Anda di halaman 1dari 4

BAB INI (JUDULNYA)

1. Konseptualisasi atau Model Untuk Praktik Kelas

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu & berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar/tutor dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivititas pembelajaran.

Model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika
anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
“mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru
kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka
menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya kelak. Dengan demikian,
mereka akan belajar lebih semangat dan penuh kesadaran. Menurut Nadawidjaya (dalam
Kunandar), dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara
sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang
dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa akan lebih produktif dan
inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong ke arah belajar aktif. Belajar aktif adalah
suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka seharihari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (AuthenticAssessment).

2. Interpretasi sifat siswa mengembangkan interpretasi kegiatan mengungkapkan pikiran

Dalam Depdiknas (2006) butir ke lima disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika
diharapkan peserta didik memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam mempelajari
masalah, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal tersebut
mengisyaratkan bahwa pembelajaran matematika menekankan pula dalam hal disposisi
matematis, salah satunya self concept siswa. Self concept merupakan cara pandang seseorang
terhadap dirinya, melihat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, termasuk merencanakan visi
dan misi hidup. Menurut Seifert dan Hoffnung (Desmita, 2010: 163) self concept adalah suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Self concept merupakan landasan untuk
dapat menyesuaikan diri dan terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu yang lain.

Dalam pembelajaran matematika, siswa sering merasa tidak percaya diri ketika mengerjakan
soal apalagi ketika disuruh guru untuk mengerjakannya di depan kelas. Rasa tidak percaya diri
tersebut mengakibatkan siswa mudah menyerah manakala ada soal yang dianggapnya sulit.
Selain itu, rasa rendah diri muncul pada waktu guru meminta siswa untuk mengerjakan soal atau
membantu temannya yang belum bisa dengan mengatakan “saya tidak bisa bu”. Dalam
hubungannya dengan sesama teman, masih terlihat sikap saling mengejek ketika ada salah
seorang temannya yang melakukan kesalahan dalam menjawab soal, sehingga hal tersebut
berpengaruh buruk terhadap siswa yang diejek yaitu rasa tidak percaya diri. Oleh karena itu,
diperlukan situasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan self concept yang positif pada diri
siswa, yaitu situasi yang mendukung siswa untuk percaya diri, rasa tanggung jawab, dan
memiliki rasa toleransi terhadap temannya, serta dapat mempengaruhi temannya untuk memiliki
self concept yang positif juga. Menumbuhkan self concept siswa perlu didukung oleh model
pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Wahyudin (2008)
mengatakan bahwa salah satu aspek penting dari perencanaan bertumpu pada kemampuan guru
untuk mengantisipasi kebutuhan dan materi-materi atau modelmodel yang dapat membantu para
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Didukung pula oleh Sagala (2011) bahwa guru harus
memiliki metode dalam pembelajaran sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik
untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan.
3. Mengembangkan konsep tentang proses belajar mengajar

Belajar merupakan proses memperoleh ilmu. Belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan
adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi mampu.
Sedangkan pembelajaran mengacu pada dua konsep, yakni belajar dan mengajar. Pembelajaran
merupakan proses yang kompleks dengan menghadirkan kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh
siswa serta kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Belajar dan pembelajaran
merupakan dua kegiatan yang beriringan dan saling terkoneksi satu dengan lainnya. Artinya,
proses pembelajaran tidak akan berhasil jika kegiatan belajar tidak hadir. Sebaliknya, jika
komponen mengajar pada proses pembelajaran tidak dijalankan dengan baik, maka kegiatan
pembelajaran juga akan timpang dan tidak mencapai hasil yang maksimal.

Sebagai guru serta calon guru, memahami makna belajar dan pembelajaran sangat penting.
Tujuannya hanya satu, mencapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Guru dan calon
guru wajib memahami seperti apa teori, konsep dan hakikat belajar itu sendiri, sebelum
menerapkannya di kelas pembelajaran yang sebenarnya. Mulai dari perspektif psikologi hingga
perspektif sosial, seyogianya menjadi acuan bagi guru dan calon guru sebelum memulai aktivitas
belajar mengajar (pembelajaran). Pemberian materi ajar hingga mendesain serta
mengembangkan model dan metode pembelajaran yang tepat menjadi salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru serta calon guru. Pengetahuan dan keterampilan terkait tes evaluasi
apa yang tepat untuk siswa juga memberikan efek dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
Referensi :

Rahmadani,Rahmi dkk.(2020).Belajar dan Pembelajaran:Konsep dan Pengembangan.

Kadir,A.(2013). KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH.Dinamika


Ilmu.13(3).

Sumartini,T S.(2015). MENGEMBANGKAN SELF CONCEPT SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT.Jurnal Pendidikan Matematika.4(2).

Anda mungkin juga menyukai