BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Anatomi Fisiologi
5
6
3. Etiologi
4. Manisfetasi Klinis
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi
7. Pathway
Apendiks
MK: ketidakseimbangan
pemenuhan nutrisi
(Nanda, 2015)
12
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik.
1) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengembang (distensi)
2) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg
sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3) Tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk/tungkai diangkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di peut semakin parah (psoas sign).
4) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah
bila pemeri ksaan dubur dan atau alat kelamin menimbulkan rasa
nyeri.
5) Suhu dubur (Rectall) yang lebih tinggi daripada suhu ketiak
(Axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
6) Pada apendiks terletak pada retro sekal maka ujia psosa akan
positif dan tnda prangsangan peritoneum tidak begitu jelas,
sedangkan apabila apendiks terletak di rongga pelvis maka
obturator sign akan postif dan tanda perangsang peritoneum akan
lebih menonjol, (Nanda, 2015)
b. Laboratorium
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test
protein rektif (CRP). Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga
sekitar 10.000-18.000/mm3. Jika terjdi peningkatan yang lebih dari
itu, maka kemungkinan appendiks sudah mengalami peforasi (pecah).
c. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning (CT-Scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan
bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang
menyilang dengan fekalith dan perluasan dari apendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
13
9. Penatalaksanaan Medik
10. Komplikasi
d. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test
protein rektif (CRP).
2) Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pada pemeriksaan
USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada apendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sektum.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
TABEL 2.1
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriterial hasil Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC:
Defenisi: Pengalaman sensori dan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
emosional tidak menyenangkan yang Defenisi : tindakan pribadi untuk Defenisi : Pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat
muncul akibat kerusakan aktual atau mengontrol nyeri. kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
potensial atau yang digambarkan Indikator: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara kompherensif yang meliputi
sebagai kerusakan yang tiba-tiba dari 1. Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
intensitas nyeri ringan hingga berat terjadi. atau beratnya nyeri dan factor pencetus.
dengan akhir yang dapat diantisipasi 2. Menggambarkan faktor 2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
atau diprediksi dan berlangsung <6 penyebab. ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
bulan. 3. Menggunakan tindakan berkomunikasi secara efektif.
pengurangan nyeri non 3. Berikan analgesik sesuai anjuran.
Batasan Karakteristik: analgesik. 4. Gunakan komunikasi teraupetik agar pasien dapat
1. Bukti nyeri dengan menggunakan 4. Menggunakan analgesik mengekspresikan nyeri.
standar daftar periksa nyeri untuk 5. Melaporkan perubahan 5. Kaji pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
pasien yang tidak dapat terhadap gejala nyeri pada tim 6. Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup:
mengungkapkannya. kesehatan (dokter, perawat). pola tidur, nafsu makan, aktifitas mood, hubungan pekerjaan,
2. Diaphoresis. 6. Mengenali apa yang terkait tanggung jawab peran.
3. Dilatasi pupil. dengan gejala nyeri. 7. Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan
4. Ekspresi wajah nyeri (mis, mata 7. Melaporkan nyeri yang riwayat nyeri kronis.
kurang bercahaya, tampak kacau, terkontrol. 8. Evaluasi tentang ketidakefektifan dari tindakan mengontrol
gerakan mata berpencar atau tetap nyeri yang telah digunakan.
pada satu focus, meringis). Tingkat nyeri 9. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama
5. Keluhan tentang intensitas nyeri Defenisi: keparahan dari nyeri terjadi, dan tindakan pencegahan.
(mis, skla Wong-Baker FACES, yang diamati atau dilaporkan. 10. Control factor-faktor yang dapat mempengaruhi respon klien
skala analog visual, skala penilaian Indikator: terhadap ketidaknyamanan.
numerik). 1. Nyeri yang dilaporkan. 11. Anjurkan klien untuk memonitor nyeri secara mandiri.
6. Laporan tentang perilaku nyeri/ 2. Panjangnya episode nyeri. 12. Anjurkan penggunaan tehnik farmakologi.
20
perubahan aktivitas (mis, ang-gota 3. Ekspresi nyeri wajah. 13. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
keluarga, pemberi asuhan). 4. Tidak bisa beristirahat. digunkan.
7. Mengekspresikan prilaku (mis, 5. Kehilangan nafsu makan 14. Tingkatkan tidur/ istirahat yang cukup.
gelisah, merengek, menangis, 6. Perubahan frekunesi nafas. 15. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya. Anggota keluarga
waspada) 7. Perubahan Heart rate. saat tindakan non farmakologi dilakukan, untuk pendekatan
8. Prilaku distraksi. 8. Perubahan tekanan darah preventif.
9. Perubahan pada parmeter fisiologis 16. Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri.
(mis, tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernafasan, satua Pemberian Analgetik
rasi oksigen, dan end tidal karbon Defenisi : pengunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau
dioksida) menghilangkan nyeri.
10. Perubahan posisi untukmenghindari Intervensi :
nyeri 1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan
11. Sikap melindungi area nyeri. sebelum pengobatan.
12. Sikap tubuh melindungi. 2. Cek riwayat alergi obat.
3. Libatkan klien dalam pemilihan analgetik yang akan digunakan.
Faktor yang berhubungan: 4. Pilih analgetik secara tepat/ kombinasi lebih dari satu analgetik
1. Agen cidera biologis (mis, infeksi, jika telah diresepkan.
iskemia, neoplasma). 5. Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesudah pemberian
2. Agens cedera fisik (mis, abses, analgetik.
amputasi, luka bakar, terpotong, 6. Monitor reaksi obat dan efek samping obat.
mengangkat berat, prosedur bedah, 7. Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek-efek yang tidak
trauma, olahraga berlebihan). diinginkan.
3. Agen cidera kimiawi (mis, luka 8. Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analhetik
bakar, kapsaisin, metilen klorida, (konstipasi/ iritasi lambung)
agens mustard).
Manajemen lingkungan: kenyamanan
Defenisi : memanipulasi lingkungan untuk kepentingan teraupetik.
Intervensi:
1. Batasi pengunjung.
2. Tentukan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
4. Tentukan temperature ruangan yang paling nyaman.
5. Sediakan lingkungan yang tenang.
21
2. Tekanan darah, nadi, suhu adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
Batasan Karakteristik : tubuh dalam batas normal 4. Monitor vital sign
1. Kelemahan 3. Tidak ada tanda tanda 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
2. Haus dehidrasi, Elastisitas turgor harian.
3. Penurunan turgor kulit/lidah kulit baik, membran mukosa 6. Lakukan terapi IV
4. Membran mukosa kering. lembab, tidak ada rasa haus 7. Monitor status nutrisi
5. Peningkatan denyut nadi, penurunan yang berlebihan 8. Berikan cairan
tekanan darah, penurunan 9. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
volume/tekanan nadi. 10. Dorong masukan oral
6. Pengisian vena menurun 11. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
7. Perubahan status mental 12. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
8. Konsentrasi urine meningkat 13. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )
9. Temperatur tubuh meningkat 14. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk.
10. Hematokrit meningkat. 15. Atur kemungkinan tranfusi
11. Kehilangan berat badan seketika 16. Persiapan untuk tranfusi
(kecuali pada third spacing)
4. Implemtasi Keperawatan
2. Fisiologi Nyeri
3. Klasifikasi Nyeri
a. Arti Nyeri
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hamper sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,latar belakang
social budaya, lingkungan, dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungdi evaluasi kognitif). Persepsi
ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
c. Toleransi nyeri
Tolenransi ini erat hubungannya dengan itensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor
yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alcohol,obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainnya. Sedangkan
factor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa
marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan
lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan
menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti arti nyeri, ingkat persepsi
30
5. Intensitas nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
terkontrol
Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
31
(Andarmoyo, S. 2013).
2) Skala Intensitas Nyeri Numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata.
Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo,2013)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri
Nyeri sangat hebat
6. Pengkajian Nyeri