Anda di halaman 1dari 10

RESUME

“ TREND DAN ISSUE TERKAIT SERTA EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM


GANGGUAN SISTEM ENDOKTIN DAN IMUNOLOGI “

DOSEN : KARMITHASARI YANDRA K,Ners,M.Kep

Di buat oleh :

Cindra 2019.C.11a.1039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
A. Trend dan Issue Sistem Endokrin di Indonesia

Trend dan Issue Sindrom Cushing

Sindrom Cushing (CS) adalah sindrom klinis yang terdiri dari gejala dantanda-tanda yang
mencerminkan beredar glukokortikoid berlebihan (GC)konsentrasi. Hal ini sangat jarang
terjadi di masa kanak-kanak dan masa remajadan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok hormon adrenocorticotrophicpenyebab (ACTH)-independen dan dependen-ACTH

Penyakit Cushing (CD), yang disebabkan oleh hipofisis corticotrophadenoma mensekresi


ACTH, merupakan penyebab tersering dari CS pada anak diatas usia 5 tahun. CD untuk 75-80%
kasus CS pediatrik dibandingkan dengan 49 -71% kasus dewasa. Beberapa aspek CD anak
berbeda dengan pada orang dewasa.Contohnya adalah frekuensi meningkat pada laki-laki
dibandingkan perempuanprepubertal, sering tidak adanya bukti radiologis dari adenoma
hipofisiscorticotroph pada MRI scanning dan insiden yang lebih tinggi lateralisasi sekresiACTH
ditunjukkan oleh rendah petrosus sampel sinus.

Anak-anak juga memiliki respon kortisol lebih riang ke IV CRH danrespon yang lebih
cepat terhadap eksternal radioterapi berkas hipofisis. Anakklinis dapat hadir secara berbeda
dari orang dewasa, terutama dengan kegagalanpertumbuhan yang berhubungan dengan berat
badan.CS dapat terjadi sepanjang masa kecil dan remaja, namun etiologi yangberbeda yang
umumnya terkait dengan kelompok-kelompok tertentu usia. DenganCD menjadi penyebab
paling umum setelah tahun pra-sekolah. Puncak kejadianCD pediatrik adalah selama masa
remaja; dalam 182 kasus yang diambil dariliteratur usia rata-rata presentasi adalah 14,1 tahun

Trend dan issue Pantangan Makanan Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Penderita diabetes melitus mau tidak mau harus melakukan pantanganterhadap beberapa
jenis makanan. Ini fungsinya untuk menjaga agar kadar guladarahnya menjadi stabil dan
tidak terlalu tinggi naiknya. Pantangan itu sendiritidak harus hingga menghindari jenis
makanan tertentu sama sekali sehinggapenderita diabetes menjaid menderita dan stres.
Tentu saja mereka masih bisamengkonsumsi makanan kegemarannya. Hanya saja dengan
dosis yang tidakbanyak atau sekedar icip-icip. Makanan untuk diabetes pun tetap lezat dan
penuhgizi. Berikut ini adalah beberapa Pantangan Makanan Untuk Penderita DiabetesMellitus
di antaranya adalah :

a. Roti Putih
Hindari dan jauhi makanan roti putih karena memiliki kadar gula yangtinggi,
sebagai ganti roti putih anda bisa dengan konsumsi roti gandung yangmemiliki banyak
serat dan baik untuk jantung anda

b. Rokok
Bagi anda penderita diabetes dan memiliki kebiasaan buruk, yaitumerokok maka
segeralah jauhi rokok karena bisa membahayakan anda sendiridan orang lain. Sebuah
penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawanpria dan wanita menemukan
bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetesnaik sebesar 22 persen. Disebutkan
pula bahwa naiknya risiko tidak cumadisebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi
berbagai gaya hidup tidak sehat,seperti pola makan dan olahraga

c. Kafein
Hati-hati dengan kafein, karena beberapa penelitian, salah satunya yangberjudul
“Diabetes Care” ditulis oleh Hudson Lee dan Kilpatrick pada 2005menunjukkan kafein
memiliki dampak negatif pada penderita diabetes. Untukitu, akan lebih jika Anda
mengurangi minuman yang mengandung kafein.

d. Mie Dan Pasta


Makanan ini sudah pasti sangat digemari oleh banyak orang tak terkecualibagi
penderita diabetes mellitus. Tapi sayang sekali bagi penderita diabetesmakanan mie
dan pasta harus dilarang, karena Sebagian besar pasta dan miememiliki indeks glikemik
tinggi. Artinya pasta dan mie dibuat dengan olahankarbohidrat sederhana seperti
gandum atau tepung beras. Konsumsikarbohidrat tinggi bisa meningkatkan kadar gula
dalam darah

e. Minuman Bersoda
Minuman bersoda dilarang bagi penderita diabetes, karena Dari penelitianyang dilakukan
oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia22-44 tahun, ditemukan
bahwa peningkatan konsumsi minuman bersodamembuat berat badan dan risiko
diabetes melambung tinggi. Para penelitimengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena
kandungan pemanis yang adadalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair
tidak membuat kitakenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.

Issue Pengobatan Penyakit Diabetes

Penyakit diabetes mungkin menjadi salah satu penyakit yang sangatdikhawatirkan oleh
kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakatIndonesia yang menderita
penyakit tersebut dan sebagian besar memang berakhirpada kematian. Berikut ini ada
beberapa cara untuk mengobati penyakit diabetessecara alami, namun tidak seutuhnya
menyembuhkan penyakit diabetes secaratotal

a. Lidah buaya
Salah satu bahan alam yang dapat anda manfaatkan untuk membantumenstabilkan
kadar gula darah adalah dengan lidah buaya. Kandungan beberapasenyawa kimia yang
terdapat dalam lidah buaya cukup efektif untuk penderitadiabetes. Adapun cara
yang dapat anda lakukan adalah dengan merebus daunlidah buaya dengan segelas
air, kemudian anda minum sari daun lidah buayatersebut. Lakukan secara rutin
minimal 1 kali dalam seminggu. Selain lidahbuaya, anda pun dapat
menggunakan bawang putih, daun seledri dan masihbanyak lagi.

b. Hindari makanan yang kaya akan gula sederhana


Gulas sederhana merupakan suatu zat yang menjadi pemicu kadar guladarah
meningkat. Untuk itu, bagi anda yang saat ini tengah menderita diabetes,usahakan
untuk menghindari makanan yang kaya akan gula sederhana. Sebagaicontoh adalah
gula pasir.

c. Senam

Cara Mengobati Penyakit Diabetes Secara Alami semoga ampuhdan, Bagi penderita
diabetes, efek tubuh lemah mungkin sering dialami. Hal inidikarenakan terjadi gangguan
pada proses metabolis gula sehingga eneergi yangterbentuk tidak sesuai dengan
kebutuhan. Oleh karena itu, memang pada penderitadiabetes, sebaiknya anda
melakukan olahraga ringan seperti senam yang tidakmenguras begitu banyak tenaga.

Definisi Evidance Based Dalam Keperawatan Evidance Based Practice (EBP)

merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan kesehatan, yang
berdasarkan evidence atau fakta. Evidance Based Practice (EBP) merupakan suatu pendekatan
pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang
terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan
buktibukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh factor internal dan
eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana
terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau sistem (new house, dearholt, poe, pough dan
white, 2005). Clinical Based Evidance atau Evidance Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan
dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
proses keperawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada
dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial lainnya.

B. Evidence Based Penatalaksanaan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus


merupakan penyakit menahun yang ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi dan gangguan
metabolisme pada umumnya, yang pada perjalanannya bila tidak di kendalikan dengan baik akan
menimbulkan berbagai komplikasi baik yang akut maupun yang menahun. Menurut konsensus
Pengelolaan Diabetes melitus di Indonesia penyuluhan dan perencanaan makan merupakan pilar
utama penatalaksanaan DM. Oleh karena itu perencanaan makan dan penyuluhannya kepada
pasien DM haruslah mendapat perhatian yang besar. Pengelolaan DM yaitu:

a. Edukasi : Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:

1) Penyakit DM.

2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.

3) Penyulit DM.

4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.

5) Hipoglikemia.

6) Masalah khusus yang dihadapi.

7) Perawatan kaki pada diabetes.

8) Cara pengembangan system pendukung dan pengajaran keterampilan.

9)Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

b. Perencanaan makanan Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat
dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Makanlah
aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat
pengatur.

1) Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang
bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang dan lain-lain.

2) Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber
zat pembangun seperti kacangkacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju dan
lain-lain.

3) Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat
pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan

A. TREND DAN ISSUE SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI.


HIV/AIDS
1. PENGERTIAN HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) (Brooks, 2004).

2. PERBEDAAN ANTARA HIV DENGAN AIDS


Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala
infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul, orang disebut
mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini seseorang
kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. AIDS merupakan definisi
yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk pada stadium infeksi berat.
AIDS didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 ; dan/atau terjadinya satu atau
lebih infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan
kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS,
berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan
status ini tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Orang terinfeksi HIV yang mempunyai
semakin banyak informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari tahap awal
penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi antiretroviral (ARV) yang
sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat kecepatan penggandaan HIV; obat lain
dapat mencegah atau mengobati infeksi yang disebabkan HIV (Kannabus, 2008).

3. GAMBARAN DAN MANAJEMEN DARI HIV PADA KLINIK SEHARI-HARI


Dampak epidemic HIV/AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah koinfeksi pada orang-
orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit infeksi lainnya mendorong
penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi tidak saja dapat memperburuk status
kesehatan orang dengan HIV, juga HIV itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk infeksi
lainnya.
Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi AIDS menjadi dapat
diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme uji terbaru HIV seroconversi (STARHS)
yang merupakan cara untuk menganalisa sampel HIV positif untuk menentukan apakah
infeksinya baru terjadi atau sudah berjalan.
Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap menghadapi epidemi
HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga diperlukan peningkatan kompetensi dokter
Indonesia dalam mengenali dan menangani koinfeksi HIV dengan pathogen lainnya. Selain itu
penularan HIV semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya.

4. TREN METODE PENCEGAHAN HIV


Metode pencegahan HIV dapat secara luas diklasifikasikan sebagai metode perilaku dan biologi.
Metode pencegahan perilaku klasik yang dikenal sebagai ABC meliputi Abstinence (pantang),
Behavioural Changes (Perubahan perilaku) dan Condom Usage (Penggunaan kondom) masih
terus menjadi andalan pencegahan. Telah dilakukan penelitian besar selama bertahun-tahun pada
pilihan biologis seperti vaksin, mikrobisida, sunat laki-laki, dan profilaksis. Untuk vaksin, belum
tersedianya vaksin HIV yang efektif untuk pemberantasan dan pencegahan HIV/AIDS.
Penelitian dr. Aswini yang diambil dari jurnal infeksi HIV/Aids, vaksin HIV telah menghadapi
banyak kemunduran dengan hasil yang mengecewakan dari percobaan VaxGen fase III ,
kegagalan AD5 dan uji coba HVTN 505. Sampai saat ini masih banyak penelitian yang
dilakukan untuk mengembangkan vaksin HIV.

Selain vaksin, sunat pada laki-laki telah terbukti menurunkan penularan HIV terlepas dari
hubungan keagamaan yang terkait dengan itu. Pengobatan pasien terinfeksi HIV dengan anti-
retroviral juga berfungsi sebagai salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi transmisi
sekunder. Hal tersebut dapat dilihat dari keberhasilan program Pencegahan Transmisi Ibu ke
Anak (Prevention Mother To Child Transmission), dimana dalam mengurangi penularan
penyakit langsung dari ibu kepada bayi dengan menggunakan obat anti retroviral sebagai strategi
pencegahan.

5. TREN MANAJEMEN HIV


Pengobatan HIV kini telah menjadi lebih sederhana dan lebih murah karena ketersediaan
kombinasi dosis tetap dan obat generik yang murah. Ada banyak golongan obat antiretroviral
dengan banyak tambahan yang baru yang ditujukan untuk mengurangi mutasi dan resistensi
terhadap obat. Karena keberhasilan ARV dalam mencapai penekanan virus, harapan hidup
pasien meningkat dan terjadinya penurunan angka kejadian AIDS secara substansial. Memulai
ARV awal selama fase akut dari infeksi juga dapat membantu untuk mencapai kesembuhan
dengan membatasi pertumbuhan virus HIV. Namun, karena meningkatnya harapan hidup dan
penuaan dini yang disebabkan oleh obat antiretroviral, banyak isu-isu terkait usia- muncul pada
populasi ini mengarah ke fenomena “Greying AIDS”. Orang yang terinfeksi HIV dan mendapat
terapi ARV terbukti berada pada risiko tinggi untuk berbagai penyakit “non AIDS” kondisi
seperti penyakit hati, penyakit jantung, gangguan ginjal, kanker non-AIDS, osteoporosis,
penurunan neurokognitif, dll.

Salah satu keterbatasan ARV (obat antiretroviral) adalah penggunaan obat seumur hidup. Oleh
karena itu ke depannya akan dikembangkan strategi untuk menyembuhkan HIV dengan
menggunakan transplantasi sumsum tulang dan terapi gen. Berdasarkan laporan kasus Berlin dan
Boston yang menyorot tentang transplantasi sumsum tulanhg, diperoleh adanya peningkatan
harapan hidup pasien kanker dengan HIV setelah dilakukannya transplantasi sumsum tulang.
Perkembangan ilmu kedokteran akan terus dikembangkan baik dari segi diagnosis klinis untuk
mendiagnosis kasus HIV/AIDS secara cepat dan akurat maupun terapi termutakhir dalam
pengobatan HIV/AIDS untuk meningkatkan angka harapan hidup. Selain itu upaya untuk
pembuatan vaksin atau strategi yang efektif untuk menyembuhkan HIV perlu dikembangkan
untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS.

Namun ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperlambat perkembangan penyakit
ini. Teknik Yoga  untuk HIV dan AIDS adalah pilihan yang layak. Yoga telah berhasil
digunakan untuk mengobati berbagai macam isu yang berbeda selama berabad-abad. HIV dan
AIDS adalah pendatang baru relatif dalam penyakit dunia , yang pada gilirannya telah membuat
mereka lebih sulit untuk mengobati. Namun demikian, Yoga telah terbukti bermanfaat bagi
mereka yang memiliki HIV dan AIDS, yang mengarah ke tingkat kebugaran fisik, meningkatkan
kekebalan, tingkat stres yang lebih rendah dan rasa yang lebih besar kedamaian batin. Sementara
hampir semua pose yoga akan membuktikan bermanfaat, ada beberapa yang dapat menghasilkan
manfaat yang lebih besar untuk penyakit tertentu.

Komunitas medis telah lama memeluk obat alternatif komplementer bagi mereka dengan AIDS,
dan mudah-mudahan tren ini akan terus berlanjut lama ke masa depan. Berkat inovasi-inovasi
baru dalam pengobatan, mereka dengan AIDS hidup lebih lama daripada sebelumnya. Pasangan
obat canggih dengan kebijaksanaan, kuno sederhana Yoga menyebabkan efek sinergis, yang
menghasilkan kehidupan yang lebih panjang, sehat dan lebih bahagia bagi mereka dengan AIDS.

6. PERAN PERAWAT
Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang penderita AIDS
sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang sering dengan pasien
sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan
menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien. Perawat juga dapat
melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling
yang dapat diberikan adalah konseling pra-nikah, konseling pre dan pasca tes HIV, konseling KB
dan perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi beban psikis. Pada
konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit
HIV serta dukungan yang dapat diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif
maupun negative disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang
akan menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil tersebut
positif atau negatif. Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat stigma
negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat perlu mengidentifikasi
adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.

Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan), hubungan telepon
dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan bagi pasien. Partisipasi orang lain,
bantuan dari orang terdekat dapat mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang
dirasakan oleh pasien. Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga
serta memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai AIDS, sehingga
keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi penderita. Aspek spiritual juga
merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan perawat. Bagi penderita yang
terinfeksi akibat penyalahgunaan narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera
bertobat dan tidak menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya
serta meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong untuk
mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk
bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat hidup dan berguna bagi sesama
antara lain dengan membantu upaya pencegahan penularan HIV/AIDS.
Definisi Evidance Based Dalam Keperawatan Evidance Based Practice (EBP)

merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam praktik keperawatan kesehatan, yang
berdasarkan evidence atau fakta. Evidance Based Practice (EBP) merupakan suatu pendekatan
pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang
terintegrasi di dalamnya adalah ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan
buktibukti nyata yang baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruhi oleh factor internal dan
eksternal serta memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana
terhadap pelayanan pasien individu, kelompok atau sistem (new house, dearholt, poe, pough dan
white, 2005). Clinical Based Evidance atau Evidance Based Practice (EBP) adalah tindakan yang
teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang berhubungan
dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
proses keperawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah satu perkembangan yang penting pada
dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi,
public health, konseling, dan profesi kesehatan dan sosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai