Anda di halaman 1dari 8
Impianmu, Gambaran Kehidupa mu “Janganlah engkau se-kali? berobsesi rendah sesungguhnya saya belum - pernah melihat orang yg paling kerdil dari orang yang berobsesi rendah.” (Umar bin Khaththab Ra.). 1. Hidupmu, Cita-citamu Semua orang mengerti bahwa cita-cita menentukan arah kehidupan kita. Oleh sebab itu tanpa memiliki cita-cita, membuat kita hanya berputar-putar ak tentu arah meski ada ide luar biasa dan kesempatan yang besar. Mau tidak mau, rela tidak rela, dan siap tidak siap masa depan itu akan datang juga. Meski emikian kita tidak boleh membiarkan masa depan terjadi begitu aja,.....tanpa a-cita tanpa arah. Sedari awal, kita harus memiliki cita-cita betapapun sederhananya itu. cita mencakup tujuan, sasaran, atau impian yang hendak kita diwujudkan. -cita mendorong kita mengerahkan segala potensi dan kemampuan kita ‘a maksimal. Tidak ada keberhasilan hidup yang dicapai karena kebetulan. ‘sesan dalam bidang apapun dicapai melalui cita-cita, arah yang tepat, a yang baik, dan semangat untuk meraihnya. Cita-cita sangat menentukan hasilam hidup kita. Mengapa ? berimu harapan dan arah Tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup secara normal tanpa i harapan. Memiliki cita-cita berarti kita memiliki suatu harapan terhadap ita. Harapan itulah yang mendorong kita melakukan banyak hal-hal baik encapainya. Cita-cita juga memberikan arah kepada kita. Mengetahui gatlah penting agar kita dapat mengontrol langkah kaki kita untuk tetap cita-cita kita. ri semangat dan fokus Setiap cita-cita pastilah perkara yang sangat berharga bagi hidup kita. bab itu kita akan terpacu untuk meraih sesuatu yang berharga itu. Cita- embuat hidup sescorang lebih bergairah karena ada semangat dan -antusias. Cita-cita memberi kita fokus kepada apa saja yang mesti kita wujudkan untuk meraihnya, baik tahapnya, aspek yang memudahkan, tujuan antara, — dsb. Cita-cita jugalah yang membantu kita untuk menseleksi Dekatkan Kekasih-Ku kepada-Ku ? Tersebut didalam Hadits Qudsi, "Sesungguinya Allah Sut berfirman, "Pada Hari Kiamat kelak Allah berfirman, “Dekatkanlah kekasit-kekasinKu kepada-Ku !. Para malaikat bertanya, “Orang-orang Islam yang fagir!", jawab Allah. ‘Maka dekatkanlah mereka kepada Allah. Allah besfiman, "Aku tidak menjauhkan dunia daripada kalian bukan karena rendahnya martabat | allan dimata-Ku. Namun Aku bermaksud | dengan demikian itu adalah guna ‘melpatgandakan perhormatan-Ku terhadap diri kalian pada Hari ini. Kini mintalah kepada-Ku | apa-apa yang kalian kehendaki! "| ‘Kemudian mereka dimasukkan ke dalam | ‘Syurga empat puluh musim (tahun) lebih dahuly darjpada orang-orang kaya’. | (THOR, Abu Syaikh, dariAnas). | KH, Firdaus AN, JALAN KE SORGA, 325 Hadits Qudsi Pitan, Tahun 1986. Jakarta : CV. Pedoman limu Jaya bersama Yayasan AlAmin. ketrampilan mana perlu dikuasai, pengeta- huan mana saja yang perlu dipelajari, bahkan jenis bacaan mana yang perlu kita dalami lalu menyingkirkan bacaan lainnya. 2. Perintah Bercita-cita Setinggi Mungkin “Dan orang orang yang berkata, “Ya Rabb kami ! Anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadi- kanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (TQS. Al Furqaan (Pembeda) 25, 74). -Rasulullah Saw bersabda, “Jika _engkau meminta surga, mintalah surga firdus Karena firdaus adalah surga yang ing tinggi.” (Mutafaqqun ‘Alaih). Rasulullah Saw juga bersabda, mgguhnya Allah menyukai permasa- lahan yang tinggi dan mulia dan Allah membe yang biasa-biasa.” (THR. Thabrani no 2894). Beberapa nash berikut ini memberikan kita sandaran dan petunjuk. Oleh karena cita-cita memang tidak pernah mudah untuk dicapai, “Barangsiapa yang bertaqwa pada Allah niscaya la akan mengadakan baginya jalan keluar.” (TQS. Ath Thalaag (Talak) 65, 2). an memberinya rezeki dari arah yg tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal pada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperlu- an)nya”. (TQS. Ath Thalaag (Talak) 65, 3). Oleh karena bimbingan Islam itulah mala para shahabat pun menekankan pentingnya bercita-cita yang tinggi. Umar bin Khaththab Ra. berkata, “Janganlah engkau sekali-kali berobsesi rendah sesungguhnya saya belum pernah melihat orang yang paling kerdil dari orang yang berobsesi rendah. Mu’awiyah Ra. pernah mengatakan, “Bercita- citalah kalian sesungguhnya saya mencita-citakan Khilafah maka saya meraihnya padahal banyak seka- li shahabat yg lebih berhak untuk meraihnya, barang siapa menginginkan kecuali dia akan meraihnya.” Umar bin Abdul Aziz berkata, “Sesungguhnya aku memiliki jiwa yang berkeinginan sangat kuat. Aku bercita-cita untuk tegaknya khilafah maka saya memperolehnya. Aku menginginkan menikahi putri seorang khalifah maka aku mendapatkannya. Aku bercita-cita menjadi khalifah maka aku mendapat- kannya. Dan aku sekarang menginginkan Syurga maka aku berharap untuk mendapatkannya.” Tbnul-Qayyim Al-Jauzi mengatakan, “Sekira- nya engkau bisa melewati setiap sosok ulama dan ahli zuhud, maka lakukanlah. Oleh karena mereka adalah manugia (biasa), dan engkau pun juga manusia (biasa). Dan tidaklah seseorang duduk (berpangku tanga) kecuali dikarenakan hina dan rendahnya cita-éita.” 3. Cita-cita Rasulullah ae Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ol Abmagt dan An-Nasa‘i, dari Abu Sukainah Ra dari seoragg shahabat Rasulullah Saw lainnya dis dan berkara, “Telah sempurnatah kalimat bbmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang henar “dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah alimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ! “ Terpecah- Jah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri memandang, dia meli- hat kilat yang memancar seiring pukulan Rasulullah Saw. Kemudian beliau memukul lagi kedua kalinya, dan membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur°an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha Menge- tahui ! “ Pecah pula sepertiga baiu itu, dan Salman melihat lagi kilat yang memancar ketika Rasulullah Saw memukul batu tersebut. Rasulullah Saw memukul sekali lagi dan membaca, “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ! “ Dan untuk ketiga kalinya, batu itypun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya dan duduk. Salman berkata, “Wahai Rasulullah, Ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat ‘memancar.” Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Wahai Salman, engkau melihatnya ? “ Kata Salman, “Demi Dzat yang mengutus anda mem- bawa kebenaran, betul wahai Rasulullah.” Rasulullah Saw bersabda, “Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota~ kota Raja Persia dan sekitarnya serta sejumlak kota besarnya hingga saya melihainya dengan kedua mata saya.” Para shahabat yang hadir ketika itu berkata, “Wahai Rasulullah, do'akanlah kepada injadi ntun dan Ss Allah agar membukakannya untuk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan tangan-tangan kami.” Maka Rasulullah Saw pun berdo'a, “Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.” Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, berdo'alah kepada Allah gor membukakannya untuk kami dan memberé kami ghanimah rumah-rumah mereka, dan agar kami hancurkan negeri mereka dengan t tangan kami.” Ce Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa, “Kemudian pukulan ketiga, ditampakkan kepada saya ne ri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya hingga ‘saya melihatnya dengan kedua mata saya. Lalu beliau berkata ketika itu, “Biar- kanlah Ethiopia (Habasyah) selama mereka membiarkan kalian, dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.” Sejarah mencatat bahwa sepeninggal - Rasulullah Saw, terjadilah apa yang diberitakan oleh beliau. Kedua negara adikuasa masa itu berhasil ditaklukkan Kaum Muslimin, bi idznillah (dengan izin Allah). 4. Cita-cita Tinggi Tidak Pernah Mudah Dicapai Tbnul Qayyim Al-Jauzi juga memberikan gambaran bagaimana cita-cita tinggi itu sekaligus jlustrasi tersirat betapa cita-cita tinggi tidak akan pernah mudah dicapai (Kitab Shaidul Khathir), “Cita-cita ulama masa lalu sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan karangan mereka yang merupakan saripati karya’-nya. Namun sayang, ternyata banyak karangan mereka hilang tak berbekas karena cita’ gene- rasi setelahnya sangat lemah. Orang? yg disebut terakhir ini lebih suka pada kitab? ringkasan dan menjauhi kitab-kitab tebal. Tak hanya itu, mereka ternyata juga membatasi diri mereka hanya pada apa yang mereka pelajari saja. Karena itulah kitab-kitab karangan ulama masa lalu yang tebal-tebal itu punah ‘dan tak ada pemeliharanya. Seorang yang memburu kesempurnaai ‘ilmu harus menelaah karangan? yang sudah tidal pernah dijamah orang. Apabila ia melakukannya, pasti ia akan menyaksikan ‘ilmu dan cita-cite ulama terdahulu yang bisa mengobarkan semangat dan menggerakkan tekadnya untuk _lebil bersungguh-sungguh, dan tiap karangan past mengandung manfaat. Bersambung. Wallahu a’lamu bish-shawab. (reedited by sm02 from 21/xxviii Sekedar Cita’, Tidaklah Cukup Impianmu, Gambaran Kehidupanmu 02 “Sekiranva engkan bisa melewati setiap sosok wlama dan ahli zuhud, maka lakukanlah. Oleh karena mereka adalah manusia (biasa), dan engkau pun juga manusia (biasa). Dan tidaklah seseorang duduk (berpangku tangan) kecuali dikarenakan hina dan rendahnya cita-cita,” (fbnul-Qayyim Al-Jauzi). Kami berlindung pada Allah dari tertular penyakit orang-orang yang bergaul dengan kami. Kami tak menyaksikan dari mereka seseorang yang punya cita-cita tinggi ~ jhingga bisa menjadi teladan para pencari ilmu dan kami juga tak menyaksikan dari “mereka seseorang yang punya sikap wara’ hingga bisa menjadi anutan bagi para sufi. Rajin-rajinlah mempelajari kehidupan generasi salaf dan menelaah tulisan mereka, Karena menelaah tulisan mereka sama dengan melihat mereka secara langsung. Aku sendiri tak pernah bosan menelaah kitab. Bila aku melihat sebuah kitab yang asing, aku seperti melihat sebuah perbendaharaan harta. Aku telah membaca kitab-kitab wakaf di Madrasah Nidhamiyah yang terdiri dari sekitar enam ribu jilid buku. Aku juga telah membaca kitab-kitab Abu Hanifah, Al Humaidi, Abdul Wahab, Tbnu Nashir, dan Abu Muhammad bin al Khasyab yang terdiri dari sangat banyak jilid. Kalau aku mengaku telah membaca dua puluh ribu jilid kitab, maka kitab yang kubaca sebenarnya lebih banyak lagi, padahal ketika itu aku masih berstatus sebagai pencari ilmu. Berdasarkan kehidupan, ketinggian cita-cita, hafalan, ibadah, dan keunikan ilmu ulama masa lalu itu aku pun mengetahui sesuatu yang tak diketahui orang yan, 8 tidak menelaah kitab mereka. Oleh karena itu, aku pun meremehkan kondisi ummat sekarang dan menghina cita-cita para pencari ilu di zaman ini”. 5. Perbedaan yang Bercita-cita Tinggi dan Cita-cita Rendah Tbnul Qayyim Al-Jauzi, “Orang-orang yang punya cita-cita tinggi pasti akan tersiksa. Ringan-berat siksaan yang dialaminya berbanding lurus dengan tinggi- rendahnya cita-cita yang dimilikinya, seperti yang telah dikatakan seorang penyair, “Setiap tubuh kurus karena bencana yang menimpanya. Dan bencana tubuhku adalah tingginya cita-cita”. Penjelasan tentang masalah ini adalah bahwa orang yang memiliki cita-cita yang tinggi pasti akan mencari seluruh ‘ilmu—tanpa kecuali. Dan ia tak puas hanya 2 ts Fanguna rumah Lalu dijual, dsb. Rumuskan cita-citamy sesvai dengan passion dan kesukaanmu agar setelah jauh tak perlu berbalik arah atau haluan cita-cita. Ya, agar kita jalani hidup kita dengan senang hati. menciptakan sensasi Ciptakan — sesuatu’ = yang dapat. “membangunkan” dan membangkitkan gairah kita setiap kali setiap saat. Misalnya, kita berpikir besok kita harus meraih nilai sempurna dalam ujian “A*. Walau kedengarannya mustabil, tapi sensasi itu dapat memacu adrenalin kita untuk belajar lebih serius melampaui yang sudah pernah kita lakukan. ikirkan saat maut datang Membayangkan maut akan memotivasi kita untuk berbuat lebih banyak lagi selama sisa hidup kita ita terdorong untuk mengingat kembali perjalanan hidup kita sedari belia hingga dewasa dan menua. Kita akan tahu seberapa besar “hal-hal baik”* yang pernah kita lakukan. Dengan itu kita pun tersadarkan untuk ‘merumuskan ulang hal-hal yang keliru lalu membenahi kesalahan untuk peluang yang lebih baik saat akhir....usnul-Khatimah. jemput rasa takut dan sambut setiap masalah Saat kita dibayang-bayangi kecemasan dan ketakutan, jemput ia, Hadapi dia dan cari penyelesaiannya sembari menikmati rasa takut, yang sering berlebihan itu. Saat kita berhasil mengatasi ‘menyelesaikan masalah, maka rasa takut akan hilang dan menambah kepercayaan diri kita. Rasa takut pada dasarnya kita perlukan, Dan, apabila usai satu masalah siapkan diri untuk menyambut masalah-masalah berikutnya. Hakikat kehidupan itu memang ya “masalah” itu. Jadi, tidak mungkin dihindari dan nggak perlu (akut berlebiban. Rasa takut diperlukan dalam kadar seperlunya saja sewajamya saja, karena rasa takut itu akan memicu kreatifitas kita. 7. Bingkai Cita-citamu dengan Akhirat Apabila cita-citamu sudah tercapai, apa yang kamu lakukan ? Kalo sudah jadi peneliti jempolan trus mengapa ? Kalo udah lulus kuliah dari Oxford terus ngapai ? Kita harus punya alasan kuat untuk apa yang, akan kita cita-citakan, Perjuangan untuk meraih cita-cita tidaklah mudah. Lalu, apa artinya jika cita-cita itu untuk cita-cita itu sendiri,2Apabila bingkai bercita-cita itu menjadi Santun dan Bijak tiga pengertian zuhud Tbnu ‘Abbas Ra berkata, “Zuhud (az-zuhdu) terdiri dari tiga huruf, yaitu zaa’, haa’, dan daat. 1. Zaa’ maksudnya zaadun tii ma'aad (bekal untuk kembali ke akhirat yakni taqwa); 2; Ha’ maksudnya hudan lid-diin (petunjuk untuk mengikuti Islam); dan 3. Daal maksudnye dawaam ‘alath-thaa’ah (konsisten dalam melaksanakan ketha'atan™. (Muhammad Nawawi Al-Bantani), Nashaailul-Ibaad (Nashaaihul-Thaad, Menjadi Santun dan Bijak). Talun 2005. Bandung : IBS). Persembahan Wa Islama untuk ibadah yang lebih berma’na,.- pribadi bahagia, kinerja yang lebih hebat, dan kehidupan sosial yang penuh harmon. tidak tepat, maka dalam perjalanan kita akan mudah patah hati dan kecewa, Maka gunakanlah frame akhirat. Ketika kuliah hanya untuk mencari nilai, maka kita akan sedih setengah mati bila nilainya jaub dari harapan Kuliah dan belajar itu untuk menuntut ‘ilmb....ini frame akhirat, Bekerja itu bukan untuk memperoleh gaji dan bayaran, Gaji dan bayaran adalah konsekuensi logis untuk kesungguhan dan dedikasi kita, Kita bekerja untuk mencari nafqah, menghidupi keluarga kita dengan rizgi Allah Swt. Kita mencari rizgi Allah Swe melalui bidang keahlian kita masing-masing mendedikasikan pada bidang itu dengan sungguh-sungguh untuk kemashlahatan yang lebih luas (yang sering melampaui tuntutan tempat kerja).....itu frame akhirat, Kalau gajinya disunat,...itu bukan satu-satunya rizgi Allah Frame, alasan, atau bingkai bercita-cita hendaklah dalam rangka menggapai ridha Allah Swt, alasan akbirat Apabila akhirat menjadi frame, misalnya, ketika Seseorang menghadapi cobaan, maka is akan tetap semangat lantaran ia yakin pertolongan Allah Swt. Alangkah menyedibkannya apabila kita salah frame salah orentasi.....orentasi dunia, Manusia seperti inilah yang digambarkan HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), “Banyak guru, dokter, hakim, insinyur, banyak orang yang bukunya satu gudang dan dipto- manya segulung besar, tiba dalam masyarakat men- jadi “mati”. Sebab dia bukan orang masyarakat. Hidupnya hanya mementingkan dirinya, diplomanya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah seperti batu, tidak mampunyai cita-cita lain dari pada kese- nangan dirinya, Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan agal. Kepandai- annya yang banyak itu kerap kali menimbulkan takut- nya. Bukan menimbulkan keberaniannya memasuki lapangan hidup.” Pejuang cita-cita yang punya frame akhirat pasti menyadari bahwa keberhasilan adalah amanah. Keberhasilan hidupnya dititahkan untuk menjadi perantara bagi kebahagian dan kesejahteraan makhlug lainnya. Tingginya kedudukan yang diamanahkan kepadanya bukan untuk membesarkan kepalanya. Justru kedudukannya yang tinggi menjadi sarana lebih besar baginya untuk mensejabterakan orang lain, untuk memastikan kebaikan bagi orang lain, dan melindungi hak-hak orang lain dari kesewenangan orang-orang dzalim. Kekuatan dan kemampuannya untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar menjadi lebih besar yang tentu ‘memberikan pengaruh yang lebih signifikan. Orang yang bercita-cita dengan frame akhirat, cita-citanya akan tumbuh dan berkembang. la akan berjuang untuk cita-cita kebaikan yang berikutnya, sampai maut menjemputnya. “Ja berkata, “Ya Rabbku. sesungguhnya nulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, ya Rabbku”. (TQS. Maryam (Ibunda Nabi Isa As) 19, 4) Mari ukir mimpi setinggi, dan temukan frame akhirat untuk cita-citamu tersebut. Perjuangkan dengan segenap tenaga disertai do'a sepenuh hati dan tawakkal sepenuh jiwa. Wallahu a’lamu bish-shawab. (reedited of 22/ 5m: Jaduat Shalat x me =e Saatssan'h7. 7211) Maghi sya’ Imsak Shubuh Tesbt Ohuha Dhuh 24-28 Jul* 17.41+18.53¢04.26+ 04.36+05.52605 17+ 11.48"

Anda mungkin juga menyukai