PERUNDANG-UNDANGAN
Tugas Mata Kuliah Teori dan Hukum Konstitusi
Dosen Pengampu: Sardjuki, S.H., M.H.
Disusun Oleh
Sartika I. P. (14/371987/PHK/08266)
Yulianta S. (14/371927/PHK/08254)
A. Rauf A. S. (14/371881/PHK/08233)
Alfan Alfian (14/370730/PHK/08162)
Aldo R. G. (14/371938/PMK/08256)
Wafda H. U. (14/371120/PHK/08295)
A. Judul
Kedudukan Konstitusi dalam Peraturan Perundang-Undangan
B. Latar Belakang
Dalam sejarah klasik terdapat perkataan yang terkait erat dengan
pengertian tentang konstitusi, yaitu dalam Yunani kuno disebut politeia dan
dalam bahasa Latin constitutio yang juga berkaitan dengan kata jus. Dalam
kedua perkataan politea dan constitutio itulah awal mula gagasan
konstitusionalisme diekspresikan oleh umat manusia beserta hubungan di
antara kedua istilah tersebut dalam sejarah. Jika keduanya dikomparasikan,
maka yang lebih tua usianya adalah kata politea yang berasal dari
kebudayaan Yunani.1
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah ini dimaksudkan sebagai pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Sedangkan istilah
Undang-Undang Dasar merupakan terjemahan istilah dari bahasa Belanda,
yaitu Gron Wet. Dalam bahasa Belanda, Wet berarti Undang-Undang dan
Grond berarti tanah/dasar.2
Konstitusi dikenal sebagai dokumen formal ketatanegaraan, yang
mengandung ketentuan tentang cara pengelolaan hidup bersama dalam
suatu negara. Cara pengelolaan ini adalah sistem pemerintahan (dalam arti
luas) atau sistem pengelolaan negara (governance) yang diterapkan dalam
pengelolaan organisasi hidup bersama yang disebut negara.3 Sebagai suatu
norma hukum yang mengatur tentang pengelolaan suatu negara, penting
untuk memahami makna dari konstitusi dan kedudukan dari konstitusi
dalam hierarki peraturan perundang-undangan (PUU).
C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari konstitusi?
1
Jimly Asshiddiqie, 2011, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm.1.
2
Martitah, 2008, E-Book Hukum Tata Negara, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang, hlm.26.
3
Mohammad Fajrul Falaakh, 2008, Teori dan Hukum Konstitusi, Yogyakarta: Magister Hukum
Universitas Gajah Mada, hlm.4.
2
4
Jimly Asshiddiqie, 2011, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 29
5
K.C. Where, 1960, Modern Constitution, London, Oxford Unversity, hlm. 19.
3
6
Martitah, E-Book Hukum Tata Negara, loc. cit.
7
Moh Kusnardi & Harmaily Ibrahim, 1988, Hukum Tata Negara, Jakarta, Ghalia, hlm. 34.
4
8
Jimly Asshiddiqie, 2011, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan Kedua, Sinar
Grafika, Jakarta,hlm. 118.
9
Hans Kelsen, 2010, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan Kedua, Nusa Media,
Bandung, hlm. 180.
5
10
Jimly Asshiddiqie, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 113.
11
Ibid., hlm. 114.
6
13
Hans Kelsen, 2010, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan kedua, Nusa Media,
Bandung, hlm. 180.
8
norm, staat ground gezeet, staat formil gazeet, dan staat for
autonomie.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
Sebagai hukum dasar, perumusan isi dari UUD dibuat secara
sistematis mulai dari prinsip-prinsip yang bersifat umum dan
mendasar dilanjutkan dengan perumusan prinsip-prinsip kekuasaan
dalam setiap cabangnya yang disusun secara berurutan. Pasal-pasal
dan ayatnya dirumuskan dalam tingkat abstraksi yang sesuai dengan
hakikatnya sebagai hukum dasar, dengan kesadaran bahwa peraturan
yang lebih rinci akan diatur dalam UU. Hukum dasar atau konstitusi
tertulis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah UUD
1945.
UUD 1945 telah dirubah beberapa kali sejak zaman NKRI
merdeka hingga hari ini. Perubahan terhadap UUD 1945 adalah
sebagai berikut:
a. UUD 1945
Berlaku: 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949
b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)
Berlaku: 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
c. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950
Berlaku: 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
d. UUD 1945
Berlaku: 5 Juli 1959 - 15 Oktober 1999
e. UUD 1945 dan perubahan pertama
Berlaku: 15 Oktober 1999 - 18 Agustus 2000
f. UUD 1945 dan perubahan pertama dan kedua
Berlaku: 18 Agustus 2000 - 10 November 2001
g. UUD 1945 dan perubahan pertama, kedua dan ketiga
Berlaku: 10 November 2001 - 10 Agustus 2002
h. UUD 1945 dan perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat
Berlaku: 10 Agustus 2002 - sekarang
9
1. Alasan Yuridis
14
Maria Farida S. Indrati, 2007, Ilmu Perundang-Undangan, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 65.
15
Dahlan Thaib, 1991, Pancasila Yuridis Kenegaraan, UPP AMO YKPN, Yogyakarta, hlm. 34-35.
10
2. Alasan Material
Pembukaan UUD 1945 tetap melekat erat dengan terbentuknya
negara pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang
hanya terjadi satu kali dalam sejarah dan tidak dapat diulang.
Pengubahan atau peniadaan Pembukaan UUD 1945 berarti
pembubaran negara. Pusat dan inti dari Pembukaan UUD 1945
adalah Pancasila yang secara material terkandung di dalam
kehidupan Bangsa Indonesia sepanjang masa. Jika seandainya
Pembukaan UUD 1945 dihapus, yang hilang hanyalah sifatya
sebagai hukum positif, namun Pancasila akan tetap ada dan
hidup di dalam kalbu kehidupan Bangsa Indonesia sepanjang
masa.
3. Alasan Gaib
Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 2014 adalah berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa.
Oleh sebab itu, kita tidak boleh begitu saja mengubah atau
meniadakannya karena perbuatan mengubah atau meniadakan
itu bertentangan dengan berkat dan rahmat Allah yang Maha
Kuasa.
UUD 1945 sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan suatu negara memiliki kedudukan sebagai
staat fundamental norm sekaligus staat ground gezeet. UUD 1945
memiliki kedudukan sebagai staat fundamental norm karena dalam
Pembukaan UUD 1945, terdapat dasar dari Negara Republik
Indonesia, yaitu Pancasila. Berdasarkan kedudukan Pembukaan
UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Fundamental daripada Negara
Republik Indonesia yang mempunyai kedudukan sangat kuat, tetap,
dan tidak dapat diubah oleh siapapun; rumusan Pancasila dalam
11
Pembukaan UUD 1945 juga bersifat kuat, tetap, dan tidak dapat
diubah oleh siapapun.16 Nilai-nilai Pancasila yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah karena nilai-nilai tersebut
tidak hanya memiliki arti historis sebagai nilai yang menjadi dasar
kemerdekaan, tetapi juga memiliki arti futuristic sebagai nilai yang
menjadi pemandu dalam perkembangan bangsa dan negara Indonesia
ke depan untuk mencapai cita-cita nasional.
Keberadaan Pancasila sebagai dasar negara dipertegas dalam
Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yang menyatakan bahwa Pancasila adalah
sumber segala sumber hukum negara. Berangkat dari hal tersebut,
segala PUU di Negara Republik Indonesia harus bersumber dari
Pancasila.
UUD 1945 memiliki kedudukan sebagai staat ground gezeet
karena batang tubuh UUD 1945 adalah pedoman dalam
penyelenggaraan negara mulai dari prinsip-prinsip yang bersifat
umum dan mendasar dilanjutkan dengan perumusan prinsip-prinsip
penyelenggaraan kekuasaan.
UUD 1945 adalah hukum dasar yang menempati tempat
tertinggi dalam hierari PUU baik dilihat secara formal maupun
material. Secara formal, UUD 1945 adalah suatu dokumen resmi,
yaitu seperangkat norma hukum yang hanya dapat diubah di bawah di
bawah ketentuan-ketentuan khusus, sehingga pengubahannya lebih
sulit. Usul pengubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) apablia diajukan
oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR; Setiap usul
perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan diajukan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk beserta alasannya; Untuk
mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR; Putusan untuk mengubah
16
Hartono, 1992, Pancasila dilihat dari Segi Historis, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 93.
12
17
Lihat Pasal 37 ayat 1, 2, 3 dan 4 UUD 1945
18
Lihat Pasal 20 UUD 1945
13
23
KC Wheare, Konstitusi-Konstitusi Modern, loc. cit.
24
Muhammad Tahir Azhary, 2003, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat
ari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini, Prenada
Media, Jakarta Timur, hlm. 259.
25
Ibid, hlm. 40.
16
Daftar Pustaka
PUU
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Buku
Dahlan Thaib, 1991, Pancasila Yuridis Kenegaraan, UPP AMO YKPN,
Yogyakarta.
Dahlan Thaib, et.al, 2008, Teori Dan Hukum Konstitusi, Jakata, PT Raja
Grafindo Persada
Hans Kelsen, 2010, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan Kedua,
Nusa Media, Bandung.
Hartono, 1992, Pancasila dilihat dari Segi Historis, Rineka Cipta, Jakarta
Jimly Asshiddiqie, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers,
Jakarta.
Jimly Asshiddiqie, 2011, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Cetakan
Kedua, Sinar Grafika, Jakarta.
K.C. Where, 1960, Modern Constitution, London, Oxford Unversity.
KC Wheare, 2011, Konstitusi-Konstitusi Modern, Bandung, Nusa Media
Maria Farida S. Indrati, 2007, Ilmu Perundang-Undangan, Kanisius, Yogyakarta.
Martitah, 2008, E-Book Hukum Tata Negara, Semarang: Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang.
Moh Kusnardi & Harmaily Ibrahim, 1988, Hukum Tata Negara, Jakarta, Ghalia.
Mohammad Fajrul Falaakh, 2008, Teori dan Hukum Konstitusi, Yogyakarta:
Magister Hukum Universitas Gajah Mada.
Muhammad Tahir Azhary, 2003, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-
prinsipnya Dilihat ari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode
Negara Madinah dan Masa Kini, Prenada Media, Jakarta Timur.
Sri Soemantri, 1992, Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi, Alumni,
Bandung.
Artikel
19