Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

ISI
A. Tempat dan Sasaran Pengkajian
Sasaran Pengkajian : Ketua RT
Tempat : Terletak di kampung Mergangsan Lor Wirogunan
Yogyakarta. Pada RT 46 terdapat 43 Kepala keluarga dengan 153 warga,
lansia 20 orang (Laki – laki 5 orang da perempuan 15 orang), terdapat 5
balita, 11 anak usia 6-9 tahun, 27 remaja usia 10-19 tahun.
B. Waktu Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 2 September 2021.
C. Metode Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara kepada ketua RT. Wawancara
dilakukan unutk mendapatkan informasi langsung kepada responden
secara efektif. Dalam wawancara didapatkan informasi mengenai stigma
warga tentang covid-19 dan kebutuhan pendidikan kesehatan bagi warga.
Wawancara dilakukan kepada ketua RT setempat.
D. Hal Yang Dikaji
1. Faktor Predisposisi :
a. Riwayat kesehatan warga
b. Sikap warga terhadap covid-19
c. Kepercayaan (stigma) warga tentang covid-19 dan cara
menanggapinya
d. Sistem nilai
e. Tingkat pendidikan
f. Tingkat sosial ekonomi
g. Faktor fisik dan emosional
2. Faktor Pencetus :
a. Ketersediaan kader mengenai penyuluhan
b. Fasilitas kesehatan
3. Faktor Penguat :
a. Ketersediaan satgas covid-19 di kampung
b. Ketersediaan media pendidikan kesehatan tentang covid-19
E. Hasil Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
a. Riwayat Kesehatan Warga
Dari hasil wawancara diketahui jika dilihat secara
keseluruhan masyarakat disini baik, tetapi ada juga beberapa yang
memiliki penyakit dan kami ketahui yaitu ada 4/5 warga memiliki
darah tinggi, 1 warga stroke dirawat dirumah oleh keluarga, ada 2
warga kami yang sakit jantung , 2 anak menderita asma selain itu 2
bulan lalu ada 1 warga yang meninggal karena serangan jantung
bukan Covid tambah lagi ada yang mengeluh kalau asam uratnya
pernah dicek tinggi tetapi tidak lanjut periksa lagi ,kalau merokok
merupakan kebiasaan yang sulit dihindarin. Sebagian warga kami
merokok terutama yang laki – laki. Responden menambahkan
kalau terhitung sampai bulan ini ada 1 keluarga yang melaporkan
b. Sikap warga terhadap covid-19
Saat melapor 1 keluarga ini langsung melakukan isolasi
mandiri dirumahnya, timbul gejala juga tetapi hanya anosmia tidak
ada yang lainnya. Kalau misal ada penyuluhan, warga pasti akan
diterima dengan senang karena kan disini bisa membantu kami
juga untuk menambah wawasan supaya ya pandangan negatif
tentang Covid ini tidak ada lagi.
c. Kepercayaan (stigma) warga tentang covid-19 dan cara
menanggapinya
Ketua RT mengatakan jika ada beberapa kepercayaan yang
masih terjadi disini itu ketika ada lupa bakar seperti kena knalpot
itu dioleskan odol supaya cepat kering kalau lainnya tidak ada saya
rasa. Yang berhubungan dengan stigma masih ada tetapi tidak
seperti awal pandemi yang sangat banyak. Saat ini beberapa warga
yang berpandangan seperti contohnya Covid itu hanya flu biasa,
ada kasus juga 1 warga yang sakit menurut tetangga disitu tanda–
tanda nya mengarah ke Covid tetapi yang bersangkutan tidak mau
dibawa periksa padahal saya dan pengurus RT sudah berbicara
baik–baik dan menjelaskan bahwa tidak usah takut tetapi tetap
tidak mau dan ditambah lagi anak yang bersangkutan ini tidak
percaya dengan adanya Covid. Ada juga 1 kasus lain dari warga
sudah ada tanda gejala tetapi tidak mau periksa karena takut kalau
positif akan mati seperti yang diberita – berita. Warga mulai
menjauh supaya tidak tertular tapi disini dari pengurus memaksa
menemui dengan prokes pada warga – warga tersebut supaya jika
tidak mau periksa harus isolasi mandiri minimal 10 hari dan
mereka menyetujui.
d. Sistem nilai
Yang masih dan dipegang sampai sekarang yaitu gotong
royong lalu saling tolong menolong itu buktinya waktu 17an
kemarin kami memasang bendera disepanjang jalan dibagi-bagi
daerahnya, lalu ketika ada yang sakit ditanyai kondisinya seperti
apa, dan bantu carikan mobil dan langsung diangkut dibawa
kerumah sakit ya sebenernya kalau tidak ada covid itu lebih banyak
kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama tetapi karena terhalang
kondisi ya tidak bisa berbuat banyak.
Dari awal RT bersepakat bersama warga jika ada yang
terkonfirmasi positif Covid harus segera melapoor dan nanti akan
dibantu. Tanggapan warga hanya ingin tahu saja bagaimana bisa
positif darimana dan awalnya mereka menjauh tetapi setelah isolasi
mandiri dilakukan ya warga biasa saja tidak menjauhi juga. Di sini
pengurus RT juga memberikan dukungan seperti mengirimkan
buah – buahan dan juga vitamin untuk keluarga yang terkonfirmasi
positif Covid dan juga memberikan semangat biasanya akan
dipantau melalui chat.
e. Tingkat pendidikan
Menurut data kami sebagian besar warga kami ini lulusan
SMA itu ada 64 warga , ada juga yang tidak bersekolah dan tidak
tamat SD , yang lainnya ada yang tamatan SD SMP SMA D3 S1
dan S2.
f. Tingkat sosial ekonomi
Rata-rata warga bekerja sebagai wirausaha seperti
membuka warung makan tetapi khusus untuk orderan ojek online
ada juga yang membuka toko kelontong dan yang lainnya ada yang
sebagai guru karyawan swasta tenaga medis dan ada juga beberapa
warga yang kerjanya serabutan. Kalau untuk perekonomian cukup
untuk hidup sehari-hari ada yang berpendapatan tinggi sedang juga
rendah.
g. Faktor fisik dan emosional
Tterkait kesiapan dari masyarakat ya kalau dari status fisik
panca indera sebagian masih normal bisa menerima dengan baik
kecuali yang lansia-lansia karena berkurangnya memori jadi sudah
sering lupa dan juga berkurangnya pendengaran. Kesehatan mental
warga baik, tidak ada yang kurang mungkin pada waktu ada yang
lapor tekonfirmasi positif Covid saja baru mereka ada beberapa
yang cemas.
2. Faktor Pencetus
a. Ketersediaan kader mengenai penyuluhan
b. Fasilitas kesehatan
3. Faktor Penguat
a. Ketersediaan satgas covid-19 di kampung
b. Ketersediaan media pendidikan kesehatan tentang covid-19

Anda mungkin juga menyukai