DISUSUN OLEH :
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan lancar dan selesai pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini disusun untuk melengkapi mata kuliah
Kewarganegaraan. Pada makalah ini, penulis berkesempatan untuk
membahas tema tentang “Hak Azasi Manusia di Indonesia”
2
Penulis
DAFTAR ISI
BABII PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia.......................……...………... 4
2.2 Sejarah Perkembangan Hukum HAM..................................... 5
2.3 Kelembagaan Nasional HAM di Indonesia............................. 5
2.4 Dasar Hukum HAM ................................................................ 7
2.5 Implementasi HAM di Indonesia ............................................ 8
BABIII PENUTUP
3.1 Kesimpulan…..……..……………..………............................... 15
3.2 Saran...................................................................................... 17
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Hak Azasi Manusia
2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hukum HAM
3. Untuk mengetahui Kelembagaan HAM di Indonesia
4. Untuk mengetahui Dasar Hukum dari HAM
5. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi HAM di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Prof. Dr Dardji darmodiharjo, sh, HAM adalah hak-hak dasar /
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagaimana Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Laboratorium pancasila IKIP Malang. HAM adalah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Prof. Mr. Kuntjono Purbo Pranoto. HAM adalah hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya yang tidak dipisahkan hakikatnya.
4. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam
Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip
Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
5. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
3
3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28 UUD 1945)
4. Hak/Kebebasan memeluk agama atau kepercayaan masing-
masing (Pasal 29 Ayat 1 dan 2 UUD 1945)
5. Hak dan kewajiban membela negara (Pasal 30 ayat 1 UUD
1945)
6. Hak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945)
7. Kebudayaa Nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945)
8. Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 ayat 1,2, dan 3 Pasal 34 UUD
1945)
4
PBB tanggal 16 Desember 1966, hingga sekarang masalah hak
asasi manusia telah diakui dalam hukum internasional.
Pengakuan dan penghargaan HAM tidak diperoleh secara tiba-tiba,
tetapi melalui sejarah panjang. Berdasarkan sejarah
perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi manusia, sebagai
berikut:
1. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di
dunia Barat (Eropa), contohnya hak atas hidup, hak atas
kebebasan dan kemananan, hak atas kesamaan di muka
peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat, hak
beragama, hak berkumoul dan hak untuk berserikat.
2. Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
diperjuangkan oleh negara Sosialis di Eropa Timur, misalnya
hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak
membentuk serikat pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak
atas perumahan, pendidikan dan hak atas jaminan sosial.
3. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan
yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang ( Asia-
Afrika), misalnya hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap
bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan
hak mendapatkan kedamaian.
5
Asian People and Government. Pemikiran generasi keempat ini
lebih maju dari generasi ketiga, karena tidak saja mencakup
struktural, tetpai juga berpijak pada terciptanya tataan sosial yang
berkeadilan. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara
tentang Hak Asasi juga berbicara tentang kewajiban asasi.
6
bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman bentuk
kekerasan terhadap perempuan, menegmbangkan kodisi yang
kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan serta meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan hak asasi perempuan.
3. LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga penegakkan hak-hak asasi manusia yang
dibentuk oleh pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang
dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau Non Governmental Organization (NGO)
yang programnya terfokus pada demokratisasi dan
pengembangan HAM. Yang termasuk dalam LSM ini antara lain
adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI),
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
( KONTRAS).
7
saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana prakteknya dan
suasana kebatinannya dari UUD itu Hukum dasar tertulis (UUD)
merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintah suatu negara dalam menentkan mekanisme kerja
badan-badan tersebut seperti ekslusif, yudikatif dan legislatif.
8
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif
Indonesia.
9
tercantum dalam Undang-Undang Dasar dan diterima oleh
seluruh rakyat dan tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar. Dalam praktek penyelenggaraan negara yang
sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis, yaitu Pidato
kenegaraan Presiden di depan sidang DPR Setiap tanggal 16
Agustus, penyampaian pertanggungjawaban Presiden di depan
MPR dan Penilian MPR terhadap pertanggung jawaban
tersebut. Rancangan GBHN oleh Presiden pada MPR.
2. Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris “Constitution” dan
bahasa Belanda “Constitute” yang diterjemahkan dengan
Undang-Undang Dasar, sesuai dengan kebiadaan orang
Belanda dan Jerman dalam perbincangan sehari-hari
menggunakan istilah Groundwet (Ground = Dasar, Wet =
Undang-undang) keduanya menunjukkan naskah tertulis.
10
kebebasan, namun kebebasan tersebut harus bertanggung jawab
dengan memperhatikan dan tidak mengganggu hak asasi orang
lain. Namun dalam realitasnya hal tersebut belum sepenuhnya
dapat diterapkan oleh rakyat Indonesia.
11
dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi
rakyat dari bawah ini akan memperkuat masyarakat sipil yang
diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan pemerintahan
yang demokratis.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14