Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Apendisitis akut adalah peradangan akut apendiks vermiformis, yang merupakan sebuah
organ yang menyerupai tabung kecil berukuran 3,5 inchi dan menempel pada usus besar.
Fungsi dari apendiks belum diketahui secara pasti. Banyak pendapat menyebutkan bahwa
apendiks ikut berperan dalam sistem imunitas.

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

2. ETIOLOGI

Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderita apendiksitis


dikarenakan apendik mengalami peradangan. Apendiks yang meradang dapat
menyebabkan infeksi dan perforasi apabila tidak dilakukan tindakan
pembedahan. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan
lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus.
Disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing
askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan.

3. ANATOMI FISIOLOGI

Apendiks adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada secum atau
bagian awal dari colon. Berbentuk seperti cacing dan secara anatomi apendiks sering disebut
juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing. Apendiks terletak dibagian kanan
bawah dari abdomen tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli.
Muara apendiks berada di sebelah postero-medial secum.

Fungsi apendiks pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam apendiks menghasilkan lendir. Lendir
tersebut secara normal dialirkan ke seluruh apendiks dan secum. Hambatan aliran lendir di
muara apendiks berperan pada pathogenesis apendisitis. Lendir itu secara normal dialirkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke secum. Immunoglobulin sekretor yang
dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk apendiks yakni IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi, tapi pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem
immunoglobulin tubuh karena jaringan limfoid pada apendiks sangatlah kecil jika
dibandingkan jaringan limfoid lain di seluruh tubuh.

4.PATOFISIOLOGI

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks


oleh hiperplasia folokel limfoid, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan
nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut.

Pathway

Hyperplasia Striktutur Neoplasma


Fekalit Benda asing
folikel limfoid karena fibrosis (tumor)
akibat
peradangan
sebelumnya
Sumbatan

Mukus mukosa terbendung

Apendiks terenggang

Peningkatan tekanan intralumen

Aliran darah terganggu


Edema, ulserasi mukosa, invasi bakteri
pada dinding apendiks

Apendisitis
Mengeluh nyeri Nyeri viseral Operasi/ pembedahan
epigastrum,
tampak meringis, Luka insisi
Daerah
bersikap protektif
epigastrum
disekitar
Nyeri Akut umbilikus

Mual, muntah

Risiko
Hipovolemia
5. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual muntah, dan
pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri
akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Pintu masuk
Burney. Di titik ini nyeri
kuman
terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik
setempat, Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan
Risiko Infeksi
obat pencahar. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya radang apendiks
diantaranya:
1. Faktor sumbatan

Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis


(90%) yang diikuti oleh infeksi.

2. Faktor bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada


apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks yang telah
terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi
peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur yang
banyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan
E.coli, Splanchius, Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes
splanicus.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendisitis
1) Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
mulamula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Operasi appendektomi untuk kondisi abses apendiks
dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini) maupun tertunda
(appendektomi interval).
2) Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga
bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12
jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 2 jam.
3) Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Penderita peritonitis akan disarankan
untuk menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa penanganan bagi
penderita peritonitis adalah :
a.) Pemberian obat-obatan
Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau obat antijamur
bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk
mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh.
b.) Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan
yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ
dalam.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Sebelum operasi

a. Observasi

Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu


diobservasi ketat karena tanda dan gejala apendisitis belum
jelas. Pasien diminta tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis. Diagnosis
ditegakkan dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah
setelah timbulnya keluhan.

b. Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi
memerlukan antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi
tidak memerlukan antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
preforasi.

2) Operasi
Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu
apendiktomi. Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan
resiko perforasi.
3) Setelah operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, hipertermia, syok atau gangguan
pernafasan. Baringkan klien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan
baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu klien
dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Indetitas klien
Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,
agama, perkerjaan, pendidikan, alamat , penanggung jawaban juga
terdiri dari nama, umur penanggung jawab , hub. keluarga, dan
perkerjaan.
2) Alasan masuk
Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit
perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB
yang sedikit atau tidak samasekali, kadang – kadang mengalami diare
dan juga konstipasi.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
4) Pemeriksaan Fisik
Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5 M:6.
Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh klien
merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya tinggi, nadi
takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien merasakan nyeri.
a. Kepala
Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau
penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang
mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak
bisa tidur menahan sakit.

b. Leher
Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah
pada klien yang menderita apedisitis.
c. Thorak
Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah
atau gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya
biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi
bunyinya vesikuler.
d. Abdomen
Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region
kanan bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan
inspeksi. Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Pada
saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan didapatkan
peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi terbatas pada
region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.

c. Pola nutrisi

Pada pola nutrisi kaji pasien mengenai :


 Pola makan
 Pola minum

d. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai :
 Buang air besar
 Buang air kecil

e. Aktivitas dan latihan

Pada pola aktivitas dan latihan kaji pasien mengenai :


 Kemampuan perawatan diri
 Kebersihan diri
 Aktivitas sehari-hari
 Olahraga

f. Tidur dan Istirahat

 Pola tidur
 Frekuensi tidur

g. Sensori, persepsi, kognitif

Kaji pasien mengenai :


 Bagaimanakah cara pembawaan pasien saat bicara?
Apakah normal, gugup atau bicara tidak jelas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi.
2) Risiko hipovolemia dibuktikan dengan faktor risiko kehilangan cairan
secara aktif.
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot
menurun, rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku,
gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
3. RENCANA KEPERAWATAN

NO DOAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL

1 LABEL SDKI Luaran Utama Intervensi Utama


(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan (I.08238)
dengan agen pencedera keperawatan 3 x 8 jam Observasi
fisiologi. diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Kemampuan
 Identifikasi skala
menuntaskan aktivtas
nyeri
meningkat
 Identifikasi respon
 Keluhan nyeri
nyeri non verbal
menurun
Terapeutik
 Ketegangan otot
 Berikan teknik non
menurun
farmakologis untuk
 Muntah menurun
mengurangi rasa
 Mual menurun
nyeri.
 Frekuensi nadi
 Kontrol lingkungn
membaik
yang memperberat
 Pola napas membaik
rasa nyeri.
 Tekanan darah
Edukasi
membaik
 Ajarkan teknik non
 Nafsu makan
farmakaologis untuk
membaik
mengurangi rasa
 Pola tidur membaik
nyeri
Kolaborasi
Memberikan analgetik jika
perlu
2 LABEL SDKI (D.0034) Luaran Utama Intervensi Utama
Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
Risiko hipovolemia
Setelah dilakukan tindakan (I.03116)
berhubungan dengan
keperawatan 3×8 jam Observasi
faktor risiko kehilangan
diharapkan Status Cairan  Identifikasi
cairan secara aktif.
membaik dengan kriteria penyebab
hasil: hypervolemia
 Frekuensi nadi Terapeutik
membaik  Tinggikan kepala
 Tekanna darah tempat tidur 30-40○
membaik Edukasi:
 Tekanan nadi  Ajarkan cara
membaik membatasi cairan
 Intake cairan Kolaborasi:
membaik  Kolaborasi
 Suhu tubuh membaik pemberian diuretic

5 LABEL SDKI (D.0054) Luaran Utama Intervensi Utama


Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi
Gangguan mobilitas fisik
Setelah diberikan asuhan (I.16171)
berhubungan dengan
keperawatan selama … x … Observasi
nyeri dibuktikan dengan
jam, diharapkan mobilitas  Identifikasi adanya
mengeluh sulit
menggerakkan fisik meningkat dengan nyeri atau keluhan
ekstremitas, kekuatan kriteria hasil: fisik lainnya
otot menurun, rentang  Pergerakan  Identifikasi toleransi
gerak (ROM) menurun, ekstremitas fisik melakukan
nyeri saat bergerak, meningkat ambulasi
enggan melakukan  Kekuatan otot  Monitor kondisi
pergerakan, merasa meningkat umum selama
cemas saat bergerak,  Rentang gerak melakukan ambulasi
sendi kaku, gerakan tidak (ROM) meningkat Terapeutik
terkoordinasi, gerakan  Nyeri menurun  Libatkan keluarga
terbatas, fisik lemah.  Kecemasan menurun untuk membantu

 Gerakan tidak pasien dalam

terkoordinasi meningkatkan

menurun ambulasi

 Gerakan terbatas Edukasi


menurun Ajarkan ambulasi sederhana

 Kelemahan fisik yang harus dilakukan (mis,


menurun berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi).

4. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana


perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi
disusun menggunakan SOAP dimana :
S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O:Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang
objektif.
A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

DATAR PUSTAKA
Fransisca, Cathleya, dkk. (2019). KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN GAMBARAN
HISTOPATOLOGI APENDISITIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN
2015 - 2017. JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7 JULI 2019.
Diakses pada 3 Maret 2021, dari ojs.unud.ac.id:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/cite/51783/ApaCitationPlugin

Hidayat, Erwin. (2020). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN APPENDICITIS YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT.
Diakses pada 3 Maret 2021, dari repository.poltekkes-kaltim.ac.id:
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI%20ERWIN
%20HIDAYAT.pdf

Oktaviani, Srirahayu. (2018). KARYA TULIS ILMIAH LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.R DENGAN POST OPERASI
LAPARATOMI ATAS INDIKASI APENDISITIS DIRUANGAN RAWAT INAP
BENDAH LANTAI 2 AMBUN SURI RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR
BUKITINGGI. Diakses pada 3 Maret 2021, dari repo.stikesperintis.ac.id:
http://repo.stikesperintis.ac.id/148/1/26%20SRI%20RAHAYU
%20OKTAVIANI.pdf

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai