Disusun Oleh:
2020
1. Konsep penyakit appendiks
a. Definisi
Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum) Apendik (umbai cacing) merupakan
perluasan sektum yang rata-rata panjangnya adalah 5 cm - 10 cm. Ujung apendiks dapat
terletak diberbagai lokasi, terutama di belakang sektum arteri apendiks mengalirkan
darah ke apendiks dan merupakan cabnag dari arteri ileokolika ( Arif & Kumala, 2013).
Pathway
Factor risiko penyebab obstruksi
Adanya fecalith (batu feses)
Adanya benda asing
Hyperplasia jaringan limfoid
Kuman dari colon
Bendungan mucus
Merangsang
nervus X
Gangguan perfusi
ke pusat nyeri korteks
otak (di SSP)
Hipersekresi gaster
Nekrosis pada
jaringan appendiks
Diproses di pusat
nyeri di talamus
Mual muntah
Apendiks perforasi
Impuls dikembalikan ke
perifer dalam bentuk
persepsi nyeri
Kekurangan Tindakan bedah /
volume cairan operasi
Nyeri akut
Infeksi oleh bakteri
Risiko infeksi
pada luka operasi
f. Komplikasi
KomplikasiKomplikasi yang terjad ipada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare
(2009) yaitu :
1. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan letak
usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan 11suhu 39,50C
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis meningkat akibat
perforasi dan pembentukan abses.
2. Peritonitis
Peritonitis yaitu infeks ipada sistem vena porta ditandai dengan panas tinggi 39 C
– 4 0 C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang jarang
3. Radang atau inflamasi
Menjadi kronis dan dapat menyebabkan obstruksi pada leher apendiks, sehingga
akan menyebabkan retensi mukus dan kemudian menimbulkan mukokel.
4. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila
Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
g. Diagnosa pembanding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, seperti:
1. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan
leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
2. Demam Dengue Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini
didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit
meningkat.
3. Kelainan ovulasi Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan
nyeri perutkanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi
4. Infeksi panggul Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut.
Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah
perut lebih difus.
5. Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu.
Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan,
akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok
hipovolemik.
6. Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam
rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.•
Endometriosis ovarium eksterna Endometrium di luar rahim akan memberikan
keluhan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di
tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
7. Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
8. Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti
divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,
pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam
tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks (Riwanto et al., 2010
h. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah
serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang
akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui
proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan
dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan
ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung
dilakukan pengangkatan appendix.
4. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
5. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
6. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan
Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk
kemungkinan karsinoma colon.
7. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.
i. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik Contoh antibiotik yang dapat menjadi pilihan adalah
cefotaxime, levofloxacin, metronidazole, gentamisin.
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi
luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.
b. Adapun Penatalaksanaan pre,op dan pasca operasi apendiks yaitu :
1. Sebelum operasi
a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
b. Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
c. Rehidrasi
d. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.
e. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi
tercapai.
f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
a. Apendiktomi.
b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa
hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
a. Observasi TTV.
b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama
pasien dipuasakan.
e. Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
f. Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan
makanan lunak.
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2×30 menit.
h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai
dengan :
a. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat
tanda-tanda peritonitis
c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran
ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih
tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi .
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan:
a. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi.
b. Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
c. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan
istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan
lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu
sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi
abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah (local: pada
abdomen.
3) Pola Eliminasi
Penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri karena tidak biasa
ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak bisa
4) Pola aktifitas-latihan
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri,
nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
composmentis.
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi
atau infark pada apendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas
posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri
8) Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan
Kalau stres mengalihkan di hal lain atau murung sendiri, menutup diri
Pre operasi
Post operasi
2. Resiko infeksi (00004). Faktor resiko: pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (tindakan invasif)
No dx TUJUAN/KRITERIA
INTERVENSI (NIC) RASIONAL
(NANDA) EVALUASI (NOC)
1. Nyeri Memperlihatkan pengendalian 1. pengkajian: kaji skala nyeri (0- 1. Untuk mengetahui sejauh
akut nyeri, yang dibuktikan oleh 10), kaji lokasi, kualitas, waktu, mana tingkat nyeri dan
(00132) indicator sebagai berikut: dan penyebab nyeri. merupakan indiaktor secara
berhubu - Mengenali awitan nyeri 2. Pemberian analgesic: dini untuk dapat memberikan
ngan - Menggunakan tindakan menggunakan agen-agens tindakan selanjutnya
dengan pencegahan farmakologi untuk mengurangi/ 2. Menghilangkan nyeri,
agen - Melaporkan nyeri dapat menghilangkan nyeri sehingga mempermudah
cedera dikendalikan 3. Manajemen nyeri: meringankan kerja sama saat intervensi
biologis Menunjukkan tingkat nyeri atau mengurangi nyeri sampai terapi
yang dibuktikan oleh indicator pada tingkat kenyamanan yang 3. Fokus perhatian kembali,
akut nyeri, yang dibuktikan oleh 10), kaji lokasi, kualitas, waktu, mana tingkat nyeri dan
(00132) indicator sebagai berikut: dan penyebab nyeri. merupakan indiaktor secara
berhubun (sebutkan 1-5: tidak pernah, 2. Pemberian analgesic: dini untuk dapat memberikan
cedera - Menggunakan tindakan 3. Manajemen nyeri: meringankan sama saat intervensi terapi
- Melaporkan nyeri dapat pada tingkat kenyamanan yang meningkatkan relaksasi dan
yang dibuktikan oleh indicator 4. Manajemen nyeri: Ajarkan 4. napas dalam dapat menghirup
sebagai berikut (sebutkan 1-5: tehnik untuk pernafasan O2 secara adequate sehingga
sangat berat, berat, sedang, diafragmatik lambat / napas otot-otot menjadi relaksasi
- gelisah
2. Resiko Factor resiko infeksi akan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi 1. Mengumpulkan data dan
infeksi hilang, dibuktikan oleh (mis. Suhu tubuh, denyut memperhatikan infeksi,
(00004). pengendalian resiko komunitas: jantung, drainase, penampilan sehinggan dapat ditentukan
penyakit menular, status imun; luka, sekresi, penampilan urine, tindakan selanjutnya.
keparahan infeksi, dan suhu kulit, lesi kulit, keletihan, 2. mencegah meluas dan
penyembuhan luka: primer dan dan malaise) membatasi penyebaran
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.