Dosen Pengampu:
Dr. Pudji Rahmawati, Dra., M.Kes.
Disusun Oleh:
Yollanda Aprilia Permatasari
(B92218135)
C1
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat beserta salam-
Nya Allah semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sang
revolusioner, pemimpin, dan sang fasilitator sejati, yang kita nantikan syafa’atnya kelak di
yaumil qiyamah. Makalah yang berjudul “MEMBANGUN PENDIDIKAN KESEHATAN
MENTAL REMAJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Kesehatan
Masyarakat. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, antara lain :
Semoga tugas makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua, serta
mendapat ridho dari Allah SWT. Tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dan kami juga memohon maaf bila dalam makalah ini terdapat kesalahan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I.
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
BAB II.
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3
BAB III.
PENUTUP ......................................................................................................................... 10
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
Kita mengetahui bahwa perkembangan zaman saat ini tentu memberikan begitu
banyak dampak positif dan negatif. Apalagi terlihat perkembangan tersebut terhadap
tahapan pengembangan remaja. Remaja merupakan sosok insan yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan fisiologis yang cukup pesat, sehingga
dengan kondisinya tersebut mempengaruhi pula pikir dan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu, remaja perlu dibimbing dan diarahkan, agar kecenderungan-
kecenderungan negatif yang ada dalam diri remaja dapat diredam. Adapun kecenderungan
positifnya dapat dikembangkan kearah yang produktif dengan itu semua eksistensi
pendidikan Islam begitu penting.
Adanya studi telah menyatakan bahwa remaja membutuhkan pedoman kontrol
diri untuk bisa berpikir dan bertindak, terutama dalam perspektif Islam. Dalam hal ini,
segala potensi yang dimiliki oleh remaja begitu besar bisa terasalurkan melalui
pengembangan gagasan terhadap pengembangan kesehatan mental melalui moetode-
metode pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah suatu proses transformasi dan
internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik melalui penumbuhan
dan pengembangan potensi (fitrahnya) guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya.
Pendidikan Islam lahir sebagai suatu proses transformasi dan internalisasi ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai pada diri peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan
potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala
aspeknya. Tentu dengan begitu, diperlukan generasi muda terutama remaja yang
mempunyai semangat dan kompetensi tinggi dalam meraih cita-cita diperlukan peran aktif
semua pihak terutama orang tua melalui berbagai sarana pendidikan (termasuk
pendidikan Islam). Semua potensi remaja bisa dikembangkan berdasarkan prinsip hidup
yang sehat sehingga remaja mampu mencapai pengenalan identitas diri yang kuat dan sehat
mental. Dengan melaksanakan ibadah keislaman yang sungguh-sungguh, remaja bisa
mengembangkan potensi dan meningkatkan kesehatan mental sehingga remaja mampu
menjaga hubungannya dengan diri sendiri, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan
dengan Tuhannya.
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari kesehatan mental, remaja dan pendidikan Islam
2. Untuk memahami pendidikan Islam dalam kesehatan mental remaja
3. Untuk memahami langkah membangun pendidikan Islam dalam kesehatan mental
remaja
BAB II.
PEMBAHASAN
1
Yusak Burhanuddin, kesehatan Mental, Pustaka Setia, bandung, 1998, h. 9
2
Abdul Aziz El-Quessy, Pokok-pokok Kesehatan Mental / Jiwa, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, h. 12
3
4
2.1.2 Remaja
Dikatakan WHO, batasan umur masa remaja adalah pada rentang usia 10-
19 tahun. Jadi, remaja menjadi fase akhir dari tahapan perkembangan anak. Masa
remaja merupakan masa yang penuh kontradiksi, masa yang energik, heroik,
kritis, dan masa yang paling indah. Adapun pendapat lain bahwa masa remaja
sebagai masa yang badai dan topan, masa rawan dan nyentrik. Sebagaimana
masa-masa yang berada a diambang The Best of Time and The Worst of Time
(dapat berada dalam waktu yang baik dan waktu yang buruk).3
Pada fase remaja itu terjadi perubahan pesat pada aspek hormonal
(biologis), psikologis, dan sosial. Ciri dinamika yang terjadi pada remaja yang
normal, yaitu 1) dalam diri individu tidak terdapat gangguan psikologis atau
psikopatologi atau sakit fisik yang parah dan kronis, 2) kemampuan menerima
3
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, h. 64
5
perubahan yang dialami diri baik secara fisik, mental, maupun sosial, 3)
kemampuan mengekspresikan perasaan dengan fleksibel untuk mencari solusi
dari persoalan hidup, 4) kemampuan pengendalian diri agar berhasil membangun
hubungan baik dengan orang tua, guru, saudara, dan teman-teman, 5) memiliki
rasa sebagai bagian dari suatu lingkungan dan menjalankan peran di dalam
lingkungan tersebut (dalam Indarjo, S., 2009).
4
Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2002, h. 15.
5
Ahmad D.Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1980, h.23-24
6
Departemen Agama, Opcit, h.78
6
Pendidikan Islam bisa dimulai dari pendidikan karakter yang sudah diterapkan
pada lembaga pendidikan (sekolah). Peran lembaga pendidikan digunakan sebagai sarana
pendidikan karakter terhadap penerapan sistem pengajaran di dunia pendidikan saat ini.
Pendidikan karakter begitu penting sebab akan berdampak negatif terhadap negatif kepada
kejernihan pemahaman tentang nilai-nilai moral dan sifat ambigu yang menghambat para
siswa untuk dapat mengambil keputusan berdasarkan landasan moral yang kuat (Yunita,
Y., 2018). Hal tersebut dapat dimulai dari penanaman pentingnya ibadah ke Islaman dari
sejak dini, yaitu pada usia anak dan remaja.
7
Arifin,Pendidikan Islam, Tinjaun Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Grafika Ofset,
Jakarta,,2003, h.28
8
Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 216
7
Remaja memiliki potensi yang begitu besar sehingga perlu pengembangan gagasan
terhadap kesehatan mental menurut Psikologi dan Islam. Pengembangan dapat dilakukan
terutama melalui ibadah ke Islaman agar tewujud kehidupan remaja yang lebih terarah.
Tentu dengan begitu karakter remaja akan secara utuh dapat terbentuk melalui
pemeliharaan ibadah. Karakter remaja menghasilkan potensi yang bisa dikembangkan
berdasarkan prinsip hidup sehat sehingga remaja memiliki kemampuan dalam menggapai
pengenalan lebih dalam terkait identitas diri yang kuat dan mental yang sehat.
9
Abdul Aziz El-Qussy, Pokok-Pokok Kesehatan Mental / Jiwa, Bulan Bintang, Jakarta,1974, h.12
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1995, h. 595
8
Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa Islam menaruh harapan penuh terhadap
generasi muda (remaja) agar berusaha untuk mengembangakan segala potensi yang
dimiliki atas pemberian Allah. Tentunya hanya mengabdi kepada Allah agar melahirkan
sosok remaja yang bermental sehat, memiliki konsep diri yang jelas, berpedoman kepada
nilai-nilai ajaran Islam. Dengan begitu, akan menghasilkan pula ketenangan jiwa yang
dalam Islam disebut dengan Al-Nafs Al-Mutmainah (jiwa yang tenang dan bahagia) dalam
kesempurnaan iman dalam hidup. Dan dengan didapatkan kesehatan mental setelah
melalui proses pendidikan Islam menunjukan pencapaian tujuan pendidikan Islam telah
tercapai.
Adapun penelitian yang berkaitan dengan kesehatan mental telah dilakukan oleh
Catur Agustini (2004) UMS dalam sekripsinya dengan judul Pengalaman Puasa dengan
Kesehatan Mental Santri Kelas Dua MTs Pondok Imam Suhada Blimbing Polokarto
Tahun 2003/2004 menyimpulkan bahwa pengalaman keagamaan mempunyai pengaruh
positif terhadap kesehatan mental santri kelas dua MTs pondok Imam Suhada Blimbing
Polokarto, pengalaman puasa yang kuat dan tangguh menghadapi segala godaan dari
manapun datangnya. Hal tersebut tentu mempunyai pengaruh pendidikan keagamaan
termasuk Islam dalam hal kesehatan mental bagi remaja. Pembinaan-pembinaan yang
diperoleh melalui pendidikan Islam harus dibentuk dengan pembinaan yang berdasarkan
iman dan tauhid, ibadah, akhlaq, dan juga sosial.
11
Rosmalina Asriyanti, Pendekatan Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Kesehatan Mental,
Holistik jurnal for Islamic social sciences, Cirebon, 2016.
9
Selain itu, melalui bimbingan ibadah yang bisa dilakukan baik ibadah Mahdhoh dan ibadah
Ghoiru Mahdhoh. Hal tersebut dapat dipraktekkan oleh seorang remaja dengan harapan
agar mampu menyesuaikan diri, baik penyesuaian diri dengan Tuhan, dirinya sendiri,
orang lain, masyarakat atau lingkungan sekitar. Selain itu, pengamalan yang dilakukan
akan tercermin perilaku remaja yang mampu mencerminkan adanya kesehatan mental.
Salah satu cirinya adalah mampu beradaptasi dari berbagai problematika hidup sehingga
dirinya tidak selalu merasa cemas, was-was dan lain sebagainya sebagaimana itu
merupakan ciri dari masalah kesehatan mental.
Dikatakan remaja telah mencapai taraf paripurna atau sempurna, baik ber hablum
min-nafs, hablum minnas dan hablumminaallah (berhubungan dengan diri sendiri, sesama
dan sang khaliq). Sehingga dengan kondisi mental remaja yang seperti inilah, Allah akan
memenuhi janjinya yaitu dengan didapatnya rasa ketenangan dalam jiwa, sebagai mana
firman Allah dalam QS.Al-Fajr ayat 27-30 yang berbunyi:
Artinya: “Hai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke
dalam syurga-Ku.12
12
Departemen Agama, Opcit, h. 594
BAB III.
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kesehatan mental dalam diri remaja dapat teratasi jika adanya kerja sama yang baik
dari semua kelompok antara lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat
dan juga pemerintah setempat. Selain kerja sama antara berbagai pihak Agama
hadir sebagai pencerah melalui pendidikan Islam. Pendidikan Islam ialah suatu
disiplin ilmu yang mengajarkan pada peserta didik (remaja) tentang nilai-nilai
ajaran agama Islam.
2. Adanya pendidikan Islam menjadikan remaja akan terbentuk menjadi seseorang
yang mempunyai tujuan hidup yang jelas. Maksud dari tujuan yang jelas, akan
terealisasi apabila seseorang remaja dapat memahami dengan benar tujuan dari
proses pendidikan Islam. Hakekat dari pendidikan Islam adalah realisasi dari cita-
cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kehidupan umat manusia, di
dunia dan di akherat.
3. Wujud dari masalah kesehatan mental remaja yang dilihat dari perspektif
pendidikan Islam adalah dengan remaja memahami benar nilai-nilai ajaran Islam
yang diberikan melalui pendidikan misal tentang shalat yang khusu’ akan
menimbulkan ketenangan jiwa, dengan aplikasi yang nyata ini dapat menjadikan
diri remaja untuk tidak selalu merasa cemas, was-was, dan lain sebagainya, yang
mana itu sebagai ciri terganggunya kesehatan mental remaja. Dengan pendidikan
Islam pula diharapkan remaja dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya.
1.2 Saran
10
11
karena nila-nilai moral yang datang dari agama bersifat tetap dan universal. Apabila
seseorang dihadapkan pada suatu dilema, ia akan menggunakan pertimbangan-
pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama. Dengan demikian,
agama menjadi salah satu hal yang dapat meningkatkan daya tahan seseorang dari
kesehatan mental khususnya agama Islam.
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, perlu pemahaman dan kajian lebih
lanjut terkait dengan pengembangan model pendidikan Islam dalam kesehatan mental
remaja untuk masa yang mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz el-Quusiy, Pokok –pokok kesehatan mental /Jiiwa, Bulan Binatang, Jakarta, 1974
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1995.
Mudzakkir, Ali. 2003. KESEHATAN MENTAL Dalam Perspektif Islam. In: KESEHATAN
MENTAL Dalam Perspektif Islam. Wahid Hasyim Press, Semarang.
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, 2012.
Muflihah, T. S. (2007). Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang Peran Pendidikan Agama
Dalam Pembinaan Mental (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Yasipin, Y., Rianti, S. A., & Hidaya, N. (2020). Peran Agama dalam Membentuk Kesehatan
Mental Remaja. Manthiq, 5(1), 25-31.
Lubis, L. T., Sati, L., Adhinda, N. N., Yulianirta, H., & Hidayat, B. (2019). Peningkatan
Kesehatan Mental Anak dan Remaja Melalui Ibadah Keislaman. Al-Hikmah: Jurnal
Agama dan Ilmu Pengetahuan, 16(2), 120-129.
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta, 1982.
12