Anda di halaman 1dari 8

Determinan Matriks dan Sifat-Sifat Determinan Matriks

Pengertian Determinan Matriks

Determinan merupakan suatu konsep penting dalam mencari invers suatu matriks bujur
sangkar. Secara umum berkembang paradigma bahwa determinan merupakan selisih dari hasil
kali diagonal-diagonal pada suatu matriks. Sejauh ini determinan selalu dikaitkan dengan matriks
bujur sangkar karena yang memiliki diagonal-diagonal hanya pada matriks tersebut.
Walaupun dalam menentukan suatu determinan banyak pendekatan yang dapat digunakan di
antaranya dengan aturan creamer, ekspansi kofaktor, definisi permutasi, bahkan dengan
pendekatan geometri (Suherman, 2010). Namun dalam banyak referensi pembahasan determinan
matriks masih banyak yang terfokus pada matriks bujur sangkar saja. Berdasarkan hasil
penelusuran pustaka, bahwa penelitian secara detail tentang determinan untuk matriks non-bujur
sangkar masih sangat jarang dilakukan.

Sifat-Sifat Determinan Matriks

1. Jika A adalah sebarang matriks bujursangkar, maka :

det A = det At

−6 1 5

Contoh : Diketahui Matriks


A= 3 −2 7
−8 4 −1[ ]
−6 3 −8

Maka Transpos dari Matriks A adalah


A = 1 −2 4
5 7 −1
t

[ ]
6 1 5
det A  3 2 7  2 7 3 7 3 2
( 6)  (1)  (5)
8 4 1 4 1 8 1 8 4
 ( 6)(2  28)  ( 1)( 3  56)  (5)(12  16)  83

6 3 8
det At  1 2 4  2 4 1 4 1 2
( 6)  (3)  (8)
5 7 1 7 1 5 1 5 7

 ( 6)(2  28)  (3)( 1  20)  ( 8)(7  10)  83

Dari penyelesaian di atas, diperoleh bahwa det A = det At

2. Jika A dan B adalah dua matriks berukuran n x n, dan k adalah sebarang skalar, maka :

(i) det (A + B) ≠ det A + det B


(ii) det (kA) = k n det A

Contoh : Diberikan dua buah matriks, A dan B

1 2 1 −2 0 5
[
A= −2 −4 −3
3 5 0 ] [
B= −3 −1 3
4 6 7 ]
1 2 1 −2 0 5 −1 2 6
[ ][
A +B= −2 −4 −3 + −3 −1 3 = −5 −5 0
3 5 0 4 6 7 7 11 7 ][ ]
1 2 1
det A  2 4 3  4 3 2 3 2 4
(1)  ( 2)  (1)
3 5 0 5 0 3 0 3 5
 (1)(0  15)  (2)(0  9)  (1)(10  12)  1

2 0 5
det B  3 1 3  1 3 3 3 3 1
( 2 )  (0)  (5)
4 6 7 6 7 4 7 4 6

 (2)(7  18)  (0)(21  12)  (5)(18  4)  20

det A + det B = − 1 − 20 = −21

1 2 6
det( A  B )  5 5 0  5 0 5 0 5 5
( 1)  ( 2)  ( 6)
7 11 7 11 7 7 7 7 11

=(−1 )(−35−0 )−(2 )(−35−0 )+(6 )(−55+35 )=−15

Maka diperoleh det (A + B)  det A + det B

Sekarang dimisalkan k = 5 dan dikalikan dengan matriks A, maka akan diperoleh :

 1 2 1  5 10 5
   
kA  5  -2 -4 -3   10 20 15
   
 3 5 0  15 25 0

5 10 5
det(5 A)  10 20 15  20 15 10 15 10 20
(5)  (10)  (5)
15 25 0 25 0 15 0 15 25

 (5)(0  375)  (10)(0  225)  (5)(250  300)  125


Karena matriks A adalah matriks berukuran 3 x 3, maka
kn det A = 53 (-1) = -125
Maka diperoleh bahwa det (5A) = 53 det A = 125 det A.

3. Jika A dan B adalah matriks bujursangkar yang ukurannya sama, maka :

det (AB) = det A det B

Contoh : Diberikan Matriks A dan B

1 3 0 3 −1 4
[
A= 4 6 −1
−5 0 2 ] [
B= −2 0 6
1 5 −3 ]
1 3 0 3 −1 4

[
AB= 4 6 −1 −2 0 6
−5 0 2 1 5 −3 ][ ]
(1)(3)+(3)(−2)+(0)(1) (1)(−1)+(3)(0)+(0)(5) (1)(4)+(3)(6)+(0)(−3)

[
= ( 4 )(3)+(6)(−2)+(−1)(1) (4)(−1)+(6)( 0)+(−1)(5) ( 4)(4)+(6)(6)+(−1)(−3)
(−5)(3)+(0)(−2)+(2)(1) (−5)(−1)+(0)(0)+(2)(5) (−5)(4)+(0)(6)+(2)(−3)
−3 −1 22
]
[
= −1 −9 55
−13 15 −26 ]
1 3 0
det A  4 6 1 6 1 4 1 4 6

5 0 2 0 2 5 2 5 0
= (1)  (3) + (0)

= (1)(12  0)  (3)(8  5)  (0)(0  30)  3


3 1 4
det B  2 0 6 0 6 2 6 2 0

1 5 3 = (3) 5 3 1 3 1 5
 (1)  (4)

 (3)(0  30)  (1)(6  6)  (4)(10  0)  130

3 1 22
det( AB )  1 9 55 9 55 1 55 1 9

13 15 26 15 26 13 26 13 15


= (3)  (1) + (22)
 (3)(234  825)  (1)(26  715)  (22)(15  117)  390

Maka dari penjabaran di atas dapat diperoleh hasil :

det (AB) = (det A)(det B)

4. Jika A adalah matriks diagonal, maka :

det A = a11 × a22 × a33 × … × ann

Dengan kata lain, determinan A adalah semua perkalian bilangan yang berada pada
diagonal utama.
−2 0 0
Contoh : Matriks A = 0 5 0
0 0 −3[ ]
Sehingga determinan A = −2 × 5 × −3 = 30

5. Jika matriks A dapat dibalik (invertible) atau mempunyai invers, maka :


det ( A−1) = 1 ÷ det (A)

Contoh : Diketahui Matriks A = [ 17 −42 ]


Maka dapat dapat dicari determinan A−1 dengan :
1/ (1×2)−(−4×7) = 1/30

6. Jika A adalah matriks persegi yang memuat baris nol atau kolom nol, maka :

det(A) = 0

0 7 −1 0 0 0

[ ]
Contoh : Matriks A = 0 5 3 dan matriks B = 8 −4 1
0 2 4 11 2 −3 [ ]
Maka determinan dari matriks A dan matriks B akan bernilai 0
7. Jika A adalah matriks persegi dengan memuat baris atau kolom yang saling berkelipatan,
maka :

det (A) = 0

Contoh : Jika matriks A = [−53 −15


9 ]
Maka det (A) = (−5×9)−(−15×3) = −45−(−45) = 0

Dapat diperhatikan bahwa kolom kedua pada matriks A merupakan kelipatan tiga dari
kolom pertama. Maka berlaku sifat det (A) = 0.

8. Misalkan A adalah matriks persegi, kemudian A kita kenakan Operasi Baris Elementer
maka berlaku :

(i) Jika A* diperoleh dari A dengan cara mengalikan satu baris dari A dengan sembarang
bilangan k selain 0, maka det (A*) = k × det (A)
(ii) Jika A* diperoleh dari A dengan cara menukar posisi baris ataupun kolom, maka
det (A*) = −det (A)
(iii) Jika A*diperoleh dari A dengan cara menjumlahkan satu baris dengan kelipatan baris
lain, maka det (A*) = det (A)
Daftar Pustaka
Suherman. 2010. Pendekatan Geometri untuk Determinan. Jurnal Mutiara Ilmu. Vol. 5. No. 1.
Hal 30 – 34.
Anton, Howard. 2000. Dasar-Dasar Aljabar Linear (terj. Hari Suminto). Interaksara: Jakarta.
Rizal. 2021. Determinan Matriks. https://kabarkan.com/determinan-matriks/. Diakses pada 5
September 2021 pukul 19.10.
Profematika. 2019. 10 Sifat Determinan dan Reduksi Baris Beserta Contohnya.
https://www.profematika.com/10-sifat-determinan-dan-reduksi-baris-beserta-contohnya/.
Diakses pada 5 September 2021 pukul 19.27.

Anda mungkin juga menyukai