Anda di halaman 1dari 8

1.

Pertanyaan : - Kapan proyek JW Marriot RSO dapat memberikan kontribusi pendapatan


dan berapa persen kontribusinya terhadap Keuangan Perseroan di tahun 2019 danTahun
2020?
Jawaban: - Progress pembangunan proyek RSO di Ubud - Bali pada saat ini, tengah
dilakukan perubahan design mengikuti peningkatan standar brand yang akan digunakan oleh
RSO yaitu dari sebelumnya Marriot menjadi JW Marriot. Proses pembangunannya sendiri
diharapkan akan selesai pada akhir tahun 2019 dan mulai beroperasi di tahun 2020. Sehingga
kontribusi JW Marriot (RSO) terhadap keuangan Perseroan baru akan mulai dirasakan pada
Q4 2020, mengingat masih diperlukan masa persiapan di awal tahun 2020. Kedepannya
Perseroan akan melakukan akuisisi kembali beberapa hotel di tahun 2019.
2. Jumlah Penduduk 1000 orang, dilaporkan sbb : Bulan April 2005 terjangkit penyakit X
sebanyak 150 penderita.Bulan Agustus 2005 terjadi serangan penyakit yang sama dengan
penderita 250 orang

Secondary Attack rate = 250/1000-150 X 100 % = 29,41 %


3. Pertanyaan : - apa yang di maksud dengan Attack rate?
Jawaban : - Attack rate (atau disebut attack risk) adalah jenis estimasi kejadian atau
insiden tertentu (baik insiden kumulatif atau nilai insiden) yang diterapkan pada suatu wabah
atau situasi di mana periode observasi relatif singkat dan populasi rentan ditentukan dengan
ketat misalnya jumlah hewan di peternakan yang sedang dilakukan investigasi.
4. Pertanyaan : - Budi memelihara 15 ekor sapi; dia menghubungi anda karena 5 sapi nya
sakit dengan tanda penyakit yang sama. Soleh memelihara 30 sapi dan berada di satu
kawasan yang sama dengan peternakan Budi dan sapi Soleh tidak ada satu pun yang sakit.
Semua sapi-sapi ini di gembalakan di satu kawasan padang rumput yang sama.
Prevalensi penyakit adalah?
Jawaban : - p = 5 : 15 + 30
= 0.11 = 11%

Prevalensi = 
PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI
INFO TERKINI (ANGKA NASIONAL – PROVINSI) :
 Angka Kematian Kasar
2 Minggu Ditangani Luhut, Angka Kematian Covid-19 di Beberapa Provinsi Prioritas
Meningkat
01 Okt 2020, 20:18 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan kini menjabat sebagai Menkopolhukam di pemerintahan era
Presiden Joko Widodo
Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
menyampaikan hasil kerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi Luhut Binsar Panjaitan menangani corona di 10 provinsi prioritas selama dua
minggu. Wiku mengakui bahwa kasus kematian Covid-19 di 10 provinsi dalam rentang 13-27
September 2020 cenderung stagnan.

"Untuk kematian cenderung stagnan, bahkan terjadi peningkatan di sejumlah provinsi


prioritas," ujar Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis
(1/10/2020).

 Satgas Covid-19: Kontribusi 10 Provinsi Prioritas terhadap Jumlah Kasus Aktif


Menurun

Adapun sejumlah provinsi yang kasus kematiannya meningkat antara lain, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Papua, Bali, dan Banten. Sementara, angka kematian Covid-19 di DKI
Jakarta Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan sudah
mengalami penurunan.

Wiku merinci kasus kematian pasien corona di Jakarta pada 13 September berada di angka
2,57 persen. Kemudian, mengalami penurunan pada 27 September di angka 2,39 persen.

Sedangkan, di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 7,25 persen pada 13 September
menjadi 7,27 persen pada 27 September. Untuk itu, Wiku meminta pemerintah daerah baik di
10 provinsi prioritas maupun provinsi lainnya berupaya keras menekan angka kematian.

Salah satunya, dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit


rujukan Covid-19. Dia meyakini dengan perawatan yang baik dapat mengurangi jumlah
pasien yang meninggal.

"(Juga) Penanganan kasus terutama pada gejala sedang dan berat sehingga angka kematian
dapat ditekan menjadi tidak ada penambahan angka sama sekali," jelas Wiku.

 **Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
 Angka Kematian Bayi
Meski Terus Membaik, Angka Kematian Bayi di Indonesia Masih Tertinggal

02 Mar 2020|Asni Harismi


Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Situasi ruangan di mana para bayi baru lahir dikumpulkan
Fasilitas kesehatan di Indonesia memang belum memuaskan banyak pihak, tapi harus diakui
bahwa pelayanan kesehatan di Tanah Air mengalami kemajuan yang berarti. Hal ini terlihat
dari menurunnya angka kematian bayi di Indonesia dari tahun ke tahun.
Angka kematian bayi adalah jumlah meninggalnya bayi yang berusia di bawah 1 tahun per
1.000 kelahiran yang terjadi dalam kurun satu tahun. Angka ini kerap digunakan sebagai
acuan untuk menilai baik-buruknya kondisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan di suatu
negara.Lebih spesifik, angka kematian bayi menggambarkan level kesehatan di negara
tersebut. Tak pelak, angka ini juga digunakan oleh pemerintah sebagai rujukan untuk
menentukan kebijakan di dunia kesehatan pada masa mendatang.
Situasi angka kematian bayi di Indonesia
Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi di Indonesia pada
2019 lalu adalah 21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika angka kematian
bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017 yang mencapai 22,62.Faktanya,
grafik angka kematian bayi di Indonesia memang memperlihatkan penurunan setiap tahun.
Sebagai gambaran, pada 1952 lalu angka kematian bayi di Indonesia mencapai 192,66 dan
pada 1991 masih sekitar 61,94.Menurunnya angka kematian bayi di Indonesia banyak
dipengaruhi oleh meningkatnya penyediaan fasilitas kesehatan di berbagai daerah. Hal ini
diikuti dengan menurunnya penyakit infeksi dan meluasnya cakupan imunisasi pada
bayi.Meski terus mengalami peningkatan yang signifikan, angka kematian bayi di Indonesia
masih tergolong tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2019, negara Asia
Tenggara dengan angka kematian bayi paling rendah adalah Singapura (2,26), disusul
Malaysia (6,65), Thailand (7,80), Brunei Darussalam (9,83), dan Vietnam (16,50).Pemerintah
pun menyadari situasi ini dan berjanji untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan di
Tanah Air. Beberapa langkah yang dilakukan, antara lain:

 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan sanitas di


tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
 Menyediakan air bersih
 Memberantas penyakit menular
 Meningkatkan cakupan imunisasi
 Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk pelayanan kontrasepsi dan
ibu
 Menanggulangi gizi buruk
 Promosi pemberian ASI ekslusif
 Pemantauan pertumbuhan bayi melalui fasilitas kesehatan.
 Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia pada 2019 Masih Tinggi Siswanto Agus
Wilopo, Ketua Penyelenggara Konferensi Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi (ICIFPRH) memberi laporan konferensi di Hotel Sahid, Yogyakarta, Senin
(30/9/2019).

tirto.id/Aditya Widya Putri Oleh: Aditya Widya Putri - 30 September 2019 Dibaca Normal
1 menit Angka kematian ibu melahirkan pada 2018/2019 berada di angka 305 per 1000
kelahiran hidup. tirto.id - Angka kematian ibu (AKI) tinggi, toleransi anak soal HIV/AIDS
atau informasi seksual masih sangat rendah, dan cakupan program Keluarga Berencana (KB)
mundur. Setidaknya itulah masalah kesehatan reproduksi yang terangkum di Indonesia.
Seluruh masalah tersebut akan dibahas dan dicari jalan keluarnya dalam Konferensi
Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (ICIFPRH) di Indonesia.

Sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri bergabung dalam acara yang berlangsung dari
Senin (30/9/2019) hingga Rabu (2/9/2019) di Hotel Sahid, Yogyakarta. "Hingga tahun
2018/2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup," ungkap
Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI),
Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH.

 Angka Kasus Fatal


Membaca Angka Kematian Corona di Indonesia
Rabu 18 Mar 2020 20:11 WIB
Angka kematian akibat corona di Indonesia dua kali lipat dunia.

Korban jiwa akibat virus corona di Tanah Air terus bertambah. Sebanyak 19 kasus
meninggal dilaporkan per Rabu (18/3), sedangkan kasus positif naik menjadi 227.

Dari angka tersebut artinya angka kematian (mortality rate) akibat kasus positif corona
Indonesia adalah setinggi 8,37 persen. Angka kematian Indonesia sebenarnya cukup tinggi
bila dibandingkan dengan angka kematian dunia.

Berdasarkan data WHO per 17 Maret 2020, tercatat ada 179.111 kasus positif corona di
dunia. Angka kematian dunia juga per kemarin adalah 7.426.

Artinya angka kematian dunia adalah setinggi 4,1 persen. Separuh dari angka kematian di
Indonesia. Saat ini tercatat sudah terjadi 19 kematian akibat corona di Indonesia dan 227
kasus positif.

Sebagai perbandingan, China memiliki angka kematian sebesar 3,98 persen. Negara lain
dengan kasus positif yang jumlahnya banyak juga adalah Italia. Di sana angka kematiannya
setinggi 7,9 persen. Sedangkan di Iran angka kematiannya adalah 6,5 persen.
Sementara, negara yang disebut berhasil meredam laju persebaran corona angka kematiannya
tergolong rendah. Di Korea Selatan terdapat 8.413 kasus positif. Sedangkan jumlah kasus
meninggalnya sebanyak 84. Artinya angka kematian di sana adalah 0,99 persen.

Beberapa waktu lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan
virus corona berbahaya bila dilihat dalam angka. Faktanya mortality rate atau angka
kematiannya secara global lebih tinggi dari flu musiman. Flu musiman membunuh 0,1 persen
yang terinfeksi.

Masyarakat dunia mungkin sudah memiliki imunitas menghadapi flu musiman. Virus corona
jenis baru berarti belum ada manusia yang sudah memiliki imunitas menghadapinya. Artinya,
penduduk dunia sangat rentan bila berhadapan dengannya.
Fauci menekankan, flu memiliki angka kematian 0,1 persen. Sedangkan virus corona jenis
baru sudah berkali-kali lipat dari flu.

"Itu alasan saya menekankan, kita harus bisa berada di depan penyakit ini dan mencegahnya,"
kata dia.

Meskipun flu memiliki angka kematian yang rendah, jumlahnya juga tidak main-main. Saat
musim flu di tahun 2018-2019, sebanyak 35 juta orang Amerika mengidapnya dan 24 ribu
orang meninggal akibatnya.

 Angka Kematian Neonatal


Peneliti UI: Kematian Neonatal Indonesia Peringkat 8 Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kematian neonatal atau bayi baru lahir di


Indonesia mencapai 15 per 1.000 kelahiran hidup pada 2017. Jumlah kematian neonatal
tersebut menduduki peringkat kedelapan di dunia.

Peneliti dari Fakultas Ilmu Keperawatan UI Universitas Indonesia (UI) Agus Setiawan
mengungkapkan, angka kematian neonatal di Indonesia relatif stagnan. Karena itu dia
menekankan penting keperawatan berbasis bukti untuk meningkatkan kualitas layanan
kesehatan neonatal.

"Karena profesi perawat di Indonesia memainkan peranan penting terhadap kualitas


kesehatan bayi baru lahir," kata Agus melalui keterangan tertulis, Ahad (16/9).

Selain itu, Angka Kematian Neonatus (AKN) 2012 masih sebesar 19 kematian per 1.000
kelahiran menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012. Berbeda
halnya dengan Indonesia, Jepang sebagai negara maju, malah mulai bergerak menjaga usia
harapan hidup masyarakatnya.

Hal itu dipaparkan oleh Keiji Moriyama dalam sebuah konferensi "The 3rd International
Conference on Global Health" yang diikuti ratusan peneliti, dosen dan mahasiswa bidang
kesehatan dari dalam dan luar negeri di Bali, Sabtu (15/9). Keiji mengungkapkan, pada 2017
proporsi penduduk usia lebih dari 65 tahun di Jepang sudah mencapai 27,7 persen.
 Angka Kematian Pascanenatal
Kematian  bayi  eksogen  atau  kematian  post neo-natal, adalah kematian bayi yang 
terjadi  setelah  usia  satu  bulan  sampai  menjelang  usia  satu  tahun  yang  disebabkan 
oleh  faktor-faktor  yang  bertalian  dengan  pengaruh  lingkungan  luar  (dinyatakan  dengan 
per  seribu  kelahiran hidup).
Angka  Kematian  Post Neo-natal  bersama Angka  Kematian  Anak  serta  Kematian 
Balita dapat berguna untuk mengembangkan  program  imunisasi,  serta  program-program 
pencegahan penyakit  menular  terutama  pada  anak-anak,  program  penerangan  tentang 
gisi  dan  pemberian  makanan  sehat  untuk  anak dibawah usia 5 tahun.
Misalkan  dari  Susenas  2004  hasil  perhitungan  AKB  adalah  adalah  52  per  1000 
kelahiran  dengan  referensi  waktu  Mei  tahun  2002.  Artinya  di  Indonesia pada  tahun 
2002,  diantara  1000 kelahiran  hidup  ada  52  bayi  yang meninggal  setelah  usia  1  bulan 
hingga sebelum usia tepat 1 tahun.  
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/view?kd=3&th=2012

 Angka Kematian Kasar


Ukuran tingkat kematian spesifik yang penting adalah tingkat kematian kasar , yang
melihat kematian dari semua penyebab dalam interval waktu tertentu untuk populasi
tertentu. Pada 2020, misalnya,  memperkirakan bahwa angka kematian kasar secara global
akan menjadi 7,7 kematian per 1.000 orang dalam populasi per tahun.  Dalam bentuk umum, 
189 angka kematian dapat dilihat seperti yang dihitung menggunakan , di mana d mewakili
kematian dari penyebab apa pun yang ditentukan yang terjadi dalam periode waktu
tertentu, p mewakili ukuran populasi di mana kematian terjadi (bagaimanapun populasi ini
didefinisikan atau dibatasi), dan adalah faktor konversi dari pecahan yang dihasilkan ke
satuan lain (misalnya, mengalikan dengan untuk mendapatkan angka kematian per 1.000
individu). 

 Angka Kematian Penyebab Khusus

Angka kematian, atau angka kematian adalah ukuran jumlah kematian (secara umum, atau


karena sebab tertentu) dalam populasi tertentu, diskalakan dengan ukuran populasi tersebut,
per unit waktu . Tingkat kematian biasanya dinyatakan dalam unit kematian per
1.000 orang per tahun; dengan demikian, angka kematian 9,5 (dari 1.000) dalam populasi
1.000 berarti 9,5 kematian per tahun di seluruh populasi itu, atau 0,95% dari total. Ini berbeda
dari " morbiditas ", yang merupakan prevalensi atau insiden suatu penyakit , dan juga
dari angka insiden (jumlah kasus penyakit yang baru muncul per unit waktu). 
 Angka Kelahiran Kasar
Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR) Berdasarkan data hasil SP2010 CBR
Indonesia sebesar 17,9 kelahiran per 1000 penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa pada
setiap 1000 penduduk terdapat sekitar 18 kelahiran bayi. Sementara itu hasil SP71 CBR
Indonesia masih sebesar 21,1 kelahiran per 1000 penduduk. Selanjutnya hasil SP80 CBR
Indonesia naik menjadi 26,9, hal ini mungkin karena belum adanya keluarga berencana
sehingga orang merasa nyaman untuk mempunyai anak lebih banyak. Angka CBR terus
mengalami penurunan hingga mencapai 20,9 tahun 1990 dan menjadi 17,4 pada tahun 2000.
Hasil SP2010 CBR Indonesia sebesar 17,9, hal ini diduga karena jumlah wanita usia
reproduksi tahun 2010 lebih besar dari tahun 2000.

 Angka Kesuburan
Tingkat kesuburan dunia akan turun drastis, dampaknya akan 'sangat
mengkhawatirkan' bagi masyarakat

15 Juli 2020
Dunia masih belum siap menghadapi penurunan tajam angka kelahiran yang
diprediksi periset akan berdampak "sangat mengkhawatirkan" bagi masyarakat.
Menurunnya tingkat kesuburan berarti populasi di hampir setiap negara dapat berkurang pada
akhir abad.
Di antara negara-negara di dunia, populasi 23 negara, termasuk Spanyol dan Jepang,
diprediksi berkurang 50% pada tahun 2100.
Populasi negara juga akan menua secara dramatis, dengan jumlah manula yang berusia 80
tahun akan sebanyak bayi yang baru lahir.

Apa yang terjadi?


Tingkat kesuburan, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan, tengah
mengalami penurunan.
Jika angkanya jatuh di bawah 2,1 maka angka populasi dunia mulai turun.
Pada 1950, seorang perempuan rata-rata melahirkan 4,7 anak sepanjang hidupnya.
Periset di Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan di University of Washington, AS,
menunjukkan bahwa tingkat kesuburan global hampir turun 50% ke 2,4 pada 2017.
Studi mereka, yang dipublikasikan di jurnal ilmiah the Lancet, memperkirakan angka itu akan
turun di bawah 1,7 pada 2100.
Kenapa tingkat kesuburan turun tajam?
Tingkat kesuburan mengalami penurunan bukan karena berkurangnya jumlah sperma atau
hal-hal lain yang biasa disinggung jika membahas fertilitas.
Namun, ini karena lebih banyak perempuan yang teredukasi dan bekerja, ditambah dengan
meluasnya akses ke kontrasepsi, sehingga perempuan bisa memilih untuk memiliki anak
dalam jumlah yang lebih sedikit.

Anda mungkin juga menyukai