Anda di halaman 1dari 13

Tugas Anorganik

STRUKTUR ELEKTRON

OLEH
NUR MEYLA ULFIANA BOTUTIHE
NIM : 441418003
PRODI : PENDIDIKAN KIMIA A

FAKULTAS MATEMATIKA, IPA, DAN PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.P 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan karya tulis
ilmiah dengan judul “STRUKTUR ELEKTRON”. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas Anorganik dalam mata kimia anorganik.
            Atas bimbingan bapak/ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
karya tulis ilmiah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Karya
tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
            Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam
menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk
membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah
ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik.
            Demikianlah kata pengantar karya tulis ini dan penulis berharap semoga karya
ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
                                                                                  

 Gorontalo, 28 Agustus
2019

                                                                                                
 Penulis
Nur meyla ulfiana
botutihe

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I  PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
A.    Latar Belakang……………………………………………………………………………..1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………………………....1
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2
D.    Manfaat Penulisan………………………………………………………………………....2
BAB II    PEMBAHASAN………………………………………………………………………3
1.      Perkembangan Teori Elektron……...……………………………………………………...3
2.      Penemuan elektron…………………………………………………………………………4
3.      Teori atom………………………………………………………….....................................5
4.      Mekanika kuantum…………………………………………………………………………6
BAB III   PENUTUP……………………………………………………………………………..7
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………………………7
B.     Saran………………………………………………………………………………………..7
DAFTAR PUSTAKA         

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut teorinya, kebanyakan elektron dalam alam semesta diciptakan pada
peristiwa m (ledakan besar), namun ia juga dapat diciptakan melalui peluruhan betaisotop
radioaktif maupun dalam tumbukan berenergi tinggi, misalnya pada saat sinar kosmis memasuki
atmosfer. Elektron dapat dihancurkan melalui pemusnahan dengan positron, maupun dapat
diserap semasa nukleosintesis bintang. Peralatan-peralatan laboratorium modern dapat digunakan
untuk memuat ataupun memantau elektron individual.
Orang Yunani Kuno memperhatikan bahwa ambar dapat menarik benda-benda kecil
ketika digosok-gosokkan dengan bulu hewan. Selain petir, fenomena ini merupakan salah satu
catatan terawal manusia mengenai listrik. Dalam karya tahun 1600-nya  De Magnete, fisikawan
Inggris William Gilbert menciptakan istilah baru electricus untuk merujuk pada sifat penarikan
benda-benda kecil setelah digosok. Bahasa Inggris untuk kata electric diturunkan dari bahasa
Latin ēlectrum, yang berasal dari bahasa Yunani ήλεκτρον (ēlektron) untuk batu ambar.
Pada tahun 1737, C. F. du Fay dan Hawksbee secara independen menemukan apa yang mereka
percaya sebagai dua jenis listrik friksional; satunya dihasilkan dari penggosokan gelas, yang
lainnya dihasilkan dari penggosokan resin. Dari sinilah, Du Fay berteori bahwa listrik terdiri dari
dua fluida elektris, yaitu "vitreous" dan "resinous", yang dipisahkan oleh gesekan dan
menetralkan satu sama lainnya ketika bergabung. Satu dasarwasa kemudian, Benjamin
Franklin mengajukan bahwa listrik tidaklah berasal dari fluida elektris yang bermacam-macam,
namun berasal dari fluida elektris yang sama di bawah tekanan yang berbeda. Ia memberikan
tatanama muatan positif dan negatif untuk tekanan yang berbeda ini.
Antara tahun 1838 dan 1851, filsuf alam Britania Richard Laming mengembangkan gagasan
bahwa atom terdiri dari materi inti yang dikelilingi oleh partikel subatom yang memiliki muatan
listrik. Awal tahun 1846, fisikawan Jerman William Weber berteori bahwa listrik terdiri dari
fluida yang bermuatan positif dan negatif, dan interaksinya mematuhi hukum kuadrat terbalik.
Setelah mengkaji fenomena elektrolisis pada tahun 1874, fisikawan Irlandia George Johnstone
Stoney mengajukan teori bahwa terdapat suatu "satuan kuantitas listrik tertentu" yang merupakan
muatan sebuah ion monovalen. Ia berhasil memperkirakan nilai muatan elementer e ini
menggunakan Hukum elektrolisis Faraday. Namun, Stoney percaya bahwa muatan-muatan ini
secara permanen terikat pada atom dan tidak dapat dilepaskan. Pada tahun 1881, fisikawan
Jerman Hermann von Helmholtz berargumen bahwa baik muatan positif dan negatif dibagi
menjadi beberapa bagian elementer, yang "berperilaku seperti atom dari listrik".
Pada tahun 1894, Stoney menciptakan istilah electron untuk mewakili muatan elementer
ini. Kata electron merupakan kombinasi kata electric dengan akhiran on, yang digunakan
sekarang untuk merujuk pada partikel subatomik seperti proton dan neutron.

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kita bisa menentukan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu :
1.   Bagaimanakah perkembangan elektron?
2.   Bagaimanakah penemuan elektron?
3. Teori atom?
4. apa itu mekanika kuantum?

C. Tujuan Penulisan
          Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.      Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Anorganik.
2.      Menambah wawasan tentang struktur electron lebih luas .
3.      Mengetahui perkembangan teori atom dan elektron.

D. Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1.      Sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan dalam membuat suatu karya ilmiah.
2.      Sebagai referensi bagi penulis dalam pembuatan makalah berikutnya.
3.      Sebagai bahan bacaan dan pengetahuan.

    

BAB II

5
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Teori Elektron


Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis sebagai e.
Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang diketahui,
sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer. Elektron memiliki massa sekitar 1/1836
massa proton. Momentum sudut (spin) instrinsik elektron adalah setengah nilai integer dalam
satuan ħ, yang berarti bahwa ia termasuk fermion. Antipartikelelektron disebut
sebagai positron, yang identik dengan elektron, tetapi bermuatan positif. Ketika sebuah
elektron bertumbukan dengan positron, keduanya kemungkinan dapat
saling berhambur ataupun musnah total, menghasilan sepasang (atau lebih) foton sinar gama.
Elektron, yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton pertama,
berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah. Sama
seperti semua materi, elektron memiliki sifat bak partikel maupun bak gelombang (dualitas
gelombang-partikel), sehingga ia dapat bertumbukan dengan partikel lain dan
berdifraksi seperti cahaya. Oleh karena elektron termasuk fermion, dua elektron berbeda tidak
dapat menduduki keadaan kuantum yang sama sesuai dengan asas pengecualian Pauli. Konsep
muatan listrik yang tidak dapat dibagi-bagi lagi diteorikan untuk menjelaskan sifat-sifat
kimiawi atom oleh filsuf alam Richard Laming pada awal tahun
1838. nama electron diperkenalkan untuk menamakan muatan ini pada tahun 1894 oleh
fisikawan Irlandia George Johnstone Stoney. Elektron berhasil diidentifikasikan sebagai
partikel pada tahun 1897 oleh J. J. Thomson.
Dalam banyak fenomena fisika, seperti listrik, magnetisme dan konduktivitas termal,
elektron memainkan peran yang sangat penting. Suatu elektron yang bergerak relatif terhadap
pengamat akan menghasilkan medan magnetik dan lintasan elektron tersebut juga akan
dilengkungkan oleh medan magnetik eksternal. Ketika sebuah elektron dipercepat, ia dapat
menyerap ataupun memancarkan energi dalam bentuk foton. Elektron bersama-sama
dengan inti atom yang terdiri dari proton dan neutron, membentuk atom. Namun, elektron
hanya mengambil 0,06% massa total atom. Gaya tarik Coulomb antara elektron dengan proton
menyebabkan elektron terikat dalam atom. Pertukaran ataupun perkongsian elektron antara
dua atau lebih atom merupakan sebab utama terjadinya ikatan kimia.

6
2. Penemuan elektron

Seberkas electron dibelokkan menjadi lingkaran oleh medan magnet


Fisikawan Jerman Johann Wilhelm Hittorf melakukan kajian
mengenai konduktivitas listrik dalam gas. Pada tahun 1869, ia menemukan sebuah pancaran
yang dipancarkan dari katode yang ukurannya meningkat seiring dengan menurunnya tekanan
gas. Pada tahun 1876, fisikawan Jerman Eugen Goldstein menunjukkan bahwa sinar pancaran
ini menghasilkan bayangnya, dan ia menamakannya sinar katode. Semasa tahun 1870-an,
kimiawan dan fisikawan Inggris William Crookes mengembangkan tabung katode pertama
yang vakum. Ia kemudian menunjukkan sinar berpendar yang tampak di dalam tabung tersebut
membawa energi dan bergerak dari katode ke anode. Lebih jauh lagi, menggunakan medan
magnetik, ia dapat membelokkan sinar tersebut dan mendemonstrasikan bahwa berkas ini
berperilaku seolah-olah ia bermuatan negatif. Pada tahun 1879, ia mengajukan bahwa sifat-
sifat ini dapat dijelaskan menggunakan apa yang ia istilahkan sebagai 'materi radian' (radiant
matter). Ia mengajukan ini adalah keadaan materi keempat, yang terdiri dari molekul-
molekul bermuatan negatif yang diproyeksikan dengan kecepatan tinggi dari katode.
Fisikawan Britania kelahiran Jerman Arthur Schuster memperluas eksperimen Crookes
dengan memasang dua pelat logam secara paralel terhadap sinar katode dan
memberikan potensial listrik antara dua pelat tersebut. Medan ini kemudian membelokkan
sinar menuju pelat bermuatan positif, memberikan bukti lebih jauh bahwa sinar ini
mengandung muatan negatif. Dengan mengukur besar pembelokan sinar sesuai dengan arus
listrik yang diberikan, pada tahun 1890, Schuster berhasil memperkirakan rasio massa terhadap
muatan komponen-komponen sinar. Namun, perhitungan ini menghasilkan nilai yang seribu
kali lebih besar daripada yang diperkirakan, sehingga perhitungan ini tidak dipercayai pada
saat itu. Pada tahun 1896, fisikawan Britania J. J. Thomson, bersama dengan koleganya John S.
Townsend dan H. A. Wilson, melakukan eksperimen yang mengindikasikan bahwa sinar
katode benar-benar merupakan partikel baru dan bukanlah gelombang, atom, ataupun molekul
seperti yang dipercayai sebelumnya. Thomson membuat perkiraan yang cukup baik dalam
menentukan muatan e dan massa m, dan menemukan bahwa partikel sinar katode, yang ia
sebut "corpuscles" mungkin bermassa seperseribu massa ion terkecil yang pernah diketahui
(hidrogen). Ia menunjukkan bahwa nisbah massa terhadap muatan, e/m, tidak tergantung pada
material katode. Ia lebih jauh lagi menunjukkan bahwa partikel bermuatan negatif yang

7
dihasilkan oleh bahan-bahan radioaktif, bahan-bahan yang dipanaskan, atau bahan-bahan yang
berpendar bersifat universal. Nama elektron kemudian diajukan untuk menamakan partikel ini
oleh fisikawan Irlandia George F. Fitzgerald, dan seterusnya mendapatkan penerimaan yang
universal.
Manakala sedang mengkaji mineral fluoresens pada tahun 1896, fisikawan Prancis Henri
Becquerel menemukan bahwa mineral tersebut memancarkan radiasi tanpa terpapar sumber
energi eksternal. Bahan radioaktif ini menarik perhatian banyak ilmuwan, meliputi
ilmuwan Selandia Baru Ernest Rutherford yang menemukan bahwa partikel ini memancarkan
partikel. Ia melabeli partikel ini partikel alfa dan partikel beta berdasarkan kemampuannya
menembus materi. Pada tahun 1900, Becquerel menunjukkan bahwa emisi sinar beta
oleh radium dapat dibelokkan oleh medan listrik, dan rasio massa terhadap muatannya adalah
sama dengan rasio massa terhadap muatan sinar katode. Bukti ini menguatkan pandangan
bahwa elektron merupakan komponen atom. Muatan elektron kemudian diukur lebih saksama
lagi oleh fisikawan Amerika Robert Millikan dalam Percobaan tetesan minyak pada tahun
1909. Hasil percobaan ini dipublikasikan pada tahun 1911. Percobaan ini menggunakan medan
listrik untuk mencegah tetesan minyak bermuatan jatuh sebagai akibat dari gravitasi. Peralatan
yang digunakan dalam percobaan ini dapat mengukur muatan listrik dari 1–150 ion
dengan batas kesalahan kurang dari 0,3%. Percobaan yang mirip dengan percobaan Millikan
sebelumnya telah dilakukan oleh Thomson, menggunakan tetesan awan air bermuatan yang
dihasilkan dari elektrolisis, dan oleh Abram Ioffe pada tahun 1911, yang secara independen
mendapatkan hasil yang sama dengan Millikan menggunakan mikropartikel logam bermuatan.
Ia mempublikasikan hasil percobaannya pada tahun 1913. Namun, tetesan minyak lebih stabil
daripada tetesan air karena laju penguapan minyak yang lebih lambat, sehingga lebih cocok
digunakan untuk percobaan dalam periode waktu yang lama.
Sekitar permulaan abad ke-20, ditemukan bahwa di bawah kondisi tertentu, partikel bermuatan
yang bergerak cepat dapat menyebabkan kondensasi uap air yang lewat jenuh di sepanjang
lintasan partikel tersebut. pada tahun 1911, Charles Wilson menggunakan prinsip ini untuk
membangun bilik kabut, mengijikan pelacakan partikel-partikel bermuatan seperti elektron
yang bergerak cepat untuk difoto.
3. Teori atom

8
Model atom Bohr, meunjukkan keadaan electron dengan energi terkuantitas n. sebuah electron
yang jatuh ke orbit bawah memancarkan foton yang energinya sama dengan selisih energi antar
orbit.
Pada tahun 1914, percobaan yang dilakukan oleh fisikawan Ernest Rutherford, Henry
Moseley, James Franck dan Gustav Hertz secara garis besar telah berhasil membangun model
struktur atom sebagai inti atom bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron bermassa
kecil. Pada tahun 1913, fisikawan Denmark Niels Bohr berpostulat bahwa elektron berada
dalam keadaan energi terkuantisasi, dengan energinya ditentukan berdasarkan momentum
sudut orbit elektron di sekitar inti. Elektron dapat berpindah dari satu keadaan ke keadaan lain
(atau orbit) dengan memancarkan emisi ataupun menyerap foton pada frekuensi tertentu.
Menggunakan model orbit terkuantisasi ini, ia secara akurat berhasil menjelaskan garis
spektrum atom hidrogen. Namun, model Bohr gagal menjelaskan intensitas relatif garis
spektrum ini dan gagal pula dalam menjelaskan spektrum atom yang lebih kompleks.
Ikatan kimia antaratom dijelaskan oleh Gilbert Newton Lewis, yang pada tahun 1916
mengajukan bahwa ikatan kovalen antara dua atom dijaga oleh sepasang elektron yang
dibagikan di antara dua atom yang berikatan. Kemudian, pada tahun 1923, Walter
Heitler dan Fritz Londonmemberikan penjelasan penuh mengenai formasi pasangan elektron
dan ikatan kimia berdasarkan mekanika kuantum. Pada tahun 1919, kimiawan Amerika Irving
Langmuirmenjabarkan lebih lanjut lagi model statis atom Lewis dan mengajukan bahwa semua
elektron terdistribusikan dalam "kulit-kulit bola konsentris, kesemuannya berketebalan
sama". Kulit tersebut kemudian dibagi olehnya ke dalam sejumlah sel yang tiap-tiap sel
mengandung sepasangan elektron. Dengan model ini, Langmuir berhasil secara kualitatif
menjelaskan sifat-sifat kimia semua unsur dalam tabel periodik.
Pada tahun 1924, fisikawan Austria Wolfang Pauli memperhatikan bahwa struktur
seperi kulit atom ini dapat dijelaskan menggunakan empat parameter yang menentukan tiap-
tiap keadaan energi kuantum sepanjang tiap keadaan diduduki oleh tidak lebih dari satu
elektron tunggal. Pelarangan adanya lebih dari satu elektron menduduki keadaan energi
kuantum yang sama dikenal sebagai asas pengecualian Pauli.) Mekanisme fisika yang
menjelaskan parameter keempat, yang memiliki dua nilai berbeda, diberikan oleh fisikawan
Belanda Abraham Goudsmith dan George Uhlenbeck ketika mereka mengajukan bahwa
elektron, selain momentum sudut orbitnya, juga dapat memiliki momentum sudut intrinsiknya
sendiri. Ciri ini kemudian dikenal sebagai spin, yang menjelaskan pemisahan garis spektrum
yang terpantau pada spektrometer beresolusi tinggi. Fenomena ini dikenal sebagai
pemisahan struktur halus.

9
4. Mekanika kuantum

Dalam mekanika kuantum, perilaku elektron dalam atom dijelaskan


menggunakan orbital,yang merupakan sebuah distribusi probabilitas dan bukannya orbit.
Pada gambar di atas, bagian berwarna menunjukkan probabilitas relatif "penemuan" elektron
yang memiliki energi sesuai dengan bilangan kuantum pada titik tersebut.
Dalam disertasi tahun 1924 berjudul Recherches sur la théorie des quanta (Riset
mengenai Teori Kuantum), fisikawan Prancis Louis de Broglie berhipotesis bahwa semua
materi memiliki gelombang De Broglie yang mirip dengan cahaya. Ini berarti bahwa di
bawah kondisi yang tepat, elektron dan semua materi dapat menunjukkan sifat-sifat seperti
partikel maupun seperti gelombang. Sifat korpuskular partikel dapat didemonstrasikan ketika
ia dapat ditunjukkan memiliki posisi terlokalisasi dalam ruang sepanjang trayektorinya pada
waktu apapun. Sifat seperti gelombang dapat dipantau ketika seberkas cahaya dilewatkan
melalui celah-celah paralel dan menghasilkan pola-pola interferensi.
Pada tahun 1927, efek interferensi ini berhasil ditunjukkan juga berlaku bagi berkas
elektron oleh fisikawan Inggris George Paget Thomson menggunakan film logam tipis dan
oleh fisikawan Amerika Clinton Davisson dan Lester Germer menggunakan kristal nikel.
Suksesnya prediksi de Broglie turut membantu Erwin Schrödingeryang pada tahun 1926
mempublikasikan persamaan Schrödinger yang secara sukses mendeskripsikan bagaimana
gelombang elektron merambat. Daripada menghasilkan penyelesaian yang menentukan
lokasi elektron seiring dengan berjalannya waktu, persamaan gelombang ini dapat digunakan
untuk memprediksikan probabilitas penemuan sebuah elektron dekat sebuah posisi.
Pendekatan ini kemudian disebut sebagai mekanika kuantum, yang memberikan perhitungan
keadaan energi elektron atom hidrogen dengan sangat tepat. Ketika spin dan interaksi antara
banyak elektron diperhitungkan, mekanika kuantum memungkinkan konfigurasi elektron
dalam atom bernomor atom lebih tinggi daripada hidrogen diprediksi dengan tepat.

10
Pada tahun 1928, berdasarkan karya Wolfgang Pauli, Paul Dirac menghasilkan model
elektron, persamaan Dirac, yang konsisten dengan teori relativitas, dengan menerapkan
pertimbangan relativitas dan simetri ke dalam perumusan Hamiltonan mekanika kuantum
medan elektro-magnetik. Agar dapat memecahkan berbagai masalah dalam persamaan
relativistiknya, pada tahun 1930, Dirac mengembangkan model vakum sebagai lautan
partikel tak terhingga yang berenergi negatif (dikenal sebagai laut Dirac). Ini mengantar
Dirac memprediksikan keberadaan positron, antimateri dari elektron.Partikel positron
ditemukan pada tahun 1932 oleh Carl D. Anderson, yang menyerukan dinamakannya
elektron biasa sebagai negatron, dan elektron digunakan sebagai istilah generik untuk
merujuk pada kedua partikel tersebut. Penggunaan istilah 'negatron' kadang-kadang masih
dapat ditemukan sekarang, dan dapat disingkat menjadi 'negaton'. Pada tahun 1947, Willis
Lamb, berkolaborasi dengan murid pascasarjananya Robert Retherford, menemukan bahwa
keadaan kuantum tertentu atom hidrogen, yang seharusnya berenergi sama, bergeser relatif
terhadap satu sama lain. Pergesaran ini disebut sebagai geseran Lamb. Pada waktu yang
bersamaan, Polykarp Kusch, bekerja dengan Henry M. Foley, menemukan bahwa momen
magnetik elektron sedikit lebih besar daripada yang diprediksikan oleh teori Dirac.
Perbedaan kecil ini kemudian disebut sebagai anomali momen dipol magnetik elektron.
Untuk memecahkan masalah ini, teori yang disebut elektrodinamika kuantum dikembangkan
oleh Sin-Itiro Tomonaga, Julian Schwinger dan Richard P. Feynman pada akhir tahun 1940-
an.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
         Elektron, yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton pertama,
berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah. Sama
seperti semua materi, elektron memiliki sifat bak partikel maupun bak gelombang (dualitas
gelombang-partikel), sehingga ia dapat bertumbukan dengan partikel lain dan
berdifraksi seperti cahaya. Oleh karena elektron termasuk fermion, dua elektron berbeda tidak
dapat menduduki keadaan kuantum yang sama sesuai dengan asas pengecualian Pauli.   

B. Saran
            Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Sebaiknya pihak perpustakaan universitas lebih banyak menyediakan literatur
mengenai struktur atom, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa
Inggris.
2. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi dalam
menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan dan agar
mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
3. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi struktur atom  karena
materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang perlu diluluskan
untuk pengambilan SKS berikutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lehmann, Walter J. 1972. Atomic and Molecular Structure. Canada: John Wiley
and Sons, Inc.
Partana, Crys Fajar dan Antuni Wiyars. 2009. Mari Belajar Kimia Jilid 2 untuk
SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk kelas XI SMA
  dan MA. Jawa Tengah: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syarifuddin dan Nuraeni. 2004. Ikatan Kimia. _____ : Gajah Mada Press.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu Alam.Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

13

Anda mungkin juga menyukai