Anda di halaman 1dari 68

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pertemuan ke-13_Materi:
A. RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
1. PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM, HAK
ASASI MANUSIA, PENJABARAN HAK-HAK ASASI
MANUSIA DALAM UUD 1945 HAK DAN KEWAJIBAN
WARGA NEGARA

2. PENGERTIAN RULE OF LAW DAN NEGARA HUKUM


Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum pada hakikatnya
sulit dipisahkan. Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakatnya khususnya keadilan sosial. Sedangkan
negara hukum adalah negara yang menjunjung tinggi hukum
dan menjalankan setiap kegiatan berdasarkan peraturan
hukum yang berlaku di suatu negara tersebut.

3. Menurut Albert Venn Dicey Berdasarkan pertemuan ICJ di


Bangkok tahun 1965,
Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang, dalam arti seseorang hanya boleh
dihukum jika memang melanggar hukum
a. Kedudukan yang sama di muka hukum. Hal ini berlaku
baik bagi masyarakat biasa maupun pejabat negara
b. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh UndangUndang
serta keputusan-keputusan pengadilan.

4. Perlindungan konstitusional,
selain menjamin hak-hak individual, konstitusi harus pula
menentukan teknis-prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin Lembaga kehakiman
yang bebas dan tidak memihak Pemilihan umum yang bebas.
Kebebasan menyatakan pendapat Kebebasan
berserikat/berorganisasi dan beroposisi Pendidikan
Kewarganegaraan.

5. HAK ASASI MANUSIA


Awal perkembangan hak asasi manusia tatkala
ditandatangani Magna Charta (1215), oleh Raja John
Lackland. Kemudian juga penandatanganan Petition of Right
pada tahun 1628 oleh Raja Charles I.
Setelah itu perjuangan yang lebih nyata pada
penandatanganan Bill of Right, oleh Raja Willem III pada
tahun 1689, sebagai hasil dari pergolakan politik yang disebut
sebagai the Glorious Revolution.
Peristiwa ini tidak saja sebagai suatu kemenangan parlemen
atas raja, melainkan juga merupakan kemenangan rakyat
dalam pergolakan yang menyertai pergolakan Bill of Rights
yang berlangsung selama 60 tahun.
Perkembangan selanjutnya perjuangan hak asasi manusia
dipengaruhi oleh filsuf Inggris John Locke yang berpendapat
bahwa manusia tidaklah secara absolut menyerahkan hak-
hak individunya kepada penguasa.
Hak-hak yang diserahkan kepada penguasa adalah hak yang
berkaitan dengan perjanjian tentang negara, adapun hak-hak
lainnya tetap berada pada masing-masing individu.

6. Menurut Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika pada


permulaan abad ke-20 memformulasikan empat macam hak-
hak asasi yang kemudian dikenal dengan “The Four
Freedom”, yaitu :
a. Freedom of Speech, yaitu kebebasan untuk berbicara
dan mengemukakan pendapat.
b. Freedom of Religion, yaitu kebebasan beragama. 

Freedom for Fear, yaitukebebasan dari rasa takut.


c. Freedom for Want, yaitu kebebasan dari kemelaratan.
7. PENJABARAN HAK ASASI MANUSIA MENURUT UUD
1945.
Penjabaran hak-hak asasi manusia tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea I, III, dan IV. Pada alinea I
dinyatakan bahwa : “…Kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa” Pada alinea III dinyatakan bahwa : “Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Pada alinea IV dinyatakan bahwa : “…Pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa…”
Adapun rincian hak-hak asasi manusia dalam pasal-pasal
UUD 1945 tertuang dalam Bab X A mengenai Hak Asasi
Manusia, yang meliputi pasal 28A sampai 28J. Selain dalam
UUD 1945 Hak Asasi Manusia juga terkandung dalam UU
No.39 tahun 1999 dan dalam Deklarasi Universal tentang
Hak-Hak Asasi Manusia PBB.

8. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Pengertian Warga Negara dan Penduduk Asas-Asas
Kewarganegaraan Hak dan Kewajiban Warga Negara
menurut UUD 1945 Hak dan Kewajiban Bela Negara.

9. Warga Negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah


negara.
Dalam hubungan antara warga negara dan negara, warga
negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara
dan sebaliknya warga negara juga mempunyai hak-hak yang
harus diberikan dan dilindungi oleh negara.
Sementara, Penduduk adalah semua orang yang ada di
wilayah negara tersebut meliputi warga negara dan orang
asing.
10. Asas Ius-Sanguinis dan Asas Ius-Soli
a. Asas Ius-Sanguinis adalah asas keturunan atau
hubungan darah.
b. Asas Ius-Soli adalah asas daerah kelahiran.
c. Bipatride dan Apatride.
1) Bipatride (dwi kewarganegaraan) timbul apabila
menurut peraturan dari dua negara terkait seseorang
dianggap sebagai warga negara kedua negara itu.
2) Apatride (tanpa kewarganegaraan) timbul apabila
menurut peraturan kewarganegaraan, seseorang tidak
diakui sebagai warga negara dari negara manapun.

11. Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan


kewajiban warga negara mencakup pasal-pasal
27,28,29,30,31,33, dan 34.

12. Hak dan Kewajiban Bela Negara

Pengertian
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap, dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.
Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara Berdasarkan
pasal 27 ayat 3 mengenai hak dan kewajiban setiap warga
negara menunjukkan asas demokrasi dalam pembelaan
negara yang mencakup dua arti.
a. bahwa setiap warga negara turut serta dalam menentukan
kebijakan tentang pembelaan negara melalui lembaga-
lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan
perundangundangan yang berlaku.
b. bahwa setiap warga negara harus turt serta dalam setiap
usaha pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan
dan profesinya masing-masing.
13. Motivasi dalam Pembelaan Negara
Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan motivasi
setiap warga negara untuk ikut serta membela negara
Indonesia, antara lain:
a. Pengalaman sejarah perjuangan RI.
b. Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis.
c. Keadaan penduduk (demografis) yang besar.
d. Kekayaan sumber daya alam.
e. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang
persenjataan.
f. Kemungkinan timbulnya perang.
Rule of Law

mewakili aspek hukum legislatif dan yudisial, wanita di atas tahta


memegang sebuah pedang.

Konsep Hukum

Patung Dewi Keadilan (Lady Justice) atau Justitia,


personifikasi kekuatan moral yang mendasari sistem hukum,
terutama di Dunia Barat.

Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahguna-an
kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam
berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum
pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia
dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka
yang akan dipilih.

Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan


dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur
persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer.

Filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum


akan jauh lebih baik daripada dibandingkan dengan peraturan
tirani yang merajalela."

Hingga saat ini, belum ada kesepahaman dari para ahli mengenai
pengertian hukum.

Telah banyak para ahli dan sarjana hukum yang mencoba untuk
memberikan pengertian atau definisi hukum, tetapi belum ada
satupun ahli atau sarjana hukum yang mampu memberikan
pengertian hukum yang dapat diterima oleh semua pihak.

Ketiadaan definisi hukum yang dapat diterima oleh seluruh pakar


dan ahli hukum pada gilirannya memutasi adanya permasalahan
mengenai ketidaksepahaman dalam definisi hukum menjadi
mungkinkah hukum didefinisikan atau mungkinkah kita membuat
definisi hukum?

Lalu berkembang lagi menjadi perlukah kita mendefinisikan


hukum?

Ketiadaan definisi hukum jelas menjadi kendala bagi mereka yang


baru saja ingin mempelajari ilmu hukum. Tentu saja dibutuhkan
pemahaman awal atau pengertian hukum secara umum sebelum
memulai untuk mempelajari apa itu hukum dengan berbagai
macam aspeknya.
Bagi masyarakat awam pengertian hukum itu tidak begitu penting.
Lebih penting penegakannya dan perlindungan hukum yang
diberikan kepada masyarakat.

Namun, bagi mereka yang ingin mendalami lebih lanjut soal


hukum, tentu saja perlu untuk mengetahui pengertian hukum.

Secara umum, rumusan  pengertian hukum  setidaknya


mengandung beberapa unsur sebagai berikut:

Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam


masyarakat. Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak


bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.

Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang


berwenang untuk itu.

Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh


lembaga atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk
menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat
luas.

Penegakan aturan hukum bersifat memaksa.

Peraturan hukum dibuat bukan untuk dilanggar namun untuk


dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat yang
berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun
dengan tindakan yang represif.

Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat


fakultatif/melengkapi.

Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan


melawan hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga
diatur dalam peraturan hukum.
Bidang hukum
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain :

1. hukum pidana/hukum publik, 


2. hukum perdata/hukum pribadi,
3. hukum acara, hukum tata negara, 
4. hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, 
5. hukum internasional, 
6. hukum adat, 
7. hukum islam, 
8. hukum agraria, 
9. hukum bisnis, dan 
10. hukum lingkungan.

Hukum pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana
adalah hukum yang mengatur hubungan antar subjek hukum
dalam hal perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan dilarang
oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat
diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi
para pelanggarnya.

Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan


dan pelanggaran.

1. Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan


dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga
bertentang-an dengan nilai moral, nilai agama dan rasa
keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa kejahatan
mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri,
membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya.
2. Pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh
peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang
tidak berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti
tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya.

Di Indonesia, hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab


Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan
peninggalan dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya
bernama Wetboek van Straafrecht (WvS). KUHP merupakan lex
generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia di mana
asas-asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua
ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP (lex specialis)

Hukum perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan
antara individu-individu dalam masyarakat dengan saluran
tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum
sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah
jual beli rumah atau kendaraan

Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:

a. Hukum keluarga
b. Hukum harta kekayaan
c. Hukum benda
d. Hukum perikatan
e. Hukum waris

Hukum acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau
sering juga disebut hukum formil.

Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana


cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum materiil
dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil.

Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang
berwenang menegakkan hukum materiil akan mengalami
kesulitan menegakkan hukum materiil.
Untuk menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan
hukum acara pidana, untuk hukum materiil perdata, maka ada
hukum acara perdata. Sedangkan untuk hukum materiil tata usaha
negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara.

Hukum acara pidana harus dikuasai terutama oleh para polisi,


jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.

Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama


hukum acara pidana yang mengatur soal penyelidikan dan
penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menurut hukum acara
pidana (KUHAP) adalah terutama melaksanakan tugas
penyelidikan dan penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa adalah
penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim pidana. Oleh karena
itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait
dengan tugasnya tersebut. Sedangkan yang harus menguasai
hukum acara perdata termasuk hukum acara tata usaha negara
terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam
hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara,
baik polisi maupun jaksa (penuntut umum) tidak diberi peran
seperti halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah yang
mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan
perdata maupun gugatan tata usaha negara, terhadap suatu pihak
yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu akan diperiksa
dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk
seorang advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.

Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran


para penegak hukum itu sendiri yang dalam menegakkan hukum
diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi kebenaran,
keadilan, dan kejujuran. Para penegak hukum itu adalah hakim,
jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Jika kelima pilar penegak hukum ini benar-benar menegakkan
hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah
disebutkan di atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang
tinggi terhadap para penegak hukum.
Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan
terpacu untuk menaati hukum.

Sistem hukum
Sistem hukum di dunia
Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh
negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum
Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum
adat, dan sistem hukum agama.

Sistem hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum


dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum
dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan
lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari
populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.

Sistem hukum umum adalah suatu sistem hukum yang


digunakan di Inggris yang mana di dalamnya menganut aliran frele
recht lehre yaitu di mana hukum tidak dibatasi oleh undang-
undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan
undang-undang atau mengabaikannya.

Sistem hukum eropa kontinental ini berkembang di Eropa daratan


seperti Perancis dapat dikatan sebagai negara yang terlebih
dahulu menerapkan sistem hukum tersebut. Sebenarnya sistem
hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justisianus
abad ke VI sebelum masehi.

Sistem hukum Anglo-Saxon

Sistem Hukum Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang


didasarkan pada yuris prudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim
terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya.
Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia,Inggris,Australia,Selandia
Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan
Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem
hukum Eropa Kontinental Napoleon).

Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga


menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya
Pakistan, India dan Nigeria yang menerapkan sebagian besar
sistem hukum Anglo-Saxon, tetapi juga memberlakukan hukum
adat dan hukum agama.

Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih


mudah terutama pada masyarakat pada negara-negara
berkembang karena sesuai dengan perkembangan zaman.

Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan


oleh hakim, dalam memutus perkara.

Sistem hukum adat/kebiasaan

Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan


adat/kebiasaan yang berlaku di suatu wilayah. misalnya di
perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum
adat. dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku di wilayah tertentu.

Sistem hukum agama

Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan


ketentuan agama tertentu. Sistem hukum agama biasanya
terdapat dalam Kitab Suci.

Hukum Indonesia
Indonesia adalah negara yang menganut sistem hukum campuran
dengan sistem hukum utama yaitu sistem hukum Eropa
Kontinental. Selain sistem hukum Eropa Kontinental, di Indonesia
juga berlaku sistem hukum adat dan sistem hukum agama,
khususnya hukum (syariah) Islam. Uraian lebih lanjut ada pada
bagian Hukum Indonesia.
Hukum Indonesia

a. Hukuman pukulan rotan


b. Hukum adat

Hamilton, Marci. God vs. the Gavel, page 296 (Cambridge


University Press 2005): “The symbol of the judicial system, seen
in courtrooms throughout the United States, is blindfolded Lady
Justice.”

Fabri, Marco. The challenge of change for judicial systems, page


137 (IOS Press 2000)

Luban, Law's Blindfold, 23

From Old English lagu "something laid down or


fixed"; legal comes from Latin legalis, from lex "law", "statute"
(Law, Online Etymology Dictionary; Legal, Merriam-Webster's
Online Dictionary)

Robertson, Crimes against humanity, 90; see "analytical


jurisprudence" for extensive debate on what law is; in The
Concept of Law Hart argued law is a "system of rules"
(Campbell, The Contribution of Legal Studies, 184); Austin said
law was "the command of a sovereign, backed by the threat of a
sanction" (Bix, John Austin); Dworkin describes law as an
"interpretive concept" to achieve justice (Dworkin, Law's Empire,
410); and Raz argues law is an "authority" to mediate people's
interests (Raz, The Authority of Law, 3–36).

^ n.b. this translation reads, "it is more proper that law should
govern than any one of the citizens: upon the same principle, if it
is advantageous to place the supreme power in some particular
persons, they should be appointed to be only guardians, and the
servants of the laws." (Aristotle, Politics 3.16).
Definisi "Hukum"
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)

Konsep Negara
Untuk kegunaan lainnya, lihat Negara (disambiguasi).

Sama dengan peta di atas, tetapi menunjukkan negara berdaulat


yang diakui PBB

Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah


tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang
umumnya memiliki kedaulatan.

Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem


atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut,
dan berdiri secara independent.

Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki


wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.

Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari


negara lain.

Bentuk Negara
Ada dua bentuk negara yang dikenal di dunia saat ini, yakni
kesatuan (Unitaris) dan serikat (federasi).

1. Negara Kesatuan (Unitaris):
Negara kesatuan merupakan merupakan bentuk negara yang
kekuasaan tertingginya berada di pemerintahan pusat. Secara
hierarkinya, negara kesatuan merupakan negara yang bersusunan
tunggal yang berarti tidak ada negara didalam negara. Negara
kesatuan dibedakan kembali menjadi dua yaitu
sistem sentralisasi dan desentralisasi.

Dalam sistem sentralisasi, semua persoalan diatur oleh


pemerintah pusat. Daerah bertugas menjalankan perintah dari
pusat tanpa diberikan kewenangan. Sedangkan dalam
desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk mengatur
urusan rumah tangga sendiri (hak otonomi) sesuai kebutuhan dan
peraturan yang juga diatur oleh pemerintah pusat.

Ciri - Ciri Negara Kesatuan:

a. Hanya terdiri satu undang-undang dasar, kepala negara,


dewan menteri dan dewan perwakilan rakyat.
b. Kedaulatan negara mencakup kedaulatan ke dalam dan
kedaulatan ke luar yang telah ditandatangani oleh pemerintah
bagian pusat.
c. Menganut dua sistem, yaitu sentralistik atau dari pusat dan
desentralistik atau dari daerah.
d. Hanya menggunakan satu kebijakan terhadap masalah yang
dihadapi seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, keamanan
dan pertahanan.

Contoh negara kesatuan yaitu Inggris Raya, Prancis, Indonesia,


dan Maladewa.

2. Negara Serikat (Federasi)

Negara serikat merupakan bentuk negara yang didalamnya


terdapat beberapa negara yang disebut negara bagian.

Negara - negara tersebut ada yang merupakan penggabungan diri


atau hasil pemekeran bagian.

Dalam negara serikat, dikenal 2 macam pemerintahan didalamnya


yaitu
pemerintahan federal dan pemerintahan negara bagian.

Pemerintahan federal biasanya mengatur urusan bersama dari


semua anggota negara bagian seperti hubungan Internasional,
pertahanan, mata uang, dan komunikasi.

Ciri - Ciri Negara Federasi:

a. Kepala negara yang telah dipilih rakyat dan bertanggung jawab


terhadap rakyatnya.
b. Kepala negara memiliki hak veto yang dapat diajukan oleh
parlemen.
c. Masing-masing negara bagian mempunyai kekuasaan asli
namun tidak memiliki kedaulatan.
d. Tiap-tiap negara bagian mempunyai wewenang menyusun
undang-undang dasar sendiri.
e. Pemerintah pusat mempunyai kedaulatan terhadap negara
bagian dalam urusan dalam maupun luar.

Contoh negara federasi yaitu Amerika Serikat, Rusia, Brasil,


dan Jerman.

Kedaulatan Negara

Lihat pula: Daftar negara berdaulat

Kata "negara" dipakai beberapa ahli untuk merujuk


pada negara berdaulat. Tidak ada kesepakatan khusus mengenai
jumlah negara di dunia, karena ada beberapa negara yang masih
diperdebatkan kedaulatannya.

Ada total 206 negara, dengan 193 negara anggota Perserikatan


Bangsa-Bangsa dan 13 lainnya yang kedaulatannya
diperdebatkan.

Meskipun bukan negara berdaulat, Inggris, Skotlandia, Wales

 dan Irlandia Utara (yang tergabung dalam Britania Raya) adalah


contoh entitas yang disepakati dan dirujuk sebagai negara.

Bekas negara lainnya seperti Bavaria (kini bagian dari Jerman)


dan Piedmont (kini bagian dari Italia) tidak akan dirujuk sebagai
"negara" dalam kondisi normal, walaupun mereka pernah menjadi
sebuah negara yang berdiri sendiri pada masa lalu.

Hak Ilahi Raja-Raja


(Dialihkan dari Hak ilahi raja)

Louis XIV dari Prancis digambarkan sebagai Raja Matahari.

Hak ilahi raja-raja, hak ilahi, atau mandat Tuhan adalah


doktrin politik dan religius mengenai legitimasi politik seorang
penguasa monarki.

Menurut doktrin ini, penguasa monarki tidak tunduk kepada orang


atau instansi lain di Bumi karena haknya untuk berkuasa diberikan
langsung oleh Tuhan. Maka dari itu, penguasa monarki dianggap
tidak tunduk kepada kehendak rakyat, aristokrasi, atau kalangan
lainnya, termasuk (menurut pandangan beberapa orang, terutama
di negara-negara Protestan atau pada masa kekuasaan Henri VIII
dari Inggris) Gereja Katolik Roma. Hak ilahi seorang penguasa
monarki seringkali ditunjukkan dengan gelar "Dei Gratia" (atas
rahmat Tuhan) yang diberikan kepada mereka.
HAK ASASI MANUSIA

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Secara Umum

Dalam pengertiannya Hak Asasi Manusia (HAM) menurut definisi


para ahli mengatakan,

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang


dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang
dibawa sejak lahir. sedangkan pengertian HAM menurut
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) adalah hak yang melekat
dengan kemanusiaan kita sendiri, yang tanpa hak itu kita mustahil
hidup sebagai manusia. Secara umum Hak Asasi Manusia sering
sekali terdengar di telinga kita tentang Pelanggaran-pelanggaran
HAM yang membuat kita prihatin tentang semua yang terjadi,
sehingga perlunya kita tahu lebih jelas tentang hak asasi manusia
seperti dibawah ini..

Dari pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) dapat disimpulkan


bahwa sebagai anugerah dari Tuhan terhadap makhluknya, hak
asasi tidak boleh dijauhkan atau dipisahkan dari dipisahkan dari
eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut. Hak asasi tidak
bisa dilepas dengan kekuasaan atau dengan hal-hal lainnya, Bila
itu sampai terjadi akan memberikan dampak kepada manusia
yakni manusia akan kehilangan martabat yang sebenarnya
menjadi inti nilai kemanusiaan. 

Walapun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi


manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat
melanggar hak asasi orang lain. Memperjuangkan hak sendiri
sembari mengabaikan hak orang lain merupakan tindakan yang
tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak asasi kita
selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, karena itulah
ketaan terhadap aturan menjadi penting
Pengertian HAM Menurut Para ahli

Ada berbagai versi umum pengertian mengenai HAM. Setiap


pengertian menekankan pada segi-segi tertentu dari HAM. Berikut
beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak Asasi
Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:

Austin-Ranney, HAM adalah ruang kebebasan individu yang


dirumuskan secara jelas dalam konstitusi dan dijamin
pelaksanaannya oleh pemerintah.

A.J.M. Milne, HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat


manusia di segala masa dan di segala tempat karena keutamaan
keberadaannya sebagai manusia.

UU No. 39 Tahun 1999, Menurut Undang-Undang Nomor 39


tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.

Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung


tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.

John Locke, Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang


diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat
kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya
tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

David Beetham dan Kevin Boyle, Menurut David Beetham dan


Kevin Boyle, HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah
hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta
kapasitas-kapasitas manusia.

B. de Rover, HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang


sebagai manusia. Hakhak tersebut bersifat universal dan dimiliki
setiap orang, kaya maupun miskin, laki-laki ataupun perempuan.
Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak pernah
dapat dihapuskan.
Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh
konstitusi dan hukum nasional di banyak negara di dunia. Hak
asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Hak asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang. Hak asasi manusia
bersifat universal dan abadi.

Franz Magnis- Suseno, HAM adalah hak-hak yang dimiliki


manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat.
Jadi bukan karena hukum positif yang berlaku, melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya
karena ia manusia.

Miriam Budiardjo, Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-


hak asasi manusia sebagai hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau
kehadirannya di dalam masyarakat.

Oemar Seno Adji, Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud


dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang
seolah-olah merupakan suatu holy area.

Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)

Anda telah memahami bahwa hak asasi manusia adalah hak yang
melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang
berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa
pun. Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis
besar, hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam
macam sebagai berikut.

1. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia.


Contoh hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut.
Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah
tempat.

Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau


perkumpulan.

Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan


kepercayaan yang diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths

Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh


hak-hak asasi ekonomi ini sebagai berikut.

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang


piutang.

Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.

Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

3. Hak Asasi Politik/Political Rights

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh


hak-hak asasi politik ini sebagai berikut.

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik


lainnya.

Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

4. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Rights

Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu


hak yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan.
Contoh hak-hak asasi hukum sebagai berikut.
Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.

Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

5. Hak Asasi Sosial Budaya/Social Culture Rights

Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat.


Contoh hak-hak asasi sosial budaya ini sebagai berikut.

Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.

Hak mendapatkan pengajaran.

Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat


dan minat.

6. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights

Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh


hak-hak asasi peradilan ini sebagai berikut.

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,


penahanan, dan penyelidikan di muka hukum.

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan


dengan hakhak yang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai
berikut.

1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat


dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan
semua hak, apakah hak sipil dan politik atau hak ekonomi,
social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua
umat manusia yang sudah ada sejak lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua
orang tanpa memandang status, suku bangsa, gender, atau
perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah satu dari ide-ide
hak asasi manusia yang mendasar.

Demikianlah artikel tersebut di atas tentang Pengertian Secara


Umum Hak Asasi Manusia (HAM) semoga bisa bermanfaat bagi
sobat sekalian. Sekian dan terimakasih..

Apakah Hak Asasi Manusia?

 Hak asasi manusia adalah hak yang tidak boleh dipisahkan dan
kebebasan yang layak bagi setiap insan sebagai seorang
manusia. Hak-hak tersebut menjamin maruah dan harga diri insan
manusia serta menggalakkan kebaikan insani. Hak asasi manusia
berbentuk sejagat, tidak boleh dipisahkan dan saling bergantung.
Asas bagi setiap hak asasi manusia ialah kefahaman bahawa
setiap insan manusia mempunyai maruah dan harga diri.
Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu telah mendokumenkan hak-
hak asasi manusia yang patut dimiliki oleh setiap insan manusia di
dalam Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat (UDHR) untuk
memastikan maruah dan harga diri manusia adalah dihormati dan
dilindungi.

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Mukadimah 
Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-
hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia
adalah dasar kemerdekaan, keadilan dan perdamaian di dunia,
Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah hak-
hak asasi manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan
bengis yang menimbulkan rasa kemarahan hati nurani umat
manusia, dan terbentuknya suatu dunia tempat manusia akan
mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan beragama serta
kebebasan dari ketakutan dan kekurangan telah dinyatakan
sebagai cita-cita tertinggi dari rakyat biasa,
Menimbang bahwa hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh
peraturan hukum supaya orang tidak akan terpaksa memilih
pemberontakan sebagai usaha terakhir guna menentang
kelaliman dan penindasan, Menimbang bahwa pembangunan
hubungan persahabatan antara negara-negara perlu digalakkan,
Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari Perserikatan Bangsa-
Bangsa sekali lagi telah menyatakan di dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa kepercayaan mereka akan hak-hak
dasar dari manusia, akan martabat dan nilai seseorang manusia
dan akan hak-hak yang sama dari pria maupun wanita, dan telah
bertekad untuk menggalakkan kemajuan sosial dan taraf hidup
yang lebih baik di dalam kemerdekaan yang lebih luas,
Menimbang bahwa Negara-Negara Anggota telah berjanji untuk
mencapai kemajuan dalam penghargaan dan penghormatan
umum terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan-
kebebasan asasi, dengan bekerjasama dengan Perserikatan
Bangsa-Bangsa.

Menimbang bahwa pengertian umum tentang hak-hak dan


kebebasan-kebebasan tersebut sangat penting untuk pelaksanaan
yang sungguh-sungguh dari janji ini, maka,
Majelis Umum dengan ini memproklamasikan
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia
sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua bangsa
dan semua negara, dengan tujuan agar setiap orang dan setiap
badan dalam masyarakat dengan senantiasa mengingat
Pernyataan ini, akan berusaha dengan jalan mengajar dan
mendidik untuk menggalakkan penghargaan terhadap hak-hak
dan kebebasan-kebebasan tersebut, dan dengan jalan tindakan-
tindakan progresif yang bersifat nasional maupun internasional,
menjamin pengakuan dan penghormatannya secara universal dan
efektif, baik oleh bangsa-bangsa dari Negara-Negara Anggota
sendiri maupun oleh bangsa-bangsa dari daerah-daerah yang
berada di bawah kekuasaan hukum mereka.
Pasal 1,

Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan


hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan
hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat
persaudaraan.

Pasal 2,

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan


yang tercantum di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian
apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau
kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.

Di samping itu, tidak diperbolehkan melakukan perbedaan atas


dasar kedudukan politik, hukum atau kedudukan internasional dari
negara atau daerah dari mana seseorang berasal, baik dari
negara yang merdeka, yang berbentuk wilayah-wilayah perwalian,
jajahan atau yang berada di bawah batasan kedaulatan yang lain.

Pasal 3,

Setiap orang berhak atas penghidupan, kebebasan dan


keselamatan individu.

Pasal 4,

Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhambakan,


perbudakan dan perdagangan budak dalam bentuk apapun mesti
dilarang.

Pasal 5.

Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam,


memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau
direndahkan martabatnya.

Pasal 6,
Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai
pribadi di mana saja ia berada.

Pasal 7,

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas


perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua
berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk
diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan
terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi
semacam itu.

Pasal 8,

Setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dari pengadilan


nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-hak
dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau
hukum.

Pasal 9,

Tak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan


sewenang-wenang.

Pasal 10,

Setiap orang, dalam persamaan yang penuh, berhak atas


pengadilan yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang bebas dan
tidak memihak, dalam menetapkan hak dan kewajiban-
kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan
kepadanya.

Pasal 11,

1. Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu


pelanggaran hukum dianggap tidak bersalah, sampai
dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu
pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua
jaminan yang diperlukan untuk pembelaannya.
2. Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan
pelanggaran hukum karena perbuatan atau kelalaian yang tidak
merupakan suatu pelanggaran hukum menurut undang-undang
nasional atau internasional, ketika perbuatan tersebut
dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman
lebih berat daripada hukuman yang seharusnya dikenakan
ketika pelanggaran hukum itu dilakukan.

Pasal 12,

Tidak seorang pun dapat diganggu dengan sewenang-wenang


urusan pribadinya, keluarganya, rumah-tangganya atau hubungan
surat-menyuratnya, juga tak diperkenankan pelanggaran atas
kehormatannya dan nama baiknya. Setiap orang berhak
mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau
pelanggaran seperti itu.

Pasal 13,

1. Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam di


dalam batas-batas setiap negara.
1. Setiap orang berhak meninggalkan sesuatu negeri, termasuk
negerinya sendiri, dan berhak kembali ke negerinya.

Pasal 14,
1. Setiap orang berhak mencari dan menikmati suaka di negeri
lain untuk melindungi diri dari pengejaran.
2. Hak ini tidak berlaku untuk kasus pengejaran yang benar-benar
timbul karena kejahatan-kejahatan yang tak berhubungan
dengan politik, atau karena perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan Bangsa-
Bangsa.

Pasal 15,
1. Setiap orang berhak atas sesuatu kewarga-negaraan.
2. Tidak seorang pun dengan semena-mena dapat dicabut
kewarga-negaraannya atau ditolak haknya untuk mengganti
kewarga-negaraan.
Pasal 16,

1. Pria dan wanita yang sudah dewasa, dengan tidak dibatasi


kebangsaan, kewarga-negaraan atau agama, berhak untuk
nikah dan untuk membentuk keluarga. Mereka mempunyai
hak yang sama dalam soal perkawinan, di dalam masa
perkawinan dan pada saat perceraian.
2. Perkawinan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan pilihan
bebas dan persetujuan penuh oleh kedua mempelai.
3. Keluarga adalah kesatuan alamiah dan fundamental dari
masyarakat dan berhak mendapat perlindungan dari
masyarakat dan Negara.

Pasal 17,
1. Setiap orang berhak memiliki harta, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain.
2. Tak seorang pun boleh dirampas hartanya dengan semena-
mena.

Pasal 18,

Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan


agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau
kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan agama atau
kepercayaan dengan cara mengajarkannya,
mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan
mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Pasal 19,

Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan


mengeluarkan pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan
memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari,
menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran
melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-
batas (wilayah).
Pasal 20,

1. Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul


dan berserikat secara damai.
2. Tidak seorang pun boleh dipaksa untuk memasuki sesuatu
perkumpulan.

Pasal 21,
1. Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan
negerinya, secara langsung atau melalui wakil-wakil yang
dipilih dengan bebas.
2. Setiap orang berhak atas kesempatan yang sama untuk
diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya.
3. Kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan
pemerintah; kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan
umum yang dilaksanakan secara berkala dan jujur dan yang
dilakukan menurut hak pilih yang bersifat umum dan yang
tidak membeda-bedakan, dan dengan pemungutan suara
yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang
menjamin kebebasan memberikan suara.

Pasal 22,
Setiap orang, sebagai anggota masyarakat, berhak atas
jaminan sosial dan berhak melaksanakan dengan perantaraan
usaha-usaha nasional dan kerjasama internasional, dan sesuai
dengan organisasi serta sumber-sumber kekayaan dari setiap
Negara, hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan yang sangat
diperlukan untuk martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya.

Pasal 23,
1. Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas
memilih pekerjaan, berhak atas syarat-syarat perburuhan
yang adil serta baik, dan berhak atas perlindungan dari
pengangguran.
2. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak atas pengupahan
yang sama untuk pekerjaan yang sama.
3. Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas
pengupahan yang adil dan baik yang menjamin
kehidupannya dan keluarganya, suatu kehidupan yang
pantas untuk manusia yang bermartabat, dan jika perlu
ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.
4. Setiap orang berhak mendirikan dan memasuki serikat-
serikat pekerja untuk melindungi kepentingannya.

Pasal 24,

Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk


pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan hari libur
berkala, dengan menerima upah.

Pasal 25,
1. Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin
kesehatan dan kesejahteraan untuk dirinya dan
keluarganya, termasuk pangan, pakaian, perumahan dan
perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda,
mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan mata
pencarian yang lain karena keadaan yang berada di luar
kekuasaannya.
2. Para ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan
bantuan istimewa. Semua anak, baik yang dilahirkan di
dalam maupun di luar perkawinan, harus mendapat
perlindungan sosial yang sama.

Pasal 26,
1. Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan
harus gratis, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah rendah
dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan jurusan secara umum
harus terbuka bagi semua orang, dan pengajaran tinggi
harus secara adil dapat diakses oleh semua orang,
berdasarkan kepantasan.
2. Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi
yang seluas-luasnya serta memperkokoh rasa
penghargaan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan
asasi. Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian,
toleransi dan persahabatan di antara semua bangsa,
kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan
kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara
perdamaian.
3. Orang-tua mempunyai hak utama untuk memilih jenis
pendidikan yang akan diberikan kepada anak-anak
mereka.

Pasal 27,
1. Setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas
dalam kehidupan kebudayaan masyarakat, untuk
mengecap kenikmatan kesenian dan berbagi dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan manfaatnya.
2. Setiap orang berhak untuk memperoleh perlindungan
atas kepentingan-kepentingan moril dan material yang
diperoleh sebagai hasil dari sesuatu produksi ilmiah,
kesusasteraan atau kesenian yang diciptakannya.

Pasal 28,
Setiap orang berhak atas suatu tatanan sosial dan
internasional di mana hak-hak dan kebebasan-kebebasan
yang termaktub di dalam Pernyataan ini dapat dilaksanakan
sepenuhnya.

Pasal 29,
1. Setiap orang mempunyai kewajiban terhadap
masyarakat tempat satu-satunya di mana ia memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan pribadinya dengan
penuh dan leluasa.
2. Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-
kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan yang layak terhadap
hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain, dan
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam hal
kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum dalam
suatu masyarakat yang demokratis.
3. Hak-hak dan kebebasan-kebebasan ini dengan jalan
bagaimana pun sekali-kali tidak boleh dilaksanakan
bertentangan dengan tujuan dan dasar Perserikatan
Bangsa-Bangsa.

Pasal 30,
Tidak satu pun di dalam Pernyataan ini boleh ditafsirkan
memberikan sesuatu Negara, kelompok ataupun seseorang,
hak untuk terlibat di dalam kegiatan apa pun atau melakukan
perbuatan yang bertujuan untuk merusak hak-hak dan
kebebasan-kebebasan yang mana pun yang termaktub di
dalam Pernyataan ini.

Ulasan ini mebicarakan diskursus perlindungan Hak Asasi


Manusia (HAM) di Indonesia. Ulasan ini banyak merujuk pada bab
ke-5 dari buku Hukum Hak Asasi Manusia yang diterbitkan oleh
PUSHAM UII.

Adapaun lingkup pembahasan dalam ulasan ini adalah


Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia dan Ratifikasi
Perjanjian Internasional Hak Asasi Manusia.

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia dapat diruntut


sejak negara ini lahir, yakni pasca proklamasi kemerdekaan 1945.
Pada masa ini sempat terjadi perdebatan apakah hak-hak individu
harus dicantumkan dalam konstitusi atau tidak. Soekarno dan
Supomo menolak pencantuman pasal-pasal hak warga negara
dalam Konstitusi Indonesia. Sementara itu Hatta dan Yamin
bersikeras menuntut dicantumkannya hak warga negara dalam
pasal-pasal Konstitusi  Indonesia.

Soekarno berpandangan bahwa, dengan mencantumkan hak-hak


individu dalam konstitusi justru akan menumbuhkan individualisme
atau bahkan liberalisme. Faham seperti ini bagi Soekarno tidak
akan bisa memenuhi kebutuhan fundamnetal bangsa ini, yakni
kesejahteraan. Bagi soekarno, negara ini harus didasarkan atas
asas kekeluargaan dan gotong-royong. Sejalan dengan itu adalah
Supomo yang hendak mengusung negara integralistik. Bahwa
individu adalah bagian dari negara, sehingga tidak perlu untuk
mencantumkan hak individu dalam konstitusi negara. Meskipun
soekarno dan Supomo menolak untuk mencantumkan hak warga
negara dalam konstitusi, keduanya memiliki alasan yang berbeda.

Disisi lain adalah Hatta yang menghendaki dicantumkannya hak-


hak warga negara dalam konstitusi. Hatta memang sepakat
dengan Soekarno untuk menekan individualisme dan liberalisme.
Namun, Hatta kawatir negara akan terjebak dalam otoritarianisme
jika hak-hak warga negara tidak dipertegas dalam konstitusi.
Selain Hatta, adalah Yamin yang juga melihat potensi
otoritarianisme jika hak-hak warga negara tidak dicantukan.

Namun, Yamin dapat melihat dengan jernih bahwa aturan dasar


untuk menjamin individu tidaklah berkaitan dengan liberalisme.

Bagi Yamin, aturan dasar tersebut merupakan bentuk sebuah


jaminan yang memiliki posisi penting. Perdebatan dua kubu
tersebut berakhir dengan sebuah kompromi, yakni
dicantumkannya hak warga negara dengan sangat terbatas dalam
cakupan substansi maupun konsep.

Bahkan Konsep yang digunakan dalam hal ini adalah “Hak Warga
Negara” (rights of the citizens) bukan “Hak Asasi Manusia”
(human rights). Dengan demikian, negara berposisi
sebagai “regulator of rights”,bukan sebagai “guardian of human
rights”

Para periode selanjutnya, tepatnya pada sidang Konstituante,


perdebatan tentang hak asasi mansuia kembali meruncing.
Namun diskusi di  Konstituante relatif lebih menerima hak asasi
manusia dalam pengertian natural rights. perdebatan di
Konstituante berhasil  menyepakati 24 hak asasi manusia yang
selanjutnya akan disusun dalam satu bab pada konstitusi. Namun
Konstituante  dibubarkan oleh Soekarno dan kesepakatan-
kesepakatan tersebut dikesampingkan, termasuk juga
kesepakatan mengenai hak asasi manusia. Pembubaran
Konstituante diikuti dengan dikeluarkan dekrit oleh Soekarno yang
isinya adalah pernyataan untuk kembali ke Undang- Undang
Dasar 1945. Dengan kembali ke Undang-Undang Dasar 1945,
status konstitusional hak asasi manusia yang telah diakui dalam
Konstitusi RIS dan Undang- Undang Dasar “Sementara” 1950
menjadi mundur kembali.

Munculnya Orde Baru memberikan babak baru bagi perlindungan 


konstitusionalitas hak asasi manusia. Pada awal Orde Baru,
MPRS membentuk Panitia Ad Hoc Penyusunan Hak-Hak Asasi
Manusia. panitia ini menghasilkan sebuah “Rancangan Keputusan
MPRS tentang Piagam Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak
serta Kewajiban Warga Negara”. Tetapi rancangan tersebut tidak
berhasil diajukan ke Sidang Umum MPRS untuk  disahkan
sebagai ketetapan MPRS. Karena fraksi Karya Pembangunan dan
ABRI menganggap akan lebih tepat jika Piagam yang  penting itu
disiapkan oleh MPR hasil pemilu, bukan oleh MPR(S) yang
bersifat sementara. Namun setelah MPR hasil pemilu (1971)
terbentuk,  Rancangan Piagam Hak Asasi Manusia itu tidak
pernah diajukan lagi.

Lengsernya Soeharto membuka babak baru bagi diskursus hak


asasi manusia di Indonesia. Pada era reformasi, perdebatan hak
asais manusia sudah relatif mendapatkan tempat. Hanya
persoalannya adalah, apakah hak sasi mansuia akan menjadi
bagian dari UUD atau TAP MPR. Perdebatan ini berakhir dengan
lahirnya Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia.

Bahkan ketetapan ini juga memuat amanat kepada presiden dan


lembaga-lembaga tinggi negara untuk memajukan perlindungan
hak asasi manusia dan untuk  meratifikasi instrumen-instrumen
internasional hak asasi manusia.

Pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, Majelis


Permusyawaratan Rakyat sepakat memasukan hak asasi manusia
ke dalam Bab XA, yang berisi 10 Pasal Hak Asasi Manusia (dari
pasal 28A-28J pada Amandemen Kedua Undang-Undang Dasar
1945 yang ditetapkan pada 18 Agustus 2000. Hak-hak yang
tercakup dalam 10 pasal ini melingkupi hak sipil, politik, hingga
hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.

Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM merupakan


tonggak kemajuan HAM waktu itu. Undang-undang ini merupakan
tindak lanjut dari TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia. Undang-Undang ini memuat pengakuan yang luas
terhadap hak asasi manusia. Hak-hak yang dijamin di dalamnya
mencakup mulai dari pengakuan terhadap hak-hak  sipil dan
politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, hingga pada
pengakuan terhadap hak-hak kelompok seperti anak, perempuan
dan masyarakat adat (indigenous people). Disamping itu,
persolana penting yang dimuat dalam undnag-undnag ini adalah
Pengaturan KOMNASHAM, Human right defender dan
Pembentukan pengadilan HAM.

Dalam Pasal 4 undang-undang ini menjamin tentang Hak hidup,


Pasal 10 menjamin tentang Hak berkeluarga, Pasal 11 s.d. 16
menjamin tentang Hak untuk mengembangkan diri, Pasal 17 s.d.
19 menjamin tentang Hak untuk memperoleh keadilan, Pasal 20
s.d. 27 menjamin tentang Hak atas kebebasan pribadi, Pasal 28
s.d. 35 menjamin tentang Hak atas rasa aman, Pasal 36 s.d. 42
menjamin tentang Hak atas kesejahteraan, Pasal 43-44 menjamin
tentang Hak turut serta dalam pemerintahan, Pasal 45 s.d. 51
menjamin tentang Hak wanita, Pasal 52 s.d. 66 menjamin tentang
Hak anak

Meskipun di Indonesia telah melakukan pembangunan hukum Hak


Asasi Manusia, namun masih perlu untuk meratifikasi instrumen
HAM Internasional. Hal ini agar masyarakat indonesia juga dapat
mengakses HAM Internasional itu sendiri. Sampai saat ini
Indonesia telah meratifikasi 8 (delapan)  instrumen internasional
hak asasi manusia dari 25 (dua puluh lima) instrumen pokok HAM
Internasional. Delapan instrumen internasional hak  asasi manusia
yang diratifikasi itu adalah: Konvensi Internasional tentang Hak-
Hak Politik Perempuan, Konvensi Internasional tentang Hak Anak,
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk 
Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi Internasional tentang
Anti Apartheid di Bidang Olah Raga, Konvensi Internasional
tentang (Anti?) Menentang  Penyiksaan, Konvensi Internasional
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial,
Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Kovenan
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia, The


Development of Human Rights in Indonesia,

Hak Asasi Manusia di Indonesia 


Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua
orang memiliki penghargaan yang sama terhadap sesamanya. Ini
yang menjadi latar belakang perlunya penegakan hak asasi
manusia. Manusia dengan teganya merusak, mengganggu,
mencelakakan, dan membunuh manusia lainnya. Bangsa yang
satu dengan semena-mena menguasai dan menjajah bangsa lain.
Untuk melindungi harkat dan martabat kemanusiaan yang
sebenarnya sama antarumat manusia, hak asasi manusia
dibutuhkan. Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.

     Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara


pada pancasila. Yang artinya Hak Asasi Manusia mendapat
jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.

Bermuara pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak


asasi manusia tersebut harus memperhatikan garis-garis yang
telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi bangsa
Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti
melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam
pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini
disebabkan pada dasarnya memang tidak ada hak yang dapat
dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak orang lain.
    Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam
melaksanakan hak, kita tidak memperhatikan hak orang lain,maka
yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Negara Republik
Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati
melekat dan tidak terpisah dari manusia yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat
kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.

Masa Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Pada masa prakemerdekaan.

Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada


abad ke-19.

Orang Indonesia pertama yang secara jelas mengungkapkan


pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran
itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun
sebelum proklamasi kemerdekaan.

Pada masa orde lama.

Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam


sidang BPUPKI. Tokoh yang gigih membela agar HAM diatur
secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad
Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang
berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD
1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM diatur dalam
Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

Pada masa Orde Baru.

Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini


terjadi terutama karena HAM dianggap sebagai paham liberal
(Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila.
Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak
Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993. Namun, komisi tersebut
tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik. Berbagai
pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula
berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong
munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde
baru.

Pada masa reformasi.

      Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah


menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari segenap komponen
bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu
ditandai dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya
berbagai dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu meliputi
UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia.

    Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang


sangat penting dalam penegakan HAM, yaitu Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
(ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
menjadi Undang-Undang No. 12 tahun 2005.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara


Republik Indonesia,yakni:

1. Undang – Undang Dasar 1945


2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia
3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi
manusia itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :

1. Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi


kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk
agama, dan kebebasan bergerak.
2. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak
untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta
memanfaatkannya.
3. Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih
dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.
4. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality).
5. Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture
rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak
untukmengembangkan kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan
dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan
peradilan.

Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan


dalam Piagam Hak Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan
Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998.

Artikel tentang Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia,


silahkanklik http://www.berbagaireviews.com/2015/03/perkembang
an-hak-asasi-manusia-di.html 
 

Artikel Sejarah dan Perkembangan Hak Asasi Manusia di Dunia,


silahkan klik http://www.berbagaireviews.com/2015/03/sejarah-
dan-perkembangan-hak-asasi.html
Untuk melihat artikel lainnya, silahkan klik  http://www.
berbagaireviews.com/ 

 Thanks for reading & sharing berbagaireviews.com

Tokoh - Tokoh dan Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia,


Organizations and Leaders of National Movement Indonesia

NEXT
Sejarah dan Perkembangan Hak Asasi Manusia di Dunia, History
of Human Rights in the World.

Rumusan tentang Hak Asasi Manusia

Rumusan tentang hak-hak asasi manusia termuat dalam Undang-


undang Dasar 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945, yaitu
dalam naskah Pembukaan UUD 1945 alinea pertama
“kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Hak-hak Asasi
Manusia tidak dapat dipisahkan dengan hakikat kodrat manusia.

Oleh karenanya hak-hak asasi manusia senantiasa berhubungan


dengan asasi manusia karena sifatnya sebagai makhluk individu
dan sosial. 

HAK-HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

1. Beberapa Hak Asasi Manusia yang terkandung dalam UUD


1945 hasil amandemen 2002 termuat dalam Bab XA, pasal 28A
sampai dengan pasal 28J. Dalam Pembukaan UUD 1945,
alinea ke-4 dinyatakan: “Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa ...”.
2. diwujudkannya dalam Undang-undang Republik Indonesia No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. dibentuknya
KOMNAS HAM;  Antara lain:  Dalam perjalanan sejarah
kenegaraan Indonesia perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia mengalami kemajuan. 
3. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Tahun 1948 Deklarasi
Universal tentang Hak-hak Asasi manusia yang telah disetujui
oleh Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
tanggal 10 Desember 1948.PENGAKUAN ATAS MARTABAT
DAN HAK-HAK YANG SAMA SEBAGAI MANUSIA HIDUP DI
DUNIA
4. Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar Manusia Asas-
asas Dasar  Penjelasan beberapa istilah dalam Hak Asasi
Manusia ○ Hak Asasi Manusia ○ Kewajiban dasar manusia ○
Diskriminasi ○ Penyiksaan ○ Anak ○ Pelanggaran hak asasi
manusia ○ Komisi Nasional Hak Asasi Manusia  Pengertian
Pokok Hak Asasi Manusia  Hak Asasi Manusia di Indonesia
Tahun 1999 Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun
1999 
5. Pengadilan Hak Asasi Manusia Partisipasi Masyarakat 
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) 
Kewajiban dan Tanggungjawab Pemerintah  Kewajiban Dasar
Manusia  Hak Anak  Hak Wanita  Hak Turut Serta Dalam
Pemerintahan  Hak Atas Kesejahteraan  Hak Atas Rasa
Aman  Hak Atas Kebebasan Pribadi  Hak Memperoleh
Keadilan  Penghargaan Hak Manusia dan Perlindungan
Hukum 
6. Beberapa Istilah Pengadilan Hak Asasi Manusia ○ Hak Asasi
Manusia ○ Pelanggaran Hak Asasi Manusia ○ Pengadilan HAM
○ Penyelidikan Pengertian Pokok Pengadilan Hak Asasi
Manusia  Pengadilan Hak Asasi Manusia Undang-undang
Republik Indonesia No. 26 tahun 2000 tentang Pengailan Hak
Asasi Manusia.
PENGHARGAAN DAN PENGHORMATAN ATAS HAK-HAK
MANUSIA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM
7. Pengadilan HAM Ad hoc Ketentuan Pidana  Acara
Pemeriksaan  Pemeriksaan di sidang pengadilan 
Penyidikan  Penyelidikan  Penahanan  Hukum Acara
Pengadilan HAM  Lingkungan kewenangan  Kedudukan dan
tempat kedudukan pengadilan HAM 
8. Beberapa istilah dalam UU No. 9 tahun 1998 ○ Kemerdekaan
menyampaikan pendapat ○ Di muka umum ○ Unjuk rasa atau
demonstrasi ○ Pawai ○ Rapat umum ○ Mimbar bebas ○ Warga
negara ○ Polri Pengertian pokok kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum  Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum Undang-undang
republik Indonesia no. 9 Tahun 1998 tentan kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum 
9. Asas dan t Sanksi yang diberikan. Bentuk-bentuk dan tata
cara penyampaian pendapat di muka umum  Hak dan
kewajiban ujuan kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum

Rekomendasi:

Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia


Bambang Sutiyoso The issues ofhuman rights constitute the
global issues recently that will not ignore with some reasons
including in Indonesia. The concept of human rights and its
realization in each state may not similar although actually the
substance ofhuman rights is equal. In this respect there are three
concepts and implementations of human right in the world that be
regarded as the representatives of western states, Socialism
-communism and Islamic doctrine. The consequence of human
rights emerges human obligations, that both human rights and
human obligations are parallel and a system. The ignoring one of
them will raise heavy infraction of human rights itself.
The Implementation of human rights in Indonesia particularly even
though many cases emerge generally either development or the
maintenance ofhuman rights seems the progress. In this sense,
the regulating law ofhuman rights by legislating the rules and by
establishing the Human Rights Court in overcoming many cases of
heavy evading of raised human rights. Istilah hak-hak asasi
manusia dalam apapun yang dapat mencabut hak itu dari
beberapa bahasa asing dikenal dengan tanganpemiliknya.
Demikianpulatidakada sebutan sebagai berikut: droit de Vhome
seorangpun diperkenankan untuk (Perancis) yang berarti hak
manusia, hu- merampasnya, serta tidak ada kekuasaan man right
(Inggris) atau mensen rechten apapun yang boleh
membelenggunya." (Belanda), yang dalam bahasa Indonesia
Karena HAM itu bersifat kodrati, disalin menjadi hak-hak
kemanusiaan atau sebenamya ia tidak memerlukan legitimasi hak-
hak asasi manusia.^ yuridis untuk pemberlakuannya dalam Hak
asasi manusia (HAM) pada suatu sistem hukum nasional maupun
hakekatnya merupakan hak kodrati yang internasional. Sekalipun
tidak ada secara inheren melekat dalam setiap diri perlindungan
dan jaminan konstitusional manusia sejak lahir. Pengertian ini
terhadap HAM, hak itu tetap eksis dalam mengandung arti bahwa
HAM merupakan setiap diri manusia. Gagasan HAM yang kanmia
Allah Yang Maha Pencipta kepada bersifat teistik ini diakui
kebenarannya hamba-Nya. Mengingat HAM itu adalah sebagai
nilai yang paling hakiki dalam karunia Allah, maka tidak ada badan
kehidupan manusia. Namun karena 'Marsudi, Subandi Al., 2001,
Pancasila dan UUD 45 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta: FT
Raja Grafindo Persada, him. 83. =Pengertian yang hampir sama
juga dinyatakan dalam Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/ 1998
tentang Hak Asasi Manusia yang diuraikan dalam lampiran
ketetapan ini berupa naskah Hak Asasi Manusia pada angka I
huruf D butir 1 menyebutkan : "Hak asasi manusia adalah hak
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada diri
manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan
harkat dan raartabat manusia". Selanjut UNISIA NO.
44/XXV/I/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya
di Indonesia sebagian besar tata kehidupan manusia bersifat
sekuler dan positivistik, maka eksistensi HAM memerlukan
landasan yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur kehidupan
manusia.^ Dalam perspektif sejarah hukum, setiap ada
penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap
perampasan, perkosaan dan pemanipulasian HAM oleh manusia
satu kepada manusia yang Iain atau oleh penguasa kepada
rakyatnya akan selalu muncul krisis kemanusiaan.

Bahkan kemudian memunculkan formula-formula atau dokumen-


dokumen resmi hak-hak asasi manusia atau sumber hukum yang
memberi hak bagi rakyat.

Misalnya dokumen Magna Charta di Inggris tahun 1215yang


memberikan hak-hak bagi rakyat dan sekaligus membatasi
kekuasaan raja. Kemudian dokumen The Virginia Bill of Rights
dan declarations ofIndependence yang melahirkan kemerdekaan
Amerika Serikat tahun 1776, yang berisi jaminan kebebasan
individu terhadap kekuasaan negara. Begitu pula dokumen
Declarations desDroites LUome etDu Cituyen di Francis tahun
1789 yang berprinsip bahwa manusia pada hakekatnya adalah
balk dan karenanya harus hidup bebas dan sama kedudukannya
dalam hukum.

Di Rusia tahun 1918, juga muncul suatu dokumen yang meriyebut


hak-hak dasar sosial, tetapi hak-hak dasar individu tidak disebut
sama sekali. Selanjutnya dokumen Declarations of Human Rights
tahun 1948 yang dikeluarkan oleh Perserikatan BangsaBangsa
(PBB) yang menjamin hak-hak sipil, hak-hak sosial dan hak-hak
kebebasan politik. Secara filosofis berbagai dokumen hakhak
asasi manusia tersebut terdapat adanya perbedaan muatan nilai
dan orientasi.

Di Inggris menekankan pada pembatasan kekuasaan raja, di


Amerika Serikat mengutamakan kebebasan individu, di Perancis
memprioritaskan egalitarianisme persamaan kedudukan di
hadapan hukum, di Rusia tidak diperkenalkan hak individu tetapi
hanya mengakui hak sosial. Sementara itu Perserikatan Bangsa-
Banpa merangkui berbagai nilai dan orientasi karena Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia di badan dunia ini sebagai
kesepakatan berbagai negara setelah mengalami revolusi Perang
Dunia II, yang menelorkan pengakuan prinsip kebebasan
perseorangan, kekuasaan hukum dan demokrasi sebagaimana
diformulasikan dalam preambule Atlantik Charter 1945.'*|
Dokumen dan kesaksian sejarah tersebut menunjukkan bahwa
setiap teijadi krisis hak asasi manusia selalu muncul revolusi atau
gejolak sosial. Seperti halnya krisis hak asasi manusia di negara-
negara komunis tahun 1990 yang menghancurkan tembok Berlin
dan penghancuran patungj patung tokoh mereka yang
sebelumnya dipuja-puja. Rangkaian kesaksian sejarah tersebut
menunjukkan bahwa hak asasi manusia merupakan konstitusi
kehidupan[ karena hak asasi manusia merupakan prasyarat yang
harus ada dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan beka)
bagi setiap insan untuk dapat hidup sesuai fitrah kemanusiaannya.
nya dalam Pasal 1 angka l UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, menyatakan: "Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia".

Luthan, Salman., "Proyeksi Harmonisasi Konvensi Menentang


Penyiksaan Dengan Hukum Pidana Nasional", makalah seminar
nasional kerjasama Departemen Hukum Internasional FH UII
dengan ELSAM, Yogyakarta, 1995. I Alkostar, Artidjo., 1994, "Hak
Asasi Manusia dalam Perspektif Penegakkan Hukum Dewasa Ini",
Makalah dalam rangka Dies Natalis UII ke 51, Yogyakarta, him. 3 .

UNISIA NO. 44/XXV/1/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan


Implementasinya dt Indonesia Perjuangan dan perkembangan
hak-hak asasi manusia di setiap negara mempunyai latar
belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan peijalanan hidup
bangsanya, meskipun demikian sifat dan hakikat HAM di mana-
mana pada dasaraya adalah sama.

Dalam konteks itulah, tulisan berikut ini akan mengungkapkan


beberapa konsepsi dan model pelaksanaan HAM, yaitu di negara-
negara Barat yang sebagian besar menganut paham liberal
kapitalis dan negara-negara pengikut aliran komunissosialis serta
konsepsi dan model HAM menurut ajaran Islam. Ketiga sistem ini
dapat dianggap mewakili berbagai konsepsi HAM yang ada,
mengingat sebagian besar dari mereka berkiblat dan mengacu
salah satu dari ketiga sistem tersebut. Selain itu dikemukakan pula
tentang HAM dan implementasinya di Indonesia, dengan
mengupas seputar perkembangan dan penegakkan HAM di
Indonesia. Konsepsi dan Model Pelaksanaan HAM Seperti
diketahui, bahwa HAM itu adalah bersifat universal. Namun
demikian pelaksanaan HAM tidak mungkin disamaratakan antara
satu negara dengan negara yang lain. Masing-masing negara
tentu mempunyai perbedaan konteks sosial, kultural maupun
hukumnya. Di samping itu pengalaman sejarah dan
perkembangan masyarakat sangat mempengaruhi implementasi
HAM tersebut. Keuniversalan HAM dewasa ini masih
mengundang perdebatan dan perbedaan dalam praktek
penerapannya di antara masing-masing anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Hal ini dapat dilihat dalam perspektiffilsafat
hukum atau ideologi yang melatarbelakangi norma hukum atau
negara yang bersangkutan.

Alkostar, Artidjo., Ibid, him. 4. Pengakuan dan potret pelaksanaan


HAM di negara komunis dapat dilihat dari watak aturan hukumnya
yang tidak memberi tempat adanya hubungan hukum privat,
karena segala sesuatu dianggap dari masyarakat dan untuk
kepentingan masyarakat.

Semua hukum menjadi administrasi kebijakan penguasa, karena


itu hukum harus mengabdi pada politik partai. Demikian pula
pengadilan harus tunduk pada pengawasan kekuasaan poliitik
partai. Kondisi demikian antara lain tergambar dalam buku The
Gulag Archi pelago, karangan Alexander Solshenitsyn yang
melukiskan tentang pelecehan HAM di Rusia, hukum sebagai alat
kekuasaan dan pengadilan dilakukan dibelakang pintu tertutup.
Hal serupa juga terjadi pada Fascis dan Nazi yang menonjolkan
despotisme, dalam diri negara merupakan hukum, yaitu legitimasi
nafsu penguasa untuk menguasai dan mendominasi hak asasi
rakyat.

Sedangkan konsepsi dan pemberlakuan HAM di negara liberal


kapitalis dapat dilihat dari karakter aturan hukumnya yang berakar
pada filsafat individualisme-utilitarian.

Tujuan filsafat ini adalah emansipasi individu dan orientasinya


adalah menambah kesenangan individu.

Hukum yang dianggap baik adalah hukum yang memanjakan


kebebasan bagi setiap individu dan memacu agar setiap individu
mengejar apa yang dianggap baik bagi dirinya.

Falsafah ini pula yang menjadi akar dari prinsip "Laissez Faire"
dalam dunia perekonomian dewasa ini. Perekonomian dunia
didorong mengarah pada mekanisme persaingan bebas yang
diyakini akan menghasilkan kebahagiaan yang maksimal bagi
setiap individu. Terhadap konsepsi dan praktek-praktek di atas,
seorang filosof muslim, Dr. Mohammad Iqbal (1873-1938)
sebagaimana dikutip Moh. Natsir pernah UNISIA No.
44/XXV/I/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya
diIndonesia mengemukakan bahwa baik kapitalisme Barat dan
sosialisme Mams, pada asasnya berdasarklan nilai-riilai
kebendaan dari kehidupan serta kosong dari warisan
ruhaniyah."Sosialisme Karl Marx sebagai suatu rencana yang
berdasarkan kesamaah perut (equality of stomach) dan bukan
kesamaah nih. Demikian juga kapitalisme; imperialisme,- •
kolonialisme dan rasionalisme dilukiskan' sebagai kegemukah
jasad. Pada saat yang sama, sudah masanya PBB sebagai badan
dunia mengevaluasi konsep dasar HAM yang dipakainya serta
praktek pelaksanaannya agar eksistensi keberadaannya tidak
kehilangan relevansi sosio humanisnya. Konsep HAM- PBB yang
hanya menonjolkan' hak. dan tanpa kewajiban asasi, perlu
dipertanyakan secara kritis dalam hubungannya dengan
banyaknya benturan dan konflik HAM yang banyakmemakan
korbanjiwadan martabat manusia, baik secara sistemik misalnya
agresi suatu negara terhadap negara lain, maupun secara evolutif
misalnya munculnya euthanasia, aborsi dan lain sejenisnya.
Konsep - dan prototipe realisasi kewajiban asasi dan HAM yang
dilandasi nilai-nilai yang -sempurna telah dicontohkan secara
faktual oleh segala bangsa di 'dunia, yaitu setiap tanggal lo
Dzulhijjah di kota Makkah atau saat pelaksanaan ibadah haji. Di
mana segala bangsa di dunia berkumpul dengan tujuanyang
sama, pakaian yang sama, merasa berkedudukan yang sama dan
hanya tunduk kepada kekuasaan AllahYangMaha Esa.

Namun tampaknya PBB telum rela secara resmi untuk menarik


kesimpulan dan mengambil esensi konsep yang mendasari
konstruksi hubungan kemamisiaan'dan sosial yang harmonis di
kota Makkah .itu. ' Sebenarnya yang perlu ditelaal sekarang oleh
masyarakat dan bangsa bangsa di dunia kareria konsepsi dan
fakta fakta pelaksanaannya terbukti merupakanperwujudan dari
suatu konstitusi. kehidupan manusia yang diajarkan daii'
dicontohkan oleh seorang pemimpin masyarakat bangsa, pembela
dam pengangkat martabat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW
(571-633). Arah dan dan landasan pembinaan martabat dan hak-
haK* kemanusiaannya mempunyai kejelasaij serta keharmonisan
antara kewajiban asasi dan'hak asasi, antara hak individu dan hal
masyarakat. Lebih dari itu, karena berdasarkan kepastian rohani
yang mampu memahami tujuan hidup manusia yaitu pengabdian
kepada AUah SWT.

Bertitik tolak- dari konsepsi IMam tersebut pulalahTebih jauh Dr.


Mohammad Iqbal mengemukakan bahwa Islam pada hakekatnya
adalah ta'uhid. Inti dari tauhid adalah working idea dan cita yang
fa'al inilah membuahkan Keesaan dan kemerdekaan. Islam
memberikan beberapa asas nyata seperti demokrasi dan
kemerdekaan. Kemerdekaan pikiran dan menyatakan pendapat,
kemerdekaan beragama, keesaan, 'toleransi,.keadilan sosial dan
lain sebagainya. Bersamaan' dengan hak-hak manusia yang asasi
ini, Is lam juga menetapkan beberapa kewajiban manusia yang
asasi' untuk-mencapai kesejahteraa'n hidup berjamaah bagi
seluruh umat manusia.

Seorang guru besar hukum dari Monasfi University, bern'araa


Christopher G. Weermantry, dalam seminar ihternasional tentang
HAM di Jenewa bulan Desember 1988, seperti dikutip Marjonp
Reksodiputro, secara jujur mengatakan:' "Ajaran Islam datang
jauh lebih dahulju daripada negara Barat, yang inti ajarannyja
tentang HAM menyatakan bahwa bahwa' Natsiii Mob., 1953,
Dapatkah Dipisahkan Politik dan Agama?, Jakarta: Mutiara, him.
19 'Ibid., him. 22. ^Lihat Alkostar, Artidjo., Op.Cit., him. 11. • . . ^ •

UNISIA No, 44/XXV/I/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan


Implementasinya diIndonesia hak-hak dasar tidak dapat dicabut
dan para penguasa melaksanakan kekuasaanya atas dasar
kepercayaan dan hanya sepanjang kehormatan penguasa itu
benar. Prinsipprinsip ini merupakan inti dari teori politik Islam, di
mana enam ratus tahun sebelum John Locke mengemukakan
teorinya di Barat". . Kesadaran untuk menegakkan HAM,
sebagaimana diisyaratkan dalam Islam bahwa mempeijuangkan
dan menikmati hak asasi adalah-merupakan kewajiban yang suci,
seperti ditegaskan dalam AlQur'an Surat Al-Qashash: 77 yang
artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri Akherat, dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaan (kenlkmatan, hak-hak) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain), sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan".

Di samping itu masih banyak ayat-ayat lain yang mengungkapkan


perlunya menegakkan HAM dan martabatnya, seperti yang
tertcantum dalam Q.S. Asy-Syura: 39, QS. Ali Imran ; 171, QS.
An-Nahl: 110, QS. AnNisa : 97, QS. Ali Imran: 135,'QS. An-Nisa :
107 dan sebagainya.

Hak asasi dalam perspektif Islam, terdapat dalam setiap sektor


kehidupan, serta memiliki posisi strategis dalam menegakkan dan
meningkatkan kualitas kemanusiaan. Bahkan interrelasi antara
hak asasi dan kewajiban asasi antara lain dapat ditunjukkan
mempunyai nilai keutamaan akhlak, apabila dilakukan dengan
cara menegakkan keadilan atau menyampaikan perkataan yang
benar di hadapan penguasa yang menyeleweng. Dalam hubungan
ini terlihat bahwa proses penegakkan hukum dan keadilan
menuntut adanya spirit amar ma'rufnahi munkar.. ^Ibid., him. 16-
17.

Nilai kejuangan dalam penegakkan hukum dan keadilan, antara


lain karena di dalamnya banyak godaan dan tantangan serta
menuntut pengorbanan serta keikhlasan sikap dalam rangka
melindungi hak asasi manusia. Kewajiban asasi manusia menjadi
prasyarat utama agar dalam menjalankan hidup dan
kehidupannya memiliki keseimbangan dan ketenangan jiwa serta
menjadikan hidupnya bermakna bagi dirinya sendiri, keluarganya,
lingkungannya serta masa depannya.

Hubungan erat antara kewajiban asasi dan hak asasi,


menunjukkan adanya kesempatan pemberian bagi individu dalam
sikapnya, masyarakat dalam tradisinya, negara atau kelompok
negara dalam budaya hukumnya.

Hubungan etis antara kewajiban asasi dengan hak asasi,


menuntut konsistensi sikap agar seseorang, masyarakat atau
bangsa tidak berat sebelah dalam melakukan peran diri dan
hubungan sosialnya,karena pada dasamya seseorang,.
masyarakat atau bangsa tidak dapat hidup dengan baik dan
benar, kalau hanya melakukan atau menuntut hak asasinya saja
tanpa melakukan kewajiban asasi secara seimbang. Bahkan
dalam konsepsi Islam, kewajiban asasi menjadi keutamaan moral
untuk didahulukan dibandingkan dengan hak asasi itu sendiri.
Perkembangan HAM di Indonesia Berbeda dengan Inggris dan
Perancis yang mengawalisejarah perkembangan dan peijuangan
hak asasi manusianya dengan menampilkan sosok pertentangan
kepentingan antara kaum bangsawan dan rajanya yang lebih
banyak mewakili kepentingan lapisan atas atau golongan tertentu
saja.

Perjuangan hak-hak asasi UNISIA No; 44/XXV/I/2002 Konsepsi


Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di Indonesia manusia
Indonesia mencerminkan bentuk pertentangan kepentingan yang
lebih besar, dapat dikatakan teijadi sejak masuk dan bercokolnya
bangsa asing di Indone sia dalam jangka waktu yang lama.
Sehingga timbul berbagai perlawanan dari rakyat untuk mengusir
penjajah. Dengan demikian sifat perjuangan dalam mewujudkan
tegaknya HAM di In donesia itu tidak bisa dilihat sebagai
pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan
tertentu saja, melainkan menyangkut kepentingan bangsa
Indonesia secara utuh. Hal ini tidak berarti bahwa sebelum bangsa
Indonesia mengalami masa penjajahan bangsa asing, tidak
pernah mengalami gejolak berupa timbulnya penindasan manusia
atas manusia.

Pertentangan kepentingan manusia dengan segala atributnya


(sebagai raja, penguasa, bangsawan, pembesar dan seterusnya)
akan selalu ada dan timbul tenggelam sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia. Hanya saja di bumi
Nusantara warna pertentanganpertentangan yang ada tidak begitu
menonjol dalam panggung sejarah, bahkan sebalilmya dalam
catatan sejarah yang ada berupa kejayaan bangsa Indonesia
ketika berhasil dipersatukan di bawah panji-panji kebesaran
Sriwijaya pada abad VII hingga pertengahan abad IX, dan
kerajaan Majapahit sekitar abad XII hingga permulaan abad XVI.
Diskursus tentang HAM memasuki babakan baru, pada saat
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) yang bertugas menyiapkan rancangan UUD pada tahun
1945, dalam pembahasan-pembahasan tentang sebuah konstitusi
bagi negara yang akan segera merdeka, silang selisih tentang
perumusan HAM sesungguhnya telah muncul. Di sana terjadi
perbedaan antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dan
Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin di pihak lain. Pihak
yang pertama meriblak dimasukkannya HAM terutama yang
bersifat individual ke dalam UUD karena menunit mereka
Indonesia hams dibangun sebagai negara kekeluargaan.
Sedangkan pihak kedua menghendaki agar UUD itu memuat
masalah-masalah HAM secara eksplisit." Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidang
untuk mengesahkan UUD 1945 sebagai UUD negara Republik
Indonesia.

Dengan demikian terwujudlah perangkat hukum yang di dalamnya


memuat hak-hak dasar manusia Indonesia serta
kewajibankewajiban yang bersifat dasar pula. Seperti yang
tertuang dalam Pembukaan, pernyataan mengenai hak-hak asasi
manusia tidak mendahulukan hak-hak asasi individu, melainkan
pengakuan atas hak yang bersifat umum, yaitu hak bangsa. Hal ini
seirama dengan latar belakang peijuangan hak-hak asasi manusia
Indonesia, yang bersifat kebangsaan dan bukan bersifat individu."
Sedangkan istilah atau perkataan hak asasi manusia itu sendiri
sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD 1945 baik dalam
pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya. Istilah yang
dapat ditemukan adalah pencantuman dengan tegas perkataan
hak dan kewajiban warga negara, dan hak-hak Dewan Perwakilan
Ral^at. Bam setelah UUD mengalami perubahan atau
amandemen "Marsudi, Subandi Al., Op. Cit., him. 90. "Mahfud,
Moh., 1999/ Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama
Media, him 110. "Marsudi, Subandi Al., Op. Cit., him. 95.
•^Ahadian, Ridwan Indra., 1991, Hak Asasi Manusia dalam UUD
1945, Jakarta: CV. Haj Masagung, Jakarta, him. 15.
UNISIA NO. 44/XXV/I/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan
Implementasinya di Indonesia kedua, istilah hak asasi manusia
dicantumkan secara tegas. Dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia pernah mengalami perubahan konstitusi dari UUD 1945
menjadi konstitusi RIS (1949), yang di dalamnya memuat
ketentuan hak-hak asasi manusia yang tercantum dalam Pasal 7
sampai dengan 33. Sedangkan setelah konstitusi RIS berubah
menjadi UUDS C1950), ketentuan mengenai hak-hak asasi
manusia dimuat dalam Pasal 7 sampai dengan 34.

Kedua konstitusi yang disebut terakhir dirancang oleh Soepomo


yang muatan hak asasinya banyak mencontoh Piagam Hak Asasi
yang dihasilkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu The
Universal Dec laration ofhuman Rights tahun 1948 yang berisikan
30 Pasal."* Dengan Dekrit Presiden RI tanggal 5 juli 1959, maka
UUD 1945 dinyatakan berlaku lagi dan UUDS 1950 dinyatakan
tidak berlaku. Hal ini berarti ketentuanketentuan yang mengatur
hak-hak asasi manusia Indonesia yang berlaku adalah
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945- Pemahaman
atas hak-hak asasi manusia antara tahun 1959 hingga tahun 1965
menjadi amat terbatas karena pelaksanaan UUD 1945 dikaitkan
dengan paham NASAKOM yang membuang paham yang berbau
Barat. Dalam masa Orde Lama ini banyak terjadi
penyimpanganpenyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
yang suasananya diliputi penuh pertentangan antara golongan
politik dan puncaknya terjadi pemberontakan G-30- S/PKI tahun
1965. Hal ini mendorong lahirnya Orde Baru tahun 1966 sebagai
koreksi terhadap Orde Lama. Dalam awal masa Orde Baru pernah
diusahakan untuk menelaah kembali masalah HAM, yang
melahirkan sebuah rancangan Ketetapan MPRS, yaitu berupa
rancangan Pimpinan MPRS RI No. A3/I/Ad Hoc B/MPRS/1966,
yang terdiri dari Mukadimah dan 31 Pasal tentang HAM.

Namun rancangan ini tidak berhasil disepakati menjadi suatu


ketetapan.'5 Kemudian di dalam pidato kenegaraan Presiden RI
pada pertengahan bulan Agustus 1990, dinyatakan bahwa rujukan
Indonesia mengenai HAM adalah sila kedua Pancasila
"Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" dalam kesatuan dengan
silasila Pancasila lainnya. Secara historis pernyataan Presiden
mengenai HAM tersebut amat penting, karena sejak saat itu
secara ideologis, politis dan konseptual HAM dipahami sebagai
suatu implementasi dari sila-sila Pancasila yang merupakan dasar
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Meskipun
demikian, secara Ideologis, politis dan konseptual, sila kedua
tersebut agak diabaikan sebagai sila yang mengatur HAM, karena
konsep HAM dianggap berasal dari paham individualisme dan
liberalisme yang secara ideologis tidak diterima.*® Perkembangan
selanjutnya adalah dengan dibentuknya Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (KOMNAS HAM) berdasarkan Keputusan Presiden
RI No. 50 Tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993. Pembentukan
KOMNAS HAM tersebut pada saat bangsa Indonesia sedang giat
melaksanakan pembangunan, menunjukkan keterkaitan yang erat
antara penegakkan HAM di satu pihak dan penegakkan hukum di
pihak lainnya. Hal ini senada dengan deklarasi PBB tahun 1986,
yang menyatakan HAM merupakan "Marsudi, Subandi Al., Op.
Cit., him. 95. 'sibid., him. 96. '^Sugondo, Lies., 2001,
Perkembangan Pelaksanaan HAM di Indonesia, Kapita Selekta
Hak Asasi Manusia, Puslitbang Diklat MARI, him. 129.
"Darmodiharjo, Darji., dan Shidarta., 1995, Pokok-Pokok Filsafat
Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, him. 164.

UNISIA No. 44/XXV/i/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan


Implementasinya diIndonesia tujuan sekaligus sarana
pembangunan. Keikutsertaan ral^at dalam pembangunan bukan
sekedar aspirasi, melainkan kunci keselunihan hak asasi atas
pembangunan itu sendiri. Hal tersebut menjadi tugas badan-
badan pembangunan internasional dan nasional untuk
menempatkan HAM sebagai fokus pembangunan*^ Guna lebih
memantapkan perhatian atas perkembangan HAM di Indonesia,
oleh berbagai kalangan masyarakat (organisasi maupun
lembaga), telah diusulkan agar dapat diterbitkannya suatu
Ketetapan MPR yang memuat piagam hak-hak asasi' Manusia
atau Ketetapan MPR tentang GBHN yang di dalamnya memuat
operasionalisasi daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi
manusia Indo nesia yang ada dalam UUD 1945. Akhirnya
ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM
itu dapat diwujudkan dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama
Sidang Istimewa MPR yang berlangsung dari tanggal 10 sampai
dengan 13 November 1988. Dalam rapat paripurna ke-4 tanggal
13 Novem ber 1988, telah diputuskan lahirnya Ketetapan MPR RI
No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian
Ketetapan MPRtersebut menjadi salah satu acuan dasar bagi
lahirnya UUNo. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
disahkan pada tanggal 23 September 1999.

Undang-Undang ini kemudian diikuti lahirnya Perpu No. 1 Tahun


1999 yang kemudian disempurnakan danditetapkan menjadi UU
No. 26 Tahun 2000 tentang Penga(^an Hak Asasi Manusia.

Sebagai bagian dari HAM, sebelumnya telah pula lahir UU No. 9


Tahun 1998 tentang 'Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di
Muka Umum yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada
tanggal 26 oktober 1998, serta dimuat dalam LNRI Tahun 1999
No. 165.' Marsudi, Subandi Al., Op. Cit., him. 98. *9 Sugondo,
Lies. , Op. Cit., him. 146. UNISIA NO. 44/XXV/I/2002.

Di samping itu, Indonesia telah meratifikasi pula beberapa


konvensi internasional yang mengatur HAM, antara lain:

a. Deklarasi tentang Perlindungan dan Penyiksaan, melalui UU


No. 5 Tahun 1998.
b. Konvensi mengenai Hak Politik Wanita 1979, melalui UU No.
68 Tahun 1958.
c. Konvensi Pe.nghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
wanita, melalui UU No. 7 Tahun 1984.
d. Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak, melalui Keppres No. 36
Tahun 1990.
e. Konvensi tentang Ketenagakerjaan, melalui UU No. 25 Tahun
1997, yang pelaksanaannya ditangguhkan sementara.
f. Konvensi tentang Penghapusan Bentuk Diskriminasi Ras
Tahun 1999, melalui UU No. 29 Tahun 1999.

Penegakan HAM di Indonesia Tegaknya HAM selalu mempunyai


hubungan korelasional positif dengan tegaknya negara hukum.
Dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan Pengadilan HAM,
regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun
1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad
hoc, akan lebih menyegarkan iklim penegakkan hukum yang
sehat. Artinya kebenaran hukum dan keadilan HAM dapat
dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter.

Disadari atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah


terhadap penegakkan HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap
budaya politik yang lebih sehat dan proses demokratisasi yang
lebih cerah. Harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap
tegaknya HAM dan keadiiah itu memang memerlukan proses dan
tiintutan Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di
Indonesia konsistensi politik.

Begitu pula keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah


dan tokoh masyarakat merupakan faktor penentu (determinant)
yang mendukung tegaknya HAM. Kenyataan meniinjukkan bahwa
masalah HAM di Indonesia selalu menjadi sorotan tajam dan
bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya
yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya
di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran.
Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi
kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang
berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri
sehingga teijadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.

Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, masalah


HAM di Indo nesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang
sangat mencolok. Gerak yang cepat tersebut terutama karena
memang telah teijadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari
yang sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat (gross hu
man right violation).

Di samping itu juga karena gigihnya organisasi-organisasi


masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan perlindungan
HAM. Pelanggaran HAM yang berat menurut Pasal 7 UU No. 26
Tahun 2000 meliputi kejahatan genocide (the crime ofgenocide)
dan kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity).
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis
kelompok agama, dengan cara:

a. membunuh anggota kelompok;


b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggota-anggota kelompok;
c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya;
d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok;
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain.

Sedangkan kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu


perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil
berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran,
perampasan kemerdekaan, penyiksaan, perkosaan,
penganiayaan, penghilangan orang secara paksa dan kejahatan
apartheid.

Seperti diketahui, di Indonesia telah teijadi banyak kasus yang


diindikasikan sebagai pelanggaran'HAM berat, terutama kasus
kekerasan struktural yang melibatkan aparat negara (polisi dan
militer) dengan akibat jatuhnya korban dari kalangan penduduk
sipil. Di antara sederetan kasus yang mendapat sorotan tajam
dunia internasional, adalah kasus DOM di Aceh, Tanjung Priuk,
Timor-Timur pasca jajak pendapat, tragedi Santa Cruz, Liquisa,
Semanggi danTrisakti. Pelanggaranpelanggaran tersebut dinilai
cukup serius dan bukanlah sebagai kejahatan biasa, tetapi
merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against
humanityIbid. ®'Sugianto, Djoko., 2001, Hak Asasi Manusia dan
Peradilan HAM, Kapita Selekta Hak Asasi Manusia, Puslitbang
Diklat MARI, him. 119. ®®PasaI 8 UU No. 26 Tahun 2000.
®3pasal 9 UU No. 26 Thun 2000. ''^Suryokusumo, Sumaryo.,
2001, Prosedur Penyelesaian Konflik dalam Kerangka
Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Kapita Selekta Hak Asasi
Manusia, Puslitbang Diklat MARI, him. 303.

UNISIA NO. 44/XXV/i/2002 Konsepsi Hak Asasi Manusia dan


Implementaslnya di Indonesia Munculnya berbagai kasus
pelanggaran HAM berat telah melahirkan kesadaran kolektif
tentang perlunya perlindungan HAM melalui instnimen hukum dan
kineija institusi penegakhukumnya. Banyak kasuskasus
pelanggaran HAM berat atau yang mengandung unsur adanya
pelanggaran HAM yang selama ini tidak tersentuh oleh hukum,
sebagai akibat dari bergulirnya reformasi secara perlahan tapi
pasti mulai diajukan ke lembaga peradilan.

Lembaga peradilan, dalam hal ini Pengadilan HAM, merupakan


forum paling tepat untuk membuktikan kebenaran tuduhan-
tuduhan adanya pelanggaran HAM di Indonesia. Pasal 104 ayat
(1) UU No. 39 Tahun 1999 secara tegas menyatakan bahwa untuk
mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk Pengadilan HAM
di lingkungan Peradilan Umum. Hukum acara yang berlaku atas
perkara pelanggaran HAM yang berat menurut Pasal 10 UU No.
26 Tahun 2000, dilakukan berdasarkan ketentuan hukum acara
pidana, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.
Dibentuknya Pengadilan HAM di Indo nesia patut disambut
gembira, karena diharapkan dapat meningkatkan citra baik
Indonesia di mata internasional, bahwa Indonesia mempunyai
komitmen dan po litical will untuk menyelesaikan berbagai kasus
pelanggaran HAM berat. Seiring dengan itu upaya penegakkan
HAM di In donesia diharapkan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Kesimpulan HAM adalah persoalan yang bersifat
universal, tetapi sekaligusjuga kontekstual. Setiap negara
mempunyai sejarah peijuangan dan perkembangan HAM yang
berbeda, oleh karena itu ko.nsepsi dan implementasi HAM dari
suatu negara tidak dapat disamaratakan. Adanya HAM
menimbulkan konsekwensi • adanya kewajiban asasi, keduanya
beijalan secara paralel dan merupakan satu kesatuan yang
UNISIA NO. 44/XXV/iy2002 tak dapat dipisahkan. Pengabaian
salah satunya akan menimbulkan pelanggaran HAM, dan Islam
telah memberikan pedoman yang sangat jelas mengenai masalah
ini. Perkembangan dan peijuangan dalam mewujudkan tegaknya
HAM di Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan
terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat
sebagai pertentangan yang hanya mewakili kepentingan suatu
golongan tertentu saja, melainkan menyangkut kepentingan
bangsa Indonesia secara utuh.

Dewasa ini, meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM


berat di Indone sia, tetapi secara umum Implementasi HAM di
Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya
mulai menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat
dengan adanya regulasi hukum HAM melalui peraturan
perundangundangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan
HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran
HAM berat yang teijadi. Daftar Pustaka Alkostar, Artidjo., 1994,
"Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Penegakkan Hukum
Dewasa Ini", Makalah dalam rangka Dies Natalis UII ke 51,
Yogyakarta. Ahadian, Ridwan Indra ., 1991, Hak Asasi Manusia
dalam UUD1945, Jakarta: CV. Haji Masagung. Darmodihaijo,
Daiji., dan Shidarta., 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Mahfud, Moh., 1999, Hukum dan
Pilarpilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, Yogyakarta.
Marsudi, SubandiAl., 2001, Pancasila dan UUD' 45 dalam
Paradigma Reformasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Natsir,
Moh., 1953, Dapatkah Dipisahkan Politik dan Agama?, Jakarta:
Mutiara. Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di
Indonesia Luthan, Salman, "Proyeksi Harmonisasi Konvensi
Menentang Penyiksaan Dengan Hukum Pidana Nasional",
makalah seminar nasional kerjasama Departemen Hukum
Internasional FH UII dengan ELSAM, Yogyakarta, 1995. Sugianto,
Djoko., 2001, HakAsasiManusia danPeradilan HAM,
KapitaSelektaHak AsasiManusia, PuslitbangDiklat MARI.
Sugondo, Lies., 2001, Perkembangan Pelaksanaan HAM di
Indonesia, Kapita Selekta Hak Asasi Manusia, Puslitbang Diklat
MARI. Suryokusumo, Sumaryo., 2001, Prosediir Penyelesaian
Konflik dalam Kerangka Pelanggaran Hak Asasi Manusia, Kapita
Selekta Hak Asasi Manusia, Puslitbang Diklat MARI. Tap MPR RI
No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. UU No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia. UU No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. UNISIA NO. 44/XXV/I/2002

HARIAN KOMPAS KOMPAS TV LIVE RADIO


KOMPASIANA.COM KOMPASKARIER.COM GRAMEDIA.COM
GRIDOTO.COM BOLASPORT.COM GRID.ID KONTAN.CO.ID
KGMEDIA.ID PREMIUM REGISTER LOGIN NEWS EKONOMI
BOLA TEKNO SAINS ENTERTAINMENT OTOMOTIF
LIFESTYLE PROPERTI TRAVEL EDUKASI KOLOM IMAGES TV
VIK JEO BAGIKAN: Gagalnya Penegakan Hukum dan HAM
Home News Gagalnya Penegakan Hukum dan HAM Kompas.com
- 30/09/2011, 02:16 WIB Herlambang Perdana Ketiadaan
komitmen politik yang kuat dari pemerintah melakukan perubahan
”menjadi lebih maju” merupakan alasan kegagalan pemerintahan
SBY menegakkan pemerintahan berdasarkan hukum dan HAM.
Inilah kesimpulan dalam konferensi HAM yang diselenggarakan
Serikat Pengajar dan Peneliti HAM (Sepaham) seluruh Indonesia
di Surabaya, Jawa Timur, 20-21 September 2011.
Peserta datang dari sejumlah kampus, dari Aceh hingga Papua.
Mereka menyajikan hasil riset dan pemikiran secara paralel;
mengungkapkan keprihatinan betapa hukum dan HAM hanya
permainan politik, bukan mandat untuk menjalankan amanat
konstitusi. Konferensi seperti peradilan rakyat tatkala hampir
semua pengajar dan peneliti dalam presentasi melancarkan kritik
ta- jam atas berbagai kebijakan, peraturan, penegakan hukum,
dan ”vonis” yang meragukan komitmen politik pemerintah hari ini.
Nihil komitmen Penegakan pemerintahan berdasarkan hukum
bukan sekadar penegakan hukum, melainkan upaya negara
membangun sistem hukum yang bekerja secara berkeadilan,
tanpa diskriminasi, dan menjangkau seluruh struktur politik
ketatanegaraan untuk menjamin hak dasar warga negara. Ada
sejumlah palang pintu dalam penegakan pemerintahan
berdasarkan hukum dan HAM. Pertama, hukum dan
penegakannya telah terlalu jauh memasuki pusaran kekuasaan
politik ekonomi. Tak susah menyaksikan lunaknya penyelesaian
hukum sejumlah kasus suap dan korupsi yang melibatkan pejabat,
petinggi politik, dan pemilik modal. Berlikunya penyelesaian kasus
Century dan kasus Lapindo adalah contoh soal. Kedua,
pemerintah tidak saja melakukan pembiaran, tetapi terlibat dalam
konflik dan kekerasan. Ini yang membuat hak-hak dasar warga
negara, tegasnya hak atas rasa aman, terancam. Kasus
kekerasan terhadap warga Ahmadiyah disertai perusakan tempat
ibadah, rumah, dan sekolah membuktikan betapa kebebasan
beragama dan berkeyakinan sebagai hak yang sama sekali tak
boleh dikurangi begitu gampang dilanggar. Ketiga, pelanggengan
impunitas.

Pelaku kejahatan HAM sistematik dan terencana justru


dibebaskan. Proses hukumnya dibiarkan mengambang.
Pernyataan Jaksa Agung Basrief Arief soal tuntasnya kasus
pembunuhan aktivis HAM, Munir, (Kompas, 7/9) mengindikasikan
fakta betapa kuat kebijakan impunitas
Keempat, melemahnya fungsi-fungsi protektif kelembagaan
negara: tersumbatnya aspirasi politik warga negara melalui
parlemen, masih dominannya praktik mafia peradilan, dan
ketidakberpihakan pemerintahan atas hajat hidup orang banyak.
Sayangnya, Komnas HAM sebagai lembaga independen yang
diharapkan progresif dalam penuntasan kasus pelanggaran HAM
justru terjebak dalam situasi ini sehingga perannya pun terlihat
kurang lugas dan berani membongkar akar kekerasan dan
pelanggaran HAM yang terjadi. Kelima, terpasungnya kebebasan
pers. Pers telah secara dominan dikendalikan pemilik media yang
berkepentingan atas kuasa politik, baik di level nasional maupun
lokal.

Pekerja pers juga kerap mendapatkan ancaman, bahkan aksi


kekerasan tanpa ada pertanggungjawaban dari pelaku. Indikasi ini
dikuatkan oleh laporan Reporters Sans Frontieres yang
menempatkan Indonesia di posisi terburuk sejak 2002, yakni di
peringkat ke-117 pada 2010.

Kelima palang pintu, dalam kerangka analisis rule of law (Bedner,


2010), merupakan pengingkaran elemen-elemen substantif yang
jelas sangat berbahaya bagi masa depan hukum dan HAM. Boleh
dikata, secara ketatanegaraan telah rapuh untuk bangunan sistem
politiknya, disertai begitu rendahnya kadar konstitusionalisme
Indonesia di tangan pemerintah. Ironisnya, SBY terkesan sangat
tak berdaya melawan permasalahan hukum dan HAM yang
mendera ini. Peran kampus Yang mengejutkan, kenyataan palang
pintu penegakan rule of law dan HAM yang demikian itu
diperpuruk keinginan sejumlah kampus, terutama fakultas hukum,
yang menghapus mata kuliah HAM dari daftar kurikulum. Belum
jelas apa alasannya, tetapi keinginan ini terendus dari sejumlah
dokumen penyusunan kurikulum nasional, yang semata lebih
mementingkan mata kuliah yang ramah terhadap kepentingan
pasar. Ini menunjukkan, lemahnya komitmen juga ditunjukkan oleh
perguruan tinggi, yang kian memperlihatkan gejala komersialisasi
dan pragmatisme. Bahayanya, kampus sekadar mampu mencetak
’tukang-tukang’ yang mahir menerapkan pasal atau pasalistik,
sementara ajaran rule of law dan HAM manusia kian menjauh dari
upaya pembelaan akademisi kampus atas situasi sosial politik
kebangsaan. Apalagi, legitimasi kampus dan akademisi kerap
dituding justru masuk dalam arus besar legalisasi kebijakan yang
melanggar HAM. Disadari atau tidak, tak sedikit kampus atau
individu akademisi yang melacurkan pengetahuan dan keilmuan
untuk mengeruk keuntungan di tengah karut-marut penegakan
hukum. Sangat jelas, persoalan penegakan hukum dan HAM
masih merupakan agenda besar dan panjang bagi bangsa
Indonesia. Kita perlu terus-menerus mengingatkan penyelenggara
negara agar menunjukkan komitmen untuk memindahkan ”rel”
politik hukumnya kembali ke jalur yang lebih menegaskan
gagasan konstitusionalisme Indonesia yang lebih menghormati,
melindungi, dan memenuhi HAM. R Herlambang Perdana
Pengajar Hukum Tata Negara dan HAM Fakultas Hukum Unair
dan Anggota Sepaham Editor TERKINI LAINNYA Polres Kota
Tasikmalaya Minimalisasi Kemacetan Gentong Jelang Natal dan
Tahun Baru REGIONAL 20/12/2018, 11:41 WIB Berantas Budaya
Korupsi, Antikorupsi akan Masuk MKDU EDUKASI 20/12/2018,
11:35 WIB Kader Hanura Aksi Minta KPU Loloskan OSO sebagai
Calon DPD NASIONAL 20/12/2018, 11:32 WIB Jalur Tengah
Sumedang Rawan Longsor, Jalur Selatan Rawan Banjir 
REGIONAL 20/12/2018, 11:25 WIB Sekjen PDI-P Buka-bukaan
Sumber Anggaran Partainya untuk Pemilu 2019 NASIONAL
20/12/2018, 11:25 WIB 1.401 CPNS Ikuti Seleksi SKB
Kemendikbud EDUKASI 20/12/2018, 11:19 WIB Moeldoko Minta
Demokrat Ungkap Institusi Siluman yang Rusak Atribut di
Pekanbaru NASIONAL 20/12/2018, 11:13 WIB Jadi Tersangka
KPK, Deputi IV Kemenpora Diberhentikan NASIONAL 20/12/2018,
11:12 WIB Pengendara Motor Tewas Tertabrak Truk Trailer di
Tanjung Priok MEGAPOLITAN 20/12/2018, 11:10 WIB Baru Dapat
SIM, Gadis di Australia Tewas dalam Kecelakaan Mobil
INTERNASIONAL 20/12/2018, 11:10 WIB Ribuan Botol Miras
Dimusnahkan di Kota Santri Jelang Natal dan Tahun Baru
REGIONAL 20/12/2018, 11:09 WIB Sebanyak 2.065 Kotak Suara
KPU Badung Rusak Terendam Banjir REGIONAL 20/12/2018,
11:04 WIB Buktikan Kunjungan Jokowi Ramai Masyarakat,
Mungkinkah Ahmad Riza Patria Ikut Kunjungan Kerja? NASIONAL
20/12/2018, 11:03 WIB Museum Jadi Media Pendidikan Karakter
EDUKASI 20/12/2018, 11:03 WIB Jokowi Resmikan 4 Ruas Tol di
Jawa Timur REGIONAL 20/12/2018, 10:58 WIB LOAD MORE
TERPOPULER 1 KPK Temukan Uang Sekitar Rp 7 Miliar
Dibungkus Plastik di Kantor KONI Dibaca 112.937 kali 2 Jokowi:
Natuna Diklaim, Saya Panas, Saya Bawa Kapal Perang Dibaca
59.645 kali 3 Survei LSI: NU dan Muhammadiyah Cenderung
Dukung Jokowi-Ma'ruf Dibaca 45.089 kali 4 Jawab Fadli Zon,
Ma'ruf Amin Sebut Penahanan Bahar Smith Bukan Kriminalisasi
Ulama Dibaca 43.216 kali 5 10 Hoaks Sepanjang 2018 yang
Paling Berdampak di Masyarakat Dibaca 40.553 kali NOW
TRENDING Jokowi dan Iriana Jajal Trans Jawa dari Surabaya
hingga Semarang naik Bus Damri Pegawai Kontrak Pemerintah
Direkrut Mulai Januari 2019, Dibagi 2 Fase Jadi Tersangka KPK,
Deputi IV Kemenpora Diberhentikan Final AFF 2010, Eks Manajer
Timnas Buka Suara soal Pengaturan Skor KPK Temukan Uang
Sekitar Rp 7 Miliar Dibungkus Plastik di Kantor KONI Bayi Tidak
Didaftarkan di Program JKN-KIS, Keluarga akan Kena Sanksi
BERITA POPULER: Suap untuk Pejabat Kemenpora dan Kisah
Jokowi Bawa Kapal Perang ke Natuna BERITA POPULER
NUSANTARA: Detik-detik Jalan Gubeng Ambles hingga Bahar
dan 5 Rekannya Jadi Tersangka SOCIAL BUZZ Kompas.com
@kompascom Habiskan waktu liburan akhir tahun, komunitas MJI
lakukan perjalanan ke Jawa Timur. https://t.co/uJ44ZmhLpo 0 s
Kompas.com @kompascom Hari ini juga akan diresmikan Tol
Batang-Semarang sepanjang 75 kilometer, dan Tol Semarang-
Solo Seksi 4-5 Salatiga-… https://t.co/V8jRZeFXdf

https://t.co/orpCzZNKzE 0 s Kompas.com @kompascom Polisi


telah menyiapkan tim khusus untuk mengantisipasi kemacetan di
Gentong, Tasikmalaya, yang rawan setiap hari l…
https://t.co/Pcfem4DKl9https://t.co/1wDEntYMyy 0 s KompasBola
@KompasBola Penampilan menawan Dele Alli membuat suporter
Arsenal emosi. Alli pun harus menerima dirinya ditimpuk oleh botol
pl… https://t.co/HJz1OWuavhttps://t.co/lkdT5FM7S6 0 s Kompas
Bola @KompasBola Andi Darussalam Tabusala angkat bicara
terkait dugaan pengaturan skor pada laga final Piala AFF 2010
antara timnas… https://t.co/eKJEoRbgFqhttps:
//t.co/waS3D3Y1M4 0 s Kompas.com @kompascom Presiden
Joko Widodo meresmikan empat ruas tol di Provinsi Jawa Timur
pada Kamis (20/12/2018). https://t.co/tqHwJCnfCq 0 s
Kompas.com @kompascom Terpantau, mereka mengenakan jas
berwarna kuning khas Partai Hanura. https://t.co/9SPg9nty3w 0 s
Close Ads X News Nasional Regional Megapolitan Internasional
Surat Pembaca Ekonomi Bola Tekno Sains Entertainment
Otomotif Lifestyle Properti Travel Edukasi Kolom Images TV VIK
JEO Indeks Berita Indeks Headline Indeks Topik Pilihan Indeks
Terpopuler Penghargaan dan sertifikat: Kabar Palmerah About Us
Advertise Policy Pedoman Media Siber Career Contact Us
Copyright 2008 - 2018 PT. Kompas Cyber Media ( Kompas
Gramedia Digital Group). All rights reserved.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gagalnya


Penegakan Hukum dan HAM", 

https://nasional.kompas.com/read/2011/09/30/02165328/Gagalnya
.Penegakan.Hukum.dan.HAM. 

Tugas dan Latihan Mandiri!

1. Apa yang Anda ketahui tentang Rule of law?


2. Apa yang Anda ketahui tentang Negara Hukum?
3. Apa yang anda pahami tentang Hak Asasi Manusia (HAM)?
4. Secara garis besar hak-hak asasi manusia dapat digolongkan
menjadi 6 macam sebutkan dan berikan contoh masing-
masing?
5. Jelaskan sejarah perkembangan Hak Asasi manusia di
Indonesia!
6. Berikan 3 contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Bidang Kesehatan?

Apabila Anda mengirimkan jawaban tugas ini, maka Anda


dianggap hadir dan mengikuti perkulihan!

Selamat belajar dan Bekerja!!!

Anda mungkin juga menyukai