Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TENTANG

HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM

Disusun Oleh:
1. Muhammad Ainur Afdal (33120018)
2. Nadya Fildzah Juniar (33120008)
3. Dewi Khusnul Qhatimah (33120003)
4. Rida Afrija ( 33120010)

Dosen Pembimbing:
Dr. Nurbaeti, S.Ag., M.Pd

KELAS 1A
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021
KATA PENGANTAR
 
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam atas junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring
bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telahmembawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
 Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah PENDIDIKAN AGAMA ISLAM dengan ini
penulis mengangkat judul “ Hukum kewarisan dalam islam”.
 Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
 Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 21 Mei 2021

Wassalam

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
3. TUJUAN...............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
1) PENGERTIAN WARIS.......................................................................................................2
2) SYARAT DAN RUKUN WARIS........................................................................................4
3) GOLONGAN AHLI WARIS...............................................................................................5
4) BEBERAPA HAK YANG BERSANGKUTAN DENGAN HARTA WARIS...................7
5) BAGIAN-BAGIAN AHLI WARIS.....................................................................................7
6) SEBAB-SEBAB TIDAK MENDAPATKAN HARTA WARIS.........................................9
7) HIKMAH PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM.................................................10
8) PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM....................................................................11
9) HAL-HAL YANG MENGHALANGI WARIS.................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
1. KESIMPULAN...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Warisan adalah harta peninggalan seseorang yang telah meninggal kepada


seseorang yang masih hidup yang berhak menerima harta tersebut. Hukum waris adalah
sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan hukum mengenai kekayaan setelah
wafatnya Seseorang yang berhak menerima harta peninggalan di sebut ahli waris. Dalam
hal pembagian harta peninggalan, ahli waris telah memiliki bagian-bagian tertentu.
Seperti yang tercantum dalam Firman Allah SWT sebagai berikut :
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan” 
2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut
 Apa yang dimaksud dengan waris ?
 Apa saja syarat dan rukun waris ?
 Sebutkan golongan ahli waris !
 Sebutkan hak-hak yang bersangkutan dengan harta waris !
 Jelaskan mngenai bagian-bagian ahli waris !
 Apa sajakah Sebab-sebab tidak mendapatkan harta waris ?
 Apa yang di maksud dengan‘Aulu ?
 Hal-hal apa saja yang menghalangi waris ?
 Apa yang di maksud dengan Wasiat ?
3. TUJUAN

 Untuk mengetahui dan memaparkan hukum waris menurut pandangan agama


Islam.
 Untuk menambah wawan pembaca mengenai hukumwaris menurut pandangan agamaIslam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1) PENGERTIAN WARIS

Pengertian waris menurut Bahasa ini tidak terbatas hanya pada hal-hal yang
berkaitan dengan harta, akan tetapi mencakup harta benda dan non benda. ‫ث‬‫ رو‬adalah
kata kewarisan pertama yang digunakan dalam al-qur’an. Kata waris dalam berbagai
bentuk makna tersebut dapat kita temukan dalam al-qur’an, yang antara lain:
 Mengandung makna “mengganti kedudukan” (QS. an-Naml, 27:16).
 Mengandung makna “memberi atau menganugerahkan” (QS. az-Zumar,39:74).
 Mengandung makna “mewarisi atau menerima warisan” (QS. al-Maryam, 19: 6).
Sedangkan secara terminologi hukum, kewarisan dapat diartikan sebagai hukum
yang mengatur tentang pembagian harta warisan yang ditinggalkan ahli waris,
mengetahui bagian-bagian yang diterima dari peninggalan untuk setiap ahli waris yang
berhak menerimanya.
Hukum kewarisan islam ialah seperangkat ketentuan yang mengatur cara-cara
peralihan hak dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup
yang ketentuan-ketentuan tersebut berdasarkan kepada wahyu ilahi yang terdapat dalam
al-qur‟an dan penjelasan yang diberikan oleh nabi muhammad saw dalam istilah bahasa
arab disebut faraa-id.
Ilmu fara’id adalah ilmu yang membahas mengenai peralihan hak maupun
kewajiban dari pewaris, siapa yang menerima, berapa bagiannya, kapan harta itu
dibagikan dan bagaimana cara yang tepat dalam membagi harta waris pewaris sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam al-qur‟an, sunnah rasul maupun ijtihad
para ulama‟
Hukum waris islam merupakan pilar agama islam yang dasarnya langsung
diambil dari sumber hukum islam, yakni al-qur‟an dan hadits. Kemudian, para ahli
hukum islam khususnya para mujtahid dan fuqaha, mentransformasi melalui berbagai
formulasi pewarisan sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Meskipun demikian, al-
qur‟an dan hadits adalah pilar utama hukum waris

2
Sedangkan menurut para fuqoha, pengertian ilmu waris adalah sebagai berikut:

“Artinya: Ilmu yang mempelajari tentang ketentuan-ketentuan orang yang


mewaris, kadar yang diterima oleh ahli waris serta cara pembagiannya.”

Adapun dalam istilah umum, waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang
yang meninggal dunia kepada ahli waris yang masih hidup. Seperti yang disampaikan
oleh Wiryono Projodikoro, definisi waris adalah soal apakah dan bagaimanakah
pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan seseorang pada waktu
ia meninggal akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Dengan demikian secara
garis besar definisi warisan yaituperpindahan berbagai hak dan kewajiban tentang
kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup dengan
memenuhi syarat dan rukun dalam mewarisi.

Selain kata waris tersebut, kita juga menemukan istilah lain yang berhubungan
dengan warisan, diantaranya adalah:
a. Waris, adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima warisan.
b. Muwaris, adalah orang yang diwarisi harta bendanya (orang yang meninggal) baik
secara haqiqy maupun hukmy karena adanya penetapan pengadilan.
c. Al-Irsi, adalah harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris yang
berhaksetelah diambil untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang dan
menunaikanwasiat
.d. Warasah, yaitu harta warisan yang telah diterima oleh ahli waris.
e. Tirkah, yaitu seluruh harta peninggalan orang yang meninggal dunia sebelum diambil
untuk pemeliharaan jenazah, melunasi hutang, menunaikan wasiat.
Adapun pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan
(tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
bagiannya (Pasal 171 hurufa KHI).

3
2)  SYARAT DAN RUKUN WARIS

Dilansir dari NU Online , terdapat empat syarat dan tiga rukun dalam ketentuan
kewarisan dalam Islam sebagai berikut:
1. Yang mewariskan harta sudah meninggal
Kendati orang yang akan mewariskan hartanya sudah koma atau sakit keras
berkepanjangan, namun jika belum benar-benar meninggal, maka hartanya tidak
boleh diwariskan.Status meninggal ini juga bisa dinyatakan oleh hakim. Sebagai
misal, jika seseorang telah lama hilang dan tidak ada kabarnya, kemudian atas
pengajuan pihak keluarga ke pengadilan, lalu hakim memutuskan bahwa orang
tersebut meninggal dunia, maka setelah itu harta warisan boleh dibawa
2. Ahli waris masih hidupJika yang mewariskan harta sudah meninggal dunia,
maka yang berhak menerima warisan syaratnya harus dalam keadaan. Setelah itu,
barulah harta warisan bisa diatur pembagiannya.
3. Ada hubungan antara ahli waris dan pewaris harta
Kewarisan dinyatakan sah jika terdapat hubungan antara si mayat dan ahli waris.
Hubungan itu dapat berupa hubungan kekerabatan, pernikahan, atau memerdekakan
budak (wala ').
4. Tidak ada salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan
warisan.
Adapun rukun waris dalam hukum kewarisan Islam, diketahui ada tiga macam, yaitu :
1. Muwaris
yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang yang
mewariskanhartanya. Syaratnya adalah muwaris benar-benar telah meninggal dunia.
Kematianseorang muwaris itu, menurut ulama dibedakan menjadi 3 macam :
a) Mati Haqiqy (mati sejati).
Mati haqiqy (mati sejati) adalah matinya muwaris yang diyakini tanpa
membutuhkan putusan hakim dikarenakan kematian tersebut disaksikan oleh orang
banyak dengan panca indera dan dapat dibuktikan dengan alat bukti yang jelas dan
nyata.
b) Mati Hukmy ( mati menurut putusan hakim atau yuridis)

Mati hukmy (mati menurut putusan hakim atau yuridis) adalah suatu
kematianyang dinyatakan atas dasar putusan hakim karena adanya beberapa pertimbangan.
Makadengan putusan hakim secara yuridis muwaris dinyatakan sudah meninggal
meskipunterdapat kemungkinan muwaris masih hidup. Menurut pendapat
Malikiyyah dan Hambaliyah, apabila lama meninggalkan tempat itu berlangsung
selama 4 tahun, sudah dapat dinyatakan mati. Menurut pendapat ulama mazhab
lain, terserah kepada ijtihad hakim dalam melakukan pertimbangan dari
berbagai macam segi kemungkinannya

4
c) Mati Taqdiry (mati menurut dugaan).
Mati taqdiry (mati menurut dugaan) adalah sebuah kematian
(muwaris)berdasarkan dugaan keras, misalnya dugaan seorang ibu hamil yang
dipukul perutnyaatau dipaksa minum racun. Ketika bayinya lahir dalam keadaan
mati, maka dengandugaan keras kematian itu diakibatkan oleh pemukulan terhadap
ibunya.
2. Waris (ahli waris)
yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan kekerabatan baikhubungan
darah (nasab), hubungan sebab semenda atau perkawinan, atau karenamemerdekakan hamba
sahaya. Syaratnya adalah pada saat meninggalnya muwaris, ahliwaris diketahui
benarbenar dalam keadaan hidup. Termasuk dalam hal ini adalah bayiyang masih dalam
kandungan (al-haml). Terdapat juga syarat lain yang harus dipenuhi,yaitu: antara
muwaris dan ahli waris tidak ada halangan saling mewarisi.

3. Maurus atau al-Miras


yaitu harta peninggalan si mati setelah dikurangi biaya perawatan jenazah,
pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat.
3) GOLONGAN AHLI WARIS

Orang-orang yang berhak menerima harta waris dari seseorang yang meninggal


sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak
perempuan.
Golongaan ahli waris dari pihak laki-laki, yaitu :
1. Anak laki-laki.
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, terus
kebawah, asalpertaliannya masih terus laki-laki.
3. Bapak
4. Kakek dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum putus
dari pihak bapak.
5. Saudara laki-laki seibu sebapak.
6. Saudara laki-laki sebapak saja.
7. Saudara laki-laki seibu saja.
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak saja
10. Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak.
11. Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja.
12. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak.
13. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja
14. Suami.
15. Laki-laki yang memerdekakannya (mayat).

5
Apabila 10 orang laki-laki tersebut di atas semua ada, maka yang mendapat harta
warisan hanya3 orang saja, yaitu :
1. Bapak.
2. Anak laki-laki
3. .Suami.
Golongan dari pihak perempuan, yaitu :
1. Anak perempuan
2. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal
pertaliannnya dengan yang meninggal masih terus laki-laki
3. Ibu.
4. Ibu dari bapak.
5. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki.
6. Saudara perempuan seibu sebapak.
7. Saudara perempuan yang sebapak.
8. Saudara perempuan seibu.
9. Istri.
10. Perempuan yang memerdekakan si mayat.

Apabila 10 orang tersebut di atas ada semuanya, maka yang dapat mewarisi dari
mereka ituhanya 5 orang saja, yaitu :
1. Isteri.
2. Anak perempuan.
3. Anak perempuan dari anak laki-laki.
4. Ibu.
5. Saudara perempuan yang seibu sebapak.

Sekiranya 25 orang tersebut di atas dari pihak laki-laki dan dari pihak perempuan
semuanyaada, maka yang pasti mendapat hanya salah seorang dari dua suami isteri, ibu
dan bapak, anak laki-laki dan anak perempuan.

Anak yang berada dalam kandungan ibunya juag mendapatkan warisan dari


keluarganya yang meninggal dunia sewaktu dia masih berada di dalam kandungan ibunya.
Sabda Rasulullah SAW.“apabila menangis anak yang baru lahir, ia mendapat pusaka.” (HR. Abu
Dawud).

6
4) BEBERAPA HAK YANG BERSANGKUTAN DENGAN HARTA WARIS

Sebelum di lakukan pembagian harta waris terdapat beberapa hak yang harus
didahulukan. Hak - hak tersebut adalah :
 Hak yang bersangkutang dengan harta itu, seperti zakat dan sewanya.
 Biaya untuk mengururs mayat, seperti harga kafan, upah menggali tanah kubur,
dansebagainya. Sesudah hak yang pertama tadi di selesaikan, sisanya barulah
di pergunakanuntuk biaya mengurus mayat.
 Hutang yang di tinggalkan oleh si mayat.
 Wasiat si mayat. Namun banyaknya tidak lebih dari sepertiga dari harta
penginggalan simayat.
5) BAGIAN-BAGIAN AHLI WARIS

Dalam fiqih mawaris ada ilmu yang digunakan untuk mengetahui tata cara
pembagian danuntuk mengetahui siapa-siapa saja yang berhak mendapat bagian, siapa
yang tidak mendapatbagian dan berapa besar bagiannya adalah ilmu faroidl  Al-Faraaidh
( ) adalah bentuk jamak dari kata Al-Fariidhoh ( ) yang oleh para ulama
diartikan semakna dengan lafazhmafrudhah, yaitu bagian-bagian yang telah ditentukan
kadarnya. Ketentuan kadar bagianmasing-masing ahli waris adalah sebagai berikut :
 Yang mendapat setengah harta
 Anak perempuan, apabila ia hanya sendiri, tidak bersama-sama saudaranya.
Allahberfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 11 :

Artinya :“Jika anak perempuan itu hanya seorang, maka ia memperolah separoharta.”
1. Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan.(berdasarkan
keterangan ijma’)
 Saudara perempuan yang seibu sebapak atau sebapak saja, apabila ia saudaraperempuan seibu
sebapak tidak ada dan ia hanya seorang saja.
 Suami, apabila isterinya yang meninggal dunia itu tidak meninggallkan anak dan
tidakpula ada anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
2. Yang mendapat seperempat harta.
 Suami, apabila isteri meninggal dunia itu meninggalkan anak, baik anak laki-
lakiataupun anak perempuan, atau meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki-
lakimaupun perempuan. Firman Allah SWT, dalam surah An-Nisa’ ayat 12, yaitu :

7
Artinya : “ Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempatdari harta yang di tinggalkannyasesudah dik penuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) sesudah di bayar utangnya.” 
 Istri, baik hanya satu orang ataupun berbilang, jika suami tidak meninggalkan
anak (baik anak laki-laki maupun anak perempuan ) dan tidak pula anak dari
dari anak laki-laki (baik laki-laki maupun perempuan). Maka apabila istri itu
berbilang, seperempat itu dibagi rat anatara mereka.

3. Yang mendapat seperdelapan harta.Istri baik satu ataupun berbilang, mendapat warisan
dari suaminya seperdelapandari harta kalau suaminya yang meninggal dunia itu
meninggalkan anak, baik anak laki-laki ataupun perempuan, atau anak dari anak laki-
laki, baik laki-laki ataupun perempuan.
Firman Allah SWT, dalam surah An-Nisa’ ayat 12, yaitu

 Artinya : “Jika kamu mempunyai anak, maka para istri itu memperoleh seperdelapan dari


harta yang kamu tinggalkan.”
4. Yang mendapat dua pertiga harta.
 Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak laki-laki.
  Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Apabila ia anak perempuan
tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki yang berbilang itu, mereka
mendapatkan harta warisan dari kakek mereka sebanyak dua pertiga dari harta.
 Suadara perempuan yang seibu sebapak apabila berbilang(dua atau lebih).
FirmanAllah SWT, dalam Surah An-Nisa’ ayat 176, yaitu :

Artinya :“Jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertigadari harta yang
di tinggalkan oleh yang meninggal.” 
 Saudara perempuan yang sebapak, dua orang atau lebih.
Keterangannya adalah surah An-Nisa’ ayat 176 yang tersebut di atas, karena yang
di maksud dengan saudara dalam ayat tersebut ialah saudara seibu sebapakatau
saudara sebapak saja apabila saudara perempuan yang seibu sebapak tidak ada.
5. Yang mendapat sepertiga harta.
 Ibu, apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak dari anak laki-
laki), dan tidak pula meninggalkan dua orang saudara, baik laki-laki ataupun
perempuan, seibu sebapak atau sebapak saja, atau seibu saja.
 Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki
maupunperempuan. Firman Allah SWT, dalam surah An-Nisa’ ayat 12, yaitu :

8
Artinya :“Tetapi jika  saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu.” 

6. Yang mendapat sepereenam harta.


 Ibu, apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki,atau beserta dua
saudaraatau lebih, baik saudara laki-laki ataupun saudara perempuan, seibu sebapak,
sebapaksaja, atau seibu saja.
 Bapak si mayat, apabila yang meninggal mempunyai anak atau anak dari anak laki-
laki.
 Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), kalau ibu tidak ada. Hal ini beralasan dari
hadist yang diriwayatkan oleh zaid yang artinya : “Sesungguhnya nabi SAW. telahmenetapkan
bagian nenek seperenam dari harta “
 Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, (anak perempuan dari anak laki-
laki).Mereka mendapatkan seperenam dari harta, baik sendiri atau berbilang,
apabilabersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi apabila anak perempuan
berbilang,maka cucu perempuan tadi tidak mendapat harta waris.
 Kakek (bapak dari bapak), apabila beserta anak atau anak dari anak laki-laki,
sedangkan bapak tidak ada. (keterangan berdasarkan ijma’ para ulama’)
 Untuk seorang sudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan. Firman
AllahSWT. Dalam surah An-Nisa’ ayat 12, yaitu :

Artinya :“Dan apabila si mayat mempunyai seorang sudara laki -laki(seibu saja) atauseorang
saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenissaudara itu
seperenam harta.” 
 Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri ataupun berbilang,
apabilabeserta saudara perempuan yang seibu sebapak. Adapun apabila saudara
seibusebapak berbilang(dua atau lebih), maka saudara sebapak tidak mendapat harta
warisan. (berdasarkan ijma’para ulama’).
6) SEBAB-SEBAB TIDAK MENDAPATKAN HARTA WARIS

Ahli waris yang telah di sebutkan di atas semua tetap mendapatkan harta waris
menurutketentuan-ketentuan yang telah di sebutkan, kecuali apabila ada ahli waris yang
lebih dekatpertaliannya kepada si mayit dari pada mereka. Berikut akan di jelaskan
orang-orang yangmendapat harta waris, atau bagiannya menjadi kurang karena ada
yang lebih dekat pertaliannyakepada si mayit dari pada mereka.
 Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), tidak mendapat harta waris karena ada ibu,sebab ibu
lebih dekat pertaliannya kepada yang meninggal dari pada nenek. Begitu juga
kakek, tidak mendapat harta waris selama bapaknya masih ada, karena bapak
lebih dekat pertaliannya kepada yang meninggal dari pada kakek.
 Saudara seibu, tidak mendapatkan harta waris karena adanya orang yang di sebut
dibawah ini :

9
o Anak, baik laki-laki maupun perempuan.
o Anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
o Bapak.
o Kakek.
 Saudara sebapak, saudara sebapak tidak mendapat harta waris dengan adanya salah seorang
dari empat orang berikut :
o Bapak.
o Anak laki-laki.
o Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu laki-laki).
o Sudara laki-laki yang seibu sebapak.
 Saudara seibu sebapak. Saudara seibu sebapak tidak akan mendapatkan harta waris apabila
terhalang oleh salah satu dari tiga orang yang tersebut di bawah ini :
o Anak laki-laki.
o Anak laki-laki dari anak laki-laki(cucu laki-laki)
o Bapak.
 Tiga laki-laki berikut ini mendapatkan harta waris namun saudara perempuan
mereka tidak mendapat harta waris, yaitu:
o Saudara laki-laki bapak(paman) mendapatkan harta waris. Namun,
saudara perempuan bapak (bibi) tidak mendapatkan harta waris.
o Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki(anak laki-laki paman
dari bapak) mendapatharta waris. Namun, anak perempuannya
tidak mendapatkan harta waris.
o Anak laki-laki saudara laki-laki mendapatkan harta waris. Namun, anak
perempuannya tidak mendapatkan harta waris.
7) HIKMAH PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM

Menghindarkan terjadinya persengketaan dalam keluarga karena masalah


pembagian harta warisan;
Menghindari timbulnya fitnah. Karena salah satu penyebab timbulnya fitnah
adalah pembagian harta warisan yang tidak benar;
Dapat mewujudkan keadilan dalam masyarakat;
Memperhatikan orang-orang yang terkena musibah karena ditinggal oleh anggota
keluarganya;
Mununjang tinggi hukum Allah dan sunnah Rasulullah.

Adapun masalah berkenaan dengan pembagian harta waris bagi perempuan


yang hanya mendapat setengah dari bagian laki-laki, di dalamnya terdapat hikmah
yang mendalam. Salah satunya ialah kenyataan bahwa lelakilah yang oleh syariat
dibebankan tanggung jawab untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan

10
perempuan dari kewajiban tersebut, meskipun perempuan boleh saja ikut mencari
nafkah.

Kaum lelaki juga diwajibkan oleh agama islam untuk mengeluarkan mas
kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai jaminan cinta kasih sayangnya ketika
keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak dibebani apa-apa

Oleh sebab itu, maka sudah tepat dan adil jika dalam pembagian warisan, laki-
laki mendapatkan bagian yang melebihi bagian perempuan. Karena jika tidak
demikian, maka hal itu justru akan menzalimi kaum laki-laki. Meskipun waris bagi
perempuan lebih sedikit, sebenarnya akan tertutupi dengan maskawin dan nafkah
yang menjadi haknya dari seorang suami.

Perlu juga diketahui bahwa dalam pembagian waris bagi perempuan tidak
selalu mendapat bagian yang lebih kecil dari bagian waris lak-laki. Ada kondisi-
kondisi tertentu yang menyebabkan pembagian warisan bagi perempuan sama
besarnya dengan bagian waris laki-laki.

Contohnya adalah jika seseorang yang wafat meninggalkan ayah, seorang ibu,
dan anak, maka pembagiannya mengikuti firman Allah swt yang berbunyi,

“Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dar harta
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak…” (QS. An-Nisa`:11)

Bahkan dalam kondisi tertentu, bagian waris perempuan bisa lebih banyak
dibandingkan dengan waris laki-laki. Seperti seorang perempuan anak tunggal yang
ditinggal mati oleh ayahnya, memiliki setengah dari harta waris ayahnya, atau dua
orang anak perempuan yang ditinggal mati oleh ayahnya, berhak mewarisi duapertiga
dari harta ayahnyam, jika mereka tidak memiliki saudara laki-laki. Jika pun si mayit
memiliki seorang ayah, maka ayahnya hanya berhak mewarisi seperenam dari harta si
mayit. Aturan in termaktub dalam firman Allah swt yang berbunyi:

“… Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka
duapertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka
ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-
masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan…” (QS An-Nisa`:11)

Islam telah mengatur hak waris dengan sedemikian rupa dengan


memperhatikan keadilah kepada pihak keluarga yang ditinggalkan dengan
permasalahan yang akan di hadapi tidak peduli pada zaman apapun. Hal ini guna

11
menjamin keadilan dan keharmonisan dalam sebuah keluarga sehingga tidak terjadi
perselihan, seperti yang kerab terjadi sekarang ini.

8) PEMBAGIAN WARISAN DALAM ISLAM

"Pembagian Warisan Menurut Islam" oleh Muhammad Ali Ash-Shabuni, jumlah


pembagian yang ditentukan Al Quran ada 6 macam yaitu setengah, seperempat,
seperdelapan, dua pertiga, sepertiga, dan seperenam.
1. Setengah
Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan separuh dari harta waris
peninggalan pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya
perempuan. Kelima ashhabul furudh tersebut adalah suami, anak perempuan, cucu
perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan dan saudara
perempuan seayah.
2. Seperempat
Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapatkan seperempat dari harta
peninggalannya hanya ada dua yaitu suami dan istri.
3. Seperdelapan
Dari sederet ashhabul furudh yang berhak memperoleh
bagian warisan seperdelapan (1/8) yaitu istri. Istri baik seorang maupun lebih
akan mendapatkan seperdelapan dari harta peninggalan suaminya, bila suami
mempunyai anak atau cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya atau rahim istri
yang lain.
Dalilnya adalah firman Allah SWT:
"Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta
yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau )dan)
sesudah dibayar utang-utangmu." (an-Nisa: 12)
4. Dua per Tiga
Ahli waris yang berhak mendapat bagian dua per tiga dari harta peninggalan
pewaris ada empat dan semuanya terdiri dari wanita:
- Dua anak perempuan (kandung) atau lebih.
- Dua orang cucu perempuan keturunan anak laki-laki atau lebih.
- Dua orang saudara kandung perempuan atau lebih.
- Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.
5. Sepertiga
Adapun ashhabul furudh yang berhak mendapat warisan sepertiga bagian hanya
dua yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan) yang seibu.
6. Seperenam
Adapun asbhabul furudh yang berhak mendapat bagian seperenam, ada tujuh
orang. Mereka adalah (1) ayah, (2) kakek asli (bapak dari ayah), (3) ibu, (4) cucu
perempuan keturunan anak laki-laki, (5) saudara perempuan seayah, (6) nenek
asli, (7) saudara laki-laki dan perempuan seibu.

12
9) HAL-HAL YANG MENGHALANGI WARIS

Pada umum hal-hal yang bisa menjadi penghalang mewarisi itu ada tiga macam, yaitu:
a) Pembunuhan.
Pembunuhan adalah sesuatu perbuatan yang mutlak menjadi penghalang
waris,karena adanya dalil yang kuat dari hadis Rasulullah SAW, Yang Artinya
”  Tidak berhak sipembunuh mendapat sesuatupun dari harta warisan (Hadis Riwayat an-
Nasa’i  dengan isnad yang sahih)”.
Imam Syafi’i memberikan contoh pembunuhan yang dapat menjadi penghalang
mewarisi sebagai berikut:
1. Hakim yang menjatuhkan hukuman mati, tidak dapat mewarisi harta
orang yang telah dijatuhi hukuman mati.
2. Algojo yang menjalankan tugas membunuh tidak dapat mewarisi harta
orang peninggalan pesakitan yang dibunuhnya.
3. Seseorang yang memberikan persaksian (sumpah) palsu, tidak dapat
mewar isi harta peninggalan orang yang menjadi korban persaksian
palsunya.
b) Berbeda Agama.
Adapun yang dimaksudkan dengan berbeda agama adalah agama yang
dianut antara waris dengan muwaris itu berbeda. Sedangkan yang dimaksud dengan
berbeda agama dapat menghalangi kewarisan adalah tidak ada hak saling mewarisi
antara seorang muslim dan kafir(non Islam), orang Islam tidak mewarisi harta
orang non Islam demikian juga sebaliknya. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW yang Artinya:”  Diriwayatkan dari pada Usam ah bin Zaidr.a katanya: Nabi s.a.w
bersabda: Orang Islam tidak boleh mewarisi harta orang kafir danorang kafir tidak boleh
mewarisi harta orang Islam. (Hadis Riwayat an-Nasa’I dengan isnadyang sahih)” 
c) Perbudakan.
Secara umum, mayoritas ulama sepakat bahwa seorang budak terhalang
menerima warisan, karena budak (hamba sahaya) secara yuridis tidak cakap
dalam melakukan perbuatan hukum, sedangkan hak kebendaannya dikuasai oleh
tuannya. Sehingga ketikatuannya meninggal, maka seorang budak tidak berhak
untuk mewarisi, karena pada hakekatnya seorang budak juga merupakan “harta” dan
sebagai harta maka dengan sendirinya benda itu bisa diwariskan.

d) Berlainan Negara
Perbedaan negara dilihat dari segi ilmu waris adalah perbedaan negara jika
telah memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:
 Angkatan bersenjata yang berbeda, artinya masing-masing di bawah
komando yang berbeda
 Kepala negara yang berbeda.
13
 Tidak ada ikatan satu dengan yang lainnya, artinya tidak ada kerjasama
diplomatik yangterjalin antar keduanya.

Sedangkan yang menjadi penghalang mewarisi dalam Kompilasi Hukum


Islam (KHI), yaitubeda agama (pasal 171 huruf c dan pasal 172 KHI),
membunuh, percobaan pembunuhan,penganiayaan berat terhadap pewaris dan
memfitnah (pasal 173 KHI)

Adapun persoalan agama menjadi sangat esensial sehingga harus ada


penegasan bahwaperbedaan agama akan menghilangkan hak waris, namun hal ini
juga tidak kita temukan dalamKompilasi Hukum Islam (KHI) buku kedua.
Sedangkan pewaris dalam ketentuan hukum kewarisanIslam adalah bergama
Islam, maka secara otomatis ahli waris juga beragama Islam. SebagaimanaPasal
171 huruf c Kompilasi Hukum Islam (KHI) berbunyi:

“Ahli waris ialah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah
atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang
karena hukum untuk menjadi ahli waris.”

Dan sebagai indikasi bahwa ahli waris tersebut beragama Islam, telah
dijelaskan dalampasal 172 KHI yang berbunyi:

“Ahli waris dipandang beragama Islam apabila diketahui dari kartu


identitas atau pengakuan atau amalan atau kesaksian, sedangkan bagi bayi yang
baru lahir atau anak yang belum dewasa beragama menurut ayahnya atau lingkungannya.”

 Sedangkan penghalang mewarisi yang berupa pembunuhan, percobaan


pembunuhan,penganiayaan berat pewaris dan memfitnah telah dijelaskan dalam
pasal 173 KHI yang berbunyi:

“Seseorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan hakim


yang telahmempunyai kekuatan hukum yang tetap, dihukum karena:

 Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya


berat padapewaris.ii.
 Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa bahwa
pewaristelah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5
tahun penjara atau hukuman yang lebih ber

14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Dengan penjelasan-penjelasan mengenai hukum waris di atas, maka dapat disimpukan bahwa :

 Waris adalah perpindahan hak kebendaan dari orang yang meninggal dunia kepada ahli
waris yang masih hidup.
 Adapun pengertian hukum kewarisan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah
hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah)
pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa
bagiannya(Pasal 171 huruf a KHI).
 Ahli waris adalah orang-orang mendapatkan hak memperoleh harta peninggalan
orangyang telah meninggal yang masih mempunyai hubungan darah.

15
 Bagian-bagian yang di peroleh ahli waris telah di tetapkan dalam Al-Qur’an, sehingga
tidak ada kata tidak adil karena Al-Qur’an adalah Firman Allah SWT. Yang di jamin
kebenarannya.
 Sebelum di lakukan pembagian harta waris terdapat beberapa hak yang harus
didahulukan. Ha-hak tersebut adalah :
 Hak yang bersangkutang dengan harta itu, seperti zakat dan sewanya.
 Biaya untuk mengururs mayat, seperti harga kafan, upah menggali tanah kubur,
dan sebagainya. Sesudah hak yang pertama tadi di selesaikan, sisanya barulah
dipergunakan untuk biaya mengurus mayat.
 Hutang yang di tinggalkan oleh si mayat.
 Wasiat si mayat. Namun banyaknya tidak lebih dari sepertiga dari harta
penginggalan si mayat.

DAFTAR PUSTAKA

 https://sayyidahchalimah07.wordpress.com/2014/06/22/makalah-hukum-waris/
 https://www.academia.edu/37934484/makalah_tentang_hukum_waris_dalam_islam_d
ocx

16

Anda mungkin juga menyukai