STRUKTUR ELEKTRON
OLEH
NUR MEYLA ULFIANA BOTUTIHE
NIM : 441418003
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA A
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis
ilmiah dengan judul “STRUKTUR ELEKTRON”. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas Anorganik dalam mata kimia anorganik.
Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya
tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam
menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah
ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Gorontalo, 28 Agustus
2019
Penulis
Nur meyla ulfiana
botutihe
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………....1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………3
1. Perkembangan Teori Elektron……...……………………………………………………...3
2. Penemuan elektron…………………………………………………………………………4
3. Teori atom………………………………………………………….....................................5
4. Mekanika kuantum…………………………………………………………………………6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..7
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………7
B. Saran………………………………………………………………………………………..7
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut teorinya, kebanyakan elektron dalam alam semesta diciptakan pada
peristiwa m (ledakan besar), namun ia juga dapat diciptakan melalui peluruhan betaisotop
radioaktif maupun dalam tumbukan berenergi tinggi, misalnya pada saat sinar kosmis memasuki
atmosfer. Elektron dapat dihancurkan melalui pemusnahan dengan positron, maupun dapat
diserap semasa nukleosintesis bintang. Peralatan-peralatan laboratorium modern dapat digunakan
untuk memuat ataupun memantau elektron individual.
Orang Yunani Kuno memperhatikan bahwa ambar dapat menarik benda-benda kecil
ketika digosok-gosokkan dengan bulu hewan. Selain petir, fenomena ini merupakan salah satu
catatan terawal manusia mengenai listrik. Dalam karya tahun 1600-nya De Magnete, fisikawan
Inggris William Gilbert menciptakan istilah baru electricus untuk merujuk pada sifat penarikan
benda-benda kecil setelah digosok. Bahasa Inggris untuk kata electric diturunkan dari bahasa
Latin ēlectrum, yang berasal dari bahasa Yunani ήλεκτρον (ēlektron) untuk batu ambar.
Pada tahun 1737, C. F. du Fay dan Hawksbee secara independen menemukan apa yang mereka
percaya sebagai dua jenis listrik friksional; satunya dihasilkan dari penggosokan gelas, yang
lainnya dihasilkan dari penggosokan resin. Dari sinilah, Du Fay berteori bahwa listrik terdiri dari
dua fluida elektris, yaitu "vitreous" dan "resinous", yang dipisahkan oleh gesekan dan
menetralkan satu sama lainnya ketika bergabung. Satu dasarwasa kemudian, Benjamin
Franklin mengajukan bahwa listrik tidaklah berasal dari fluida elektris yang bermacam-macam,
namun berasal dari fluida elektris yang sama di bawah tekanan yang berbeda. Ia memberikan
tatanama muatan positif dan negatif untuk tekanan yang berbeda ini.
Antara tahun 1838 dan 1851, filsuf alam Britania Richard Laming mengembangkan gagasan
bahwa atom terdiri dari materi inti yang dikelilingi oleh partikel subatom yang memiliki muatan
listrik. Awal tahun 1846, fisikawan Jerman William Weber berteori bahwa listrik terdiri dari
fluida yang bermuatan positif dan negatif, dan interaksinya mematuhi hukum kuadrat terbalik.
Setelah mengkaji fenomena elektrolisis pada tahun 1874, fisikawan Irlandia George Johnstone
Stoney mengajukan teori bahwa terdapat suatu "satuan kuantitas listrik tertentu" yang merupakan
muatan sebuah ion monovalen. Ia berhasil memperkirakan nilai muatan elementer e ini
menggunakan Hukum elektrolisis Faraday. Namun, Stoney percaya bahwa muatan-muatan ini
secara permanen terikat pada atom dan tidak dapat dilepaskan. Pada tahun 1881, fisikawan
Jerman Hermann von Helmholtz berargumen bahwa baik muatan positif dan negatif dibagi
menjadi beberapa bagian elementer, yang "berperilaku seperti atom dari listrik".
Pada tahun 1894, Stoney menciptakan istilah electron untuk mewakili muatan elementer
ini. Kata electron merupakan kombinasi kata electric dengan akhiran on, yang digunakan
sekarang untuk merujuk pada partikel subatomik seperti proton dan neutron.
4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah perkembangan elektron?
2. Bagaimanakah penemuan elektron?
3. Teori atom?
4. apa itu mekanika kuantum?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Anorganik.
2. Menambah wawasan tentang struktur electron lebih luas .
3. Mengetahui perkembangan teori atom dan elektron.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2. Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3. Sebagai bahan bacaan dan pengetahuan.
BAB II
5
PEMBAHASAN
6
2. Penemuan elektron
7
dihasilkan oleh bahan-bahan radioaktif, bahan-bahan yang dipanaskan, atau bahan-bahan yang
berpendar bersifat universal. Nama elektron kemudian diajukan untuk menamakan partikel ini
oleh fisikawan Irlandia George F. Fitzgerald, dan seterusnya mendapatkan penerimaan yang
universal.
Manakala sedang mengkaji mineral fluoresens pada tahun 1896, fisikawan Prancis Henri
Becquerel menemukan bahwa mineral tersebut memancarkan radiasi tanpa terpapar sumber
energi eksternal. Bahan radioaktif ini menarik perhatian banyak ilmuwan, meliputi
ilmuwan Selandia Baru Ernest Rutherford yang menemukan bahwa partikel ini memancarkan
partikel. Ia melabeli partikel ini partikel alfa dan partikel beta berdasarkan kemampuannya
menembus materi. Pada tahun 1900, Becquerel menunjukkan bahwa emisi sinar beta
oleh radium dapat dibelokkan oleh medan listrik, dan rasio massa terhadap muatannya adalah
sama dengan rasio massa terhadap muatan sinar katode. Bukti ini menguatkan pandangan
bahwa elektron merupakan komponen atom. Muatan elektron kemudian diukur lebih saksama
lagi oleh fisikawan Amerika Robert Millikan dalam Percobaan tetesan minyak pada tahun
1909. Hasil percobaan ini dipublikasikan pada tahun 1911. Percobaan ini menggunakan medan
listrik untuk mencegah tetesan minyak bermuatan jatuh sebagai akibat dari gravitasi. Peralatan
yang digunakan dalam percobaan ini dapat mengukur muatan listrik dari 1–150 ion
dengan batas kesalahan kurang dari 0,3%. Percobaan yang mirip dengan percobaan Millikan
sebelumnya telah dilakukan oleh Thomson, menggunakan tetesan awan air bermuatan yang
dihasilkan dari elektrolisis, dan oleh Abram Ioffe pada tahun 1911, yang secara independen
mendapatkan hasil yang sama dengan Millikan menggunakan mikropartikel logam bermuatan.
Ia mempublikasikan hasil percobaannya pada tahun 1913. Namun, tetesan minyak lebih stabil
daripada tetesan air karena laju penguapan minyak yang lebih lambat, sehingga lebih cocok
digunakan untuk percobaan dalam periode waktu yang lama.
Sekitar permulaan abad ke-20, ditemukan bahwa di bawah kondisi tertentu, partikel bermuatan
yang bergerak cepat dapat menyebabkan kondensasi uap air yang lewat jenuh di sepanjang
lintasan partikel tersebut. pada tahun 1911, Charles Wilson menggunakan prinsip ini untuk
membangun bilik kabut, mengijikan pelacakan partikel-partikel bermuatan seperti elektron
yang bergerak cepat untuk difoto.
3. Teori atom
8
Model atom Bohr, meunjukkan keadaan electron dengan energi terkuantitas n. sebuah electron
yang jatuh ke orbit bawah memancarkan foton yang energinya sama dengan selisih energi antar
orbit.
Pada tahun 1914, percobaan yang dilakukan oleh fisikawan Ernest Rutherford, Henry
Moseley, James Franck dan Gustav Hertz secara garis besar telah berhasil membangun model
struktur atom sebagai inti atom bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron bermassa
kecil. Pada tahun 1913, fisikawan Denmark Niels Bohr berpostulat bahwa elektron berada
dalam keadaan energi terkuantisasi, dengan energinya ditentukan berdasarkan momentum
sudut orbit elektron di sekitar inti. Elektron dapat berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain
(atau orbit) dengan memancarkan emisi ataupun menyerap foton pada frekuensi tertentu.
Menggunakan model orbit terkuantisasi ini, ia secara akurat berhasil menjelaskan garis
spektrum atom hidrogen. Namun, model Bohr gagal menjelaskan intensitas relatif garis
spektrum ini dan gagal pula dalam menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
Ikatan kimia antaratom dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis, yang pada tahun 1916
mengajukan bahwa ikatan kovalen antara dua atom dijaga oleh sepasang elektron yang
dibagikan di antara dua atom yang berikatan. Kemudian, pada tahun 1923, Walter
Heitler dan Fritz Londonmemberikan penjelasan penuh mengenai formasi pasangan elektron
dan ikatan kimia berdasarkan mekanika kuantum. Pada tahun 1919, kimiawan Amerika Irving
Langmuirmenjabarkan lebih lanjut lagi model statis atom Lewis dan mengajukan bahwa semua
elektron terdistribusikan dalam "kulit-kulit bola konsentris, kesemuannya berketebalan
sama". Kulit tersebut kemudian dibagi olehnya ke dalam sejumlah sel yang tiap-tiap sel
mengandung sepasangan elektron. Dengan model ini, Langmuir berhasil secara kualitatif
menjelaskan sifat-sifat kimia semua unsur dalam tabel periodik.
Pada tahun 1924, fisikawan Austria Wolfang Pauli memperhatikan bahwa struktur
seperi kulit atom ini dapat dijelaskan menggunakan empat parameter yang menentukan tiap-
tiap keadaan energi kuantum sepanjang tiap keadaan diduduki oleh tidak lebih dari satu
elektron tunggal. Pelarangan adanya lebih dari satu elektron menduduki keadaan energi
kuantum yang sama dikenal sebagai asas pengecualian Pauli.) Mekanisme fisika yang
menjelaskan parameter keempat, yang memiliki dua nilai berbeda, diberikan oleh fisikawan
Belanda Abraham Goudsmith dan George Uhlenbeck ketika mereka mengajukan bahwa
elektron, selain momentum sudut orbitnya, juga dapat memiliki momentum sudut intrinsiknya
sendiri. Ciri ini kemudian dikenal sebagai spin, yang menjelaskan pemisahan garis spektrum
yang terpantau pada spektrometer beresolusi tinggi. Fenomena ini dikenal sebagai
pemisahan struktur halus.
9
4. Mekanika kuantum
10
Pada tahun 1928, berdasarkan karya Wolfgang Pauli, Paul Dirac menghasilkan model
elektron, persamaan Dirac, yang konsisten dengan teori relativitas, dengan menerapkan
pertimbangan relativitas dan simetri ke dalam perumusan Hamiltonan mekanika kuantum
medan elektro-magnetik. Agar dapat memecahkan berbagai masalah dalam persamaan
relativistiknya, pada tahun 1930, Dirac mengembangkan model vakum sebagai lautan
partikel tak terhingga yang berenergi negatif (dikenal sebagai laut Dirac). Ini mengantar
Dirac memprediksikan keberadaan positron, antimateri dari elektron.Partikel positron
ditemukan pada tahun 1932 oleh Carl D. Anderson, yang menyerukan dinamakannya
elektron biasa sebagai negatron, dan elektron digunakan sebagai istilah generik untuk
merujuk pada kedua partikel tersebut. Penggunaan istilah 'negatron' kadang-kadang masih
dapat ditemukan sekarang, dan dapat disingkat menjadi 'negaton'. Pada tahun 1947, Willis
Lamb, berkolaborasi dengan murid pascasarjananya Robert Retherford, menemukan bahwa
keadaan kuantum tertentu atom hidrogen, yang seharusnya berenergi sama, bergeser relatif
terhadap satu sama lain. Pergesaran ini disebut sebagai geseran Lamb. Pada waktu yang
bersamaan, Polykarp Kusch, bekerja dengan Henry M. Foley, menemukan bahwa momen
magnetik elektron sedikit lebih besar daripada yang diprediksikan oleh teori Dirac.
Perbedaan kecil ini kemudian disebut sebagai anomali momen dipol magnetik elektron.
Untuk memecahkan masalah ini, teori yang disebut elektrodinamika kuantum dikembangkan
oleh Sin-Itiro Tomonaga, Julian Schwinger dan Richard P. Feynman pada akhir tahun 1940-
an.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Elektron, yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton pertama,
berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah. Sama
seperti semua materi, elektron memiliki sifat bak partikel maupun bak gelombang (dualitas
gelombang-partikel), sehingga ia dapat bertumbukan dengan partikel lain dan
berdifraksi seperti cahaya. Oleh karena elektron termasuk fermion, dua elektron berbeda tidak
dapat menduduki keadaan kuantum yang sama sesuai dengan asas pengecualian Pauli.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak perpustakaan universitas lebih banyak menyediakan literatur
mengenai struktur atom, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa
Inggris.
2. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam
menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar
mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
3. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi struktur atom karena
materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan
untuk pengambilan SKS berikutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lehmann, Walter J. 1972. Atomic and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam.Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
13