Disusun oleh :
Yusrizal Yunus
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya , sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya diakhirat kelak.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat-Nya, baik itu sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “ Bahasa Dalama Karya Ilmiah
”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ............................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menciptakan budaya membaca dan menulis karya tulis ilmiah,
pendidikan bahasa karya tulis ilmiah haruslah ditanamkan sedini mungkin. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka pada perguruan tinggi biasanya terdapat mata kuliah yang
khusus membahas perihal karya tulis ilmiah, sehingga mampu membuat pemahaman
Karya tulis ilmiah sebagai sarana untuk melatih mengungkapkan pikiran atau hasil
penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis. Hal ini
tentunya memerlukan bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai. Disinilah letak
fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan
memiliki struktur atau penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis.
Bahasa dalam karya tulis ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan
(pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa, karya
tulis ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
1
2
B. Rumusan Masalah
Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius terutama di perguruan
tinggi. Penulisan karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta mengkomunikasikan karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas pada
Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika
tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut
wujud dalam bentuk bahasa yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang
baku. Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor non-teknis
mencakup sistematika penulisan dan penalaran dan (2) faktor teknis yang berkaitan dengan
content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung dengan argumentasi ilmiah.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
3. Untuk mengetahui bagamana cara menerapkan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai
kepada pendengar atau penulis kepada pembaca (Sugihastuti : 2009, hlm. 121). Setiap
situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.
Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa
disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap disebut “Bahasa
Indonesia” karena masing-masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum.
dibedakan berdasar pada (a) pokok pembicaraan, (b) media yang digunakan, dan (c)
Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang
modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari
berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian,
bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama.
3
4
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat
keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,
efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses
Pada ragam ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa
itu sebagai bentuk dalam, tidak dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti
1. Baku. Artinya, struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah
3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh
5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih
komunikasi formal, oleh karena itu dalam penulisan dan penyampaiannya harus
obyektif.
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang
kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi.
Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya.
Fungsi itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.
1. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan
pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar
2. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di dalam
3. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap,
melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi
pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak
Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah harus
Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang
yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap. Kata-kata
seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah. .
Yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara
eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat
kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang sama
dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek
kebahasaan…. Lain dari itu, juga memberi bantuan pengetahuan….” Verba ―memberi‖
tidak memiliki subjek yang merujuk pada ‖artikel‖ yang berada pada kalimat sebelumnya.
Pada kalimat ―Dengan ini meminta kesediaan Anda untuk menyajikan….”, verba
―meminta‖ yang juga tidak bersubjek diharapkan merujuk pada subjek dalam paragraf
sebelumnya.
Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat
7
bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan subjek yang
masih dipertahankan. Kalimat (2) berikut adalah kalimat lengkap yang dibentuk dari
kalimat (l).
(l) Saya masuk kuliah tahun 1987, saya selesai kuliah tahun 1992 dan sekarang akan
diwisuda. Para wisudawan berbaris menuju aula. Para wisudawan menerima ijazah dari
(2) Saya masuk kuliah tahun 1987, selesai tahun 1992 dan akan diwisuda. Para
wisudawan berbaris menuju aula. Mereka menerima ijazah dari dekan secara bergiliran.
3. Ketiga, bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti.
ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang
penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam
kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas
tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas
seharusnya fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang
berbeda. Ketepatan makna dan ketunggalan arti berarti pula penghindaran dari berbagai
ambiguitas.
Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni
8
kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tata bahasa, tidak berbelit-belit,
tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Salah satu contoh kesalahan sintaktis
adalah pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis atau
pembicara tidak dapat membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi transitif-
taktransitif sehingga apa yang seharusnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada.
Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas.
Misalnya, fungsi subjek yang seharusnya berwujud nomina masih dilanggar seperti pada
kalimat berikut.
(1) Para dosen diwajibkan untuk apel pada tanggal 17 Agustus 2003.
(2) *Bagi para dosen PNS diwajibkan untuk apel pada tanggal 17 Agustus 2003.
Para dosen pada (1) merupakan satu frasa nomina dan karenanya layak menjadi
subjek. Tetapi bila ditambahkan preposisi bagi seperti pada (2) maka kategori sintaktiknya
tidak lagi nomina sehingga tidak bisa berfungsi sebagai subjek. Dengan kata lain, subjek tidak
dapat didahului kata depan kecuali bila kata depan tersebut difungsikan sebagai pengantar
keterangan seperti dalam contoh kalimat ―Dalam artikel ini dikemukakan contoh kalimat
efektif”
5. Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.
Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas
adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep utama ini
dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan
kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas
9
mungkin dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin. Sebagai contoh bila penulis
ingin berbicara tentang penemu mesin uap maka selain ada nama James Watt maka konsep ini
harus dilengkapi dengan subkonsep lain seperti Inggris, mesin uap, abad 16, insinyur, penemu,
dan asal. Berdasarkan prinsip padat isi maka kalimat yang dibuat adalah (1) dan bukan kalimat
(1) James Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Inggris. Dia menemukan mesin uap
(2) James Watt, seorang insinyur Inggris, menemukan mesin uap pada abad ke-26. (l0 kata)
Dengan demikian, ciri utama bahasa tulisan cenderung menggunkan klausa sederhana
yakni klausa tunggal dengan kepadatan leksikal tinggi. Kalimat “Indonesia telah berhasil
budaya yang terdapat di daerah pedesaan” yang terdiri atas tiga klausa dapat ditulis menjadi
menyebabkan artikel sangat ketat dalam pemakaian kata sehingga umumnya menjadi sukar
diperpendek lagi.
Berikut ini, kami akan memberikan gambaran yang komprehensif ihwal penulisan
1. Penulisan Kata
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur
bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan
dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa (Rahardi : 2009, 12). Oleh karena itu,
penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan
unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Karena itu,
para pengguna bahasa harus berhati-hati ketika memilih kata-kata untuk membuat kalimat.
Pemilihan kata yang baik dan tepat akan memudahkan seseorang untuk memahami makna
dari kata tersebut, baik lisan maupun tulisan. Seorang penulis yang baik harus menimbang
setiap kata yang akan digunakan sebelum dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam
Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kata, terutama
a) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat harus dihindari.
Misalnya: nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah menjadi milik
b) Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati
agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta).
Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh
2. Penulisan Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, harus memiliki subjek dan predikat. (Zaenal : 2003, hlm. 58) Subjek dan predikat
merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat,
apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah
a) Subyek
Subyek adalah unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan
inti dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa
b) Predikat
apa, mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan
raya.
12
c) Pelengkap
Sering kali sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga
terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat
kegiatan remaja.
Kata yang digarisbawahi merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam
sebuah kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur pelengkap
d) Kata Perangkai
Unsur perangkai berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat,
atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai
kata perangkai sering diawali oleh kata-kata dan, dengan, setra, bersama, beserta, dan
e) Kata Penghubung
Adakalanya kata penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas
satu kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi
f) Kata Modalitas
Unsur tersebut sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah
Dalam membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan
menggunakan kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara
tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran
yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar (Endang : 2013, hlm. 153). Dengan
menggunakan kalimat efektif, informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah
dipahami.
Adapun ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut
1) Kesepadanan struktur
2) Keparalelan bentuk
3) Ketegasan makna
4) Kehematan kata
5) Kecermatan penalaran
6) Kepaduan gagasan
7) Kelogisan bahasa
3. Penulisan Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-
kalimat di dalam paragraf itu harus disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat
dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.
14
Sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam
Ide utama atau kalimat utama paragraf harus berisi ide utama dari paragraf yang
bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar
daripada kalimat pokok atau kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat
sebuah paragraf, kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang
berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini akan
menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan (Rahardi : 2009, hlm. 101-103).
Pembagian posisi kalimat utama tersebut adalah sebagai berikut (Rahardi : 2009, hlm. 105-
108) :
Dengan kalimat utama di awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama
kalimat yang menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa
Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan
Kalimat utama juga memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama
itu tidak terdapat di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf.
Memang agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan tetapi,
dalam kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat ditemukan di
dalam bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut sebagai paragraf ineratif.
Kalimat utama yang dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama
dari yang pertama dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir, paragraf
yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif, kalimat utama
yang terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf yang kalimat
utamanya di awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang beralur pikir
abduktif.
Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas.
Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan
menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf
tersebut. Dalam sebuah paragraf kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas mayor
Kalimat penjelas mayor (major support sentences) adalah kalimat penjelas yang
utama. Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok
Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung
menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang menjelaskan
Selain kalimat utama dan kalimat penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis
ilmiah juga terdapat kalimat penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah paragraf
bersifat tentarif, bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka silakan saja
dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks pemakaian paragraf yang
demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf, menjadi sangat tidak
4. Penyusunan Alinea
Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas
ketimbang kalimat. Alinea merupakan himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau
koherens dan kohesi dalam rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut bentuknya,
alinea terdiri atas alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya disusun secara
menjorok ke dalam, dan alinea merenggang, yaitu alinea yang awal kalimatnya disusun
17
merata dengan batas tepi kiri tulisan. Ada pula alinea yang bentuknya merupakan variasi
Apapun bentuk alinea yang dipilih, sebuah alinea harus mengandung satu gagasan
utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai
pengendali isi alinea, gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat
dikelompokkan ke dalam suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana
yang tidak dapat di masukan ke dalam alinea tersebut (Wibowo : 2012, hlm. 122-123).
Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh,
(3) alinea penutup. Pertama, alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan pada awal
tulisan. Di dalam artikel ilmiah untuk jurnal, misalnya alinea pembuka berposisi sebagai
alinea awal bagian pendahuluan (setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam laporan
penelitian, skripsi atau tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap bab.
Sementara itu, alinea pembuka di dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan sebutan
teras, lead, atau intro, terletak di bawah judul berita utama media massa cetak dan pada
Kedua, alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita
berikutnya adalah menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka
tersebut ke dalam alinea-alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak
membosankan atau membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat yang
18
pendek tanpa mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik (Wibowo : 2012, hlm.
135)
Ketiga, alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada
alinea akhir bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun
Upaya itu, misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula perbandingan yang
Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah “laporan” mengenai apa
saja yang telah kita temukan dalam penelitian kita dan bukan “ringkasan” mengenai karya
PENUTUP
A. Simpulan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat
keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,
efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses
Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang
kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa
komunikasi.
Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena
merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa.
Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam
sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya
bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan paragraf karya tulis
ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari
kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat
19
20
utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. sebuah alinea harus mengandung satu
gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Alek dan Prof. Dr. H. Achmad H.P. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum. 2013. Cermat dan Terampil Berbahasa
Sugihastuti. 2009. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wahyu Wibowo. 2012. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT
Bumi Aksara
Zaenal Arifin. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Akademika Presindo
Website :
http://lesmanafe.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-bahasa-karya-tulis.html
http://se-cara.blogspot.co.id/2013/03/bahasa-karya-tulis-ilmiah.html
http://www.academia.edu/9451158/Kaidah_Bahasa_Indonesia_dalam_Penulisan_K
arya_Ilmiah
21