Pelatihan 1-6
Pelatihan 1-6
OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS B
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
TOPIK I
PENDAHULUAN
Dari cerita mitos Yunani Asclepius dan Higeia tersebut,akhirnya muncul dua aliran
atau pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama
cenderung menunggu terjadinya penyakit,yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif
(pengobatan). Kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia,cenderung melakukan
berbagai upaya pencegahan terhadap penyakit dan meningkatkan kesehatan (promotif)
sebelum terjadinya penyakit. Dalam perkembang selanjutnya, seolah-olah timbul garis
pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative
health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care).
TOPIK II
APLIKASI EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
1. Jelaskan pengertian dan peranan Epidemiologi !
Jawaban:
Epidomiologi adalah ilmu yang mempelajari ihwal penyebaran penyakit serta
determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Dalam batasan epidemiologi itu,
tercakup 3 elemen yakni
a) Semua penyakit, baik penyakit infeksi dan non-infeksi,
b) Populasi, menyangkut distribusi pada populasi ( manusia/hewan ) atau kelompok,
dan
c) Pendekatan ekologi. Dalam pendekatan ekologi, dibahas ihwal frekuensi dan
penyebaran penyakit yang dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkugan
manusia/hewan, baik lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Hal ini yang dimaksud
dengan pendekatan ekologi.
Peranan epidemiologi sebagai alat, diartikan bahwa dalam melihat suatu
masalah/penyakit, selalu ditanyakan siapa (manusia/hewan) yang terkena penyakit ,
dimana dan bagaimana penyebaran penyakit, serta kapan penyebaran penyakit tersebut.
Demikian pula, epidemiologi sebagai metode/ pendekatan yang selalu dikaitkan dengan
penyakit, dimana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran penyakit dan kapan
penyakit tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi , khususnya dalam prongram
kasmavet adalah barbagai ukuran epidemiologi seperti prevalence, point of prevalence,
case fatality rate dan sebagiannya yang dapat digunakan dalam berbagai perhitungan.
TOPIK III
KESEHATAN LINGKUNGAN
TOPIK IV
SANITASI DAN HIGIENE DALAM PROSES PRODUKSI DAN PENANGANAN
PANGAN
4. Jelaskan cara monitoring dan surveilens terhadap residu dan cemaran mikroba !
Jawaban:
Berikut cara pelaksanaan dalam monitoring dan surveilans terhadap residu dan
cemaran mikroba:
a) Monitoring dan surveilens residu dilaksanakan setiap bulan dengan cara
mengumpulkan sampel secara acak di lapangan.
b) Pelaksana program adalah Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan (BPMPP) di
Bogor, B alai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) di tujuh wilayah serta
LaboratoriumKesmavet Daerah.
c) Sampel diambil dari berbagai macam sumber, yaitu:
Rumah Pemotongan Hewan/ Rumah Pemotongan Unggas,
Pasar penjualan daging,
Tempat penampungan susu,
Depot/ agen penjualan susu,
Pasar penjualan telur,
Perusahaan pengawetan bahan makanan asal hewan,
Industry pengolahan susu,
Perusahaan peternakan, dan
Pasar swalayan.
d) Sebagian jaringan tubuh atau hasil ekskresi dari tubuh hewan yang diambil dari
karkas dapat berupa :
Daging segar tanpa tulang,
Ginjal,
Hati,
Thyroid,
Lemak,
Isi perut/ usus,
Darah/ serum,
Urine, dan
Feses.
e) Laporan mengenai pengambilan dan pengujian sampel dikirim setiap tiga bulan sekali
ke Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan, Departemen Pertanian. Dengan demikian, setiap tahun akan diterima
laporan kuartal berturut-turut pada bula Juli, Oktober, Januari, dan April.
f) Sub Direktorat Residu, Direktorar Masyarakat Veteriner bertanggung jawab untuk
mengkompilasi dan menganalisis data laporan kuartal yang dikirim oleh BPMPP,
BBV dan Laboratorium Kesmavet.
6. Bagaimana upaya tindak lanjut dalam mengatasi masalah residu dan cemaran
mikroba !
Jawaban:
Dalam rangka meningkatkan hasil monitoring dan surveilens residu dan cemaran
mikroba oleh laboratorium penguji,perlu di tempuh beberapa langkah sebagai berikut ini.
a) Pengujian secara kualitatif dilakukan terhadap Penicilin,Tetracylin,Makrolida,dan
Aminoglikosida.Pengujian secara kuantitatif dilakukan untuk antibiotika jenis
Oxytetracylin,sedangkan jenis antibiotika lainnya dilakukan pengujian secara
kualitatif sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan standar.
b) Pengujian residu hormone dilakukan oleh semua laboratorium penguji melalui
optimalisasi HPLC dan SDM.
c) Metode pengujian terhadap residu akan diseragamkan melalui standarisasi metode
pengujian.
d) Pengadaan bahan standar uji dikoordinasikan oleh Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner.
e) Untuk optimalisasi dan akurasi hasil monitoring diupayakan hal berikut ini.
Pengujian cemaran mikroba terhadap Salmonella, E.coli, Coliform,
Staphylococcus, dan TPC.
Untuk pengujian residu antibiotika dan pestisida,sampel diambil dari perusahaan
peternakan,tempat pengumpulan produk asal hewan,dan RPH/RPU,sedangkan
pengujian cemaran mikroba sampelnya diambil dari seluruh mata rantai produksi
hingga ke konsumen.
Jumlah sampel ditetapkan 6-30 sampel dengan berat minimal 500 gram untuk
setiap lot/batch sesuatu produk sesuai dengan standar Codex.
Untuk tahun 2003,masing-masing laboratorium penguji menargetkan pengambilan
sampel sejumlah 200 sampel untuk pengujian residu dan 200 sampel untuk
pemeriksaan cemaran mikroba.
Pelatihan dalam rangka peningkatan keteranpilan petugas laboratorium akan
diadakan oleh Balai Pengujian Mutu Produk Peternakan dalam bentuk magang
maupun bentuk pelatihan.
f) Dinas Peternakan selain berperan aktif melakukan pengawasan residu (telah dimulai
oleh Dinas Peternakan Bengkulu,Kalimantan Barat,dan Kalimantan Timur) perlu pula
melakukan pengawasan pemakaian obat-obatan dan tambahan pakan serta
peningkatan hygiene pada segmen budidaya,khususnya kepada para peternak.
TOPIK VI
ADITIF PADA MAKANAN
3. Sebutkan zat anti kerak yang sering digunakan dalam pengolahan pangan.
Jawaban:
Zat antikerak yang umum digunakan dalam pengolahan pangan adalah kalsium
silikat, CaSiO3.xH2, Na – silikoaluminat, Ca3(Po4)2, Mg-silikat, dan MgCO3
4. Sebutkan jenis zat pemanis sintetik yang sering dijumpai pada makanan dan
minuman!
Jawaban:
Zat pemanis sintetik yang banyak digunakan pada makanan dan minuman adalah
garam Ca- atau Na-sakrin. Penggunaan sakarin sendiri tergantung dari intensitas
kemanisan yang dikehendaki.