Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TENTANG BAHASA DALAM KARYA ILMIAH

Dosen Pengajar : Fathma fitriani, M.Pd

Disusun oleh :
Yusrizal Yunus

PROGRAM STUDI S1 PERTENAKAN


FAKULTAS ILMU TEKNIK
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya , sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Selawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya diakhirat kelak.
Tidak lupa, penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat-Nya, baik itu sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “ Bahasa Dalama Karya Ilmiah
”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf sebesar-
besarnya.

Bangkinang, 21 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian................................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah .......................... 3

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah ................... 6

C. Syarat - Syarat Penggunaan Bahasa dalm Artikel Ilmiah...................... 7

D. Gaya dan Bahasa Penulisan Karya Tulis Ilmiah ................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka menciptakan budaya membaca dan menulis karya tulis ilmiah,

pendidikan bahasa karya tulis ilmiah haruslah ditanamkan sedini mungkin. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka pada perguruan tinggi biasanya terdapat mata kuliah yang

khusus membahas perihal karya tulis ilmiah, sehingga mampu membuat pemahaman

masyarakat akan beralih.

Karya tulis ilmiah sebagai sarana untuk melatih mengungkapkan pikiran atau hasil

penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis. Hal ini

tentunya memerlukan bahasa penyambung atau pengantar yang sesuai. Disinilah letak

fungsi bahasa karya tulis ilmiah. Bahasa karya tulis ilmiah juga banyak ragamnya dan

memiliki struktur atau penyusunan yang tidak jauh dengan penggunaan bahasa Indonesia

yang baik dan benar, hanya saja nampak lebih sistematis dan metodologis.

Bahasa dalam karya tulis ilmiah bertujuan untuk menyampaikan suatu hal, gagasan

(pendapat), ide kepada orang lain agar dapat memahaminya. Tanpa peran bahasa, karya

tulis ilmiah tidak dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,

menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern.

1
2

B. Rumusan Masalah

Penulisan karya ilmiah telah lama menjadi persoalan serius terutama di perguruan

tinggi. Penulisan karya ilmiah yang bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta mengkomunikasikan karya kreatif dan inovatif kepada masyarakat luas pada

kenyataannya masih belum terealisasi dengan baik.

Karya ilmiah merupakan jenis tulisan ilmiah yang memiliki desain atau sistematika

tertentu sesuai dengan karakteristik ilmiah itu sendiri. Salah satu karakteristik tersebut

wujud dalam bentuk bahasa yaitu bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa tulis yang

baku. Penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (1) faktor non-teknis

mencakup sistematika penulisan dan penalaran dan (2) faktor teknis yang berkaitan dengan

content yang memperlihatkan keaslian gagasan yang didukung dengan argumentasi ilmiah.

C. Tujuan Penelitian

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa dalam karya tulis ilmiah ?

2. Apa manfaat penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah ?

3. Bagaimana penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah ?

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

2. Untuk mengetahui manfaat penerapan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

3. Untuk mengetahui bagamana cara menerapkan bahasa dalam karya tulis ilmiah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antara manusia. Dalam berbagai

macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicaraan

kepada pendengar atau penulis kepada pembaca (Sugihastuti : 2009, hlm. 121). Setiap

situasi tersebut memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya.

Istilah yang dipergunakan untuk menunjuk salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa

disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang beraneka ragam itu masih tetap disebut “Bahasa

Indonesia” karena masing-masing berbagi teras atau intisari bersama yang umum.

Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat

dibedakan berdasar pada (a) pokok pembicaraan, (b) media yang digunakan, dan (c)

hubungan antara komunikator dengan komunikan

Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang

mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa

modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari

berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuan. Dengan demikian,

bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama.

3
4

Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan

pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat

keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,

efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses

kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.

Pada ragam ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan melalui bahasa

itu sebagai bentuk dalam, tidak dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti

berikut ini (Alek dan Ahmad : 2011, hlm. 171) :

1. Baku. Artinya, struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia baku, harus sesuai dengan kaidah ejaan yang benar.

2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah

dapat diterima akal.

3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.

4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh

pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.

5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih

sesuai arti sesungguhnya.

6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan tingkatannya.

7. Cendekia. Bahasa Indonesia mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil

berpikir logis secara tepat.


5

8. Lugas dan jelas. Bahasa Indonesia keilmuan digunakan untuk menyampaikan

gagasan ilmiah secara jelas dan tepat.

9. Formal dan obyektif. Komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan

komunikasi formal, oleh karena itu dalam penulisan dan penyampaiannya harus

obyektif.

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Dalam Karya Tulis Ilmiah

Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang

kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa

komunikasi.

Dari cara menggunakan bahasa itu, tentu saja bahasa difungsikan sebagai mestinya.

Fungsi itu meliputi fungsi aktif, fungsi pasif, dan fungsi respektif.

1. Fungsi aktif adalah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi secara aktif dengan

pengguna atau pemakai bahasa lainnya (interlocutor). Contoh: untuk proses belajar

mengajar dan menulis surat.

2. Fungsi pasif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan orang lain di dalam

kegiatan tersebut. Contoh : menghitung, mengutuk, menggumam, atau berdo’a.

3. Fungsi respektif adalah penggunaan bahasa yang tidak melibatkan alat ucap,

melainkan menggunakan penalaran untuk memahami ide orang lain. Akan tetapi

pemakai bahasa tidak hanya diam, melainkan memberikan respons yang tampak

maupun yang tidak tampak (Suherly : 2001, hlm. 30-31)


6

C. Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Artikel Ilmiah

Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah harus

mengikuti syarat-syarat tertentu, yaitu :

1. Secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap.

Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang

lengkap seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain

yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap. Kata-kata

seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah. .

2. Secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap.

Yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara

eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat

kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang sama

dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek

petamanya. Sebagai contoh dalam kalimat “Artikel ini…diperuntukkan bagi peminat

kebahasaan…. Lain dari itu, juga memberi bantuan pengetahuan….” Verba ―memberi‖

tidak memiliki subjek yang merujuk pada ‖artikel‖ yang berada pada kalimat sebelumnya.

Pada kalimat ―Dengan ini meminta kesediaan Anda untuk menyajikan….”, verba

―meminta‖ yang juga tidak bersubjek diharapkan merujuk pada subjek dalam paragraf

sebelumnya.

Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat
7

bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan subjek yang

masih dipertahankan. Kalimat (2) berikut adalah kalimat lengkap yang dibentuk dari

kalimat (l).

(l) Saya masuk kuliah tahun 1987, saya selesai kuliah tahun 1992 dan sekarang akan

diwisuda. Para wisudawan berbaris menuju aula. Para wisudawan menerima ijazah dari

dekan secara bergiliran.

(2) Saya masuk kuliah tahun 1987, selesai tahun 1992 dan akan diwisuda. Para

wisudawan berbaris menuju aula. Mereka menerima ijazah dari dekan secara bergiliran.

3. Ketiga, bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti.

Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang secara seksama setiap kata,

ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang

dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar seperti fonologi- fonetik-fonemik harus dipilih

penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam

kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas

tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas

seharusnya fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang

berbeda. Ketepatan makna dan ketunggalan arti berarti pula penghindaran dari berbagai

ambiguitas.

4. Keempat, bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah–kaidah sintaktik.

Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni
8

kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tata bahasa, tidak berbelit-belit,

tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas. Salah satu contoh kesalahan sintaktis

adalah pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis atau

pembicara tidak dapat membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi transitif-

taktransitif sehingga apa yang seharusnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada.

Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas.

Misalnya, fungsi subjek yang seharusnya berwujud nomina masih dilanggar seperti pada

kalimat berikut.

(1) Para dosen diwajibkan untuk apel pada tanggal 17 Agustus 2003.

(2) *Bagi para dosen PNS diwajibkan untuk apel pada tanggal 17 Agustus 2003.

Para dosen pada (1) merupakan satu frasa nomina dan karenanya layak menjadi

subjek. Tetapi bila ditambahkan preposisi bagi seperti pada (2) maka kategori sintaktiknya

tidak lagi nomina sehingga tidak bisa berfungsi sebagai subjek. Dengan kata lain, subjek tidak

dapat didahului kata depan kecuali bila kata depan tersebut difungsikan sebagai pengantar

keterangan seperti dalam contoh kalimat ―Dalam artikel ini dikemukakan contoh kalimat

efektif”

5. Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.

Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas

adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep utama ini

dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan

kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas
9

mungkin dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin. Sebagai contoh bila penulis

ingin berbicara tentang penemu mesin uap maka selain ada nama James Watt maka konsep ini

harus dilengkapi dengan subkonsep lain seperti Inggris, mesin uap, abad 16, insinyur, penemu,

dan asal. Berdasarkan prinsip padat isi maka kalimat yang dibuat adalah (1) dan bukan kalimat

(2) berikut ini.

(1) James Watt adalah seorang insinyur yang berasal dari Inggris. Dia menemukan mesin uap

pada abad ke-16. (17 kata)

(2) James Watt, seorang insinyur Inggris, menemukan mesin uap pada abad ke-26. (l0 kata)

Dengan demikian, ciri utama bahasa tulisan cenderung menggunkan klausa sederhana

yakni klausa tunggal dengan kepadatan leksikal tinggi. Kalimat “Indonesia telah berhasil

membangun ekonominya yang membawa perubahan besar terhadap budayanya khususnya

budaya yang terdapat di daerah pedesaan” yang terdiri atas tiga klausa dapat ditulis menjadi

“Keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia secara khusus mengubah budaya

masyarakat pedesaan”sehingga memiliki kepadatan leksikal. Konsekuensi dari prinsip ini

menyebabkan artikel sangat ketat dalam pemakaian kata sehingga umumnya menjadi sukar

diperpendek lagi.

D. Gaya dan Bahasa Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Berikut ini, kami akan memberikan gambaran yang komprehensif ihwal penulisan

kata, kalimat, paragraf, dan penyusunan alinea :


10

1. Penulisan Kata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, entitas “kata” dapat dipahami sebagai unsur

bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan

dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa (Rahardi : 2009, 12). Oleh karena itu,

penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena merupakan

unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa. Karena itu,

para pengguna bahasa harus berhati-hati ketika memilih kata-kata untuk membuat kalimat.

Pemilihan kata yang baik dan tepat akan memudahkan seseorang untuk memahami makna

dari kata tersebut, baik lisan maupun tulisan. Seorang penulis yang baik harus menimbang

setiap kata yang akan digunakan sebelum dituangkan dalam tulisan, terlebih dalam

penulisan karya tulis ilmiah.

Ada beberapa ukuran yang perlu diperhatikan dalam menggunakan kata, terutama

dalam situasi resmi, yaitu (Zaenal : 2003, hlm. 32) :

a) Kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat harus dihindari.

Misalnya: nongkrong, raun. Kata-kata itu dapat dipakai apabila sudah menjadi milik

umum. Contoh: santai, lugas, anjangsana.

b) Kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati

agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan. Contoh: tunanetra (buta).

Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah dipakai oleh

masyarakat. Contoh: laskar = didaulat.


11

2. Penulisan Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan, yang

mengungkapkan pikiran dan gagasan yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam

resmi, harus memiliki subjek dan predikat. (Zaenal : 2003, hlm. 58) Subjek dan predikat

merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam sebuah kalimat,

apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya bukanlah

kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata.

Dalam membangun sebuah kalimat, terdapat beberapa unsur penyusunnya, yaitu

(Endang : 2013, hlm. 170-171) :

a) Subyek

Subyek adalah unsur yang diperhatikan dalam sebuah kalimat. Subyek merupakan

inti dalam kalimat yang dijelaskan oleh unsur predikat. Contoh : para mahasiswa

melakukan demo di jalan raya.

b) Predikat

Predikat merupakan kata di dalam sebuah kalimat yang berfungsi memberitahukan

apa, mengapa, atau bagaimana subyek. Contoh: para mahasiswa melakukan demo di jalan

raya.
12

c) Pelengkap

Sering kali sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga

terjadilah suatu pernyataan yang lebih lengkap. Misalnya: pemerintah membangun pusat

kegiatan remaja.

Kata yang digarisbawahi merupakan unsur pelengkap. Terlihat pula bahwa dalam

sebuah kalimat, unsur pelengkap itu selalu berada di belakang predikat. Unsur pelengkap

itu disebut obyek.

d) Kata Perangkai

Unsur perangkai berfungsi merangkaikan dua unsur subyek, dua unsur predikat,

atau dua unsur pelengkap di dalam sebuah kalimat. Unsur kalimat yang berfungsi sebagai

kata perangkai sering diawali oleh kata-kata dan, dengan, setra, bersama, beserta, dan

kadang-kadang oleh kata juga.

e) Kata Penghubung

Adakalanya kata penghubung terdiri atas satu kata dan ada pula yang terdiri atas

satu kelompok kata yang berfungsi untuk menghubungkan (jika perlu) dua buah informasi

di dalam satu kalimat.

f) Kata Modalitas

Unsur tersebut sering disebut “kata warna” dan berfungsi untuk mengubah

keseluruhan arti sebuah kalimat.


13

Dalam membuat karya tulis ilmiah, kalimat yang digunakan harus efektif dan

menggunakan kaidah penulisan yang benar. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara

tepat mewakili gagasan atau perasaan pengarang dan sanggup menimbulkan gambaran

yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar (Endang : 2013, hlm. 153). Dengan

menggunakan kalimat efektif, informasi yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah

dipahami.

Adapun ciri-ciri kalimat efektif dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut

(Rahardi : 2009, hlm. 129) :

1) Kesepadanan struktur

2) Keparalelan bentuk

3) Ketegasan makna

4) Kehematan kata

5) Kecermatan penalaran

6) Kepaduan gagasan

7) Kelogisan bahasa

3. Penulisan Paragraf

Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-

kalimat di dalam paragraf itu harus disusun seacara runtut dan sistematis, sehingga dapat

dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.
14

Sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pikiran pokok itu, dalam

paragraf juga terdapat kalimat penjelas, dan kalimat penegas.

Ide utama atau kalimat utama paragraf harus berisi ide utama dari paragraf yang

bersangkutan. Ide pokok sesungguhnya memiliki jangkauan keluasan yang lebih besar

daripada kalimat pokok atau kalimat utama. Dari sebuah ide pokok atau ide utama dapat

dikembangkan beberapa kalimat utama paragraf. Lalu, berdasarkan posisinya di dalam

sebuah paragraf, kalimat pokok atau kalimat utama itu dapat berada pada posisi yang

berbeda-beda. Perbedaan tempat atau posisi bagi sebuah kalimat utama demikian ini akan

menentukan pula alur pikiran yang harus diterapkan (Rahardi : 2009, hlm. 101-103).

Pembagian posisi kalimat utama tersebut adalah sebagai berikut (Rahardi : 2009, hlm. 105-

108) :

a. Kalimat utama di awal paragraf

Dengan kalimat utama di awal paragraf, perincian dan jabaran bagi kalimat utama

tersebut akan menyertainya pada kalimat-kalimat yang berikutnya. Biasanya kalimat-

kalimat yang menyertai kalimat utama yang berada di awal paragraf itu akan berupa

perincian-perincian, contoh-contoh, keterangan-keterangan, deskripsi dan analisis.

b. Kalimat utama di akhir paragraf

Kalimat pokok yang tempatnya di akhir paragraf terlebih dahulu diawali dengan

kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas itu dapat berupa perincian-perincian,

analisis dan deskripsi, contoh-contoh, dan sejumlah pemaparan serta argumentasi.


15

c. Kalimat utama di dalam paragraf

Kalimat utama juga memungkinkan terdapat di dalam paragraf. Jadi kalimat utama

itu tidak terdapat di awal paragraf atau di akhir paragraf tetapi terletak di tengah paragraf.

Memang agak sulit membayangkan paragraf dengan ciri yang demikian itu. Akan tetapi,

dalam kenyataannya paragraf dengan model yang demikian itu memang dapat ditemukan di

dalam bahasa Indonesia. Paragraf jenis ini juga disebut sebagai paragraf ineratif.

d. Kalimat utama di awal dan di akhir paragraf

Kalimat utama yang dimaksud di sini merupakan bentuk pengulangan kalimat utama

dari yang pertama dalam sebuah paragraf. Bilamana dikaitkan dengan alur pikir, paragraf

yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut sebagai deduktif, kalimat utama

yang terletak di akhir paragraf disebut sebagai induktif, dan paragraf yang kalimat

utamanya di awal dan di akhir paragraf disebut sebagai paragraf yang beralur pikir

abduktif.

Dalam penulisan paragraf karya tulis ilmiah juga memiliki kalimat penjelas.

Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan

menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat utama yang terdapat dalam paragraf

tersebut. Dalam sebuah paragraf kalimat penjelas di bagi dua yakni kalimat penjelas mayor

dan kalimat penjelas minor (Rahardi : 2009, hlm. 110-111) :


16

1) Kalimat penjelas mayor

Kalimat penjelas mayor (major support sentences) adalah kalimat penjelas yang

utama. Kalimat penjelas yang utama itu bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok

dan kalimat utama yang terdapat di dalam paragraf itu.

2) Kalimat penjelas minor

Dikatakan kalimat penjelas minor karena kalimat penjelas itu tidak secara langsung

menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. Akan tetapi, kalimat yang menjelaskan

kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung.

Selain kalimat utama dan kalimat penjelas dalam penulisan paragraf karya tulis

ilmiah juga terdapat kalimat penegas. Kehadiran kalimat penegas di adalah sebuah paragraf

bersifat tentarif, bersifat mana suka. Bilamana dirasa perlu dihadirkan, maka silakan saja

dihadirkan di dalam paragraf anda tersebut. Maka, dalam konteks pemakaian paragraf yang

demikian, kehadiran sebuah kalimat penegas di dalam paragraf, menjadi sangat tidak

dipentingkan oleh penulis. (Rahardi : 2009, hlm. 111)

4. Penyusunan Alinea

Alinea pada hakikatnya adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas

ketimbang kalimat. Alinea merupakan himpunan kalimat yang bertalian secara utuh atau

koherens dan kohesi dalam rangka membentuk ide atau gagasan. Dari sudut bentuknya,

alinea terdiri atas alinea menjorok, yakni alinea yang awal kalimatnya disusun secara

menjorok ke dalam, dan alinea merenggang, yaitu alinea yang awal kalimatnya disusun
17

merata dengan batas tepi kiri tulisan. Ada pula alinea yang bentuknya merupakan variasi

dari kedua bentuk yang telah disebutkan ini.

Apapun bentuk alinea yang dipilih, sebuah alinea harus mengandung satu gagasan

utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik. Selain berfungsi sebagai

pengendali isi alinea, gagasan utama akan menentukan kalimat mana yang dapat

dikelompokkan ke dalam suatu alinea, dan sekaligus akan menentukan informasi mana

yang tidak dapat di masukan ke dalam alinea tersebut (Wibowo : 2012, hlm. 122-123).

Struktur sebuah alinea lazimnya terbagi atas (1) alinea pembuka, (2) alinea tubuh,

(3) alinea penutup. Pertama, alinea pembuka adalah alinea yang diletakkan pada awal

tulisan. Di dalam artikel ilmiah untuk jurnal, misalnya alinea pembuka berposisi sebagai

alinea awal bagian pendahuluan (setelah abstrak dan nama diri penulis). Di dalam laporan

penelitian, skripsi atau tesis, alinea pembuka berada di bagian awal tiap-tiap bab.

Sementara itu, alinea pembuka di dunia jurnalistik, yang lebih dikenal dengan sebutan

teras, lead, atau intro, terletak di bawah judul berita utama media massa cetak dan pada

umumnya dicetak tebal atau kursif (Wibowo : 2012, hlm. 130-131).

Kedua, alinea tubuh, setelah berhasil menyusun alinea pembuka tugas kita

berikutnya adalah menguraikan gagasan utama yang terdapat di dalam alinea pembuka

tersebut ke dalam alinea-alinea berikutnya (alinea tubuh). Oleh karena itu, agar tidak

membosankan atau membingungkan pembaca, susunlah alinea tubuh dalam kalimat yang
18

pendek tanpa mengabaikan syarat pembentukan alinea yang baik (Wibowo : 2012, hlm.

135)

Ketiga, alinea penutup, di dalam karya tulis ilmiah alinea penutup terletak pada

alinea akhir bagian simpulan. Fungsi utamanya memang menyimpulkan tulisan kita, namun

upayakanlah membangun alinea penutup sedemikian rupa agar mengesankan pembaca.

Upaya itu, misalnya jangan berpanjang-lebar dan perhatikan pula perbandingan yang

proposional antara alinea pembuka, alinea tubuh, dan alinea penutup.

Patut pula dikemukakan, simpulan pada dasarnya adalah “laporan” mengenai apa

saja yang telah kita temukan dalam penelitian kita dan bukan “ringkasan” mengenai karya

tulis ilmiah kita (Wibowo : 2012, hlm. 139)


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Secara spesifikasi ragam bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan

pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat

keilmuannya. Ragam bahasa ilmiah dapat juga diartikan sebagai sarana verbal yang efektif,

efisien, baik, dan benar. Ragam ini wajib digunakan untuk mengomunikasikan proses

kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.

Fungsi dan kedudukan bahasa karya tulis ilmiah sangatlah penting untuk menunjang

kredibilitas suatu karya ilmiah. Kedudukan bahasa karya tulis ilmiah yaitu sebagai bahasa

komunikasi.

Penulisan kata mempunyai peranan yang sangat penting dalam bahasa karena

merupakan unsur utama dalam pembangun kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada bahasa.

Subjek dan predikat merupakan unsur utama dalam sebuah kalimat yang harus ada dalam

sebuah kalimat, apabila tidak memiliki kedua unsur tersebut, maka bentuk kebahasaannya

bukanlah kalimat, melainkan frasa, kumpulan kata. Dalam penulisan paragraf karya tulis

ilmiah juga memiliki kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari

kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut ide pokok dan kalimat

19
20

utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. sebuah alinea harus mengandung satu

gagasan utama atau topik pikiran yang wujudnya berupa kalimat topik.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Alek dan Prof. Dr. H. Achmad H.P. 2011. Bahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta: Prenada Media Group

Dra. Hj. Endang Rumaningsih, M.Hum. 2013. Cermat dan Terampil Berbahasa

Indonesia. Semarang: RaSAIL

Kunjana Rahardi. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-

Mengarang., Yogyakarta: Penerbit Erlangga

Sugihastuti. 2009. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wahyu Wibowo. 2012. Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, Jakarta: PT

Bumi Aksara

Zaenal Arifin. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Akademika Presindo

Website :

http://lesmanafe.blogspot.co.id/2015/01/makalah-tentang-bahasa-karya-tulis.html

http://se-cara.blogspot.co.id/2013/03/bahasa-karya-tulis-ilmiah.html

http://www.academia.edu/9451158/Kaidah_Bahasa_Indonesia_dalam_Penulisan_K

arya_Ilmiah

21

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengalaman Pramukaku
    Pengalaman Pramukaku
    Dokumen1 halaman
    Pengalaman Pramukaku
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover Cantik
    Cover Cantik
    Dokumen2 halaman
    Cover Cantik
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover Cantik
    Cover Cantik
    Dokumen1 halaman
    Cover Cantik
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Menyelesaikan Ta'arudh
    Menyelesaikan Ta'arudh
    Dokumen20 halaman
    Menyelesaikan Ta'arudh
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Dokumen7 halaman
    Membuat Bondu dari Kain Fanel
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen2 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kemiskinan di Indonesia
    Kemiskinan di Indonesia
    Dokumen2 halaman
    Kemiskinan di Indonesia
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover SMKN 1 Kuok
    Cover SMKN 1 Kuok
    Dokumen1 halaman
    Cover SMKN 1 Kuok
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kemiskinan
    Kemiskinan
    Dokumen22 halaman
    Kemiskinan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen15 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Dokumen22 halaman
    ANGGARAN DASAR PRAMUKA
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Perjuangan Rakyat Riau
    Perjuangan Rakyat Riau
    Dokumen7 halaman
    Perjuangan Rakyat Riau
    Rino Alfika25
    100% (1)
  • Cover SMKN 1 Kuok
    Cover SMKN 1 Kuok
    Dokumen1 halaman
    Cover SMKN 1 Kuok
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Dokumen3 halaman
    Lembaran Pengesahan
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat
  • ANGGUN
    ANGGUN
    Dokumen12 halaman
    ANGGUN
    Rino Alfika25
    Belum ada peringkat