Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK AZASI MANUSIA DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Randy Karunia Priatama (170221010015)


Rasiffa Azzahrawani (170221010040)
Sisma Rahmat Refliansyah (170221010026)
Rusyuliana Sari (170221010049)
Sheila Anisa Dewi (170221010000)
Yanti Eka Safitri (170221010000)

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI

POLITEKNIK LP3I JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan lancar dan selesai pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini disusun untuk melengkapi mata kuliah
Kewarganegaraan. Pada makalah ini, penulis berkesempatan untuk
membahas tema tentang “Hak Azasi Manusia di Indonesia”

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Mungkin masih banyak kekurangan-kekurangan dari makalah ini. Untuk


itu, penulis memberikan ruang bagi para pembaca terhadap kritik dan
sarannya agar kemudian hari penulis dapat menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 16 November 2019

2
Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………..……………….............................................. i


Daftar Isi …...………………………………………............................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .… ……………………….………..................... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………….……….......... 3
1.3 Tujuan ………….…………..…………...................................... 3

BABII PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia.......................……...………... 4
2.2 Sejarah Perkembangan Hukum HAM..................................... 5
2.3 Kelembagaan Nasional HAM di Indonesia............................. 5
2.4 Dasar Hukum HAM ................................................................ 7
2.5 Implementasi HAM di Indonesia ............................................ 8

BABIII PENUTUP
3.1 Kesimpulan…..……..……………..………............................... 15
3.2 Saran...................................................................................... 17

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Hak Azasi Manusia ?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Hukum HAM ?
3. Apa saja Kelembagaan HAM di Indonesia ?
4. Apa Dasar Hukum dari HAM ?
5. Bagaimana Implementasi HAM di Indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Hak Azasi Manusia
2. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Hukum HAM
3. Untuk mengetahui Kelembagaan HAM di Indonesia
4. Untuk mengetahui Dasar Hukum dari HAM
5. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi HAM di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Azasi Manusia


Menurut Teaching Human Rights yang diterbitkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hak asasi manusia (HAM)
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya
manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. Hak hidup,
misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala
sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup. Tanpa hak
tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang.

Senada dengan pengertian HAM di atas adalah pernyataan awal


hak asasi manusia yang dikemukakan oleh John Locke. Menurut
John Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang
bersifat kodrati.  Karena sifatnya yang demikian, maka tidak ada
kekuasaan apapun di dunia ini yang dapat mencabut hak asasi
setiap manusia.HAM adalah hak dasar yang dibawa manusia sejak
lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa; bukan pemberian
manusia atau lembaga kekuasaan.

Hak asasi manusia ini tertuang dalam UU Nomor 39 Tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia.  Menurut UU ini, hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Berikut ini pengertian HAM menurut beberapa ahli :

2
1. Prof. Dr Dardji darmodiharjo, sh, HAM adalah hak-hak dasar /
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagaimana Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Laboratorium pancasila IKIP Malang. HAM adalah hak yang
melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Prof. Mr. Kuntjono Purbo Pranoto. HAM adalah hak yang dimiliki
manusia menurut kodratnya yang tidak dipisahkan hakikatnya.
4. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam
Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip
Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.
5. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).

Selain itu menurut pandangan Internasional terhadap hak asasi


manusia, bangsa Indonesia juga mempunyai pandangan bahwa
hak asasi manusia harus dijunjung tinggi sesuai dengan Pancasila.
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia mengalami berbagai
kesengsaraan dan penderitaan yang disebabkan oleh penjajahan.
Oleh karena itu pandangan mengenai hak asasi manusia yang
dianut oleh bangsa Indonesia bersumber dari ajaran agama, nilai
moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Berikut adalah Hak warga negara Indonesia, antara lain :
1. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal
27 Ayat 1 UUD 1945)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat
2 UUD 1945)

3
3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (Pasal 28 UUD 1945)
4. Hak/Kebebasan memeluk agama atau kepercayaan masing-
masing (Pasal 29 Ayat 1 dan 2 UUD 1945)
5. Hak dan kewajiban membela negara (Pasal 30 ayat 1 UUD
1945)
6. Hak mendapat pengajaran (Pasal 31 ayat 1 UUD 1945)
7. Kebudayaa Nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945)
8. Kesejahteraan Sosial (Pasal 33 ayat 1,2, dan 3 Pasal 34 UUD
1945)

2.2 Sejarah Perkembangan Hukum HAM


Sejarah membuktikan bahwa kesadaran manusia terhadap hak-hak
asasi akan meningkat bila terjadi pelanggaran-pelanggaran
kemanusiaan seperti adanya perbudakan, penjajahan, dan
ketidakadilan. Perjuangan atas pengakuan dan usaha menegakkan
hak-hak asasi manusia dari berbagai bangsa banyak dituangkan
dalam berbagai konvensi, konstitusi, perundang-undangan, teori
dan hasil pemikiran yang pernah hadir di muka bumi ini. Sejarah
hak asasi manusia secara khusus dapat ditelusuri sejak adanya
Magna Charta di Inggris (1215), Habeas Corpus Act (1679),
Petition of Rights (1689), dan Bill of Rights (1689).

Setelah Perang Dunia II (1939-1945) yang memakan banyak


korban dan banyak menimbulkan pelanggaran hak-hak asasi
manusia, Franklin D Roosevelt (Presiden AS) mencetuskan The
Four Freedom yakni kebebasan untuk berbicara dan mencetuskan
pendapat, kebebasan untuk beragama, kebebasan dari ketakutan,
dan kebebasan dari kemelaratan. Setelah Universal Declaration of
Human Rights diterima PBB pada 10 November 1948 di Paris
kemudian diterima pula Convenants of Human Rights pada sidang

4
PBB tanggal 16 Desember 1966, hingga sekarang masalah hak
asasi manusia telah diakui dalam hukum internasional.
Pengakuan dan penghargaan HAM tidak diperoleh secara tiba-tiba,
tetapi melalui sejarah panjang. Berdasarkan sejarah
perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi manusia, sebagai
berikut:
1. Generasi pertama adalah Hak Sipil dan Politik yang bermula di
dunia Barat (Eropa), contohnya hak atas hidup, hak atas
kebebasan dan kemananan, hak atas kesamaan di muka
peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat, hak
beragama, hak berkumoul dan hak untuk berserikat.
2. Generasi kedua adalah Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
diperjuangkan oleh negara Sosialis di Eropa Timur, misalnya
hak atas pekerjaan, hak atas penghasilan yang layak, hak
membentuk serikat pekerja, hak atas pangan, kesehatan, hak
atas perumahan, pendidikan dan hak atas jaminan sosial.
3. Generasi ketiga adalah Hak Perdamaian dan Pembangunan
yang diperjuangkan oleh negara-negara berkembang ( Asia-
Afrika), misalnya hak bebas dari ancaman musuh, hak setiap
bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan
hak mendapatkan kedamaian.

Perkembangan berikutnya yaitu muncul generasi keempat hak


asasi manusia (TIM ICCE UIN, 2003). Hak asasi manusia generasi
keempat ini mengkritik peranan negara yang sangat dominan
dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan ekonomi
sehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan rakyat.
Program pembangunan dijalankan tidak memenuhi kebutuhan
rakyat banyak tetapi untuk sekelompok atau elite penguasa saja.
Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat dipelopori oleh
negara-negara Asia pada tahun 1983 yang melahirkan deklarasi
Hak Asasi Manusia yang disebut Declaration of The Basic Duties of

5
Asian People and Government. Pemikiran generasi keempat ini
lebih maju dari generasi ketiga, karena tidak saja mencakup
struktural, tetpai juga berpijak pada terciptanya tataan sosial yang
berkeadilan. Deklarasi Hak Asasi Manusia Asia selain berbicara
tentang Hak Asasi juga berbicara tentang kewajiban asasi.

2.3 Kelembagaan Nasional HAM di Indonesia


Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi manusia, di samping dibentuk aturan-aturan hukum juga
dibentuk kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan
dengan penegakkan hak asasi manusia, antara lain :
1. Komnas HAM
Komisi Nasional HAM pada awalnya dibentuk dengan keppres
No. 50 tahun 1993 sebagai respon terhadap tuntutan
masyarakat maupun tekanan dunia internasional mengenai
perlunya penegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia.
Kemudian dengan lahirnya undang-undang No. 39 tahun 1999
tentang hak asasi manusia, Komnas HAM terbentuk dengan
keppres tersebut harus sesuai dengan UU No. 39 tahun 1999.
Yang bertujuan untuk membantu pengembangan kondisi yang
kondusif bagi pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan
meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak-hak asasi
manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia
seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi dalam berbagai
bidang kehidupan.
2. Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Dibentuk berdasarkan Keppres No. 181 tahun 1998. Dasar
pertimbangan pembentukan komisi nasional ini adalah sebagai
upaya mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan. Sifatnya independen dan

6
bertujuan untuk menyebarluaskan pemahaman bentuk
kekerasan terhadap perempuan, menegmbangkan kodisi yang
kondusif bagi penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan serta meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan hak asasi perempuan.
3. LSM Prodemokrasi dan HAM
Di samping lembaga penegakkan hak-hak asasi manusia yang
dibentuk oleh pemerintah, ada juga lembaga sejenis yang
dibentuk oleh masyarakat, misalnya Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau Non Governmental Organization (NGO)
yang programnya terfokus pada demokratisasi dan
pengembangan HAM. Yang termasuk dalam LSM ini antara lain
adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI),
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
( KONTRAS).

2.4 Dasar Hukum HAM di Indonesia


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas
kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut sebagai
dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag). Dalam kedudukan ini
Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap
aspek penyelenggaraan negara, termasuk dalam sumber tertib
hukum di Indonesia, sehingga Pancasila merupakan sumber nilai,
norma dan kaidah baik moral maupun hukum di Indonesia. Oleh
karenanya, Pancasila merupakan sumber hukum negara baik yang
tertulis maupun yang ta tertulis atau convensi.

Yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam


praktek penyelenggaraan negara. Untuk menyelediki hukum dasar
suatu negara tidak cukup hanya menyelidiki pasal-pasal UUD nya

7
saja, akan tetapi harus menyelidiki juga bagaimana prakteknya dan
suasana kebatinannya dari UUD itu Hukum dasar tertulis (UUD)
merupakan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintah suatu negara dalam menentkan mekanisme kerja
badan-badan tersebut seperti ekslusif, yudikatif dan legislatif.

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar yang


tertulis, kedudukan dan fungsi dari UUD 1945 merupakan pengikat
bagi pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarkat, warga
negara Indonesia sebagai hukum dasar UUD 1945 memuat
normat-norma atau aturan-aturan yang harus diataati dan
dilaksanakan. Indonesia adalah negara demokrasi yang
berdasarkan atas hukum, oleh karena itu dalam segala aspek
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud
dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Republik Indonesia. Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi
pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks ketatanegaraan
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena
merupakan suatu staasfundamentalnorm dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Indonesia. Dalam kedudukan dan
fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, pada hakikatnya
merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum
di Indonesia.

Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam


pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum di Indonesia, sesuai dengan yang tercantum dalam
penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa

8
pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber hukum positif
Indonesia.

Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di


Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia. Dapat kita bahwa
pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa
tahun ini Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar
mengenai system ketatanegaraan.

Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara


belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan
dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum,
pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia dan
otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya
praktek penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut: Tidak adanya
check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat
pada Presiden Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik
dan organisasi masyarakat. Pemilihan Umum (Pemilu)
diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal
karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh
pemerintah.
Dengan demikian seluruh peraturan perundang – undangan di
Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya terkandung dasar filsafat Indonesia.
1. Dasar Hukum yang tidak tertulis (Convensi)
Hukum dasar yang tidak tertulis atau sering disebut convensi,
merupakan aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam praktek penyelenggaraan negara. Convensi ini
merupakan pelengkap dari aturan-aturan dasar yang belum

9
tercantum dalam Undang-Undang Dasar dan diterima oleh
seluruh rakyat dan tidak boleh bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar. Dalam praktek penyelenggaraan negara yang
sudah menjadi hukum dasar tidak tertulis, yaitu Pidato
kenegaraan Presiden di depan sidang DPR Setiap tanggal 16
Agustus, penyampaian pertanggungjawaban Presiden di depan
MPR dan Penilian MPR terhadap pertanggung jawaban
tersebut. Rancangan GBHN oleh Presiden pada MPR.
2. Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Inggris “Constitution” dan
bahasa Belanda “Constitute” yang diterjemahkan dengan
Undang-Undang Dasar, sesuai dengan kebiadaan orang
Belanda dan Jerman dalam perbincangan sehari-hari
menggunakan istilah Groundwet (Ground = Dasar, Wet =
Undang-undang) keduanya menunjukkan naskah tertulis.

2.5 Implementasi HAM di Indonesia


Suatu negara dengan ideologi yang dianutnya pada dasarnya akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat di negara tersebut, termasuk
dalam hal penerapan hak-hak asasi masyarakatnya. Negara-
negara Barat, seperti Amerika, dengan paham Liberalismenya
memungkinkan masyarakatnya untuk melakukan segala sesuatu
dengan sebebas-bebasnya, sedangkan peran pemerintah sangat
kecil dalam mengatur kehidupan bermasyarakat.

Indonesia dengan ideologi Pancasila yang dianutnya, diharapkan


dapat mengimplementasikan HAM dengan baik sesuai dengan
sifat-sifat dasar dari ideologi tersebut. Menurut ideologi Pancasila,
hak-hak asasi setiap rakyat Indonesia pada dasarnya
diimplementasikan secara bebas, akan tetapi kebebasan tersebut
dibatasi dengan hak asasi orang lain. Sehingga walaupun terdapat

10
kebebasan, namun kebebasan tersebut harus bertanggung jawab
dengan memperhatikan dan tidak mengganggu hak asasi orang
lain. Namun dalam realitasnya hal tersebut belum sepenuhnya
dapat diterapkan oleh rakyat Indonesia.

Dimulai dengan bergulirnya era reformasi, munculah berbagai


produk hukum yang diharapkan untuk memperbaiki kondisi hak
asasi manusia di Indonesia, khususnya hak sipil dan politik. Antara
lain, UUD 1945 pasal 28A sampai pasal 28J, Ketetapan MPR
Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU Pers, UU
tentang HAM (UU No. 39 Tahun 1999), UU Pemilu, UU Parpol, UU
Otonomi Daerah. Dari sisi politik, rakyat Indonesia telah menikmati
kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan dasar, yaitu hak
atas kebebasan berekspresi dan berkomunikasi, hak atas
kebebasan berkumpul, hak atas kebebasan berorganisasi, dan hak
untuk turut serta dalam pemerintahan.

Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia


sudah dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa
rasa takut atau was-was seperti pada zaman Orde Baru. Rakyat
Indonesia relatif bebas mengkomunikasikan gagasan dan informasi
yang dimilikinya. Rakyat menikmati pula hak atas kebebasan
berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti, seminar, rapat-
rapat akbar tidak lagi mengharuskan meminta izin penguasa seperti
di masa Orde Baru.

Rakyat Indonesia telah menikmati juga kebebasan berorganisasi.


Rakyat tidak hanya bebas mendirikan partai-partai politik sebagai
wahana untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Rakyat bebas
pula untuk mendirikian organisasi-organisasi kemasyarakatan,
seperti serikat petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat,

11
dan lain sebagainya. Selain itu, tumbuhnya organisasi-organisasi
rakyat dari bawah ini akan memperkuat masyarakat sipil yang
diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan pemerintahan
yang demokratis.

Kebebasan politik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia


ternyata juga tak diimbangi dengan perlindungan hukum yang
semestinya bagi hak-hak sipil, seperti, hak atas kemerdekaan dan
keamanan pribadi, hak atas kebebasan dari penyiksaan, atau
hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat, hak atas pemeriksaan yang adil dan proses hukum yang
semestinya, hak atas perlakuan yang sama di depan hukum. Dari
berbagai daerah, seperti, Poso, Papua, Jakarta, dan tempat-tempat
lain di Indonesia, dilaporkan masih terjadi kekerasan horisontal
yang melibatkan unsur-unsur polisi dan militer.

Hal yang memprihatinkan, seringkali dalam peristiwa kekerasan


horisontal, aparat keamanan seolah-olah tidak berdaya melindungi
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran kekerasan tersebut.
Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus
pembunuhan, penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap
ratusan ribu orang yang disangka mempunyai kaitan dengan PKI,
dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini belum memperoleh
penanganan yang adil.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai