Identitas Jurnal Perception on justice, trust and tax compliance
behavior in Malaysia.
Sellywati Mohd Faizal, Mohd Rizal Palil, Ruhanita
Maelah, Rosiati Ramli
Kasetsart Journal of Social Sciences
2017
Fenomena Gap Sistem perpajakan Malaysia saat ini menerapkan
Self-Assessment System (SAS) yang memberdayakan wajib pajak untuk menilai, menentukan, dan membayar kewajiban pajak mereka sesuai dengan undang-undang perpajakan. Sistem ini mendorong wajib pajak untuk lebih transparan dan bertanggung jawab dalam penghitungan pajaknya. Namun demikian, beberapa wajib pajak mungkin mencoba untuk memanipulasi masalah keuangan mereka untuk mengurangi kewajiban mereka untuk membayar pajak atau bahkan membuatnya nol (Murphy, 2004).
Melihat kemungkinan tersebut, Inland Revenue
Board of Malaysia (IRBM), sebagai otoritas pajak Malaysia, melakukan upaya untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan tersebut. Sebagai contoh, sipil dan penyidikan pidana pajak dalam kasus- kasus profil tinggi telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Pada tahun 2013, 588 kasus dengan denda pajak sebesar MYR 485,6 juta untuk penyelidikan pajak sipil telah diselesaikan (Dewan Pendapatan Dalam Negeri Malaysia, 2013). Pada tahun yang sama, 29 laporan berdasarkan investigasi pajak kriminal diselesaikan dengan melibatkan MYR 24,8 juta (Dewan Pendapatan Dalam Negeri Malaysia, 2013). Pada tahun 2014, 618 kasus penyidikan perdata dan pidana diselesaikan (Dewan Pendapatan Dalam Negeri Malaysia, 2014). Selain itu, berdasarkan Bagian 104 Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia tahun 1967, pembayar pajak yang gagal membayar kewajiban pajaknya akan dicegah untuk meninggalkan negara tersebut. Akibatnya, 25.811 wajib pajak pendapatan dilarang pada tahun 2014, dengan tunggakan pajak sebesar MYR 494,94 juta.
penelitian ini juga berbeda dengan penelitian
sebelumnya tentang keadilan yang dilakukan di Malaysia seperti oleh Azmi dan Perumal (2008), dan Saad (2009, 2012). Azmi dan Perumal (2008) menggunakan dimensi keadilan yang dikembangkan oleh Gerbing (1988) dan hasilnya menunjukkan bahwa persepsi keadilan ada di Malaysia. Namun, penelitian ini tidak mengungkap dampak persepsi keadilan terhadap kepatuhan pajak. Di samping itu,Saad (2009, 2012) mempelajari peran persepsi keadilan terhadap kepatuhan pajak serta pengaruh pengetahuan perpajakan dan kompleksitas pajak terhadap keadilan. Saad (2009) menemukan bahwa pembayar pajak menganggap sistem pajak saat ini di Malaysia adil; namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa persepsi ini mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak. Temuan yang sama juga dilaporkan oleh Saad (2012) untuk persepsi keadilan pada wajib pajak di Malaysia dan Selandia Baru. Wajib pajak di Malaysia ditemukan secara signifikan lebih positif mengenai sistem pajak di Malaysia dibandingkan dengan pembayar pajak di Selandia Baru. Namun, pembayar pajak di Selandia Baru lebih patuh dibandingkan dengan pembayar pajak Malaysia.
Kepercayaan telah ditemukan untuk dapat
mempengaruhi kepatuhan pajak. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Wahl, Kastlunger, dan Kirchler (2010) dan Kastlunger, Lozza, Kirchler, dan Schabmann (2013) menemukan kepercayaan yang tinggi terhadap otoritas pajak dapat meningkatkan kepatuhan pajak.
Teori Yang digunakan -
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
untuk mendapatkan persepsi responden tentang keadilan dalam sistem perpajakan Malaysia. Data dikumpulkan dari kerja lapangan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara acak kepada responden terpilih. Secara total, 300 responden dipilih dari 57.613 akademisi yang mengajar di perguruan tinggi negeri dan swasta di Lembah Klang (Selangor dan Kuala Lumpur) (Kementerian Pendidikan, 2013). Negara-negara bagian ini dipilih karena mereka memiliki institusi tinggi negeri dan swasta paling banyak. Jumlah sampel yang dipilih ditentukan menggunakan tabel diKrejcie dan Morgan (1970) seperti yang disarankan oleh Sekaran (2006).