1. REVIEW ARTIKEL
1.1 Gambaran Umum Ordos Metropolitan Area
Ordos Metropolitan Area (OMA) merupakan kawasan yang terletak di sebelah
selatan Gurun Gobi dan karakteristik geografisnya didominasi oleh Gurun Kubqi dan Mu Us.
Secara administratif, terletak di China’s Inner Monogolia Autonomous Region. OMA
merupakan kawasan perkotaan yang saling terhubung oleh beberapa kota seperti
Dongsheng-Kangbashi-Altan Xire dengan luas kawasan 86,752 km2.
Lalu hal yang bisa menjadi sorotan pada studi kasus Ordo Metropolitan Area adalah,
faktanya mereka tidak memiliki masterplan sebelum tahun 2000-an, sehingga hal ini
menjadi celah kemudian mengapa kondisi perencanaan yang dipaparkan sebelumnya
terkesan sangat chaos. Ketiadaan masterplan pada masa sebelumnya membuat
perencanaan pada tahun berjalan terlalu banyak dimanipulasi karena keberpihakan pada
keuntungan ekonomi.
Selama masa penyesuaian dan revisi, masterplan telah sengaja diregulasi dan
dimanipulasi sehingga pemerintah lokal (MGO) mampu untuk memfasilitasi
pengembangan real estate. Strategi yang digunakan adalah memanipulasi praktik DDCP
(Detailed Development Control Plan) untuk mempercepat penyewaan dan pengembangan
lahan, karena DDCP adalah prasyarat untuk penyewaan lahan dan merupakan upaya lokal
yang tidak memerlukan persetujuan dari pemerintah tingkat yang lebih tinggi.
3. LESSON LEARNED
Terdapat beberapa kesimpulan dan pembelajaran yang kemudian dapat dijadikan
pembelajaran, antara lain:
- Ideologi akan mempengaruhi bagaimana proses perencanaan berjalan, di Indonesia hal
ini diwujudkan dalam visi misi seorang pemimpin daerah yang kemudian akan
berpengaruh pada turunan rencana program. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat
untuk mengenali siapa orang yang akan memimpin mereka sebelum memilih.
- Fenomena “ghost city” yang terjadi di Ordos merupakan bentuk kegagalan perencanaan
akibat dampak ideologi neoliberalisme dan ketidak-etisan seorang perencana yang
tidak berorientasi humanis.
- Proses perencanaan yang terjadi di Ordos lebih tepat apabila disebut sebagai “urban
painting”, bukannya urban planning atau urban design. Mengapa? Hal ini karena
pemerintah yang menyusun rencana hanya mementingkan pada estetika kota tanpa
melihat kesesuaian dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna (seperti pada
paparan permasalahan di halaman kedua). Dengan demikian, konsep collaborative
planning dan communicative planning bisa menjadi salah satu hal relevan yang dapat
diterapkan dalam memikirkan perencanaan maupun perancangan kota khususnya di
Indonesia.
REFERENSI
Day, P. (2012). Ordos: The biggest ghost town in China - BBC News. Bbc.
http://www.bbc.com/news/magazine-17390729
Gar-On Yeh, A., & Wu, F. (1999). The transformation of the urban planning system in China
from a centrally-planned to transitional economy. Progress in Planning, 51(3), 167–252.
https://doi.org/10.1016/S0305-9006(98)00029-4
Heeg, S. (2012). Contradictions of Neoliberal Planning. Cities, Policies, and Politics. In
Raumforschung und Raumordnung (Vol. 70, Nomor 6). https://doi.org/10.1007/s13147-
012-0186-7
Hudson, B. M. (2017). Comparison of current planning theories: Counterparts and
contradictions. Foundations of the Planning Enterprise: Critical Essays in Planning
Theory: Volume 1, June 2013, 83–398. https://doi.org/10.4324/9781315255101-13
Jiang, Y., Mohabir, N., Ma, R., & Zhu, P. (2017). Sorting through Neoliberal Variations of Ghost
Cities in China. Land Use Policy, 69(December 2016), 445–453.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2017.09.001
Lustick, I. (1980). Explaining the Variable Utility of Disjointed Incrementalism: Four
Propositions. American Political Science Review, 74(2), 342–353.
https://doi.org/10.2307/1960631
Shepard, W. (2016). An Update On China’s Largest Ghost City - What Ordos Kangbashi Is Like
Today. Forbes - Asia, 1–9. http://www.forbes.com/sites/wadeshepard/2016/04/19/an-
update-on-chinas-largest-ghost-city-what-ordos-kangbashi-is-like-today
Su, X., & Qian, Z. (2020). Neoliberal planning, master plan adjustment and overbuilding in
China: The case of Ordos City. Cities, 105(February), 102748.
https://doi.org/10.1016/j.cities.2020.102748