untuk
menjalankan operasi sekolah dan banyak metode pengendalian yang mencakup anggaran belanja
(budget), perhitungan rugi laba, dan sarana-sarana keuangan lainnya agar pelaksanaan operasi
sekolah dapat berhasil dengan baik.

Kualitas layanan belajar akan diawasi melalui metode pengawasan kualitas menurut ilmu
statistic dan ilmu pendidikan dalam pengukuran kemajuan belajar dan kinerja sekolah
keseluruhan. Kegiatan monitoring dan pengawasan adalah kegiatan untuk mengumpulkan data
tentang penyelenggaraan suatu kerja sama antara guru, kepala sekolah, konselor, supervisor dan
petugas sekolah lainnya dalam instituasi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai