Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS

Seorang pasien laki-laki usia 19 tahun dibawa ke RS oleh perawat dari Puskesmas karena
kecelakaan dan mengalami fraktur femur. Dokter menyarankan pasien dilakukan tindakan
operasi dan dipasang plat screw namun keluarga menolak dan menginginkan pasien pulang
paksa untuk dibawa ke sangkal putung. Perawat membaca hasil radiologi pasien tersebut
mengalami fraktur incomplete tertutup. Pasien menggunakan BPJS mandiri untuk biaya
pengobatannya.

Kerjakanlah tugas dibawah ini berdasarkan kasus diatas :

1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan rujukan di era BPJS ?


Jelaskan alur rujukan pasien mulai dari faskes pratama hingga RS tipe A
Jawab :
kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan rujukan di era BPJS
1) Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang


diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.

3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang


dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan
dan teknologi kesehatan spesialistik.

4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku

6) Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan
dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga
tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.

7) Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan Kerjasama

8) Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal. Rujukan


horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan
apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih
rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

9) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

10) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang
lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan
yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik dalam
menangani pasien tersebut
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang dan/atau. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan

alur rujukan pasien mulai dari faskes pratama hingga RS tipe A

Fasilitas kesehatan tingkat pertama saat ini juga telah memiliki kompetensi setara dokter
umum di rumah sakit. Dan faskes primer ini juga mampu memberikan layanan
pengobatan, pencegahan, rehabilitatif, dan promosi kesehatan dengan baik. 

Jika selama pengobatan pada faskes pertama kamu belum membaik dan dokter
memutuskan kamu perlu penanganan lebih lanjut, maka dokter akan memberikan rujukan
ke faskes tingkat II. Dan jika masih perlu penanganan lebih serius, dokter pada faskes
tingkat II akan memberikan rujukan ke faskes tingkat III. 

Pada tingkat III nanti kamu akan mendapat pelayanan dari dokter subspesialis dengan
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik.

Tetapi ada juga sekali datang ke faskes pertama dan langsung dapat rujukan ke faskes
tingkat III. Tapi tentu saja, hanya untuk gangguan kesehatan yang sudah didiagnosis
secara resmi oleh dokter dan disetujui rencana terapinya. Selain itu karena kedua hal di
atas termasuk dalam pelayanan berulang yang hanya tersedia di faskes tingkat III. 

Faskes tingkat pertama bisa merujuk pasien ke rumah sakit tipe A tertentu untuk
sembilan kondisi yaitu hemodialisa, talasemia, hemofilia, TB, HIV/AIDS, kemotheraphy,
radiotherapy, tubercolosis, dan penyakit jiwa.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi SBAR ? jika anda sebagai perawat yang
merujuk pasien tersebut, bagaimana pelaksanaannya ? tuliskan apa yang akan anda
sampaikan kepada perawat/dokter yang menerima pasien di RS rujukan.
Jawab :
3. Jika anda sebagai perawat ruang rawat yang menghadapi pasien tersebut dan
keluarganya, prinsip etika profesi apa saja yang akan anda terapkan dan jelaskan
bagaimana pelaksanaannya ?
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai