Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

1. REVIEW ARTIKEL
1.1 Gambaran Umum Ordos Metropolitan Area
Ordos Metropolitan Area (OMA) merupakan kawasan yang terletak di sebelah
selatan Gurun Gobi dan karakteristik geografisnya didominasi oleh Gurun Kubqi dan Mu Us.
Secara administratif, terletak di China’s Inner Monogolia Autonomous Region. OMA
merupakan kawasan perkotaan yang saling terhubung oleh beberapa kota seperti
Dongsheng-Kangbashi-Altan Xire dengan luas kawasan 86,752 km2.

Gambar 1. Peta Lokasi Ordos Metropolitan Area


Sumber: (Su & Qian, 2020)

1.2 Isu dan Permasalahan di Ordos Metropolitan Area


Ordos merupakan kawasan yang makmur di tengah-tengah gurun, karena memiliki
kekayaan sumberdaya alam berupa wol, batu bara, mineral dan gas. Pada tahun 1990-an
kawasan ini mengandalkan pendapatan daerah dari industri ekstraksi yang berasal dari
eksploitasi sumber daya alam tersebut (Jiang et al., 2017). Sebelum berkembangnya
industri ini, masyarakat Ordos merupakan warga desa dengan kegiatan sehari-hari dan
kebiasaan sebagai petani dan penggarap ladang. Sehingga dengan pesatnya kegiatan
industri ekstrasi dan khususnya tambang batu bara, Municipal Government of Ordos (MGO)
atau pemerintah daerah Ordos mulai menyusun dokumen perencanaan jangka panjang
(Masterplan of Ordos 2003 – 2030). Perkotaan ini direncanakan dan dirancang karena
adanya proyeksi peningkatan jumlah penduduk akibat dibukanya sektor tambang batu
bara.
Tabel 1. Proyeksi Penduduk dan Luas Kawasan yang Direncanakan

Sumber: (Su & Qian, 2020)

TEORI PERENCANAAN | DK184805 1


CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

Dengan rencana dan target tersebut, akhirnya Perkotaan Ordos khususnya di


Kangbashi dibangun properti seperti apartemen, ruang terbuka, jalan, stadion, mall dan
infrastruktur pendukung lainnya.
Namun pada kenyataannya, hingga saat ini Ordos hanya dihuni tidak kurang dari
300,000 jiwa penduduk yang mana target ini sangat jauh dari harapan dan perencanaan.
Fenomena ini dikenal sebagai “ghost city” atau kota yang kosong. Ada beberapa penyebab
mengapa hal ini bisa terjadi (dari perspektif masyarakat) yang dielaborasi dari beberapa
sumber: (Shepard, 2016) dan (Day, 2012):
- Pada tahun 2002 petani menjual lahan mereka kepada para penambang dengan harga
tinggi sehingga mereka menjadi kaya seketika.
- Terbuka banyak lapangan kerja baru sebagai penambang, namun penduduk desa
memilih untuk menginvestasikan uang mereka dengan membeli apartemen. Sehingga
1 orang bisa memiliki beberapa unit apartemen. Hal ini yang menyebabkan housing
bubble dan fenomena overbuilding akibat dampak dari housing bubble tersebut.
- Kawasan perkotaan ini tidak direncanakan dengan persetujuan masyarakat, salah satu
contohnya adalah pembangunan monumen Gengkhis Khan yang dianggap sebagai
“gigantisme ruang publik” karena ukurannya terlampau besar untuk penduduk yang
kecil, selain itu masyarakat tidak memiliki sense terhadap tokoh tersebut, yang justru
lebih mengenal tokoh Mao.
- Kawasan perkotaan ini tidak dirancang secara humanis. Contohnya adalah
pembangunan jalur pejalan kaki (pedestrian) yang tidak mempertimbangkan kondisi
geografis (bersuhu panas karena secara geografis dekat dengan gurun), sehingga
untuk pergi ke blok sebelah yang berjarak 400meter pun masyarakat harus
menggunakan kendaraan bermotor daripada berjalan kaki.
- Beberapa pembangunan infrastrukturnya terbengkalai akibat adanya housing bubble
burst.
Penyesuaian Masterplan dan Overbuilding
Seiring berjalannya waktu, masterplan Ordos terus diperbarui dan disesuaikan dengan
berorientasi pada keuntungan pasar.

Gambar 2. Penyimpangan Masterplan dan Eksekusi Perencanaan


Sumber: (Su & Qian, 2020)

TEORI PERENCANAAN | DK184805 2


CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

a. Fase pertama penyesuaian masterplan: 2003 – 2020


rencana induk ini dijalankan oleh pemerintah lokal yang pro terhadap pertumbuhan untuk
mempromosikan urbanisasi, pembangunan ekonomi, dan daya saing kota.
b. Fase kedua penyesuaian masterplan 2009 – 2020
Pada tahun 2007 terdapat penyimpangan yaitu dengan berkembangnya kasus real estate
illegal, sehingga konversi lahan menjadi real estate mengubah pola ruang dan struktur
yang sudah direncanakan pada dokumen masterplan.
Penyimpangan dalam proses eksekusi pembangunan ini menjadi sebuah “catastrophic
failure” bagi Ordos yang kemudian menjadi penyebab overbuilding dan kemudian
perlahan kota ini ditinggalkan oleh penduduknya.
Dampak bagi Ordos
- Turunnya harga batu bara nasional dan hutang MGO
- Wilayah metropolitan kehilangan populasi yang signifikan, terutama pekerja
tambang sebagai migran
- Harga real estate yang melambung, sehingga investasi yang sebelumnya sudah
diusahakan oleh warga hilang begitu saja

2. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


2.1 Pandangan Neoliberalisme dalam Perencanaan
Neoliberalisasi merupakan proses sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi
pembangunan kota, perencanaan dan tata kelola keruangan yang mendorong
pembangunan pada orientasi pasar (Heeg, 2012). Artikel yang direview memberikan
beberapa gagasan mengenai bentuk perencanaan neoliberalis di Ordos:
- Terdapat gagasan "perencanaan untuk pertumbuhan ekonomi" dan "perencanaan
untuk pasar"
- Negara atau pemerintahan memiliki peran terkuat dalam menentukan ranah
ideologi yang kemudian berperan dalam kekuasaan atas kebijakan tanah. Dalam
kasus Ordos ini MGO menyusun strategi bersama stakeholder yang memiliki visi pro
terhadap pertumbuhan ekonomi dan memfasilitasi kekuatan pasar untuk
meningkatkan pertumbuhan tersebut sehingga memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya.
2.2 Sistem Perencanaan di China, Khususnya Ordos Metropolitan Area
Secara struktural dalam konteks general di Negara China, proses perencanaan tersebut
diwujudkan melalui sebuah skema perencanaan dari tingkat pusat hingga lokal, dimana
pada level nasional output perencanaan berupa produk perundang-undangan yang sah
dan legal, kemudian di tingkat lokal terdapat masterplan dan di tingkat paling bawah
berupa detailed plannings. Secara detail skema tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

TEORI PERENCANAAN | DK184805 3


CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

Gambar 3. Proses Perencanaan di Negara China


Sumber: (Gar-On Yeh & Wu, 1999)

Lalu hal yang bisa menjadi sorotan pada studi kasus Ordo Metropolitan Area adalah,
faktanya mereka tidak memiliki masterplan sebelum tahun 2000-an, sehingga hal ini
menjadi celah kemudian mengapa kondisi perencanaan yang dipaparkan sebelumnya
terkesan sangat chaos. Ketiadaan masterplan pada masa sebelumnya membuat
perencanaan pada tahun berjalan terlalu banyak dimanipulasi karena keberpihakan pada
keuntungan ekonomi.
Selama masa penyesuaian dan revisi, masterplan telah sengaja diregulasi dan
dimanipulasi sehingga pemerintah lokal (MGO) mampu untuk memfasilitasi
pengembangan real estate. Strategi yang digunakan adalah memanipulasi praktik DDCP
(Detailed Development Control Plan) untuk mempercepat penyewaan dan pengembangan
lahan, karena DDCP adalah prasyarat untuk penyewaan lahan dan merupakan upaya lokal
yang tidak memerlukan persetujuan dari pemerintah tingkat yang lebih tinggi.

2.3 Teori Perencanaan pada Studi Kasus Ordos Metropolitan Area


Apabila meninjau studi kasus yang pernah terjadi di Ordos Metropolitan Area, hal ini
merupakan dampak dari bentuk perencanaan disjoint-incremental planning. (Lindbolm,
1964 dalam Lustick, 1980). Mengapa? Hal ini karena terdapat beberapa kriteria atau ciri
yang menggambarkan bentuk perencanaan ini, yaitu:
- Model incremental ini memiliki makna kebijakan yang mengalami perubahan
sedikit demi sedikit, hal ini diupayakan dalam proses perencanaan masterplan
Ordos dengan memproyeksikan kemungkinan pertumbuhan jumlah penduduknya
(namun mengalami penyimpangan)

TEORI PERENCANAAN | DK184805 4


CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

- Tipe perencanaan ini mengedepankan pada aspek yang perlu diprioritaskan.


Dimana pada awal tahun 2000-an diprioritaskan pada pertumbuhan kota akibat
adanya kegiatan tambang batubara.
Namun perencanaan ini memiliki kelemahan karena tidak bersifat komprehensif
(hanya melihat 1 perspektif pada aspek yang perlu diprioritaskan saja). Hal ini didukung
karena adanya ideologi neoliberal yang menjadi pegangan pada pemerintah.
Akan tetapi apabila mengacu pada teori SITAR (Hudson, 2017) proses perencanaan
ini lebih mengacu pada teori synoptic karena tidak relevan pada teori incremental (pada
teori disebutkan bahwa proses perencanaan incremental menekankan pada proses dialog
dan bargaining) sementara pada kenyataannya, hal yang terjadi adalah proses tersebut
menggeneralisir semua kepentingan umum (pada studi kasus hal ini ditinjau dari
pembukaan lahan tambang yang akan membuat pekerja di sektor ini menjadi dominan).
Kemudian pada dimensi kemanusiaan, proses perencanaan ini tidak melibatkan dialog
antarindividu (hal ini ditinjau dari sumber literatur yang telah dipaparkan pada halaman 2).

3. LESSON LEARNED
Terdapat beberapa kesimpulan dan pembelajaran yang kemudian dapat dijadikan
pembelajaran, antara lain:
- Ideologi akan mempengaruhi bagaimana proses perencanaan berjalan, di Indonesia hal
ini diwujudkan dalam visi misi seorang pemimpin daerah yang kemudian akan
berpengaruh pada turunan rencana program. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat
untuk mengenali siapa orang yang akan memimpin mereka sebelum memilih.
- Fenomena “ghost city” yang terjadi di Ordos merupakan bentuk kegagalan perencanaan
akibat dampak ideologi neoliberalisme dan ketidak-etisan seorang perencana yang
tidak berorientasi humanis.
- Proses perencanaan yang terjadi di Ordos lebih tepat apabila disebut sebagai “urban
painting”, bukannya urban planning atau urban design. Mengapa? Hal ini karena
pemerintah yang menyusun rencana hanya mementingkan pada estetika kota tanpa
melihat kesesuaian dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna (seperti pada
paparan permasalahan di halaman kedua). Dengan demikian, konsep collaborative
planning dan communicative planning bisa menjadi salah satu hal relevan yang dapat
diterapkan dalam memikirkan perencanaan maupun perancangan kota khususnya di
Indonesia.

TEORI PERENCANAAN | DK184805 5


CRITICAL REVIEW: NEOLIBERAL PLANNING, MASTERPLAN ADJUSTMENT AND OVERBUILDING IN CHINA

REFERENSI

Day, P. (2012). Ordos: The biggest ghost town in China - BBC News. Bbc.
http://www.bbc.com/news/magazine-17390729
Gar-On Yeh, A., & Wu, F. (1999). The transformation of the urban planning system in China
from a centrally-planned to transitional economy. Progress in Planning, 51(3), 167–252.
https://doi.org/10.1016/S0305-9006(98)00029-4
Heeg, S. (2012). Contradictions of Neoliberal Planning. Cities, Policies, and Politics. In
Raumforschung und Raumordnung (Vol. 70, Nomor 6). https://doi.org/10.1007/s13147-
012-0186-7
Hudson, B. M. (2017). Comparison of current planning theories: Counterparts and
contradictions. Foundations of the Planning Enterprise: Critical Essays in Planning
Theory: Volume 1, June 2013, 83–398. https://doi.org/10.4324/9781315255101-13
Jiang, Y., Mohabir, N., Ma, R., & Zhu, P. (2017). Sorting through Neoliberal Variations of Ghost
Cities in China. Land Use Policy, 69(December 2016), 445–453.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2017.09.001
Lustick, I. (1980). Explaining the Variable Utility of Disjointed Incrementalism: Four
Propositions. American Political Science Review, 74(2), 342–353.
https://doi.org/10.2307/1960631
Shepard, W. (2016). An Update On China’s Largest Ghost City - What Ordos Kangbashi Is Like
Today. Forbes - Asia, 1–9. http://www.forbes.com/sites/wadeshepard/2016/04/19/an-
update-on-chinas-largest-ghost-city-what-ordos-kangbashi-is-like-today
Su, X., & Qian, Z. (2020). Neoliberal planning, master plan adjustment and overbuilding in
China: The case of Ordos City. Cities, 105(February), 102748.
https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102748

TEORI PERENCANAAN | DK184805 6

Anda mungkin juga menyukai