Anda di halaman 1dari 12

DALIL DALIL WAKAF, INTERPRETASI DAN SEJARAHNYA

DI ERA AWAL ISLAM

Rohkim Lufi Prabowo, Awang Adam Prastiyo, M. Rifky Rasyid

Pendahuluan

Wakaf merupakan suatu ibadah yang sangat mulia di mata Allah Swt
dikarenakan memberikan harta bendanya secara sukarela, yang tidak semua orang
bisa melaksanakanya dan juga merupakan bentuk kepedulian serta tanggung jawab
kepada sesama dan dapat memberikan kemanfaatan. Wakaf merupakan sarana dan
modal yang sangat berpengaruh besar dalam memajukan perkembangan keagamaan
dan kemasyarakatan khususnya umat muslim demi terciptanya kesejahteraan serta
menuju masyarakat adil dan makamur.

Dizaman Rasulullah Saw wakaf disyariatkan saat Nabi Muhammad hijrah di


Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Di Indonesia wakaf telah dikenal oleh umat
muslim, sejak pertamakali Islam masuk ke nusantara yakni pada pertengahan abad
ke-13 M hingga sekarang. Wakaf sangat mempunyai pengaruh besar dalam
pembangunan sumber daya manusia maupun sumber daya sosial. Contohnya banyak
sebagian dari rumah-rumah ibadah, lembaga-lembaga islam yang dibangun diatas
tanah wakaf. Untuk pemahaman yang lebih lanjut mengenai pengertian wakaf dan
sejarahnya dapat dilihat dari pembahasan berikut ini.

Pengertian Wakaf

Fiqih secara bahasa yang berasal dari kata ‫ الفقَ ٌفقَ فقِا‬yang artinya ‫ الفِن‬yaitu
mengerti atau memahami. Sedangkan secara istilah, fiqih adalah pengetahuan tentang
hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalil terperinci.1
Manajemen ialah suatau proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan- tujuan atau maksud-maksud

1
Prof. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih (Semarang:Toha Putra Grup),h.1

1
yang nyata.2 Wakaf secara bahasa berasal dari kata ‫ ّقف‬yang diambil dari kata ‫ّقف‬
‫ ٌقف ّقفا‬asal kata ‫ ّقف‬berarti menahan, atau berhenti, atau diam di tempat. Kata ‫ّقف‬
‫ ٌقف ّقفا‬artinya mewakafkan.3

Menurut istilah syara’ yang dikemukan oleh Muhammad Zawad Mughaniyah


bahwa wakaf ialah suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta
dan mendermakan hasilnya pada jalan yang bermanfaat.4 Pengertian wakaf dalam
Undang-undang :

a. Kompilasi Hukum Islam Pasal 215 ayat 1


Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok atau badan hukum
yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakanya untuk
selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainaya yang
sesuai dengan ajaran Islam.
b. Menurut UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1 ayat 1 dan PP No. 42
Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004
Menyatakan bahwa wakaf ialah perbuatan hukum waktif untuk memisahkan
dan/atau memisahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesui dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syaria’ah.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa wakaf adalah menahan (harta) untuk
jangka selamanya atau sementara atas suatu harta untuk dimanfaatkan secara
berulang-ulang baik harta itu sendiri atau hasilnya untuk kebaikan bersama maupun
khusus.

Dalil Al-Qur’an

َ ‫لَ ْي ذٌََا لُْا ْالثِ َّز َحرّٰى ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْا ِه َّوا ذ ُ ِحث ُّْْىَ ۗ َّ َها ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْا ِه ْي‬
ّٰ ‫ش ًْءٍ فَ ِا َّى‬
‫ّٰللاَ تِ َٖ َػ ِلٍْن‬

Artinya: Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan


sebagian harta yang kamu cintai.dan apapun yang kamu infakan, tentang hal itu,
sungguh Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali Imran : 92)

2
George R. Terry dan Leslie W.Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.1
3
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Derektorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Februari 2007) h.1
4
Drs.H.Abdul Halim, M,A, Hukum Perwakafan Indonesia ( Jakarta : Ciputat Pres 2005), h. 9

2
Kehujahan ayat diatas ialah bahwasanya suatu kebaikan akan tercapai dengan
adanya wakaf. Adanya riwayat yakni Abu Talhah ketika beliau mendengar dan
mengetahui ayat diatas beliau langsung bergegas untuk mewakafkan harta yang
dimilikinya yakni Beiruha’ sebuah kebun yang sangat terkenal kesuburanyya. Bukan
hanya semata-mata keinginan dari beliau, namun mewakafkan harta yang dicintainya
juga perintah dari Rasulullah saw.5

ِ ّٰ َِ ْ‫شا ٓ ُء ۗ َّ َها ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْا ِه ْي َخٍ ٍْز َف ِِلَ ًْفُ ِس ُك ْن ۗ َّ َها ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْىَ ا ََِّّل ا ْت ِرغَا ٓ َء َّج‬
ۗ ‫ّٰللا‬ َ ٌَّ ‫ِي َه ْي‬ َ ّٰ ‫ْس َػلٍَْكَ ُُدٮ ُِ ْن َّلـ ِك َّي‬
ْ ‫ّٰللا ٌَ ِْد‬ َ ٍَ‫ل‬
ْ ُ ‫ف اِلَ ٍْ ُك ْن َّا َ ًْـر ُ ْن ََّل ذ‬
َ‫ظلَ ُو ْْى‬ َّ َُّْ ٌ ‫َّ َها ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْا ِه ْي َخٍ ٍْز‬

Artinya: Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka petunjuk, tetapi


Allah-lah memberi pentunjuk kepada siapa yang dikendaki. Apapun harta yang kamu
infakkan, maka kebaikanya untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak
melaikan karena mencari ridho Allah. Dan apapun harta yang kamu infakkan, niscaya
kamu akan diberi pahala secara penuh dan kamu tidakakan merasa dirugikan. (QS.
Al-Baqarah :272)

Kehujjahhanya ayat ini ialah setiap harta yang diberikankan maka pahalanya
akan kembali kepada orang yang sudah memberikan hartanya dengan alasan hanya
mencari riho Allah swt.6

َ ٍ‫ض ۗ َّ ََّل ذ َ ٍَ َّو ُوْا ْال َخ ِث‬


‫ْس ِه ٌَُْ ذ ُ ٌْ ِفقُ ْْىَ َّلَ ْسر ُ ْن‬ ِ ‫س ْثر ُ ْن َّ ِه َّو ْۤا ا َ ْخ َزجْ ٌَا لَـ ُك ْن ِ ّهيَ ْاَّلَ ْر‬
َ ‫د َها َك‬ َ ‫ـا َ ٌُّ َِا الَّ ِذٌْيَ ا َهٌُ ْۤ ْْا ا َ ًْ ِفقُ ْْا ِه ْي‬
ِ ‫ط ٍِّث‬
‫ً َح ِوٍْد‬ ّٰ ‫تِا ِخ ِذ ٌْ َِ ا َّ َِّْۤل اَ ْى ذ ُ ْغ ِوض ُْْا فِ ٍْ َِ ۗ َّا ْػلَ ُو ْۤ ْْا اَ َّى‬
ٌّ ٌِ‫ّٰللاَ َغ‬

Artinya : Hai orang -orang yang beriman infakkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah
kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya, melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah :267)

Ayat ini menhanjurkan kepada kita umat muslim untuk menfkahkan sebagian
dari hasil usahaa, dalam artian usaha yang halal, baik dan sebagian dari apa yang
dikeluarkan oleh Allah di bumi. Dan bagian dari usaha umat islam yang baik-baik
dijalan Allah adalah wakaf.7

5
Fiqih Wakaf dan Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif. Hlm 21
6
Ibd, hlm.24
7
Ibd, hlm.22

3
ُ ‫س ْۢ ٌْثُلَ ٍح ِ ّهائَحُ َحثَّ ٍح ۗ َّا ّّٰٰللُ ٌُض ِؼ‬
‫ف ِل َو ْي‬ ُ ‫سٌَا تِ َل فِ ًْ ُك ِّل‬ ْ ‫ّٰللاِ َك َوص َ ِل َحثَّ ٍح ا َ ْۢ ًْ َثر‬
َ ‫َد َس ْث َغ‬ َ ًْ ِ‫َهص َ ُل الَّ ِذٌْيَ ٌُ ٌْ ِفقُ ْْىَ ا َ ْه َْا لَ ُِ ْن ف‬
ّٰ ‫سثِ ٍْ ِل‬
‫شا ٓ ُء ۗ َّا ّّٰٰللُ َّا ِسغ َػ ِلٍْن‬
َ ٌَّ

Artinya: Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah seperti


sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tanngkai ada serratus
biji.Allah melipatgandakan bagi siapa yang dia kehendaki, dan Allah Maha Luas,
Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah :261)

Bahwa orang -orang muslim menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah
akan melipatgandakan pahalanya yakni sampai tujuh ratus lipat. Diantara harta yang
baik itua ialah wakaf.8

ْ ‫ٌْۤـاٌَُّ َِا الَّ ِذٌْيَ ا َهٌُ ْْا‬


َ‫ار َكؼُ ْْا َّا ْس ُجد ُّْا َّ ا ْػثُد ُّْا َرتَّ ُك ْن َّا ْف َؼلُ ْْا ْال َخٍ َْز لَ َؼلَّ ُك ْن ذ ُ ْف ِل ُح ْْى‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! Rukuklah, sujudlah, dan sembaglah


Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan agar kamu beruntung. (QS. Al-Hajj :77)

Disebutkan dalam ayat diatas bahwa berbuat kebaikan setelah melaksanakan


sholat. Hal iniberarti sesorang hendaknya untuk melengkapi dengan beramal
kebaikan, dan diantara kebaikan itu ialah wakaf.9

Dalil Hadits

‫ َػ ِي‬- ‫ ا ْتيُ َج ْؼفَ ٍز‬: َُْ ُ - ‫ َحدَّشٌََا إِ ْس َوا ِػٍ ُل‬: ‫ قَالُْا‬، ‫ َّا ْتيُ حُجْ ٍز‬- ‫ ٌَ ْؼًٌِ اتْيَ َس ِؼٍ ٍد‬- ُ‫ َّقُر َ ٍْثَح‬، ‫ُّْب‬ َ ٌَ‫َحدَّشٌََا ٌَحْ ٍَى ْتيُ أ‬
َُُ‫َ َغ َػ ٌَُْ َػ َول‬
َ ‫ساىُ ا ًْ َق‬ ِ ْ َ‫ إََِا َهاخ‬: ََ ‫سلَّ َن قَا‬
َ ًْ ْ‫ا‬ َّ ‫َلَّى‬
َ َّ َِ ٍْ َ‫ّٰللاُ َػل‬ َ ِ‫ّٰللا‬َّ ََ ْ‫س‬ ُ ‫ أ َ َّى َر‬، َ ‫ َػ ْي أَتًِ ُ َُزٌ َْزج‬، َِ ٍِ‫ َػ ْي أَت‬، ‫ْالؼَ َِل ِء‬
َُ‫َا ِلحٍ ٌَدْػُْ َل‬ َ ‫ أ َ ّْ َّ َل ٍد‬،َِ ِ‫ أ َ ّْ ِػ ْل ٍن ٌُ ٌْرَفَ ُغ ت‬،ٍ‫ارٌَح‬
ِ ‫َدَقَ ٍح َج‬ َ ‫" ِإ ََّّل ِه ْي ش َ َِلش َ ٍح ؛ ِإ ََّّل ِه ْي‬.

Artinya: Telah diriwayatkan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah dan Ibn Hujr,
mereka berkata, Telah meriwayatkan kepada kami Ismail dari Al-A’la Ayahnya dari
Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “ Jika seorang manusia
meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara : shodaqoh jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendoakanaya “. (HR. Muslim, 1631)10

8
Ibd, hlm.23
9
Ibd, hlm.23
10
Jami’ al Kitab Shahih Muslim, Juz 5,h.73.

4
Kehujjahan hadits diatas ialah para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud
shodaqah jariyah yaitu wakaf. Imam Nawawi juga membenarkan bahwa hadist diatas
sebagai dasar diperintahkanya wakaf. Begitu juga dengan pendapat Imam
Muhammad Ismail al-Kahlani bahwa hadist tersebut dikemukakan di dalam bab
wakaf, sehingga para ulama menafsirkan shidaqah jariyah sama dengan wakaf.11

ََ ْ‫س‬ُ ‫ ٌَا َر‬: ََ ‫ فَقَا‬،‫سلَّ َن ٌَ ْسرَأ ْ ِه ُزٍُ فٍِ َِا‬ َّ ‫َلَّى‬


َ َّ َِ ٍْ َ‫ّٰللاُ َػل‬ َّ ِ‫ فَأَذ َى الٌَّث‬،‫ػ َو ُز أ َ ْرضًا تِ َخ ٍْثَ َز‬
َ ً ُ ‫اب‬ َ َ َ َ ‫ أ‬: ََ ‫ قَا‬، ‫ػ َو َز‬
ُ ‫َػ ِي ات ِْي‬
َ‫ إِ ْى ِشْْدَ َحثَسْد‬: ََ ‫ فَ َوا ذ َأ ْ ُه ُزًًِ ِت َِ ؟ قَا‬،ٌَُْ ‫س ِػ ٌْدِي ِه‬ ُ َ‫ظ ُ َُْ أ َ ًْف‬
ُّ َ‫َةْ َه ًاَّل ق‬ ِ ُ ‫َثْدُ أ َ ْرضًا ِت َخ ٍْثَ َز لَ ْن أ‬َ َ ‫ ِإًًِّ أ‬،ِ‫ّٰللا‬
َّ
: ََ ‫ قَا‬. ُ‫ َّ ََّل ٌَُُْة‬،‫ز‬ ُ ‫ُْر‬َ ٌ ‫ َّ ََّل‬،ُ‫ َّ ََّل ٌُ ْثر َاع‬،‫َلُ َِا‬ْ َ‫ع أ‬ ُ ‫ػ َو ُز أًَََّ ُ ََّل ٌُ َثا‬ َ َ ‫ فَر‬: ََ ‫ قَا‬. ‫صدَّ ْقدَ ِت َِا‬
ُ ‫صدَّقَ ِت َِا‬ ْ َ‫أ‬
َ َ ‫ َّذ‬،‫َلَ َِا‬
‫ف ََّل ُجٌَا ََ َػ َلى َه ْي‬ ِ ٍْ ‫ض‬
َّ ‫ َّال‬،‫س ِثٍ ِل‬ َّ ‫س ِثٍ ِل‬
َّ ‫ َّات ِْي ال‬،ِ‫ّٰللا‬ َ ً‫ َّ ِف‬، ‫ب‬ ّ ِ ً‫ َّ ِف‬،‫ َّ ِفً ْالقُ ْز َتى‬،‫اء‬
ِ ‫الزقَا‬ ِ ‫ػ َو ُز ِفً ْالفُقَ َز‬ َ َ ‫فَر‬
ُ َ‫صدَّق‬
َِ ٍِ‫َدٌِقًا َغٍ َْز ُهر َ َو ّ ِْ ٍَ ف‬ ْ ٌ ّْ َ‫ أ‬،‫ّف‬
َ ‫َُ ِؼ َن‬ ِ ‫َّ ِلٍَ َِا أ َ ْى ٌَأ ْ ُك َل ِه ٌْ َِا تِ ْال َو ْؼ ُز‬

Artinya : Dari Ibn Umar ra., ia berkata. “ Bahwa sahabat Umar ra.. memperoleh
sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar menghadap Rasulullah Saw. untuk
meminta petunjuk, Umar berkata “Wahai Rasulullah saya mendapat sebidang tanah di
Khaibar, saya belum mendapatkan heart sebaik itu, maka apa yang engkau
perintahkan kepadaku? “ Rasulullah Saw bersabda, “Bila engkau suka, engkau tahan
pokoknya, dan sedekahkan hasilnya.” Kemudian Umar menyedekahkannya, hart aitu
tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibn Umar berkata, “ Umar
menyedekahkanya ( hasil pengolahan tanah) kepada orang-orang fakir, kaum kerabat,
hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Tidak dilarang bagi yang mengelola
(nazir) wakaf, makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) memberi
makan orang lain dengan tidak maksud menumpuk harta.12

Kehujjahan hadist diatas ialah sangat jelas menerangkan persoalan wakaf,


dikarenakan adanya dua hal yang menunjukan ketentuan wakaf yakni nasehat
Rasulullah kepada Umar untuk mendahulukan menyedekahkan hasil dari pada
menutup pokoknya. Adanya hak nazir yang diperbolehkan memakan hasil dengan
cara baik atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta.

ََُ‫ فَإ ِ َّى ِشثَؼ‬،ٍ‫ ّذصدٌقًا تْػد‬،‫ إٌواًًا تاهلل‬،‫سا فً سثٍل هللا‬ َ َ‫ «هي احْ رَث‬:ً‫ هزفْػا‬-ٌَ‫رضً هللا ػ‬- ‫ػي أتً ُزٌزج‬
ً ‫س فز‬
‫»ّ ِرٌََُّ َّ َر ّْشََُ َّتَ ْْلََ فً هٍزاًَ ٌْم القٍاهح‬.
َ

11
Fiqih Wakaf dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif, hlm.25
12
Jami’ al Kitab Shahih Muslim, Juz 5,h.73.

5
Artinya : Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda “barang siapa
menahan (mewakafkan) kuda di jalan Allah, karena imannya kepada Allah dan
membenarkan akan janji-Nya, maka makannya, kototoranya dan air kencingnya
dalam penilaian Allah yang mengandung kebaikan-kebaikan di hari kiamat.
(HR.Bukhori)13

Kehujjahan hadist diatas ialah tentang seseorang yang mau mewakafkan


hartanya, seperti kuda. Dengan harta wakaf tersebut mempunyai penilain baik dari
Allah Swt. baik berupa makanan, kotoran, maupun air kencingnya. Jadi dari ketiga
hadist ini dapat diambil kesimpulan mengenai pemaknaan wakaf dari hadist pertama
bahwa shadaqah jariayah termasuk bagian dari mamalan yang tidak terputus, hadist
kedua menyebutkan bahwasanya menahan pokok dan menyedekahkan hasilnya untuk
orang-orang yang membutuhkan , hadist ketiga menjelaskan kedudukan wakaf yakni
meng andung berbagi kebaikan

Interpretasi Ulama Fiqih Terhadap Dalil-Dalil Persyariatan Wakaf

Adapun interpretasi ulama fiqih terhadap dalil-dalil persyariatan wakaf yang


masih berbentuk umum tersebut sangat lah penting untuk di ungkapkan untuk melihat
pemahaman mereka dalam membangun wakaf menjadi sebuah instusi tersendiri
dengan spesifikasinya. Disini kami memaparkan hasil ijtihat dari abu hanifah, imam
malik, imam syafi’i, imam ahmad bin hambal, daud dhariri, Muhammad dan Abu
yusuf, karena dari hasil usaha pemikiran mereka ini dapat di jadikan sebagai
pegangan ( acuan) dalam perwakafan.

Wakaf menurut para imam mazhab merupakan suatu perbuatan sunat untuk
tujuan kebaikan, seperti membantu pembangunan sektor keagamaan baik
pembangunan di bidang material maupun spiritual. Sebagaimana halnya dengan zakat
wakaf ini juga merupakan sumber pendapatan dana umat islam yang sangat berguna
jika berhasil di kembangkan. Sebagai contoh, Mesir yang telah berhasil
memproggramkan wakaf sejak seribu tahun yang lalu. Untuk persoalann wakaf itu
sendiri di sepakati ulama mazhab merupakan sebagai amal jariyah. namun hanya
terdapat perbedaan antara mereka dan pengikutnya hanyalah dalam permasalahan
pemahaman terhadap wakaf itu sendiri. Apakah harta wakaf yang telah di berika
13
Fiqih Wakaf dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif, hlm.27

6
kepada si wakif masih menjadi miliknya atau berpindah seketika saat ia menyerahkan
kepada maukuf ilaih? Adapun interpretasi para ulama mengenai dalil-dalil
persyariatan wakaf adalah ebagai berikut :

Menurut Abu Hanifah

Menurut pendapat Abu Hanifah, harta yang telah diwakafkan tetap berada pada
kekuasaan wakif dan boleh ditarik kembali oleh si wakif. Harta itu tidak berpindah
hak milik, hanya manfaatnya saja yang diperuntukan untuk tujuan wakaf. Dalam hal
ini, Imam Abu Hanifah memberikan pengecualian pada tiga hal, yakni wakaf masjid,
wakaf yang ditentukan oleh keputusan pengadilan dan wakaf wasiat. Selain tiga hal
yang tesebut, yang di lepaskan hanya manfaatnya saja bukan benda itu secara utuh.14

a. Terhadap wakaf masjid, yaitu apabila seseorang mewakafkan hartanya untuk


kepentingan masjid, atau seseorang membuat pembangunan dan diwakafkan
untuk masjid, maka status wakaf didalam masalah ini berbeda. Karena
seseorang berwakaf untuk masjid, sedangkan masjid itu milik Allah, maka
secara spontan masjid itu berpindah menjadi milik Allah dan tinggallah
kekuasaan si wakif dalam hal ini.
b. Wakaf yang di tentukan oleh keputusan pengadilan, yaitu apabila terjadi suatu
sengketa tentang harta wakaf yang tak dapat diktarik lagi oleh orang yang
mewakafkannya atau ahli warisnya. Kalau pengadilan memutuskan bahwa
harta itu menjadi harta wakaf. Terangkatlah khilafiyah setelah adanya putusan
hakim.
c. . Sedangkan wakaf wasiat yaitu bila seseorang dalam keadaan masih hidup
membuat wasiat, jika ia meninggal dunia maka harta yang telah ditentukannya
menjadi wakaf. Maka dalam contoh seperti ini kedudukannya sama dengan
wasiat.

Abu hanifah berpendirian seperti ini berlandaskan sebuah hadist nabi yamng di
riwayatkan oleh dar al- quthni dari abu abbas yang artinya (,” tidak ada penahanan
harta dalam hal yang sudah adsa ketentuanya. Alasan kedua bagi Abu Hanifah
sebagaimana yang pernah diriwayatkan dari Hakim Suraih yang menyebutkan bahwa
Nabi SAW pernah datang dengan menjual harta yang telah di wakafkan. Kalau Nabi
SAW saja pernah berbuat dan 54 menjual harta wakaf, kenapa kita tidak, kata Abu
Hanifah. Kalau begitu, menahan asal harta („ain benda yang diwakafkan) bukan hal
yang di syariatkan.

14
http://www.doc.id Muhammad al-Hasan, Fathu al-Qadir: Juz 31, h. 48.

7
Menurut Mazhab Maliki

Adapun menurut Mazhab Maliki, harta yang di wakafkan itu menurut Malikiyah
tetap menjadi milik si Wakif15. Dalam hal ini sama dengan Abu Hanifah. Akan tetapi,
Maliki menyatakan tidak boleh mentransaksikannya atau men-tasarrufkannya, baik
dengan menjualnya, mewariskannya atau menghibahkannya selama harta itu
diwakafkan. Menurutnya, boleh wakaf untuk waktu tertentu, bukan sebagai syarat
bagi Maliki selama-lamanya. Apabila habis jangka waktu yang telah di tentukan,
maka boleh mengambilnya lagi, walaupun benda itu untuk masjid.

Wakaf menurut interpretasi Malikiyah, tidak terputus hak si wakif terhadap


benda yang di wakafkan. Yang terputus itu hanyalah dalam hal bertasarruf. Malikiyah
beralasan dengan hadits Ibnu Umar. Ketika Rasulullah menyatakan, “jika kamu mau,
tahanlah asalnya dan sedekahkanlah hasilnya”. Dari kalimat ini menurut Maliki
adalah isyarat dari Rasul kepada umat untuk mensedekahkan hasilnya saja.

Menurut Imam Al-Syafi’i

Sementara menurut Imam Al-Syafi‟I harta yang diwakafkan terlepas dari si


wakif menjadi milik Allah dan berarti menahan harta untuk selamalamanya. Karena
itu tidak boleh wakaf yang ditentukan jangka waktunya seperti yang di bolehkan
Maliki. Maka di syaratkan pula benda yang di wakafkan itu tahan lama, tidak cepat
habis sepeti makanan.16 Alasannya ialah hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Umar
tentang tanah di Khaibar. Imam AlSyafi‟I memahami tindakan Umar mensedekahkan
hartanya dengan tidak menjual, mewariskannya dan menghibahkannya, juga sebagai
hadits karena Nabi melihat tindakan Umar itu dan Rasulullah ketika itu hanya diam.
Maka diamnya Rasul dapat ditetapkan sebagai hadits takriry, walaupun telah
didahului oleh hadits Qauly.

Menurut Ahmad Bin Hanbal

Ahmad Bin Hanbal mengatakan bahwa wakaf terjadi karena dua hal, yaitu:

a. Karena kebiasaan, bahwa dia itu dapat dikatakan mewakafkan hartanya.


Seperti seseorang mendirikan masjid, kemudian mengizinkan orang shalat di
dalamnya. Secara spontanitas bahwa ia telah mewakafkan hartanya itu
menurut kebiasaan (urf‟).

15
http://ebook.id Imam Malik, al-Mudawanah al-Kubra, Juz: 1, h. 380.
16
http://repository.unpas.ac.id/50197/3/G.BAB%20II.pdf di akses pada tgl 10-09-21 pkl 22.12

8
b. Dengan lisan, baik dengan jelas atau tidak. Atau ia memakai katakata habastu,
wakaftu, sabaltu, dan tasadaqtu. Bila menggunakan kalimat seperti ini, maka
ia harus mengiringinya dengan niat wakaf.

Sejarah Wakaf di Era Awal Islam

Wakaf sudah dikenal islam yakni tahun kedua Hijriyah pada masa kenabian, saat
Rasulullah Saw sedang berada di Madinah dan ditandai dengan pembangunan Masjid
Quba’, Masjid ini dibangun dengan didasarkan atas rasa takwa dan supaya menjadi
wakaf pertama dalam islam untuk kepentingan dalam hal agama. Peristiwa tersebut
terjadi setelah Nabi hijrah ke Madinah dan sebelum pindah ke rumah pamannya yang
berasal dari Bani Najjar. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa Rasulullah membeli
tanah anak yatim dari Bani Najjar seharga delapan ratus dirham, dan Rasulullah pun
mewakafkan tanah tersebut untuk dibangun masjid, yang dikenal dengan Masjid
Nabawi.17 Pada tahun ketiga Hijriyah Rasulullah pun mewakafkan ketujuh kebun
kurma beliau di Madinah dan menyisihkan sebagian hasilnya untuk kepentingan
kaum muslimin. Peristiwa-peristiwa diatas yang dilakukan oleh Rasulullah akhirnya
di ikuti oleh para Sahabat.

Selanjutnya pada masa Khulafaurrasyidin, Umar bin Khattab mewakafkan kebun


kesayangan dan terbaik yang dimilikinya, sesuai dengan hadist yang diriwayatkan
oleh al-Bukhari dan Muslim. “Dari Ibnu Umar ra, berkata : “Bahwa sahabat Umar ra,
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar ra, menghadap Rasulullah
SAW untuk meminta petunjuk, Umar berkata : “Hai Rasulullah SAW., saya
mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum mendapat harta sebaik itu, maka
apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah SAW. bersabda: “Bila
engkau suka, kau tahan (pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya),
tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata: “Umar
menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-rang fakir, kaum kerabat,
hamba sahaya, sabilillah, Ibnu sabil dan tamu. Dan tidak dilarang bagi yang
mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya)
atau memberi makan orang lain dengan tidak bermaksud menumpuk harta”
(HR.Bukhori&Muslim)”. Khalifah Umar bin Khattab juga menyatakan bahwa kebun
tersebut tidak dijual, dihibahkan, dan tidak diwariskan. Dan bagi pengelolanya
diperbolehkan mengambil manfaatnya selama dalam batas yang ma’ruf.

17
Mundzir Khf. Wakaf Islam : Sejarah, Pengelolaan dan Pengembangannya. Dar al-Fikr, Damaskus
2006. hl. 5-6

9
Setelah itu disusul juga wakaf oleh sahabat Abu Talhah, yang mewakafkan
kebun yang paling dicintainya. Sehingga dari peristiwa tersebut turunlah Q.S Ali
Imran ayat 92 yang berbunyi “Kalian sekali sekali tidak akan menggapai kebaikan
(yang sempurna), sebelum kalian mau menginfaqkan sebagian harta yang kalian
cintai, dan apa saja yang kalian nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya
(Q.S Ali Imran : 92). Ayat inilah yang membuat Abu Talhah semangat dalam
menyedekahkan kebunnya, dan juga Rasulullah telah menasehatinya tentang
bagaimana wakaf ini dikelola. Dan juga kemudian sahabat Usman bin Affan yang
mewakafkan sumur Raumah yang digunakan untuk kepentingan memberi air minum
kaum muslimin. Setelah berbagai peristiwa diatas, semakin banyak pula para sahabt
yang mulai berwakaf demi kemaslahatan umat, bahkan istri Rasulullah Saw Aisyah ra
juga berwakaf.

Setelah itu wakaf berkembang dan menjadi luas pada saat dinasti Umayyah dan
Dinasti Abbasiyah, bias dikatakan bahwa dalam masa ini banyak masyarakat yang
mulai berwakaf. Saat pemerintahan Dinasti Umayyah tepatnya pada masa Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik, terdapat hakim di Mesir yaitu Tabah bin Ghar al-
Hadhramiy yang mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak saat itulah pengelolaan
lembaga wakaf berada dibawah Departemen Kehakiman yang dikelola dengan baik,
dan hasilnyapun disalurkan kepada yang berhak dan membutuhkan. Dan pada saat
dinasti Abbasiyah wakaf mengalami peningkatan, dimana pada saat ini sudah ada
lembaga yang menangani perihal wakaf. Lembaga tersebut adalah “Shadr al-
Wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf.
Tidak berhenti sampa disini saja, pada saat dinasti Ayyubiyah banyak sekali tanah-
tanah pertanian yang diwakafkan dan dikelola oleh Negara. Dan bahkan tanah Negara
juga di wakafkan demi kepentingan bersama.18

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwassannya wakaf merupakan salah
satu instrument sosial yang sangat memberikan dampak positif bagi sesama. Karena
dalam wakaf sendiri kita dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat, keadilan, dan
saling membantu. Para imam mazhab pun juga berpendapat bahwa wakaf merupakan

18
Choirun Nisa, Sejarah, Dasar Hukum dan Macam-Macam Wakaf. Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan
dan Kebudayaan. Vo.18 No. 2. 2017

10
suatu perbuatan sunat untuk tujuan kebaikan, seperti membantu pembangunan sektor
keagamaan baik pembangunan di bidang material maupun spiritual.

Sebagaimana halnya dengan zakat, wakaf ini juga merupakan sumber pendapatan
dana umat islam yang sangat berguna jika berhasil di kembangkan. Jika dilihat
kembali mengenai sejarah wakaf pada periode islam, itu menunjukkan memang benar
bahwasanyya wakaf memberikan dampak yang sangat positif. Sehingga di setiap
periode, wakaf selalu berkembang. Dan tentunya wakaf juga perlu dikembangkan
lebih produktif lagi, supaya bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat dan dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya

11
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Derektorat Jendral Bimbingan Masyarakat


Islam Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Februari 2007)

Halim, Abdul, Hukum Perwakafan Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005)

http://ebook.id Imam Malik, al-Mudawanah al-Kubra, Juz: 1, h. 380.

http://repository.unpas.ac.id/50197/3/G.BAB%20II.pdf di akses pada tgl 10-


09-21 pkl 22.12

http://www.doc.id Muhammad al-Hasan, Fathu al-Qadir: Juz 31, h. 48.

Jami’ al Kitab Shahih Muslim, Juz 5,h.73.

Kasdi, Abdurrohman, Fiqih Wakaf dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf


Produktif (Yogyakarta: Idea Press, 2017)

Khf, Mundzir, Wakaf Islam: Sejarah, Pengelolaan dan Pengembangannya.


(Damaskus: Dar al-Fikr, 2006)

Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih (Semarang:Toha Putra Grup)

Nisa, Choirun, Sejarah, Dasar Hukum dan Macam-Macam Wakaf. Jurnal


Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Vo.18 No. 2. 2017

Terry, George R dan Leslie W Rue, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Bumi


Aksara, 2005)

12

Anda mungkin juga menyukai