Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya tempat tinggal merupakan suatu wadah bagi manusia atau
keluarga dalam melangsungkan kehidupan. Tempat tinggal memiliki fungsi yang
sangat vital bagi manusia. Tanpa tempat tinggal, manusia tidak akan dapat hidup
dengan layak. Terpenuhi kebutuhan akan pangan dan sandang tidaklah cukup.
Ada peringkat dalam pemenuhan atas kebutuhan itu, dari kebutuhan yang
minimum hingga yang tidak terbatas.

Berdasarkan Undang Undang No. 1 Tahun 2011 Rumah merupakan


bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana
pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi
pemiliknya.1 Namun akibat rendahnya kuliatas hidup masyarakat khususnya
dibidang perumahan dan permukiman kumuh telah menghadirkan berbagai
masalah sosial.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu saja tidak luput
dari masalah kemiskinan. Dari sudut pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan
menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan relatif. Kemudian dari sudut pandang
penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi kemiskinan alamiah dan
struktural.2 Kemiskinan absolut yaitu keadaan yang mana pendapatan kasar
bulanan tidak mencukupi untuk membeli keperluan bulanan, sedangkan
kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara
suatu kebutuhan dengan tingkat pendapatan lainnya. Kemudian kemiskinan
alamiah yaitu budaya yang membuat orang misikin, yang dalam antropologi
kemiskinan sebagai adanyanya budaya miskin, dan kemiskinan struktural yaitu
kondisi dimana sekelompok orang berada di dalam wilayah kemiskinan, dan tidak
ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemisikinan. 3 Salah satu ciri umum
1
Urip Santoso,"Hukum Perumahan", (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2014),h.22
2
Nunung Nurwati, "Kemiskinan : Model pengukuran, permasalahan dan Alternatif
Kebijakan"Jurnal Kependudukan Padjajaran, Vol:10, No. 1, Januari 2008,2
3
Munawar Noor,"Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia (Studi Tentang Program
2

dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses sarana dan
prasarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan yang jauh
dibawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu.
Perumahan dan permukiman marupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
juga mempunyai peran yang strategis.
Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia,
Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan lingkungan yang layak adalah
hak bagi setiap orang. Karena setiap orang memiliki hak untuk hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 4 Saat ini di Indonesia
jumlah masyarakat yang berpenghasilan rendah masih cukup besar, yang
menyebabkan banyak tempat tinggal warga yang masuk kategori Rumah Tidak
Layak Huni. Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan
dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan, masih ada 2.5 juta rumah tidak
layak huni saat ini.5
Dalam menentukan prioritas tentang rumah, biasanya seseorang atau
sebuah keluarga yang berpenghasilan sangat rendah canderung meletakkan
prioritas utama pada lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat
memberikan kesempatan kerja. Ketidak layak hunian merupakaan penjelmaan dari
dampak yang diakibatkan dari faktor kemiskinan. Disamping hal tersebut tingkat
pendidikan yang rendah, pengangguran, dan pendapatan rendah juga sangat
mempengaruhi ketidak layak hunian.
Pada dasarnya penyediaan tempat tinggal atau rumah di Indonesia adalah
kewajiban perseorangan, negara dalam hal ini membantu akses masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dasar perumahannya seara adil dan merata. Dalam rangka
peningkatan salah satu hak-hak dasar masyarakat miskin dan penanggulangan
menangani permasalahan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) salah satu Program
Kebijakan Pemerintah adalah dengan melaksanakan Bantuan Stimulan Perumahan

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kota Semarang"Jurnal Ilmiah, Vol:


4
Urip Santoso,"Hukum Perumahan", (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2014),h.1
5
https://ekonomi.bisnis.com/read/20170418/48/646313/2019-rumah-tak-layak-huni-19-
juta-unit di unduh pada tanggal 09 Maret 2020
3

Swadaya (BSPS) melalui Kementrian Perumahan Rakyat. Bantuan ini merupakan


bantuan pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
untuk meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan/peningkatan kualitas
rumah sehingga dapat menghuni rumah layak dalam lingkungan yang sehat dan
aman.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah
untuk memperoleh rumah layak huni. Adapun lapangan pekerjaan masyarakat
berpenghasilan rendah ini biasanya bekerja sebagai buruh, tenaga kuli bangunan,
pembantu rumah tanga, pemungut sampah penyapu jalanan, dsb. Dari hasil kerja
MBR ini untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya jauh dari cukup karena
kebanyakan hasil upah dalam satu bulan masih dibawah standart UMR yang
berlaku.
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swdaya (BSPS) merupakan
fasilitas pemerintah berupa sejumlah dana yang diberikan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah untuk membantu pelaksanaan pembangunan rumah atau
perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat dan aman secara swadaya.
Program Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya (BSPS) ini
dilaksanakan pada provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Salah satu daerah
pelaksana Program BSPS ini adalah Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi.
Kriteria dan persyaratan penerima BSPS menurut Peraturan Mentri Negara
Perumahan Rakyat No.14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya, meliputi :
1. Warga Negara Indonesia
2. Masyarakat Berpenhasilan Rendah (MBR)
3. Sudah berkeluarga
4. Memiliki atau menguasai tanah
5. Belum memiliki rumah atau memiliki rumah tidak layak huni
6. Menghuni rumah yang akan diperbaiki
7. Belum pernah mendapat bantuan stimulan perumahan dari
4

Kementrian Perumahan Rakyat


8. Didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau
meningkatkan kualitas rumah
9. Bersungguh sungguh mengikuti program bantuan stimulan dan
pemberdayaan perumahan swadaya.
Pemenuhan kebutuhan rumah yang sehat dan layak huni masih jauh dari
harapan, maka pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah secara
terus menerus untuk melaksanakan kegiatan bantuan stimulan agar dapat
memenuhi kebutuhan rumah yang sehat dan layak huni bagi masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga memerlukan dukungan dari
pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak.
Berdasarkan observasi awal, pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya Masyarakat (BSPS) di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi terdapat permasalahan, antara lain peneliti menemukan ketidak
sesuaian kualifikasi pada beberapa penerima BSPS, seperti yang diutarakan Bpk.
Anto warga Kelurahan Berohol, bahwa penerima BSPS di wilayah beliau rata rata
merupakan warga yang berkecukupan dalam hal ekonomi dan bila dilihat dalam
hal bangunan rumah pun dinilai masih bagus. Sementara dipihak lain beliau
menambahkan bahwa masih banyak warga yang lebih membutuhkan, namun tidak
mendapatkan program bantuan tersebut.6
Selain itu, pernyataan yang serupa di utarakan oleh Ibu. Pondel warga
kelurahan Berohol, beliau mengemukakan bahwa kondisi yang terjadi pada
penerima BSPS dinilai sangat kontras, dimana terdapat warga tidak mampu dan
memiliki rumah yang tidak layak huni, namun warga tersebut tidak mendapatkan
program BSPS, padahal ikut dalam pengajuan program tersebut.7
Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa kualifikasi penerima BSPS
tidak sesuai dengan ketentuan yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan BSPS.
Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa dalam pelaksanaan BSPS
6
Anto,Masyakat Kelurahan Berohol,Wawancara,Tebing Tinggi,20 Februari 2020
7
Pondel, MBR kelurahan Berohol tidak menerima BSPS,Wawancara,Tebing Tinggi,23
Februari 2020
5

dikelurahan Berohol Kecamatan Bajenis kota Tebing Tinggi bahan bahan


bangunan yang disediakan tidak dengan kualitas yang baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Bpk. Ucok warga Kelurahan Berohol,
bahwa dana BSPS yang diberikan hanya dipegang ketika pengambilan dari Bank,
setelah itu dana tersebut diserahkan kepada petugas kemudian dibelanjakan bahan
bahan bangunan. Kemudian bahan bahan bangunan yang diserahkan kepada
beliau utuk melakukan perbaikan rumah, kualitasnya kurang baik.8
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judu "Analisis Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) dalam Menyediakan Rumah Layak Huni di Kelurah
Berohol Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi"
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penenitianadalah :

1. Bagaimana pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya


dalam Menyediakan Rumah Layak Huni di Kelurahan Berohol Kecamatan
Bajenis Kota Tebing Tinggi ?

2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan


Swadaya dalam menyediakan Rumah Layak Huni di Kelurahan Berohol
Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi ?

3. Bagaimana dampak sosial ekonomi penerima Bantuan Stimulan


Perumahan Swadaya di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi tahun ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah dan uraian-uraian diatas, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Bantuan Stimulan


Perumahan Swadaya dalam menyediakan rumah layak huni di Kelurahan
Berohol Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
8
Ucok,Penerima BSPS,Wawancara,Tebing Tinggi,23 Februari 2020
6

2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pelaksanaan Program Bantuan


Stimulan Perumahan Swadaya dalam menyediakan rumah layak huni di
Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi penerima Bantuan


Stimulan Perumahan Swadaya di Kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis
Kota Tebing Tinggi

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa
pihak, yaitu :

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memebrikan kontribusi akademis


dalam program studi ekonomi mengenai program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya dalam menyediakan rumah layak huni.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi program


pemerintah khususnya Dinas Perumahan Umum dan Perumahan Rakyat
mengenai Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya serta menjadi bahan
masukan bagi Dinas terkait untuk menciptakan Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya tepat sasaran.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN


7

A. Kajian Teoritis
1. Kebijakan Publik
a. Pengertian kebijakan publik
Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap
berbagai alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif
terbaik.9
Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
pemanfaatan yang strategis terhadap sumber sumber daya yang ada.
Bahkan Chandler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik
merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi
kepentingan orang orang yang tidak berdaya dala masyarakat agar
mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintah.10
Thomas R. Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah
"apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan". Dye mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk
melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya dan kebijakan publik itu
meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan semata mata
merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah
saja.11
Sedangkan kebijakan publik menurut James E. Anderson adalah
arah tindakan yang mempunyai maksud, yang ditetapkan oleh
seseorang atau beberapa aktor guna mengatasi suatu masalah.12
Selain itu Charl Friedrich melihat bahwa kebijakan adalah arah
tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan
hambatan atau kesempatan-kesempatan dalam rangka mencapai suatu
tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.13

9
Harbani Pasolong," Teori Administrasi Publik",(Bandung, Alfabeta,2013) hal.38
10
Ibid, hal.38
11
Ibid, hal.39
12
Samodra Wibawa,"Politik Peruumusan Kebijakan Publik"(Yogyakarta,Graha
Ilmu,2011)hal.2
13
Ibid, hal.2
8

Sehubung dengan itu Wahyudi berpendapat bahwa kebijakan


publik merupakan produk hukum yang berupa aturan aturan mengenai
pernyataan, himbauan atau ajakan yang dilakukan pemerintah terhadap
arganya. Sehingga kebijakan publik akan memberikan implikasi dan
dampak baik langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang
tercakup.14
Adapun kebijakan publik menurut Santoso bahwa dalm pembuatan
kebijakan publik yang menjadi sumber satu satunya adalah
kepentingan/urusan publik. Sekalipun untuk menentukan
urusan/kepentingan publik yang mana dan bagaimana ini tidak mudah,
namun keharusan memilih untuk memprioriotaskan salah satunya
adalah hal yang wajib dilakukan. Beberapa hal yang menjadi penyebab
tidak mudahnya menentukan kepentingan publik yang harus
diprioritaskan adalah:
1. Dilihat dari administrasi pemerintah yang luas dari liputan
kebijakan publik yang beraneka ragam
2. Berbagai jenis kebijakan, mulai dari hubungan luar negeri
sampai soal penempatan seorang pejabat, mulai dari soal
transmigasi hingga pada persoalan pedagang kaki lima.
Dengan kata lain bahwa isi kebijakan publikmemang
beragam jenisnya yang meliputi segala tindak-tanduk warga
dalam suatu negara.
3. Tidak mudahnya menentukan kepentingan publik juga
karena proses perumusannya yang tidak hanya berbicara
apa yang di lakukan pemerintah, melainkan apa yang tidak
dilakukan pemerintah.15
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik merupakan sebuah rangkaian tindakan yang
diambil oleh pemerintah untuk mancapaisuatu tujuan tertentu yang
14
Dody Setyawan,"Penghantar Kebijakan Publik",(Malang,Inteligensia Media,2017)
hal.18
15
Ibid, hal 19
9

telah ditetapkan dengan mencegah segala permasalahan yang ada.


b. Implementasi Kebijakan
Implementasi adalah proses mentasformasikan suatu
rencana ke dalam praktik.16
Menurut Gordon implementasi berkenaan dengan berbagai
kegiatan yang diarahkan pada realisasi program. Dalam hal ini
administrator mengatur cara untuk mengorganisir,
menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi. Mengorganisir berarti mengatur sumber daya, unit unit
dan metode metode untuk melaksanakan proram. Melakukan
interprestasi berkenaan dengan mendefenisikan istilah istilah
program kedalam rencana-rencana dan petunjuk-petunjuk yang
dapat diterima feasible. Menerapkan berarti menggunakan
intrumen-instrumen mengerjakan atau memberikan pelayanan
rutin, melakukan pembayaran-pembayaran. Atau dengan kata lain
implementasi merupakan tahap realisasi tujuan tujuan program.17
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang kursial
dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus
dapat dimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
di inginkan18
Implementasi dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan
dari kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan
keberhasilan di dalam proses kebijakan.
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat salah satu
program pemerintah, yakni Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) yang dijalankan oleh pemerintah khususnya

16
Harbani Pasolong," Teori Administrasi Publik",(Bandung, Alfabeta,2013) hal.57
17
Ibid,hal.58
18
Winarmo,"Teori dan Proses Kebijakan Publik",(Yogyakarta,Media
Pressindo,2002),h.101
10

Dinas Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat sebagai upaya


meningkatkan kualitas Rumah Layak Huni di Kelurahan Berohol
Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi.
2. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
ada tiga kebijakan dan strategi nasional, yaitu:
A. Melembagakan sistem penyelenggraan perumahan dan
permukiman dengan melibatkan masyarakat (partisipatif)
sebagai peaku utama, melalui strategi
1. Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai
produk peraturan perundang-undang dalam
penyelenggaraan perumahan.
2. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman
yang handal dan responsif.
3. Pengawasan kontruksi dan keselamatan bangunan
degung dan lingkungan.
3. Kebijakan Pembangunan Permukiman dan perumahan untuk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kebijakan Perumahan dan Permukiman Nasional di Indonesia pada
awalnya atau sebelum merdeka (Pra Kemerdekaan) masih terbatas
pada peneyediaan perumahan hanya untuk pegawai negeri, rumah
sewah dan perbaikan lingkungan dalam rangka kesehatan. Sementara
pelaksanaan lebih lanjut menegenai kebijakan perumahan dan
permukiman masyarakat pada waktu tersebut dijalankan melalui
Burgerlijke Woningsregeling 1934 yang pelaksanaannya menggunakan
Algemene Voorwaden voor de uitvoering bij aaneming van Openbare
Werken in indie 1941 serta Indische Comptabiliteits wet. Pelaksanaan
ketentuan tersebut dilakukan oleh Departement Van Verkeer en
Waterstaat yang menangani perumahan rakyat (volkshuivesting) dan
bangunan gedung rumah tangga.19
Tujuan pokok pembangunan permukiman dan perumahan adalah
19
Lucy Yosita,dkk," Stategi Perencanaan dan Perancangan Perumahan Pada Era
Kontemporer",(Yogyakarta,Deepublish,2012),h.1
11

meninggkatkan sedian rumah dan permukiman yang terjangkau oleh


masyarakat, khususnya masyarakat berpendapatan rendah, dan
meningkatkan sistem permukiman yang teratur, layak huni, berbudaya,
ramah lingkungan,dan efesien, yang dapat mendukung produktifitas
dan kreativitas masyarakat, seta meningktakan kualitas sumber daya
alam dan kelestarian linkungan.
Untuk mencapai tujuan di atas, strategi kebijakan dalam
pembangunan pemukiman dan perumahan yang dilakukan adalah :
a. Pembangunan institusi pembiayaan primer dan skunder
dalam pembangunan perumahan dan pemukiman
b. Mengembangkan sisitem penyediaan pembangunan dan
perbaikan hunian yang layak.
c. Mengembangkan sistem subsidi hunian bagi masyarakat
miskin
d. Meningkatkan kemampuanpengelolaan pelayananprasarana
dan sarana pemukiman dikawasan perkotaan dan pedesaan.
e. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan
lingkungan pedesaan agar supaya tidak berlebihan20
a. Subsidi Perumahan
Subsidi perumahan adalah suatu kredit yang diperuntukkan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah menengah ke bawah dalam
rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang
telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa: subsidi selisih
bunga, penambahan dana pembangunan, perbaikan rumah.21
b. Perumahan Swadaya

20
Rahardjo Adisasmita,"Analisi Kebijakan Publik",(Yoyakarta,Graha Ilmu, 2015),h.71
21
Dora Kusumastuti," Kajian Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberian Subsidi
Di Sektor Perumahan" Kebijakan Publik, Vol:4, No.3 September 2015,3
12

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan pada studi ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata kata tertulis atau lisan dari orang orang atau perilaku
yang dapat diamati.22 Penelitian Deskriptif adalah suatu metode penelitian

22
Lexy J. Moeleong, Metodologi peneltian kualitaif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2006), h.4
13

yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek atau objek penelitian
kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan
pemecahan masalahnya dan dapat memberikan informasi yang mutakhir
sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih
banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah. Penelitian deskripsi secara
garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran
atau mencoba menggambarkan suatu peristiwa atau gejala secara sistematis,
factual dengan penyusunan yang akurat23

B. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi dan waktu penelitian merupakan wilayah geografis dan kronologis


keberadaan Populasi penelitian. Kegiatan sampling dilakukan atas populasi yang
dibatasi wilayah geografi dan kronologinya. Tempat dan waktu penelitian
ditentukan untuk mengetahui batas pemberlakuan generalisasi populasi.24
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Berohol Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2020 sampai dengan
selesai.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini, jenis data yang digunakan ialah:

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang di peroleh secara langsung dari tempat
penelitian, lokasi penelitian dan merupakan data yang di peroleh dari sumber
pertama yaitu wawancara, observasi yang berupa keterangan- keterangan dari

23
Supardi, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UII Press,2005),
h.28.
24
Purwanto,”Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan”,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 240- 241
14

pihak yang terkait seperti penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya


(BSPS).
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dan
diolah terlebih dahulu dari sumber yang sudah ada. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data data yang dimiliki oleh
Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Tebing Tinggi Masyarakat
berpenghasilan rendah yang mendapatkan Bantuan BSPS, Buku, Jurnal, Artikel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah penelitian ini, dilakukan penelitian sejumlah data untuk
menjadikan fokus penelitian sehingga membentuk suatu interaksi antara
responden/ informan, lapangan penelitian/ dan peneliti yang akan menggunakan
berupa teknik pengumpulan data, di antaranya adalah :

1. Observasi (Pengamatan), adalah langkah awal dimana peneliti melakukan


pengamatan terhadap fenomena.sasaran dari observasi ini ialah untuk
menemu kenali gejala adanya masalah yang sedang dihadapi.25
2. Wawancara , yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
melakukan pengamatan studi pendahuluan demi meemukan permasalahan
yang harus diteliti dan juga untuk mengetahui hal hal dari respondenya
sedikit. Dalam proses ini penulis melakukan wawancara yang tidak
berstruktur yaitu melakukan wawancara yang bersifat bebas (bincang-
bincang) dengan Kepala Dinas Kelurahan Berohol, Staf Dinas Kelurahan
Berohol, Tenaga Fasilitator Lapangan, para penerima Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya.
3. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan studi dokumentasi membaca
literature, dan hasil- hasil penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian.
E. Teknik analisis data

25
Sukaria sinulingga, “Metode Penelitian”, (Medan: Bibliografi, 2011), h. 56
15

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan


berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data
yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing verification.26

a. Data Reduction ( reduksi data)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok,
memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak penting.
b. Data display (penyajian data)
Penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya.
c. Conclusing drawing/verivikacation
Merupakan penarikan kesimpulan dan memverivikasi masalah
hasil temuan yang akan menjawab rumusasan masalah yang
dirumuskan sejak awal.
Setelah penulis memperoleh data data dan informasi yang di
perlukan dari lapangan, lalu penulis mengolahnya secara sistematis
sesuai dengan sasaran permasalahan yang ada dan menganalisisnya.
Penulis akan menganalisis secara deskriptif kualitatif berupa kata
kata, tulisan atau lisan dari orang orang yang berprilaku dapat
dimengerti. Analisis deskriptif ini dipergunakan dengan menguraikan
dan merinci kalimat-kalimat yang ada dengan menggunakan
pendekatan berfikir deduktif.
Deduktif adalah cara berfikir yang berdasarkan pada pengetahuan
pengetahuan umum, fakta fakta yang umum, fakta fakta yang uni dan
memakai fakta fakta yang umum itu menjadi suatu pemecahan yang
bersifat khusus.27 Dengan metode tersebut akan diuraikan program
bantuan stimulan perumahan swadaya dalam menyediakan ru,ah layak
huni kemudian ditarik kesimpulan secra khusu dari penafsiran awal.

26
Sugiyono, Op.cit,h.246
27
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara), 2015,
h.18
16

Anda mungkin juga menyukai