Penularan
Penularan HCV membutuhkan paparan langsung terhadap darah melalui
transfusi darah, pemberian obat melalui jalur intravena (pada setting layanan
kesehatan), dan penggunaan obat injeksi. Penularan seksual juga merupakan salah
satu jalur penularan terbesar, terutama pada MSM yang positif HIV.
Kemungkinan terinfeksi HCV juga semakin besar dengan adanya perilaku
berisiko, seperti berhubungan seksual tanpa pengaman dan berhubungan seksual
berkelompok. HCV juga bisa menular melalui transmisi ibu ke anak. Transmisi ini
terjadi pada sekitar 6% dari seluruh ibu yang terinfeksi HCV. Penularan lainnya
yang telah dilaporkan adalah pembuatan tato, serta pemakaian unit hemodialisis
dengan kebersihan yang buruk.2
Gejala Klinis
HCV menyerang organ hati tetapi memiliki efek pada hampir seluruh
organ. Sekitar 14% pasien yang terinfeksi HCV memiliki gejala, sedangkan 86%
pasien lainnya tidak bergejala. Gejala yang timbul dapat berupa lemas, demam,
nyeri ulu hati, buang air kecil terasa terbakar, rasa terbakar pada dada, menggigil,
dan nyeri otot. 3
Perjalanan penyakit
Sebanyak 50-80% pasien akan mengalami infeksi kronis setelah paparan
terhadap HCV. Infeksi HCV kronis bisa menyebabkan sirosis dan dekompensasi
hati sebesar 2-5%, dan sebanyak 15-20% pasien dengan penyakit hati meninggal
di tahun pertama setelah dekompensasi.2
Hepatitis C akut
Pasien dengan infeksi HCV akut umumnya tidak mengalami gejala kuning
(ikterik), dan hanya 25% dari seluruh kasus yang menunjukkan gejala klinis yang
jelas. Gejala akan menjadi jelas setelah 2-26 minggu setelah paparan HCV, dan
penyakit akut akan berlangsung selama 2-12 minggu.2
Hepatitis C kronis
Sekitar 10-20% pasien dengan infeksi hepatitis C kronis akan mengalami
komplikasi, yang meliputi sirosis dan karsinoma sel hati, pada periode 20-30
tahun. Faktor risiko yang mempercepat perburukan penyakit adalah usia yang
lebih tua saat terdiagnosis, laki-laki, obesitas, konsumsi alkohol yang tinggi, ko-
infeksi HIV, dan imunsupresi. Sirosis dan komplikasi hati lainnya akan
menyebabkan dekompensasi yang dicirikan dengan penumpukan cairan di perut
(ascites), perdarahan saluran cerna, sindroma hati-ginjal, dan ensefalopati
hepatikum yang merupakan kelainan di otak.2,3
Skrining
Skrining untuk infeksi HCV melalui pemeriksaan antibodi anti-HCV
merupakan hal yang sangat penting untuk diagnosis. Diagnosis dini akan
membantu memperbaiki kesehatan pasien yang mengalami infeksi akut dan juga
mencegah penularan. Sekitar 45-85% orang yang terinfeksi tidak menyadari
bahwa mereka terinfeksi karena umumnya tidak memiliki gejala hingga akhirnya
pada stadium lanjut.1
Pengobatan
Tujuan utama pengobatan infeksi HCV adalah mencapai kondisi sustained
viral response (SVR), dimana tidak ditemukan RNA HCV pada pemeriksaan yang
dilakukan 24 minggu setelah penghentian terapi. Saat ini SVR pada 12 minggu
juga telah banyak digunakan. Menurut penelitian, kondisi SVR ini berhubungan
dengan 99% RNA HCV negatif pada pemeriksaan jangka panjang. Pengobatan
direkomendasikan untuk semua pasien yang belum pernah mendapat terapi
sebelumnya. Regimen obat yang diguakan untuk infeksi HCV disebut sebagai
direct-acting antiviral (DAA). Pengobatan dengan regimen DAA diberikan
melalui jalur oral (obat minum) dan umumnya hanya memerlukan waktu terapi 8-
12 minggu. Pada kondisi yang mengalami komplikasi berupa dekompensasi hati,
diperlukan penanganan lebih lanjut di rumah sakit rujukan dengan fasilitas yang
lebih lengkap.2,4,5
Pencegahan
Hingga saat ini belum ada vaksin untuk infeksi HCV. Oleh karena itu, strategi
pencegahan infeksi HCV berfokus pada program skrining yang efektif, akses
terhadap obat, dan terapi yang efektif. Pencegahan lainnya adalah hindari perilaku
berisiko, dan hindari konsumsi alkohol yang bisa mempercepat progresi fibrosis
serta sirosis hati. Rekomendasi oleh WHO untuk pencegahan utama meliputi:
- Penggunaan obat injeksi dengan aman dan sesuai di layanan kesehatan;
- Pembuangan jarum dan limbah yang baik dan aman;
- Memeriksa darah donor untuk HBV dan HCV;
- Mencegah paparan terhadap darah saat berhubungan seksual
- Menghindari perilaku berisiko.
Daftar Pustaka
1. Manns MP, Buti M, Gane E, Pawlotsky J-M, Razavi H, Terrault N, et al.
Hepatitis C virus infection. Nat Rev Dis Primers. 2017 Dec 21;3(1):17006.