Anda di halaman 1dari 18

Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4)

Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017


ISBN: 978-602-70570-5-0
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017

Studi Analisa Kinerja Trafo Pemakaian Sendiri


PT. PLN (Persero) Sektor Bukittinggi PLTA Batang Agam
dengan Menggunakan ESA

Antonov*, Mirtha Isnay Samindha


Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Padang
JL. Gajah Mada Kandis Nanggalo, Padang, Indonesia
*Correspondence should be addressed to antonov_bp.ac.id

Abstrak
Transformator distribusi pada PLTA Batang Agam merupakan suatu peralatan yang penting dalam operasional
pembangkitan karena berfungsi untuk mentransformasikan energi listrik yaitu menurunkan tegangan dari 20 kV
ke 400 V. Berdasarkan hasil pengukuran terakhir menggunakan ESA sebanyak 6 kali yang dilakukan pada trafo
dengan daya 125 kVA presentase pembebanan tertinggi sebesar 14,122% dan nilai prosentase arus netral
tertinggi untuk 6 kali pengukuran yaitu 40,792%. Pembebanan yang tinggi mempengaruhi pada kualitas dan life
time trafo. Begitu pula besarnya ketidakseimbangan beban juga berpengaruh terhadap besarnya arus netral yang
mengalir pada penghantar netral dan tanah trafo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja trafo
berdasarkan pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus netral, harmonisa, efisiensi dan life time pada serta
memberikan usulan langkah perbaikan agar kinerja trafo baik.

Kata kunci: transformator distribusi, pembebanan, ketidakseimbangan beban, arusnetral, harmonisa, efisiensi,
life time

1. Pendahuluan losses akibat arus netral yang mengalir ke


PLTA Batang Agam merupakan salah tanah. Dengan semakin besar arus netral dan
satu pembangkit yang mensuplai energi ke losses di trafo maka efisiensi trafo menjadi
sistem tenaga listrik di Sumatera Barat. turun. Kecilnya efisiensi pada trafo
Dengan memanfaatkan aliran dari Sungai berpengaruh terhadap kualitas dan penurunan
Agam, pembangkit ini membangkitkan daya keandalan sistem penyaluran energi listrik
sebesar 3 x 3,5 MW. Trafo utama pada serta menyebabkan kerusakan dan lifetime alat
pembangkit ini mentransformasikan tegangan yang bersangkutan.
dari keluaran generator sebesar 6,3 kV menjadi Maka melalui Penelitian ini perlu
20 kV kemudian masuk ke sistem interkoneksi. dilakukan analisa kinerja trafo yang salah
PLTA Batang Agam dilengkapi dengan satunya analisa efisiensi, agar efisiensi
Trafo Pemakaian Sendiri untuk meningkat sehingga memperkecil losses pada
mentransformasikan tegangan 20 KV ke 380 trafo serta menjaga lifetime trafo.
Volt dengan kapasitas trafo sebesar 125 kVA Bagaimana perhitungan mengenai
yang digunakan sebagai sumber energi pada pembebanan, ketidakseimbangan beban, arus
peralatan listrik di pembangkit seperti lampu netral trafo, harmonisa, efisiensi trafo serta life
penerangan, motor pompa, compressor, time pada trafo pemakaian sendiri di PLTA
komputer, dan lain-lain. Batang Agam PT. PLN (Persero) Sektor
Pembebanan yang tinggi mempengaruhi Pembangkitan Bukittinggi?
pada kualitas dan lifetime trafo. Begitu pula Bagaimana analisa hasil perhitungan
besarnya ketidakseimbangan beban juga terhadap standar yang ada yaitu SPLN D3.002-
berpengaruh terhadap besarnya arus netral 1:2007 tentang spesifikasi transformator, IEEE
yang mengalir pada penghantar trafo dan No. 519 tentang harmonisa, SPLN 17: 1979,
tanah. Semakin besar arus netral yang mengalir dan IEC 60354 tentang pembebanan
pada penghantar netral trafo menyebabkan transformator?
semakin besar losses pada penghantar netral Agar pembahasan menjadi lebih jelas dan
trafo. Demikian pula semakin besar arus netral terarah maka diberikan batasan permasalahan,
yang mengalir ke tanah, maka semakin besar yaitu:

© 2017 ITP Press. All rights reserved. DOI 10.21063/PIMIMD4.2017.250-267


Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 251

1. Analisa hanya dilakukan pada trafo Yaitu rugi yang disebabkan arus pusar
pemakaian sendiri PLTA Batang Agam pada besi inti.
2
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Pe = Ke ƒ2𝐵𝑚𝑎𝑥 watt
Bukittinggi Dimana:
2. Analisa kondisi trafo yang dilakukan Ke = Konstanta
meliputi pembebanan, ketidakseimbangan Bmax = fluks maksimum
beban, arus netral pada trafo, efisiensi Jadi, rugi besi (rugi inti) yaitu:
pada trafo, THD tegangan dan arus serta Pi = Ph + Pe
life time trafo. 3.Vektor Grup
3. Analisa yang dilakukan tidak meliputi Hubungan trafo dibagi menjadi beberapa
analisa kondisi fisik trafo. jenis, sesuai dengan besarnya pergeseran phasa,
yang dikenal sebagai bilangan jam. Adapun
Tujuan yang akan dicapai dalam pembagian grup/kelompoknya adalah
penyusunan penelitian ini adalah : berdasarkan penunjukan jarum jam dari
1. Dapat melakukan perhitungan mengenai vektornya, contoh pegelompokannya dapat
pembebanan, ketidakseimbangan beban, dilihat pada gambar berikut:
arus netral trafo, harmonisa, efisiensi trafo
serta life time pada trafo pemakaian
sendiri di PLTA Batang Agam PT. PLN
(Persero) Sektor Pembangkitan
Bukittinggi
2. Dapat melakukan analisa hasil
perhitungan terhadap standar yang ada
yaitu SPLN D3.002-1:2007 tentang
spesifikasi transformator, IEEE No. 519 Gambar 2.1 Bilangan Jam
tentang harmonisa, SPLN 17: 1979, dan
IEC 60354 tentang pembebanan 4.Arus Beban Penuh Trafo [5]
transformator Daya transformator bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
2. Tinjauan Pustaka. S = √3 . V . I
Transformator Dimana:
Transformator adalah peralatan pada S = Daya Transformator (kVA)
sistem tenaga listrik yang berfungsi untuk V = Tegangan Sisi Primer Transformator
mentransformasikan energi listrik. Sedangkan (kV)
prinsip kerjanya melalui kopling magnet atau I = Arus Jala-jala (A)
induksi magnet. Sehingga untuk menghitung arus beban
penuh (full load) dapat menggunakan rumus:
Rugi-rugi Trafo [4] 𝑆
1. Rugi Tembaga ( Pcu ) IFL = . 𝑉
√3
Rugi yang disebabkan arus mengalir pada Dimana:
kawat tembaga. IFL = Arus Beban Penuh (A)
Pcu = I2.R S = Daya Transformator (kVA)
Karena arus beban berubah-ubah, rugi V = Tegangan Sisi Sekunder
tembaga juga tidak konstan, tergantung dengan Transformator (kV)
beban. 5.Arus Hubung Singkat
2. Rugi Besi (Pi) Untuk menghitung arus hubung singkat
Rugi besi terdiri atas : pada transformer digunakan rumus:
𝑆 . 100
1) Rugi Histerisis ISC= % 𝑍√3 . 𝑉
Yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak-
Dimana:
balik pada inti besi. ISC
1.6
Ph = Kh ƒ 𝐵𝑚𝑎𝑥 watt S
Dimana: V
Kh = Konstanta %Z= Persen Impedansi Transformator
Bmax = fluks maksimum 6.Pembebanan Trafo
2) Rugi “arus eddy” Menurut SPLN 17:1979 tentang Pedoman
Pembebanan Transformator Terendam Minyak
252 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

yang berbunyi “Berdasarkan Publikasi IEC 76 Dari gambar di atas menunjukan vektor
(Bagian 1: Umum, ayat 2.1), transformator diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini
dirancang dengan syarat pelayanan antara lain terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor
bahwa untuk transformator pendinginan-udara arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol.
maka suhu udara tidak boleh melampaui: Sehingga tidak muncul arus netral.
 30oC (Rata-rata harian) Sedangkan yang dimaksud dengan
 20oC (Rata-rata tahunan) keadaan tidak seimbang adalah keadaan
Menurut IEC 60354 yang berjudul dimana salah satu atau kedua syarat keadaan
“Loading guide for oil-immersed power setimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan
transformers”, terdapat tabel pembebanan trafo keadaan tidak seimbang ada tiga yaitu:
yang berhubungan dengan suhu lingkungan  Ketiga vektor sama besar tetapi tidak
trafo. membentuk sudut 120o satu sama lain
 Ketiga vektor tidak sama besar tetapi
Tabel 2.1Pembebanan Trafo Menurut IEC memebentuk sudut 120o satu sama lain
60354  Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
(Sumber: IEC 60354) membentuk sudut 120o satu sama lain.

Gambar 2.3 Vektor Diagram Arus Keadaan


Sehingga menurut peraturan SPLN Tidak Seimbang
17:1979, sebaiknya trafo tidak dibebani
sebesar 100%. Sedangkan menurut IEC 60354, 8.Arus Netral
menyesuaikan suhu normal di Indonesia Arus netral dalam sistem distribusi tenaga
sebesar 30oC maka pembebanan trafo listrik dikenal sebagai arus yang mengalir pada
distribusi pendinginan ONAN adalah sebesar kawat netral di sistem distribusi tegangan
90%. Sehingga diambil batas pembeban trafo rendah tiga fasa empat kawat. Arus netral ini
adalah sebesar 90%. muncul jika[5] :
Dengan demikian untuk menghitung a. Kondisi beban tidak seimbang
persentase pembebanannya adalah sebagai b. Karena adanya arus harmonisa akibat
berikut[5]: beban non-linear.
𝐼𝑝ℎ Arus yang mengalir pada kawat netral
%𝑏 = 100
𝐼𝐹𝐿 yang merupakan arus bolak-balik untuk sistem
Dimana: distribusi tiga fasa empat kawat adalah
% b = Persentase Pembebanan (%) penjumlahan vektor dari ketiga arus fasa dalam
Iph = Arus Fasa (A) komponen simetris.
IFL = Arus Beban Penuh (A) Besar arus netral dapat dihitung dengan
7.Ketidakseimbangan Beban [5] menggunakan persamaan di bawah.
Yang dimaksud dengan keadaan Iriel = Ifasa x cos θ
seimbang adalah suatu keadaan dimana: Imaj = Ifasa x sin θ
- Ketiga vektor arus / tegangan adalah sama
2 2
besar Inetral = √𝑖𝑟𝑖𝑒𝑙 + 𝑖𝑚𝑎𝑗
- Ketiga vektor saling membentuk sudut 9.Efisiensi Trafo
120o satu sama lain, seperti yang terlihat Efisiensi transformator adalah
pada Gambar 2.2 di bawah ini: perbandingan antara daya output dengan daya
input. Secara matematis ditulis[7]:
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝜂) = 𝑥 100
𝑃𝑖𝑛
Jika trafo kemudian dibebani terus maka
losess akan mempunyai karakteristik effisiensi
Gambar 2.2 Vektor Diagram Trafo Seimbang penyaluran daya vs pembebanan trafo seperti
berikut:
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 253

rata-rata dan beban puncak dapat dinyatakan


dalam kilowatt, kilovolt-amper, amper dan
sebagainya, tetapi satuan dari keduanya harus
sama. Faktor beban dapat dihitung untuk
periode tertentu biasanya dipakaiharian,
bulanan atau tahunan.
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 (𝑓𝑏)
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
Gambar 2.4 Karakteristik Efisiensi – =
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
Pembebanan Trafo 12.ESA (Electrical Signature Analyzer)
ESA (Electrical Signature Analyzer)
10.Harmonisa merupakan sebuah sistem untuk menganalisa
Harmonik adalah gejala pembentukan melalui trending dinamis pada sebuah sistem
gelombang sinusoidal dengan frekuensi yang listrik. Alat ini juga memberlakukan motor
merupakan perkalian bilangan bulat dengan listrik sebagai tranduser untuk mengevaluasi
frekuensi dasarnya. Bila terjadi superposisi kondisi dari aspek listrik dan mekanik serta
antara gelombang frekuensi dasar dengan menggunakan analisa grafik FFT (Fast Fourier
gelombang frekuensi harmonik maka Transform) untuk analisa vibrasi,
terbentuklah Hz gelombang yang terdistorsi tegangan/arus terdemodulasi, dll. Pada
sehingga bentuk gelombang tidak lagi pembahasan kali ini, kami menggunakan alat
sinusoidal. ESA (Electrical Signature Analyzer) ALL-
Ada dua kriteria yang digunakan untuk TEST PROC OL II ini untuk membantu
mengevaluasi distorsi harmonik (Standar melakukan analisa kondisi Trafo Pemakaian
harmonisa berdasarkan IEEE 519), yaitu Sendiri PLTA Batang Agam.
batasan untuk harmonisa arus dan batas
harmonisa tegangan. Untuk standar harmonisa
arus ditentukan oleh rasio Isc/IL. Isc adalah arus
hubung singkat yang ada pada PCC, sedangkan
IL adalah arus beban fundamental. Sedangkan
untuk standar harmonisa tegangan ditentukan
oleh tegangan sistem yang dipakai.
Tabel 2.2 Standar THD Tegangan
(Sumber: IEEE Std 519-1992, hal 85) Gambar 2.5 ESA (Electrical Signature
Analyzer) ALL-TEST PROC OL II

3. Metodologi

Tabel 2.3 Standar THD Arus Waktu dan Tempat


(Sumber: IEEE Std 519-1992, hal 79) Waktu penelitian : September 2016 -
Februari 2017
Tempat penelitian :
1. PT. PLN (Persero) PLTA Batang Agam
2. PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Bukittiggi

Diagram Alir Pengerjaan Penelitian


Penulis melakukan analisa kinerja trafo
pemakaian sendiri pada PLTA Batang Agam
dengan menggunakan hasil pengukuran alat
ESA (Electrical Signature Analyzer) bersama
tim PdM dari bagian Enjiniring di Kantor
Sektor Bukittinggi yang merupakan technology
11.Faktor Beban (Load Factor) owner dari alat tersebut. Data pengukuran yang
Faktor beban adalah perbandingan antara telah dilakukan saat ini sebanyak 6 kali
beban rata-rata terhadapbeban puncak yang pengukuran. Kemudian hasil pengukuran
diukur dalam suatu periode tertentu. Beban tersebut dimasukkan ke dalam rumus yang
254 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

telah penulis cantumkan pada bab sebelumnya. Tabel 4.1 Data Pengukuran ESA ke- 1
Setelah didapat nilai hasil perhitungan dengan untuk Analisa Pembebanan
menggunakan excel, penulis membandingkan Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

hasil perhitungan dengan aplikasi Matlab R 10,180 378,000 2222,000 0,977


menggunakan list program. Selanjutnya S 16,350 379,100 3571,000 0,891

penulis melakukan analisa dengan T 11,720 378,370 2562,000 0,993

membandingkan hasil perhitungan dengan


standar yang berlaku. Dari hasil analisa Sehingga persentase pembebanannya
tersebut akan dapat diketahui kondisi trafo adalah:
pemakaian sendiri PLTA Batang Agam saat ini. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
= 𝑥 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜
Mulai
8355 𝑉𝐴
= 𝑥 100% = 6,684 %
125 𝑘𝑉𝐴
Data Teknis
 Parameter Pcu dan Pcore Trafo
 Nameplate dan Data Trafo
 Hasil Pengukuran Beban Trafo Menggunakan
ESA bersama tim Enjiniring

Proses Perhitungan menggunakan Excel


 Analisa Pembebanan
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
% Pembebanan = 𝑥 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜

 Analisa Ketidakseimbangan Beban


{ a-1 + b-1 + c-1 }
% Ketidakseimbangan x 100%
3
 Analisa Arus Netral
𝐼𝑁
% IN = × 100%
Irata −rata

 Analisa Harmonisa
(menggunakan hasil pengukuran ESA)
 Analisa Efisiensi Trafo Gambar 4.1 Prosentase Pembebanan pada
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝜂= 𝑥 100% = 𝑥 100%
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒
 Analisa Life Time Trafo
Matlab untuk Pengukuran ke- 1
Sisa umur pada tahun ke n= umur dasar – ( n x susut umur )
 Pengukuran ke- 2
Tabel 4.2 Data Pengukuran ESA ke- 2
untuk Analisa Pembebanan
Kesesuaian dengan
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
TIDAK
Hasil Perhitungan
Menggunakan R 9,470 379,800 2076,000 0,981
Aplikasi Matlab
S 16,280 380,500 3570,000 0,900
A
T 12,320 379,200 2702,000 0,994
YA
Proses Analisa Hasil Perhitungan YA
 Analisa Pembebanan
A
Berdasarkan IEC 60354 yaitu batas pembebanan trafo
Sehingga persentase pembebanannya
adalah sebesar 90% adalah:
 Analisa Ketidakseimbangan Beban
Standar PLN yaitu ketidakseimbangan beban maksimal 25% 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
 Analisa Arus Netral = 𝑥 100%
 Analisa Harmonisa 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜
(menggunakan Tabel IEEE 519-1992)
 Analisa Efisiensi Trafo
8348 𝑉𝐴
 Analisa Life Time Trafo
= 𝑥 100% = 6,678 %
(Menggunakan tabel susut umur)
125 𝑘𝑉𝐴

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Umum


Pengerjaan
Penelitian

Analisa Pembebanan
Berikut ini adalah perhitungan persentase
pembebanan trafo.
 Pengukuran ke-1
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 255

Gambar 4.2 Prosentase Pembebanan pada

Matlab untuk Pengukuran ke- 2


 Pengukuran ke- 3
Tabel 4.3 Data Pengukuran ESA ke- 3
untuk Analisa Pembebanan
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 10,060 379,700 2205,000 0,975


S 13,710 380,900 3009,000 0,938
T 12,270 379,300 2692,000 0,994

Sehingga persentase pembebanannya


adalah: Gambar 4.4 Prosentase Pembebanan pada
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
= 𝑥 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 Matlab untuk Pengukuran ke- 4
7907 𝑉𝐴  Pengukuran ke- 5
= 𝑥 100% = 6,326 %
125 𝑘𝑉𝐴 Tabel 4.5 Data Pengukuran ESA ke- 5
untuk Analisa Pembebanan
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 27,600 378,600 6033,000 0,724


S 22,900 381,200 5022,000 0,619
T 29,700 379,200 5100,000 0,781

Sehingga persentase pembebanannya


adalah:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
= 𝑥 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜
16155 𝑉𝐴
= 𝑥 100% = 12,924 %
125 𝑘𝑉𝐴
Gambar 4.3 Prosentase Pembebanan pada

Matlab untuk Pengukuran ke- 3


 Pengukuran ke- 4
Tabel 4.4 Data Pengukuran ESA ke- 4
untuk Analisa Pembebanan
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 27,600 378,500 6036,000 0,727


S 23,000 381,200 5044,000 0,619
T 29,800 379,800 6550,000 0,786

Sehingga persentase pembebanannya


adalah: Gambar 4.5 Prosentase Pembebanan pada
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
= 𝑥 100%
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 Matlab untuk Pengukuran ke- 5
17630 𝑉𝐴  Pengukuran ke- 6
= 𝑥 100% = 14,104 %
125 𝑘𝑉𝐴 Tabel 4.6 Data Pengukuran ESA ke- 6
untuk Analisa Pembebanan
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 27,700 378,000 6058,000 0,730


S 23,000 381,300 5044,000 0,615
T 29,800 379,900 6550,000 0,786
256 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

Sehingga persentase pembebanannya Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
adalah: R 10,180 378,000 2222,000 0,977
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
= 𝑥 100% S 16,350 379,100 3571,000 0,891
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜 T 11,720 378,370 2562,000 0,993
17652 𝑉𝐴 10,1807+16,350+11,720
= 𝑥 100% = 14,122 % Irata-rata= = 12,750 A
125 𝑘𝑉𝐴 3
Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
arus fasa dalam keadaan seimbang sama
dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
I 10,180
IR = a.I maka: a = IR = 12,750 = 0,798
I 16,350
IS = b.I maka: b = S = = 1,282
I 12,750
IT 11,720
IT = c.I maka: c = I = 12,750 = 0,919
Pada keadaan seimbang besarnya
koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,
rata – rata ketidakseimbangan beban
(dalam %) adalah
Gambar 4.6 Prosentase Pembebanan pada { 0,798−1 + 1,282−1 + 0,919−1 }
= x 100 =
3
18,824%

Matlab untuk Pengukuran ke- 6


Tabel 4.7 Tabel Prosentase Pembebanan
Trafo
Pengukuran Irms Irms Irms
V S (VA) % PEMBEBANAN
ke (R) (S) (T)
1 10,180 16,350 11,720 378,490 8355,000 6,684
2 9,470 16,280 12,320 379,833 8348,000 6,678
Gambar 4.8 Ketidakseimbangan Beban pada
3 10,060 13,710 12,270 379,967 7906,000 6,325
4 27,600 23,000 29,800 379,833 17630,000 14,104
5 27,600 22,900 29,700 379,667 16155,000 12,924
6 27,700 23,000 29,800 379,733 17652,000 14,122
Matlab untuk Pengukuran ke- 1
 Pengukuran ke- 2
Tabel 4.9 Data Pengukuran ESA ke- 2
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 9,470 379,800 2076,000 0,981


S 16,280 380,500 3570,000 0,900
T 12,320 379,200 2702,000 0,994

16,280+12,320+9470
Irata-rata= 3
= 12,690 A
Gambar 4.7 Grafik Pembebanan Trafo Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
Dari grafik di atas terlihat bahwa persentase arus fasa dalam keadaan seimbang sama
pembebanan trafo belum melebihi standar dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
pembebanan trafo berdasarkan SPLN 17:1979 I 9,470
dan IEC 60354 sebesar 90%. IR = a.I maka: c = IR = 12,690 = 0,746
I 16,280
IS = b.I maka: a = IS = 12,690 = 1,283
Analisa Ketidakseimbangan Beban I 12,320
Berikut ini adalah perhitungan IT = c.I maka: b = T = = 0,971
I 12,690
ketidakseimbangan pada trafo. Pada keadaan seimbang besarnya
 Pengukuran ke- 1 koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,
Tabel 4.8 Data Pengukuran ESA ke- 1 rata – rata ketidakseimbangan beban
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban (dalam %) adalah
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 257

{ 1,283−1 + 0,971−1 + 0,746−1 } Tabel 4.11 Data Pengukuran ESA ke- 4


= 3
x 100
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban
= 18,860%
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

R 27,600 378,600 6033,000 0,724


S 22,900 381,200 5022,000 0,619
T 29,700 379,200 5100,000 0,781

27,600+22,900+29,700
Irata-rata= 3
= 26,800 A
Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
arus fasa dalam keadaan seimbang sama
Gambar 4.9 Ketidakseimbangan Beban pada dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
I 27,600
IR = a.I maka: a = R = = 1,032
Matlab untuk Pengukuran ke- 2 I 26,800
IS 22,900
 Pengukuran ke- 3 IS = b.I maka: b = I = 26,800 = 0,857
Tabel 4.10 Data Pengukuran ESA ke- 3 I 29,700
IT = c.I maka: c = IT = 26,800 = 1,111
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑 Pada keadaan seimbang besarnya
R 10,060 379,700 2205,000 0,975 koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,
S 13,710 380,900 3009,000 0,938 rata – rata ketidakseimbangan beban
T 12,270 379,300 2692,000 0,994 (dalam %) adalah
{ 1,032−1 + 0,857−1 + 1,111−1 }
= 3
x 100 =
12720+10060+13,710
Irata-rata= 3 9,453%
= 12,013 A
Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
arus fasa dalam keadaan seimbang sama
dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
I 10,060
IR = a.I maka: a = IR = 12,013 = 0,837
I 13,710
IS = b.I maka: b = S = = 1,141
I 12,013
IT 12,270
IT = c.I maka: c = I = 12,013 = 1,021
Pada keadaan seimbang besarnya Gambar 4.11 Ketidakseimbangan Beban pada
koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,
rata – rata ketidakseimbangan beban Matlab untuk Pengukuran ke- 4
(dalam %) adalah  Pengukuran ke- 5
{ 1,021−1 + 0,837−1 + 1,141−1 } Tabel 4.12 Data Pengukuran ESA ke- 5
= 3
x 100 =
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban
10,840% Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
R 27,600 378,600 6033,000 0,724
S 22,900 381,200 5022,000 0,619
T 29,700 379,200 5100,000 0,781
27,600+22,900+29,700
Irata-rata = 3
= 26,733 A
Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
arus fasa dalam keadaan seimbang sama
dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
I 27,600
IR = a.I maka: a = IR = 26,733 = 1,032
Gambar 4.10 Ketidakseimbangan Beban pada
I 22,900
IS = b.I maka: b = IS = 26,733 = 0,857
Matlab untuk Pengukuran ke- 3 I 29,700
IT = c.I maka: c = IT = 26,733 = 1,111
 Pengukuran ke- 4
258 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

Pada keadaan seimbang besarnya


koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, Matlab untuk Pengukuran ke- 6
rata – rata ketidakseimbangan beban Berikut ini adalah tabel dan grafik
(dalam %) adalah ketidakseimbangan beban

{ 1,032−1 + 0,857−1 + 1,111−1 } Tabel 4.14 Ketidakseimbangan Beban


= 3
x 100 =
Trafo N012
9,559% Pengukuran Irms Irms Irms Prosentase Rata-Rata
ke (R) (S) (T) Ketidakseimbangan Beban

1 10,180 16,350 11,720 18,824

2 9,470 16,280 12,320 18,860

3 10,060 13,710 12,270 10,840

4 27,600 23,000 29,800 9,453

5 27,600 22,900 29,700 9,559

6 27,700 23,000 29,800 9,524

Gambar 4.12 Ketidakseimbangan Beban pada

Matlab untuk Pengukuran ke- 5


 Pengukuran ke- 6
Tabel 4.13 Data Pengukuran ESA ke- 6
untuk Analisa Ketidakseimbangan Beban
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
Gambar 4.14 Prosentase
R 27,700 378,000 6058,000 0,730 Ketidakseimbangan Beban
S 23,000 381,300 5044,000 0,615
T 29,800 379,900 6550,000 0,786 Arus Netral Trafo
27,700+23,000+29,800 Besar arus netral merupakan penjumlahan
Irata-= = 26,833 A
3 vektor dari ketiga arus fasa dalam komponen
Dengan menggunakan koefisien a,b, dan c simetris. Pada saat beban seimbang idealnya
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya besar arus netral sama dengan nol, namun pada
arus fasa dalam keadaan seimbang sama kenyataannya penggunaan beban non linear
dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata). dan ketidakseimbangan beban mengakibatkan
I 27,700
IR = a.I maka: a = IR = 26,833 = 1,032 adanya arus netral. Arus netral yang besar
I 23,000 menimbulkan rugi arus yang mengalir pada
IS = b.I maka: b = IS = 26,833 = 0,857 kawat netral trafo tinggi.
I 29,800
IT = c.I maka: c = IT = 26,833 = 1,111 Di bawah ini adalah perhitungan arus
netral
Pada keadaan seimbang besarnya
koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,  Pengukuran ke- 1
rata – rata ketidakseimbangan beban Tabel 4.15 Data Pengukuran ESA ke- 1
(dalam %) adalah untuk Analisa Arus Netral Trafo
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑

{ 1,032−1 + 0,857−1 + 1,111−1 } R 10,180 378,000 2222,000 0,977


= 3
x 100 = S 16,350 379,100 3571,000 0,891
9,524% T 11,720 378,370 2562,000 0,993
𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
Irata-rata 3
=
10,1807+16,350+11,720
= 3
= 12,750 A
IR = 10,180 A  12,312° = 9,946 +
2,171j
IS = 16,350 A -92,999° = -0,855 –
16,328j
IT = 11,720 A  126,783 ° = -7,018 +
9,387j
IN = IR + IS + IT
Gambar 4.13 Ketidakseimbangan Beban pada
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 259

= (9,946 + 2,171j) + (-0,855 – =


4,543
× 100%= 35,798 %
12,690
16,328j) + (-7,018 + 9,387j) = 2,073 –
4,770j
IN = 5,201 A  -66,511°
𝐼𝑁
% IN = × 100%
Irata−rata
5,201
= × 100% = 40,792 %
12,750

Gambar 4.17 Arus Netral Trafo pada Matlab I


untuk Pengukuran ke- 2

Gambar 4.15 Arus Netral Trafo pada Matlab I


untuk Pengukuran ke- 1

Gambar 4.18 Arus Netral Trafo pada Matlab II

untuk Pengukuran ke- 2


Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus
netral pada trafo sebesar 4,543 A, dengan
Gambar 4.16 Arus Netral Trafo pada Matlab II presentase 35,798% terhadap arus rata-rata.
 Pengukuran ke- 3
untuk Pengukuran ke- 1 Tabel 4.17 Data Pengukuran ESA ke- 3
Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus untuk Analisa Arus Netral Trafo
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
netral pada trafo sebesar 5,201 A, dengan
R 10,060 379,700 2205,000 0,975
presentase 40,792% terhadap arus rata-rata.
 Pengukuran Pengukuran ke- 2
S 13,710 380,900 3009,000 0,938
T 12,270 379,300 2692,000 0,994
Tabel 4.16 Data Pengukuran ESA ke- 2 𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
untuk Analisa Arus Netral Trafo Irata-rata = 3
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑 IR = 10,060 A  12,839° = 9,809 +
R 10,180 378,000 2222,000 0,977
2,235j
IS = 13,710 A  -99,718° = -2,314 –
S 16,350 379,100 3571,000 0,891
13,513j
T 11,720 378,370 2562,000 0,993
IT = 12,270 A  126,280° = -7,260 +
𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
Irata-rata = 3
9,891j
16,280 + 12,320 + 9,470 IN = IR + IS + IT
= =
3 = (9,809 + 2,235j) + (-2,314 – 13,513j)
12,690 A + (-7,260 + 9,891j)
IR = 9,470 A  11,187° = 9,290 + 1,837j = 0,234 – 1,386j
IS = 16,280 A  -94,158° = -1,180 + IN = 1,406 A  -80,417°
16,237j 𝐼𝑁
% IN = Irata−rata × 100%
IT = 12,320 A  126,280 ° = -7,290 + 1,406
9,932j = 12,013 × 100%
IN = IR + IS + IT = 11,705 %
= (9,290 + 1,837j) + (-1,180 +
16,237j) + (-7,290 + 9,932j)
= 0,820 – 4,468j
IN = 4,543 A  -79,604°
𝐼𝑁
% IN = × 100%
Irata−rata
260 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

Gambar 4.19 Arus Netral Trafo pada Matlab I Gambar 4.21 Arus Netral Trafo pada Matlab I
untuk Pengukuran ke- 3 untuk Pengukuran ke- 4

Gambar 4.20 Arus Netral Trafo pada Matlab II


Gambar 4.22 Arus Netral Trafo pada Matlab II
untuk Pengukuran ke- 3
Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus untuk Pengukuran ke- 4
netral pada trafo sebesar 1,406 A, dengan Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus
presentase 11,705% terhadap arus rata-rata. netral pada trafo sebesar 8,712 A, dengan
 Pengukuran ke- 4 presentase 32,507% terhadap arus rata-rata.
Tabel 4.18 Data Pengukuran ESA ke- 4  Pengukuran ke- 5
untuk Analisa Arus Netral Trafo Tabel 4.19 Data Pengukuran ESA ke- 5
Cos 𝜑
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA)
untuk Analisa Arus Netral Trafo
R 27,600 378,500 6036,000 0,727 Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑
S 23,000 381,200 5044,000 0,619
R 27,600 378,600 6033,000 0,724
T 29,800 379,800 6550,000 0,786
S 22,900 381,200 5022,000 0,619

T 29,700 379,200 5100,000 0,781


𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
Irata-rata = 3 𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
27,600+23,000+29,800 Irata-rata = 3
= = 27,600+22,900+29,700
3
= =
26,800 A 3
IR = 27,600 A  43,365° = 20,065 + 26,733 A
18,951j IR = 27,600 A  43,614° = 19,982 +
IS = 23,000 A  -68,243° = 8,525 – 19,038j
21,362j IS = 22,900 A  -68,243° = 8,488 –
IT = 29,800 A  158,187° = -27,666 + 21,269j
11,073j IT = 29,700 A  158,648° = -27,661 +
IN = IR + IS + IT 10,814j
= (20,065 + 18,951j) + (8,525 – IN = IR + IS + IT
21,362j) + (-27,666 + 11,073j) = (19,982 + 19,038j) + (8,488 –
= 0,924 + 8,663j 21,269j) + (-27,661 + 10,814j)
IN = 8,712 A  83,912° = 0,809 + 8,584j
𝐼𝑁
% IN = Irata−rata × 100% IN = 8,622 A  84,616°
𝐼𝑁
8,712 % IN = × 100%
= 26,800 × 100% Irata−rata
8,622
= 26,733 × 100%
= 32,507 %
= 32,250 %
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 261

Gambar 4.25 Arus Netral Trafo pada Matlab I


Gambar 4.23 Arus Netral Trafo pada Matlab I untuk Pengukuran ke- 6
untuk Pengukuran ke- 5

Gambar 4.26 Arus Netral Trafo pada Matlab II

untuk Pengukuran ke- 6


Gambar 4.24 Arus Netral Trafo pada Matlab II
Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus
netral pada trafo sebesar 8,768 A, dengan
untuk Pengukuran ke- 5
presentase 32,674% terhadap arus rata-rata.
Dari perhitungan di atas di dapat nilai arus
Tabel 4.21 Perbandingan
netral pada trafo sebesar 8,622 A, dengan
Ketidakseimbangan Beban dan Arus Netral
presentase 32,250% terhadap arus rata-rata. Pengukuran
Irms Irms Irms Prosentase Rata-Rata

 Pengukuran ke- 6
Ketidakseimbangan IN % IN
ke (R) (S) (T)
Beban
1 10,180 16,350 11,720 18,824 5,201 40,792
Tabel 4.20 Data Pengukuran ESA ke- 6 2 9,470 16,280 12,320 18,860 4,543 35,798
untuk Analisa Arus Netral Trafo 3 10,060 13,710 12,270 10,840 1,406 11,705
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) Cos 𝜑 4 27,600 23,000 29,800 9,453 8,712 32,507

R 27,700 378,000 6058,000 0,730 5 27,600 22,900 29,700 9,559 8,622 32,250

6 27,700 23,000 29,800 9,524 8,768 32,674


S 23,000 381,300 5044,000 0,615
T 29,800 379,900 6550,000 0,786
𝐼 𝑅+𝐼 𝑆+𝐼 𝑇
Irata-rata = 3
27,700+23,000+29,800
= 3
=
26,833 A
IR = 27,700 A  43,114° = 20,221 +
18,931j
IS = 23,000 A  -67,952° = 8,634 –
21,318j Grafik 4.27 Persentase Ketidakseimbangan
IT = 29,800 A  158,187° = -27,666 + vs Persentase Arus Netral
11,073j
IN = IR + IS + IT
= (20,221 + 18,931j) + (8,634 – Faktor Beban
21,318j) + (-27,666 + 11,073j) Total VA terpakai maksimal pada trafo
= 1,189 – 8,687j tahun 2016 adalah 47652 VA. Total daya
IN = 8,768 A  -82,206° terpasang 64642 VA.
𝐼𝑁 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠 47652
% IN = Irata−rata × 100% Faktor beban= 𝑉𝐴 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = 64642 =
8,768
= 26,833 × 100%= 32,674 % 0,737
262 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

𝐼
Penyeimbangan fasa S = 𝐹𝐵x V
0,430 𝐴
= 0,737
x 220 V= 128,329 VA
 Fasa T
T = (Beban rata-rata total) –
(Beban rata-rata fasa R) = 19,637 A –
20,935 A = -1,298 A
𝐼
Gambar 4.28 Faktor Beban pada Matlab Penyeimbangan fasa T = 𝐹𝐵x V
−1,298 𝐴
= x 220 V= -387,474 VA
0,737
4. Analisa Perbaikan Dari perhitungan penyeimbangan trafo di
Ketidakseimbangan Beban atas maka didapat nilai penyeimbangan yaitu
Pada perbaikan ketidakseimbangan beban fasa R ditambah sebesar 259,145 VA, fasa S
ini metode yang digunakan adalah metode ditambah sebesar 128,329 VA dan fasa T
average (rata-rata). Dengan menggunakan dipindah sebesar 387,474 VA.
metode average didapat rata-rata beban. Sehingga setelah penyeimbangan fasa R, S
Tabel 4.22 Sebelum Penyeimbangan Beban dan T:
 Fasa R
SEBELUM PENYEIMBANGAN BEBAN
Pengukuran
ke Irms (R) Irms (S) Irms (T) I Rata-Rata 259,145
Total Beban penyeimbang = 220
=
1 10,180 16,350 11,720 12,750
2
3
9,470
10,060
16,280
13,710
12,320
12,270
12,690
12,013
1,178 𝐴
4
5
27,600
27,600
23,000
22,900
29,800
29,700
26,800
26,733
R = (Beban penyeimbang) +
6 27,700 23,000 29,800 26,833 (Beban rata-rata fasa R) = 1,178 A +
RATA-RATA 18,768 19,207 20,935 19,637
18,768 A = 19,946 A
18,768 + 19,207+ 20,935  Fasa S
Beban rata-rata total = 128,329
3 Beban penyeimbang = =
(A) 220
= 19,637 A 0,583 𝐴
Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c R = (Beban penyeimbang) +
dapat diketahui besarnya, dimana besarnya (Beban rata-rata fasa R) = 0,583 A +
arus fasa dalam keadaan seimbang sama 19,207 A = 19,790 A
dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).  Fasa T
−387.474
IR = a.I
I
maka: a = R =
18,768
= 0,956 Beban penyeimbang = =
220
I 19,637
IS 19,207 −1,761 𝐴
IS = b.I maka: b = I = 19,637 = 0,978 R = (Beban penyeimbang) +
I 20,935 (Beban rata-rata fasa R) = -1,761 A +
IT = c.I maka: c = IT = 19,637 = 1,066
20,935 A= 19,174 A
Pada keadaan seimbang besarnya Dengan menggunakan koefisien a,b,dan c
koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian, dapat diketahui besarnya, dimana besarnya
rata – rata ketidakseimbangan beban (dalam arus fasa dalam keadaan seimbang sama
%) adalah dengan besarnya arus rata – rata (IRata –rata).
{ a−1 + b−1 + c−1 }
= x 100 % I 19,946
3 IR = a.I maka: a = IR = 19,637 = 1,016
{ 0,956−1 + 0,978−1 + 1,066−1 }
= x 100 % = I 19,790
3 IS = b.I maka: b = IS = 19,637 = 1,008
4,408 % I 19,174
Sehingga penyeimbangan fasa R, S dan T: IT = c.I maka: c = T = = 0,976
I 19,637
 Fasa R Pada keadaan seimbang besarnya
R = (Beban rata-rata total) – koefisien a,b,dan c adalah 1. Dengan demikian,
(Beban rata-rata fasa R) = 19,637 A – rata – rata ketidakseimbangan beban (dalam
18,768 A = 0,868 A %) adalah
𝐼 { a−1 + b−1 + c−1 }
Penyeimbangan fasa R = 𝐹𝐵x V = x 100 %
3
0,868 𝐴 { 1,016−1 + 1,008−1 + 0,976−1 }
= 0,737
x 220 V = 259,145 VA = x 100 % =
3
 Fasa S 1,572 %
S = (Beban rata-rata total) –
(Beban rata-rata fasa R) = 19,637 A –
19,207 A= 0,430 A
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 263

Tabel 4.23 Penurunan Ketidakseimbangan


Beban
PROSENTASE KETIDAKSEIMBANGAN
BEBAN (%)
SEBELUM SESUDAH
PENYEIMBANGAN PENYEIMBANGAN

4,4079 1,572

Gambar 4.29 Penyeimbangan Beban pada 5. Analisa Harmonisa Trafo


Matlab I Rasio harmonisa arus ditentukan oleh
rasio Isc/IL seperti di bawah ini :
S
IFL =
3 V
𝑆 125000
IFL = = = 180
√3𝑥𝑉 √3𝑥 400
kVA  100 125000×100
ISC = = 8,27×√3×380 =
%Z  3  kV
2296,467
Gambar 4.30 Penyeimbangan Beban pada 𝐼𝑆𝐶 2296,467
Matlab II Rasio Harmonisa = = =
𝐼𝐹𝐿 180
12,758

Gambar 4.31 Penyeimbangan Beban pada


Matlab III
Gambar 4.34 Rasio Harmonisa pada Matlab
Tabel 4.24 Hasil Pengukuran THD
Pengukuran THD Odd % THD Even %
Fasa
Ke I V I V
R 8,551 2,278 9,213 0,299
1 S 10,994 1,941 3,415 0,311
T 7,728 1,829 3,26 0,457
R 11,566 2,65 5,991 0,815
2 S 12,714 2,438 2,652 0,095
T 5,495 2,205 5,119 0,293
Gambar 4.32 Penyeimbangan Beban pada
Matlab IV Berdasarkan pengukuran THD arus pada
trafo diketahui bahwa besarnya THD arus telah
melebihi standar yang diijinkan oleh IEEE Std
519-1992 yaitu 5%. Besarnya harmonisa
dipengaruhi oleh pemakaian beban non-linier
seperti beban elektronika diantaranya motor-
motor listrik, komputer (PC), lampu hemat
energi (LHE), dll. Oleh karena itu, harmonisa
yang ditimbulkan akibat beban non linier perlu
direduksi agar efek buruk tidak terjadi, dan
Gambar 4.33 Penyeimbangan Beban pada tidak mengganggu kinerja peralatan lain yang
Matlab V tersambung pada sumber yang sama.
Berikut ini merupakan tabel penurunan Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
nilai ketidakseimbangan beban menggunakan menggunakan filter harmonisa.
metode average. Filter harmonisa selain untuk meredam
harmonisa juga untuk memperbaiki faktor daya.
264 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

Filter harmonisa didesain dengan tujuan untuk Gambar 4.35 Efisiensi pada Matlab untuk
mengurangi amplitudo satu atau lebih Pengukuran ke- 1
frekuensi dari sebuah tegangan atau arus.
Dengan pemasangan filter harmonisa pada 2. Pengukuran ke- 2
suatu sistem tenaga kelistrikan yang Tabel 4.27 Data Pengukuran ESA ke- 2
mengandung sumber harmonisa, maka untuk Analisa Efisiensi Trafo
penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W)

dapat ditekan sekecil mungkin. Disisi lain filter R 9,470 379,800 2076,000 0,981 3214,000
harmonisa pada frekuensi fundamental dapat S 16,280 380,500 3570,000 0,900 2685,000

mengkompensasi daya reaktif yang digunakan T 12,320 379,200 2702,000 0,994 2037,000
P Total : 7936,000 W
untuk memperbaiki faktor daya sistem.
𝑃𝑜𝑢𝑡
6. Analisa Efisiensi Trafo 𝜂= 𝑥 100%
Tabel 4.25 Katalog Trafo 125 kVA 𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡
= 𝑥 100%
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒
7936
= × 100%
7936 + 2200 + 750
= 72,901%

Sehingga didapatkan nilai efisiensi pada


trafo pemakaian sendiri PLTA Batang Agam Gambar 4.36 Efisiensi pada Matlab untuk
yaitu sebagai berikut : Pengukuran ke- 2
1. Pengukuran ke- 1
Tabel 4.26 Data Pengukuran ESA ke- 1 3. Pengukuran ke- 3
untuk Analisa Efisiensi Trafo Tabel 4.28 Data Pengukuran ESA ke- 3
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W)
untuk Analisa Efisiensi Trafo
R 10,180 378,000 2222,000 0,977 2171,000 Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W)
S 16,350 379,100 3571,000 0,891 3183,000
R 10,060 379,700 2205,000 0,975 2677,000
T 11,720 378,370 2562,000 0,993 2545,000 S 13,710 380,900 3009,000 0,938 2149,000
P Total : 7899,000 W T 12,270 379,300 2692,000 0,994 2824,000

𝑃𝑜𝑢𝑡 P Total : 7650,000 W


𝜂= 𝑥 100% 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝜂= 𝑥 100%
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
= 𝑥 100% 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑥 100%
7899 𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒
= × 100%
7899+2200+750 7650
= 72,809% = × 100% = 72,170%
7650 + 2200 + 750

Gambar 4.37 Efisiensi pada Matlab untuk


Pengukuran ke- 3
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 265

6. Pengukuran ke- 6
4. Pengukuran ke- 4 Tabel 4.31 Data Pengukuran ESA ke- 6
Tabel 4.29 Data Pengukuran ESA ke- 4 untuk Analisa Efisiensi Trafo
untuk Analisa Efisiensi Trafo Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W)

Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W) R 27,700 378,000 6058,000 0,730 5150,000
S 23,000 381,300 5044,000 0,615 4420,000
R 27,600 378,500 6036,000 0,727 4390,000
T 29,800 379,900 6550,000 0,786 3100,000
S 23,000 381,200 5044,000 0,619 3120,000
P Total : 12670,000 W
T 29,800 379,800 6550,000 0,786 5150,000
P Total : 12660,000 W 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝜂= 𝑥 100%
𝜂= 𝑥 100% 𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡 = 𝑥 100%
= 𝑥 100% 𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒 12670
12660 = × 100% = 81,114%
= × 100 = 81,102% 12670 + 2200 + 750
12660 + 2200 + 750

Gambar 4.38 Efisiensi pada Matlab untuk


Pengukuran ke- 4 Gambar 4.40 Efisiensi pada Matlab untuk
Pengukuran ke- 6
5. Pengukuran ke- 5
Tabel 4.30 Data Pengukuran ESA ke- 5 Tabel 4.32 Perbandingan Prosentase
untuk Analisa Efisiensi Trafo Pembebanan dengan Efisiensi Trafo
Pengukuran Irms Irms Irms % % %
Fasa I rms (A) V rms (Volt) S (VA) 𝐶𝑜𝑠𝜑 P (W) ke (R) (S) (T) Pembebanan IN Efisiensi

R 27,600 378,600 6033,000 0,724 3110,000 1 10,180 16,350 11,720 6,684 40,792 72,809

S 22,900 381,200 5022,000 0,619 5100,000 2 9,470 16,280 12,320 6,678 35,798 72,901

T 29,700 379,200 5100,000 0,781 4370,000 3 10,060 13,710 12,270 6,325 11,705 72,170
P Total : 12580,000 W
4 27,600 23,000 29,800 14,104 32,507 81,102

5 27,600 22,900 29,700 12,924 32,250 81,005


𝑃𝑜𝑢𝑡 32,674
𝜂= 𝑥 100% 6 27,700 23,000 29,800 14,122 81,114

𝑃𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
𝑃𝑜𝑢𝑡
= 𝑥 100%
𝑃𝑜𝑢𝑡 + 𝑃𝑐𝑢 + 𝑃𝑐𝑜𝑟𝑒
12580
= × 100% = 81,005%
12580 + 2200 + 750

Gambar 4.41 Grafik Perbandingan


Prosentase Pembebanan dengan Efisiensi
Trafo
Berdasarkan kurva diatas, sesuai dengan
SPLN 17:1979 yaitu batas maksimal
pembebanan trafo 90%, diketahui bahwa
semakin pembebanan mendekati batas optimal
Gambar 4.39 Efisiensi pada Matlab untuk pembebanan sebuah trafo, efisiensinya juga
Pengukuran ke- 5 semakin besar mendekati 100%.
266 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

7. Analisa Lifetime Trafo


Umur operasi trafo distribusi sangat
dipengaruhi oleh tingkat beban dan interval
pemeliharaannya. Umur pemakaian trafo disini
didefinisikan berhubungan dengan timbulnya
panas yang diakibatkan adanya pembebanan,
sehingga trafo tersebut mengalami kegagalan
dalam melaksanakan fungsinya. Berikut adalah
tabel susut umur dengan persentase
pembebanan tertentu yang merujuk pada
standar IEC-354.
Gambar 4.42 Life Time Trafo pada Matlab
Dari perhitungan di atas dapat diketahui
Tabel 4.33 Susut Umur pada Persentase
bahwa umur trafo saat dibebani 90 % pada
Pembebanan Tertentu
ambient temperature 30oC adalah 39,999 tahun
(Sumber: Sigid, 2009)
sedangkan saat trafo dibebani 80% pada
ambient temperature 30oC adalah 152,231
tahun.

8. Simpulan
1. Dari hasil perhitungan, didapat nilai
prosentase pembebanan tertinggi untuk 6
kali pengukuran yaitu 14,122% dan masih
dalam batas standar SPLN 17:1979 dan
IEC 60354.
2. Dari hasil perhitungan, didapat nilai
prosentase arus netral tertinggi untuk 6
kali pengukuran yaitu 40,792%, Tabel dan
grafik perhitungan juga menunjukkan
Jika disesuaikan dengan ambient bahwa kenaikan ketidakseimbangan
temperature Indonesia yaitu 30oC, susut umur beban diikuti oleh kenaikan arus netral
yang terjadi pada saat pembebanan 100% pada trafo sehingga dilakukan
adalah 317,48, susut umur pada pembebanan perhitungan perbaikan ketidakseimbangan
90% adalah 72,51, dan susut umur pada beban.
pembebanan 80% adalah 19,05. Susut umur 3. Dengan penyeimbangan beban
pada pembebanan 90% pada trafo dapat meggunakan Metode Average yaitu dari
dihiung sebagai berikut : perhitungan beban rata-rata, besar
Sisa umur pada tahun ke n= umur dasar – ketidakseimbangan menjadi lebih kecil
( n x susut umur ) yang kondisi awal adalah 4,4079%
1 = umur dasar – ( n x susut umur ) menjadi 1,572%.
1 + ( n x susut umur ) = umur dasar 4. Dari hasil perhitungan, didapat nilai
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 − 1 30 − 1 efisiensi trafo tertinggi untuk 6 kali
n = 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑟 = 72,51% = 39,999 tahun
pengukuran yaitu 81,114% pada
Susut umur pada pembebanan 80% pada prosentase pembebanan tertinggi 14,122%.
trafo dapat dihiung sebagai berikut : 5. Dari hasil perhitungan, didapat nilai THD
Sisa umur pada tahun ke n = umur dasar – Odd% untuk arus tertinggi untuk 6 kali
( n x susut umur ) pengukuran yaitu 12,714% dan untuk
1 = umur dasar – ( n x susut umur ) tegangan tertinggi untuk 6 kali
1 + ( n x susut umur ) = umur dasar pengukuran yaitu 2,65% . THD Even%
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 − 1 30 − 1
n = 𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑢𝑚𝑢𝑟 = 19,05% = 152,231 tahun untuk arus tertinggi untuk 6 kali
pengukuran yaitu 9,213% dan untuk
tegangan tertinggi untuk 6 kali
pengukuran yaitu 0,815%.
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 267

6. Dari hasil perhitungan, didapat life time [4] Lumbanraja, Hotdes. 2008. Pengaruh
trafo untuk pembebanan 90% yaitu Beban Tidak Seimbang Terhadap
39,999 tahun, dan untuk pembebanan Efisiensi
80% yaitu 152,231 tahun. [5] Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Lisrik.
[6] Badaruddin, MT, Ir. 2012. Pengaruh
Saran Ketidakseimbangan Beban Terhadap
1. Perlu dilakukan pemerataan beban pada Arus Netral dan Losses pada Trafo
trafo pemakaian sendiri agar tidak terjadi Distribusi Proyek Rusunami Gading
dampak-dampak yang merugikan bagi Icon.
trafo itu sendiri yang diakibatkan [7] Syahwil, Muhammad. 2010. Studi
tingginya arus netral. Tampak Harmonisa Terhadap Susut
2. Harus ada pemeliharaan dan pengecekan Teknis pada Industri Semen. Makassar:
trafo secara berkala agar ketidaknormalan Media ELektrik
yang terjadi pada trafo dapat diketahui [8] Ahmad Deni Mulyadi, MeTrik Polban,
dari dini sehingga dapat diambil langkah Vol.5, No.1, 24-28, 2011.
perbaikan untuk pengoptimalan kinerja [9] Ermawanto.Analisa Berlangganan
trafo tersebut. Listrik Antara Tegangan Menengah
dengan Teganga Rendah (TR) dan
Referensi Analisa Efisiensi Trafo Dalam Rangka.
[1] I Wayan Rinas. 2012. Studi Analisis [10] Hardi, Supri & Yaman. Peredaman
Losses dan Derating Akibat Pengaruh Harmonisa dan Perbaikan Faktor Daya
THD pada Gardu Transformator Daya Aplikasi Beban Rumah Tangga.
di Fakultas Teknik Universitas Udayana. [11] Jurnal Sain dan Teknologi, Agustus.
[2] Habibah Zahra Faluqi, Heryogka 2009. Volume 7, Nomor 2.
Ahmad Waritza. 2014. Studi Evaluasi Transformator Tiga Fasa Hubungan
Kinerja Trafo Distribusi 20 KV sebagai Open-Delta.
Input Database Berbasis Web Local di [12] Prasetyadi, Willy. 2012. Evaluasi
PT. PLN (Persero) Rayon Blimbing. Harmonisa dan Perencanaan Filter
[3] Zulkarnain, Iskandar. 2009. Analisis Pasif pada Sisi Tegangan 20 kV Akibat
Pengaruh Harmonisa Terhadap Arus Penambahan Beban pada Sistem
Netral, Rugi-Rugi dan Penurunan Kelistrikan Pabrik Semen Tuban.
Kapasitas pada Transformator [13] PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan
Distribusi. Pelatihan, Trafo Dstribusi.
.

Anda mungkin juga menyukai