Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KRONIK

DENGAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN


PADA SYSTEM KARDIOVASKULER
ASD, PDA, TOF

Ariestika Baktian Hapsari 132111123013


Iffah Ismiyah 132111123014
Rochimi 132111123015
Margaretha Nabutaek 132111123035
Stefania Hoar 132111123036
Aprilina Selvince Bulu 132111123037
ASD
( ATRIAL SEPTUM DEFEK)
ASD adalah gangguan septum atau sekat antara
rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak
menutup secara sempurna dan membuat aliran darah
atrium kiri dan kanan bercampur.
Klasifikasi ASD

Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :


1. Ostium secundum
2. Ostium primum
3. Sinus venosus
Etiologi
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya
penyakit ini yaitu :
1. Pada saat hamil ibu menderita rubella
2. ibu hamil yang alkoholik
3. usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun
4. penderita IDDM
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
1. Kelelahan
2. Mudah lelah dalam beraktivitas
3. Napas pendek dan kesulitan bernapas
4. Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
5. Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh
Manifestasi Klinis

 Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak


ada kelainan
 Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering
mendapat infeksi saluran pernafasan.
 Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan
hiperdinamik di parasternal kiri.
 Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat
ada kelainan.
 Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung
Penatalaksanaan Medis
- ASD kecil tidak perlu oprasi karena tidak
menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya
endokarditis infektif
- ASD besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan
dilakukan dibawah umur 6 tahun (pra sekolah).
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
a. Pengkajian Umum
b. Keluhan Utama

c. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
 Riwayat Kesehatan masa lalu : Prenatal
History, intra natal, Riwayat Neonatus,
Riwayat Kesehatan keluarga.
Pemeriksaan Fisik

 Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls


prominent ventrikel kanan dan pulsasi arteri
pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1
normal/split, dengan aksentuasi penutupan katup
trikuspid
 Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat
resistensi vaskular pulmonal meningkat
menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
2. EKG
3. Katerisasi Jantung
4. Ekokardiogram
5. Radiologi
Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan


dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat
nutrisi ke jaringan
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema peru
Intervensi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan rate, irama, konduksi jantung


a. Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi, irama jantung.
b. Catat bunyi jantung.
c. Palpasi nadi perifer. Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
d. Pantau tekanan darah.
e. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau konsentrasi
urine.
f. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan
depresi.
g. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.

h. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat diuretic dan
cairan.
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia

a. Taksiran tingkat, kelelahan, kemampuan untuk melakukan


ADL

b. Berikan periode dan istirahat dan tidur yang cukup

c. Hindari suhu lingkungan yang ekstrim


3. Kerusakan pertukaran gas b.d edema paru

a. Berikan bronkodilator sesuai yang diharuskan


b. Evaluasi tindakan nebuliser,inhaler dosis terukur
c. Intruksikan dan berikan dorongan pada pasien untuk
pernapasan diafragmatik dan batuk yang efektif
d. Berikan oksigen dg metoda yang diharuskan
PDA
( PATENT DUCTUS ARTERIOSUS)

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan


duktus arteriosus untuk menutup setelah
kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan
normal, akan menutup dua hingga tiga hari
setelah bayi dilahirkan. Secara fungsional, duktus
arteriosus menutup pada sekitar 90% bayi cukup
bulan atau aterm dalam 48 jam setelah lahir.
Epidemiologi PDA

 Faktor – faktor yang bertanggung jawab terhadap


tetap terbukanya duktus arteriosus melebihi 24 – 48
jam awal kehidupan bayi baru lahir belum diketahui
secara sempurna.
 Prematuriras dengan jelas meningkatkan insidensi
PDA, dan hal ini diakibatkan faktor fisiologis yang
lebih berhubungan dengan prematuritas daripada
kelainan duktus itu sendiri.
Faktor Resiko PDA

 Faktor yang bertanggung jawab atas PDA belum


dimengerti sepenuhnya. Prematuritas secara jelas
meningkatkan insidensi PDA dan hal ini lebih
disebabkan oleh faktor-faktor fisiologis yang
berhubungan dengan prematuritas dari pada
abnormalitas duktus.
 PDA lebih sering terjadi pada sindroma-sindroma
genetik tertentu, termasuk dengan perubahan
kromosom yang diketahui seperti trisomi 21 dan
sindroma 4p, mutasi gen tunggal seperti Carpenter
syndrome dan Holt-Oram
syndrome
Patofisiologi PDA

 Duktus arteriosus berasal dari lengkung aorta dorsal


distal ke enam dan secara utuh dibentuk pada usia
ke delapan kehamilan.
 Konstriksi dari duktus arteriosus setelah kelahiran
melibatkan interaksi kompleks dari peningkatan
tekanan oksigen, penurunan sirkulasi prostaglandin
E2 (PGE2), penurunan resepetor PGE2 duktus dan
penurunan tekanan dalam duktus
Patofisiologi PDA

Patensi dari duktus arteriosus biasanya diatur oleh


tekanan oksigen fetus yang rendah dan sirkulasi dari
prostanoid yang dihasilkan dari metabolisme asam
arakidonat oleh siklooksigenase (COX) dengan PGE2
yang menghasilkan relaksasi duktus yang paling hebat
di antara prostanoid lain
Klasifikasi danManifestasi
Klinis PDA
Terdapat beberapa bentuk manifestasi klinis PDA yang
mempunyai beberapa perbedaan, tergantung dari
klasifikasi PDA, yaitu :
1. PDA kecil
2. PDA sedang atau Moderat
3. PDA besar
4. PDA besar dengan hipertensi pulmonal
Diagnosis PDA
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk mendiagnosis PDA, antara lain
1. pemeriksaan radiologi,
2. elektrokardiografi,
3. ekokardiografi,
4. kateterisasi
5. angiokardiografi.
Penatalaksanaan PDA
Terdapat beberapa jenis terapi untuk menangani kasus
– kasus PDA, yaitu:
1.terapi medikamentosa
2. terapi bedah, dan
3. penutupan secara transkateter.
Prognosis PDA
Pasien dengan simple PDA dan defek
ringan sampai sedang biasanya dapat
bertahan tanpa tindakan pembedahan
walaupun pada tiga sampai empat
dekade kehidupan biasanya muncul
gejala seperti mudah lelah, sesak nafas
bila beraktifitas dan exercise intolerance
dapat muncul. Hal tersebut merupakan
konsekuensi dari hipertensi pulmonal
atau gagal jantung kongestif.
TOF
( Tetralogy Of Fallot)
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung
bawaan sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan
pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari
bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat
antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut
paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Sylvia,
2013).
Etiologi

Faktor –faktor tersebut antara lain adalah:


1. Faktor endogen yaitu berbagai jenis penyakit genetik (kelainan
kromosom); anak yang lahir sebelumnya menderita penyakt
jantung bawaan; adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung dan
kelainan bawaan,
2. Faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu : sebelum ikut
program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin,
amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella);
pajanan terhadap sinar-X.
Tanda dan Gejala

a. Murmur
b. Sianosis
c. Dispneu
d. Serangan-serangan dispneu paroksimal
(serangan-serangan anoksia “biru”)
e. Pertumbuhan dan Perkembangan
f. Biasanya Denyut Pembuluh DarahNormal
g. BisingSistolik
Penatalaksanaan Medis

a. letakkan pasien dalam knee-chest position;

b. Berikan O2masker 5-8 L/menit;

c. Morfin sulfat 0, 1- 0,2 mg/kg subkutan atau intramuskular;

d. Berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB intravena untuk


koreksi asidosis;

e. Berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari


15 g/dl, sekali pemberian 5 ml/kgBB; Berikan propranolol
0,1 mg/kgBB bolus intravena.
Komplikasi

a. Trombosis Serebri
b. Abses Otak
c. Endokarditis Bakterialis
d. Gagal JantungKongestif
e. Hipoksia
Konsep Askepteori Tetralogi Of Fallot

Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Identitas Orangtua
c. Riwayat kehamilan ibu
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Riwayat penyakit dahulu
f. Riwayat tumbuh kembang
g. Data psikososial
h. Pemenuhan kebutuhan dasar
i. Pemeriksaan fisik - Keadaan umum
Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


perfusi ventilasi.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

d. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisisensi


stimulus

e. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah ke otak
Intervensi Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


ketidakseimbangan perfusi ventilasi

 Kaji frekuensi, kecepatan dan kedalaman pernafasan.

 Catat kesimetrisan pergerakan dada, penggunaan otot


tambahan, dan retraksi otot intercostal.

 Observasi status mental atau tingkat kesadaran pasien.

 Observasi adanya sianosis terutama di mukosa mulut.

 Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan

 Observasi keterbatasan klien dalam melakukan aktivitas.

 Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan.

 Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, sesak


nafas, diaporesis, pucat).

 Bantu klien untuk mengidetifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.

 Memotivasi klien untuk meningkatkan aktivitas sesuai dengan


kemampuan.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas

 Monitor jalan napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

 Monitor bunyi napas tambahan

 Pertahankan kepatenan jalan napas

 Posisikan semi fowler atau semi fowler

 Berikan oksigen jika perlu

 Ajarkan teknik batuk efektif

 Kolaborasi pemberian bronkodilator


Implementasi Keperawatan

Implementasi dibuat atau dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
atau yang telah ditentukan.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawata. Evaluasi


dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, teratasi
sebagian atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria hasil.Disamping itu,
perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan
yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di
modifikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai