Anda di halaman 1dari 56

Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)

RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

rawat jalan, dan gawat darurat (Depkes, 2009 a). Sedangkan berdasarkan

keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983 / Menkes / SK / XI / 1992

tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit

adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat

dasar, spesialistik, dan subspesialistik.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah

pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Tugas rumah sakit secara umum adalah melaksanakan upaya

kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dengan pendekatan pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan

berkesinambungan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Depkes, 2009a)

a. Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya mempunyai berbagai

fungsi, antara lain:

1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis. Pelayanan kesehatan paripurna tingkat

kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan

mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

Sedangkan pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah

upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan

mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub

spesialistik.

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan.

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan (Depkes, 2009a).

2.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi rumah sakit merupakan pernyataan tetap (permanen) untuk

mengkomunikasikan sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenaan dengan

maksud lingkup usaha/kegiatan dan kepemimpinan kompetitif,

memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan antara rumah sakit

dan “stakeholders” utamanya, dan untuk menyatakan tujuan luas dari

unjuk kerja rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004).

Misi merupakan suatu pernyataan singkat dan jelas tentang alasan

keberadaan rumah sakit, maksud atau fungsi yang diinginkan untuk

memenuhi pengharapan dan kepuasan konsumen dan metode utama untuk

memenuhi maksud tersebut. Pernyataan misi memberikan suasana untuk

memformulasi berbagai jenis kegiatan tertentu dari semua upaya yang

dilakukan rumah sakit dan strategi yang digunakan rumah sakit beroperasi

(Siregar dan Amalia, 2004).

2.1.4 Asas dan Tujuan Rumah Sakit

Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan kepada nilai kemanusiaan,

etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan

antidiskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta

mempunyai fungsi sosial.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Berdasarkan Undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang rumah

sakit disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan rumah sakit yaitu:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit.

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit, dan rumah sakit.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan

menjadi :

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus dimaksudkan untuk memberikan pelayanan utama

pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin

ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi :

a. Rumah Sakit Publik

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Rumah sakit publik dimaksudkan dapat dikelola oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit

publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau badan layanan umum

daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah

sakit publik yang dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dan tdak

dapat dialihkan menjadi rumah sakit privat.

b. Rumah Sakit Privat

Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit

yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Rumah sakit dapat

ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan

dan standar rumah sakit pendidikan. Rumah sakit pendidikan merupakan

rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara

terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan

kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam penyelenggaraan rumah sakit pendidikan dapat dibentuk jejaring

rumah sakit pendidikan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56

Tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, dalam rangka

penyelenggaraan kesehatan, klasifikasi rumah sakit umum terdiri dari :

a. Rumah Sakit Umum kelas A

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 pelayanan medik dasar, 5

pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik spesialis lain

dan 16 pelayanan medik sub spesialis.

b. Rumah Sakit Umum kelas B

Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis

dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik

spesialis lain dan 2 pelayanan medik sub spesialis.

c. Rumah Sakit Umum kelas C

Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis

dasar, 4 pelayanan spesialis penunjang medik, 3 pelayanan spesialis

medik lainnya dan 1 pelayanan medik sub spesialis dasar.

d. Rumah Sakit Umum kelas D

Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medis paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis

dasar, pelayanan medik spesialis penunjang meliputi radiologi dan

laboratorium. Rumah sakit kelas D terdiri dari Rumah sakit kelas D

pertama yaitu rumah sakit yang didirikan di daerah tertinggal,

perbatasan, dan kepulauan yang diatur sesuai perundang-undangan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

2.3. Tenaga Kefarmasian dan Kompetensinya

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.72

tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,yang

dimaksud dengan tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan

pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis

kefarmasian (Menkes, 2016).

Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai

sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga

apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai

dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh

menteri (Menkes, 2016).

2.3.1. Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker

dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker khususnya

yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan

paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi

orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan

secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat

diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum

(Menkes, 2016).

Kompetensi apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 1197/MENKES/SK/X/2004 ada dua yaitu:

a. Sebagai pimpinan :

1) Mempunyai kemampuan untuk memimpin.

2) Mempuyai kemauan dan kemampuan mengelola dan

mengembangkan pelayanan farmasi.

3) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri.

4) Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain.

5) Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan

memecahkan masalah.

b. Sebagai tenaga fungsional :

1) Mampu memberikan pelayanan kefarmasian.

2) Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian.

3) Mampu mengelola manajemen praktis kefarmasian.

4) Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian.

5) Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan.

6) Dapat mengoperasionalkan komputer.

7) Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang

farmasi klinik (Depkes, 2004a).

2.3.2. Tenaga Teknis Kefarmasian

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker

dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi,

ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi atau

asisten apoteker (Menkes, 2016).

Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya

disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh menteri

kepada tenaga teknis kefarmasian yang telah diregistrasi. Tenaga teknis

kefarmasian yang telah memiliki STRTTK mempunyai wewenang untuk

melakukan pekerjaan kefarmasian di bawah bimbingan dan pengawasan

apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

sesuai dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam hal

di daerah terpencil tidak terdapat apoteker, menteri dapat menempatkan

tenaga teknis kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana

pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan

menyerahkan obat kepada pasien (Depkes, 2009b).

Lingkup pekerjaan kefarmasian asisten apoteker sesuai Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 679/MENKES/SK/V/2003

BAB III pasal 8 ayat 2 (dua) meliputi :

a. Melaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat

berdasarkan resep dokter, pelayanan informasi obat serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

b. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh asisten apoteker

dilakukan di bawah pengawasan apoteker / pimpinan unit, atau

dilakukan secara mandiri sesuai peraturan perundang – undangan

yang berlaku.

2.4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.4.1. Definisi Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah

sakit. Pengorganisasian instalasi farmasi rumah sakit harus mencakup

penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen

mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan dengan

tetap menjaga mutu (Menkes, 2016).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) harus dikepalai oleh

seorang apoteker yang merupakan apoteker penanggung jawab

seluruh pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kepala IFRS

diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di instalasi farmasi

rumah sakit minimal 3 (tiga) tahun (Menkes, 2016).

2.4.2. Tugas Instalasi Farmasi

Tugas instalasi farmasi rumah sakit, meliputi:

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan

mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal

dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi

b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien

c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna

memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan

risiko

d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi serta

memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien

e. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi

f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan

pelayanan kefarmasian

g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan

dan formularium rumah sakit (Menkes, 2016).

2.4.3. Fungsi Instalasi Farmasi

Fungsi instalasi farmasi rumah sakit, meliputi:

a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai meliputi:

1) Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

2) Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.

3) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat

sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di

rumah sakit.

5) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

6) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan

kefarmasian.

7) Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai ke unit-unit pelayanan di rumah rakit.

8) Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

9) Melaksanakan pelayanan obat unit dose/dosis sehari.

10) Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai (apabila sudah

memungkinkan).

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

11) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai.

12) Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat

digunakan.

13) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai.

14) Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

b. Pelayanan farmasi klinik

1) Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan

obat.

2) Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.

3) Melaksanakan rekonsiliasi obat.

4) Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik

berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga

pasien.

5) Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait

dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

6) Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan

lain.

7) Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

8) Melaksanakan pemantauan terapi obat

a) Pemantauan efek terapi obat.

b) Pemantauan efek samping obat.

c) Pemantauan kadar obat dalam darah.

9) Melaksanakan evaluasi penggunaan obat.

10) Melaksanakan dispensing sediaan steril

a) Melakukan pencampuran obat suntik

b) Menyiapkan nutrisi parenteral

c) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik

d) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak

stabil

11) Melaksanakan pelayanan informasi obat kepada tenaga kesehatan

lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar rumah sakit

12) Melaksanakan penyuluhan kesehatan rumah sakit (Menkes,

2016).

2.5. Formularium Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menerangkan bahwa

formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan

Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis

resep, pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Formularium Rumah

Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Penyusunan dan revisi

Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan

terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium

Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan

pengobatan yang rasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, tahapan proses penyusunan

Formularium Rumah Sakit:

a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik

Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan

medik.

b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.

c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi,

jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar.

d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite/Tim Farmasi dan

Terapi, dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan

balik.

e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.

f. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi.

h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan

melakukan monitoring.

Kriteria pemilihan obat untuk dapat dimasukkan ke dalam Formularium

Rumah Sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit antara lain :

a. Mengutamakan penggunaan obat generik.

b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling

menguntungkan penderita.

c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.

d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.

f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.

g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi

berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.

h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence

based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga

yang terjangkau.

2.6. Pekerjaan Kefarmasian di Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, pekerjaan

kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengaman, pengadaan, penyimpanan dan pendisitribusian atau penyaluran

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

obat, pengelola obat, pelayanan obat atas resep, pelayanan informasi obat,

serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.6.1. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi

Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi menurut

Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 merupakan

pengelolaan perbekalan farmasi dimana pengelolaan tersebut

merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pemusnahan dan penarikan, pengendalian, administrasi, dan pelaporan

yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis

perbekalan farmasi yang terdiri dari sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.

Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai ini berdasarkan:

1. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa

terapi.

2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai yang telah ditetapkan.

3. Pola penyakit.

4. Efektifitas dan keamanan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

5. Pengobatan berbasis bukti.

6. Mutu.

7. Harga.

8. Ketersediaan di pasaran.

b. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk

menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil

kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat

jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Perencanaan

dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain

konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi, serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan :

1. Anggaran yang tersedia.

2. Penetapan prioritas.

3. Sisa persediaan.

4. Data pemakaian periode yang lalu.

5. Waktu tunggu pemesanan.

6. Rencana pengembangan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Menurut Dinkes (2010), pendekatan perencanaan

kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode:

1. Metode Morbiditas

Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan

perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan

kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu (lead time). Langkah-

langkah dalam metode ini adalah:

 Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan

prevalensi penyakit.

 Menentukan jumlah pasien yang dilayani.

 Menyediakan formularium/ standar/ pedoman

perbekalan farmasi.

 Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

 Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

2. Metode Konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi

didasarkan pada data real konsumsi perbekalan farmasi

periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah :

 Pengumpulan & pengolahan data.

 Analisa data untuk informasi dan evaluasi.

 Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi

dengan alokasi dana.

3. Metode Kombinasi

Kombinasi metode konsumsi dan metode morbiditas

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Acuan yang

digunakan yaitu:

 DOEN, Formularium RS, Standar Terapi RS, dan

kebijakan setempat yang berlaku.

 Rekam medis.

 Penetapan prioritas dan anggaran.

 Pola penyakit.

 Sisa persediaan.

 Data penggunaan periode sebelumnya.

 Rencana pengembangan.

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif

harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat

dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan

merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari

pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara

kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses

pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu

dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan

dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus

melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam melakukan pengadaan perbekalan farmasi adalah :

1. Bahan baku obat harus disertai dengan Sertifikat Analisa.

2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data

Sheet (MSDS).

3. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

harus mempunyai nomor izin edar.

4. Expired date minimal 2 tahun kecuali untuk sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin,

reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Sistem pengadaan dapat dilakukan melalui :

1. Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus sesuai

dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai, yang meliputi kriteria umum dan

kriteria mutu obat.

 Persyaratan pemasok.

 Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

 Pemantauan rencana pengadaan sesuai dengan jenis,

jumlah, dan waktu.

Menurut Siregar dan Amalia (2004) ada 4 metode dalam

proses pembelian yaitu :

a. Tender Terbuka

Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Pada

penentuan harga metode ini lebih menguntungkan. Untuk

pelaksanaanya memerlukan waktu yang lama serta

perhatian penuh.

b. Tender Terbatas

Sering disebut lelang tertutup, hanya dilakukan pada

rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki

riwayat jejak yang baik, harga masih dapat dikendalikan,

tenaga, dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan

dengan lelang terbuka.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

c. Pembelian dengan Tawar Menawar

Biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk

item tertentu dan tidak banyak.

d. Pembelian Langsung

Secara umum pengadaan obat di rumah sakit dapat

dilakukan dengan cara tahunan, triwulan, dan mingguan.

Dalam menentukan jumlah pengadaan perlu diketahui

adanya minimum dan maksimum stok, stok rata-rata,

buffer stock, reordering level, economic order quantity,

lead time, dan batas kadaluwarsa. Beberapa jenis obat dan

bahan aktif yang mempunyai masa kadaluwarsa relatif

pendek harus diperhatikan waktu pengadaanya. Untuk itu

harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar.

2. Produksi Sediaan Farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan

tertentu apabila :

 Sediaan farmasi tidak ada di pasaran.

 Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.

 Sediaan farmasi dengan formula khusus.

 Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/

repacking.

 Sediaan farmasi untuk penelitian.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/

harus dibuat baru (recenter paratus).

Sediaan yang dibuat di rumah sakit harus memenuhi

persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan di rumah sakit tersebut.

3. Sumbangan/Dropping/Hibah

Instalasi farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan

terhadap penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai sumbangan/ dropping/

hibah. Seluruh kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan cara

sumbangan/ dropping/ hibah harus disertai dokumen

administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat

membantu pelayanan kesehatan, maka jenis sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus sesuai

dengan kebutuhan pasien di rumah sakit. Instalasi farmasi

dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit

untuk mengembalikan atau menolak sumbangan/ dropping/

hibah sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien rumah

sakit.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

d. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin

kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan

harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan

kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan

barang harus tersimpan dengan baik.

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan

harus dapat menjamin kuwalitas dan keamanan sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan

persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud

meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,

kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Instalasi Farmasi

harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan

diinspeksi secara periodik.

Komponen yang harus diperhatikan antara lain:

1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan

obat diberi label yang jelas terbaca dan memuat nama, tanggal

pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa, dan peringatan

khusus.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan

kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.

3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit

perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi

label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat

untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

4. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan

dapat diidentifikasi.

5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk

menyimpan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu:

1. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api

dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.

2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi

penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis

gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah

dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung

gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi

keselamatan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas

terapi, bentuk sediaan, jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai, dan disusun secara alfabetis dengan

menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In

First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.

Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip atau

sering disebut LASA (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan

berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah sakit harus dapat

menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi

kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

Pengelolaan Obat emergensi harus menjamin:

1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi

yang telah ditetapkan.

2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk

kebutuhan lain.

3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.

4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.

5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

f. Pendistribusian

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

rangka menyalurkan/ menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai

kepada unit pelayanan atau pasien dengan tetap menjamin mutu,

stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus

menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya

pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai di unit pelayanan.

Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan

menggunakan cara :

1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)

a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat

disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.

b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan

jumlah yang sangat dibutuhkan.

c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas

farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka

pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung

jawab ruangan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan

obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung

jawab ruangan.

e. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan

kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang

disediakan di floor stock.

Menurut Siregar dan Amalia (2004), keuntungan sistem

floor stock adalah :

 Selalu ada persediaan obat-obatan yang siap pakai

untuk pasien, terutama untuk obat-obat yang sifatnya

life saving.

 Dapat mengurangi kemungkinan adanya pengembalian

obat yang tidak habis terpakai ke instalasi farmasi.

 Mengurangi jumlah transkrip pemesanan obat.

 Mengurangi jumlah kebutuhan personil farmasi.

Sedangkan kerugian dari sistem floor stock adalah :

 Meningkatkan kemungkinan terjadinya medication

errors, misalnya obat yang tertukar terutama pada saat

penyerahan obat karena dilakukan oleh perawat dan

bukan farmasis.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Meningkatkan persediaan obat di pos perawatan

sehingga besar kemungkinan terjadi penumpukan stok

obat di pos perawatan.

 Memperbesar kemungkinan kebocoran obat karena

tidak adanya pengawasan dari pihak lain (farmasis).

 Meningkatkan kemungkinan terjadinya kerusakan obat

karena cara penyimpanan yang tidak benar.

 Meningkatkan kebutuhan modal tambahan, untuk

fasilitas penyimpanan obat.

 Mengakibatkan waktu dan beban kerja perawat

meningkat karena harus menangani obat-obatan selain

merawat pasien.

2. Sistem Resep Perseorangan

Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai berdasarkan resep perorangan per pasien

rawat jalan dan rawat inap melalui instalasi farmasi.

Menurut Siregar dan Amalia (2004), keuntungan sistem

resep perseorangan adalah :

 Memungkinkan farmasis untuk memeriksa langsung

semua pemesanan obat (adanya skrining resep).

 Memungkinkan farmasis untuk berinteraksi dengan

pasien, dokter, dan perawat.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Pengawasan obat-obat dengan lebih teliti.

 Memudahkan cara pembayaran obat oleh pasien.

 Memudahkan farmasis untuk memberikan pelayanan

kepada pasien secara perorangan (pelayanan lebih

berkualitas).

Sedangkan kerugian dari sistem resep perseorangan

adalah :

 Meningkatkan kesulitan atau hambatan pasien dalam

mendapatkan obat, misalnya pasien tidak membawa

uang yang cukup, pasien bingung sehingga tidak

menebus obat ke apotek rawat inap, sehingga terjadi

keterlambatan penerimaan obat oleh pasien.

 Meningkatkan kebutuhan personil farmasi (butuh

peningkatan biaya).

3. Sistem Unit Dosis (Unit Dose Dispensing)

Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai berdasarkan resep perorangan yang

disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda untuk

penggunaan satu kali dosis per pasien. Sistem unit dosis ini

digunakan untuk pasien rawat inap. Sistem distribusi Unit

Dose Dispensing sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap

mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

dapat diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan

dengan sistem floor stock atau resep individu yang mencapai

18%.

Menurut Siregar dan Amalia (2004), keuntungan sistem

unit dosis adalah :

 Meminimalkan medication errors karena obat

disimpan oleh tenaga farmasis (melalui kontrol yang

bertahap) dan diserahkan langsung oleh farmasis

kepada pasiennya sehingga edukasi dan pemberian

informasi obat benar-benar dapat dilakukan.

 Resep dapat dikaji oleh farmasis.

 Farmasis dapat melakukan Theraupetic Drug

Monitoring.

 Farmasis mendapat profil pengobatan pasien dengan

lengkap.

 Efisiensi ruang perawatan dalam penyimpanan obat.

 Meniadakan obat berlebih dan menghindari kesukaran

obat.

 Pasien hanya membayar obat yang telah dipakai.

 Meniadakan pencurian dan pemborosan obat.

Sedangkan kerugian dari sistem unit dosis adalah :

 Perlu tenaga farmasis yang lebih banyak.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

 Administrasinya mungkin menjadi lebih rumit dan

lebih banyak.

4. Sistem Kombinasi

Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan

menggunakan kombinasi poin 1 + 2 atau 2 + 3 atau 1 + 3.

Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat

dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini

tingkat kesalahan pemberian obat dapat diminimalkan sampai

kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau

resep individu yang mencapai 18%.

Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk

dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:

1. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada

2. Metode sentralisasi atau desentralisasi.

g. Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus

dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi

yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-

undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan

inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan

tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk

yang izin edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan

untuk perbekalan farmasi bila:

1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.

2. Telah kadaluwarsa.

3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.

4. Dicabut izin edarnya.

Tahapan pemusnahan obat terdiri dari :

1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai yang akan dimusnahkan.

2. Menyiapkan berita acara pemusnahan.

3. Mengkoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan

kepada pihak terkait.

4. Menyiapkan tempat pemusnahan.

5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk

sediaan serta peraturan yang berlaku.

h. Pengendalian

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah

persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai. Pengendalian penggunaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat

dilakukan oleh instalasi farmasi bersama dengan tim farmasi dan

terapi di rumah sakit.

Tujuan dilakukannya pengendalian perbekalan farmasi

adalah :

1. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit.

2. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.

3. Memastikan persediaan efektif dan efisien/ tidak terjadi

kelebihan dan kekurangan/ kekosongan, kerusakan,

kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan

perbekalan farmasi.

Cara untuk mengendalikan sediaan farmasi, alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai adalah :

1. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow

moving).

2. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam

waktu 3 bulan berturut-turut (death stock).

3. Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

i. Administrasi dan Pelaporan

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan

berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang

sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari :

1. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan,

pengembalian, pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan instalasi

farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan,

semester atau pertahun). Jenis-jenis pelaporan yang dibuat

menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

2. Administrasi Keuangan

Apabila instalasi farmasi rumah sakit harus mengelola

keuangan maka perlu menyelenggarakan administrasi

keuangan. Administrasi keuangan merupakan pengaturan

anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan

informasi keuangan, penyiapan laporan, dan penggunaan

laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode

bulanan, triwulanan, semesteran, atau tahunan.

3. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan

penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai yang tidak terpakai karena

kadaluwarsa, rusak, atau mutu yang tidak memenuhi standar

dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai kepada pihak

terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.

j. Pengelolaan Obat Narkotika & Psikotropika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan

ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan

(Menkes, 2015).

Psikotropika adalah zat/ bahan baku atau obat, baik alamiah

maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif

melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

(Menkes, 2015).

Menurut Menkes (2015), yang disebut dengan prekursor

farmasi adalah zat/ bahan pemula/ bahan kimia yang dapat

digunakan untuk bahan baku/ penolong untuk keperluan proses

produksi industri farmasi/ produk antara, produk ruahan, dan

produk jadi yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine

norephedrine/ phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau

potasium permanganat.

Berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2015 tentang

Pengedaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,

Psikotropika dan Prekursor Farmasi yang merupakan pengelolaan

sediaan obat narkotika dan psikotropika adalah :

1. Penyaluran

Penyaluran sediaan narkotika, psikotropika, dan perkursor

farmasi adalah wajib memenuhi cara distribusi obat yang baik

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyaluran

sediaan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi hanya

dapat dilakukan berdasarkan surat pesanan. Surat pesanan

hanya berlaku untuk masing-masing obat.

a. Surat pesanan narkotika digunakan untuk 1 jenis narkotika.

Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya rangkap 3.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

b. Surat pesanan psikotropika dan prekursor farmasi hanya

dapat digunakan untuk 1 atau beberapa jenis psikotropika

dan prekursor farmasi. Surat pesanan untuk obat jenis

narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus

terpisah dari pesanan barang lain.

2. Penyerahan

Penyerahan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi

hanya dilakukan dalam bentuk obat jadi. Penyerahan obat

kepada pasien dilakukan oleh apoteker di fasilitas pelayanan

kefarmasian dan dilakukan secara langsung sesuai standar

pelayanan kefarmasian.

Penyerahan narkotika dan atau psikotropika hanya dapat

dilakukan oleh:

a. Apotek.

b. Puskesmas.

c. Instalasi farmasi rumah sakit.

d. Instalasi farmasi K\klinik.

e. Dokter.

Sedangkan penyerahan prekursor farmasi hanya dapat

dilakukan oleh :

a. Apotek.

b. Puskesmas.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

c. Instalasi farmasi rumah sakit.

d. Instalasi farmasi klinik.

e. Dokter.

f. Toko obat.

3. Penyimpanan

Tempat penyimpanan narkotika, psikotropika, dan

prekursor farmasi di fasilitas produksi, fasilitas distribusi, dan

fasilitas pelayanan kefarmasian harus mampu menjaga

keamanan, khasiat, dan mutu narkotika, psikotropika, dan

prekursor farmasi.

Tempat penyimpanan narkotika, psikotropika dan prekusor

farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.

Selain itu, penyimpanannya dilarang dicampur dengan barang

lain. Lemari khusus yang digunakan untuk menyimpan

narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Terbuat dari bahan kayu yang kuat.

b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 buah kunci

berbeda.

c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang,

untuk instalasi farmasi pemerintah.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung

jawab.

4. Pemusnahan

Pemusnahan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi

hanya dilakukan dalam hal:

a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

berlaku dan atau tidak dapat diolah kembali.

b. Telah kadaluwarsa.

c. Dibatalkan izin edarnya.

d. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan.

e. Berhubungan dengan tindak pidana.

Pemusnahan dilakukan dengan tahapan :

1. Penanggung jawab fasilitas produksi/ fasilitas distribusi/

fasilitas pelayanan kefarmasian/ pimpinan lembaga/ dokter

praktik perorangan menyampaikan surat pemberitahuan

dan permohonan saksi kepada:

a. Kementerian Kesehatan dan BPOM bagi Instalasi

Farmasi Pemerintah Pusat.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

b. Dinkes Provinsi dan atau BPOM setempat bagi

Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi.

c. Dinkes Kabupaten/Kota dan atau BPOM setempat bagi

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

2. Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi, BPOM

setempat dan Dinkes Kabupaten/Kota menetapkan petugas

di lingkungannya menjadi saksi pemusnahan sesuai

dengan surat permohonan sebagai saksi.

3. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah

ditetapkan.

4. Narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi dalam

bentuk bahan baku, produk antara, dan produk ruahan

harus dilakukan sampling untuk kepentingan pengujian

oleh petugas yang berwenang sebelum dilakukan

pemusnahan.

5. Narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi dalam

bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian kebenaran

secara organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan

pemusnahan.

Dalam melakukan pemusnahan, dari pihak pimpinan RSUD

harus membuat berita acara pemusnahan yang paling sedikit

memuat :

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.

b. Lokasi pemusnahan.

c. Nama penanggung jawab/ apoteker yang bertanggung

jawab/ pimpinan lembaga.

d. Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi dan saksi lain

dari badan atau sarana tersebut.

e. Nama dan jumlah narkotika, psikotropika, dan prekursor

farmasi yang dimusnahkan.

f. Cara pemusnahan.

5. Pencatatan dan Pelaporan

Pihak instalasi farmasi pemerintah (RSUD) wajib membuat

pencatatan mengenai pemasukan dan atau pengeluaran.

Pencatatan paling sedikit terdiri atas :

a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika,

psikotropika, dan prekursor farmasi.

b. Jumlah persediaan.

c. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan.

d. Jumlah yang diterima.

e. Jumlah yang disalurkan/ diserahkan.

f. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran.

g. Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa setiap penerimaan/

penyaluran.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

h. Paraf/ identitas petugas yang ditunjuk.

Instalasi farmasi rumah sakit wajib membuat, menyimpan,

menyampaikan laporan pemasukan, dan penyerahan/

penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan kepada

Kepala Dinkes Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala

BPOM setempat.

2.6.2 Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit

yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat.

Menurut Permenkes No. 72 Tahun 2016, pekerjaan kefarmasian

dalam pelayanan sediaan farmasi yaitu pelayanan kefarmasian dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan. Pelayanan kefarmasian dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan berupa pengkajian dan pelayanan

resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat,

pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi

obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan

kadar obat dalam darah (PKOD).

Kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan antara lain :

a. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan

ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat,

pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap

tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya

kesalahan pemberian obat (medication error).

Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait

obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan

kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian

resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan.

Persyaratan administrasi meliputi :

1. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan

pasien.

2. Nama, nomor izin, alamat, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

4. Ruangan /unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi :

1. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah obat.

3. Stabilitas.

4. Aturan dan cara penggunaan.

Persyaratan klinis meliputi :

1. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki.

4. Kontraindikasi.

5. Interaksi obat.

b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses

mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/ sediaan farmasi

lain yang pernah dan sedang digunakan. Dapat dilakukan melalui

wawancara atau data rekam medis/ pencatatan penggunaan obat

pasien. Kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien atau

keluarganya.

2. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat

pasien.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

c. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan

instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien.

Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat

(medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi,

kesalahan dosis atau interaksi obat. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi

Obat adalah:

1. Memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang

digunakan pasien.

2. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak

terdokumentasinya instruksi dokter.

3. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya

instruksi dokter.

d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan penyediaan

dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,

akurat, tidak bias, terkini, dan komprehensif yang dilakukan oleh

apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. PIO

bertujuan untuk:

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan

tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di

luar rumah sakit.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang

berhubungan dengan obat atau sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai terutama bagi tim farmasi dan

terapi.

3. Menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi :

1. Menjawab pertanyaan.

2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster dan newsletter.

3. Menyediakan informasi bagi TFT sehubungan dengan

penyusunan Formularium Rumah Sakit.

4. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit

(PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat

jalan dan rawat inap.

5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian

dan tenaga kesehatan lainnya.

6. Melakukan penelitian.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PIO

adalah sumber daya manusia yang memadahi, tempat yang cukup,

dan perlengkapan yang dibutuhkan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

e. Konseling

Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat

atau saran terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien

dan atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun

rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas

inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien, atau

keluarganya.

Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan

pasien dan atau keluarga terhadap apoteker. Pemberian konseling

obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan

risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan

meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan

keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).

Tujuan khusus dari kegiatan konseling obat adalah untuk:

1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan

pasien.

2. Menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien.

3. Membantu pasien untuk mengatur & terbiasa dengan obat.

4. Membantu pasien untuk mengatur & menyesuaikan

penggunaan obat dengan penyakitnya.

5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.

6. Mencegah/ meminimalkan masalah terkait obat.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

7. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan.

8. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya

dalam hal terapi.

9. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat,

sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan

mutu pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling meliputi :

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang

penggunaan obat melalui three prime questions.

3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan

kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan

obat.

4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan

masalah penggunaan obat.

5. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek

pemahaman pasien.

6. Dokumentasi.

f. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap

yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga

kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan

reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang

rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta

profesional kesehatan lainnya. Visite dapat juga dilakukan pada

pasien yang sudah keluar RS baik atas permintaan pasien maupun

penyesuaian program. Visite dilakukan oleh apoteker.

g. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses

yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman,

efektif, dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan

efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak

dikehendaki.

Kegiatan dalam PTO meliputi:

1. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons

terapi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki.

2. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.

3. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.

Tahapan PTO adalah :

1. Pengumpulan data pasien.

2. Identifikasi masalah terkait obat.

3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.

4. Pemantauan.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

5. Tindak lanjut.

h. Monitoring Efek Samping Obat

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan

kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak

dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada

manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek

samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang

terkait dengan kerja farmakologi.

Tujuan dilaksanakan MESO adalah :

1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensi jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO (Efek Samping

Obat) yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.

3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/

mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO.

4. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak

dikehendaki.

5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak

dikehendaki.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO meliputi :

1. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak

dikehendaki.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai

risiko tinggi mengalami ESO.

3. Mengevaluasi laporan ESO.

4. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di Tim/ Sub

Tim Farmasi dan Terapi.

5. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional.

i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program

evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan

secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan dari EPO yaitu :

1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan

obat.

2. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu

tertentu

3. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat

4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.

Kegiatan praktek EPO:

1. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif

2. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif.

j. Dispensing Sediaan Steril

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di instalasi

farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin

sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan

zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian

obat. Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi:

1. Pencampuran Obat Suntik

Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan

pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat

maupun wadah sesuai dengan dosis yang

ditetapkan.Contohnya adalah mencampur sediaan intravena ke

dalam cairan infus; mengemas sediaan siap pakai; dan

melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan

pelarut yang sesuai.

2. Penyiapan Nutrisi Parenteral

Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang

dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai

kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula

standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.

Contoh kegiatan dispensing ini adalah mencampur sediaan

karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan

perorangan dan mengemas ke dalam kantong khusus untuk

nutrisi.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

3. Penanganan Sediaan Sitostatik

Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan Obat

kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai

kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan

pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas

maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi,

dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada

saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian

kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.

k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan

interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan

dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau

atas usulan dari apoteker kepada dokter. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan

rekomendasi kepada dokter.

Kegiatan PKOD meliputi :

1. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan

PKOD.

2. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan

PKOD.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret
Laporan Kuliah Magang Mahasiswa (KMM)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta Periode 2 Januari – 31 Januari 2019

3. Melakukan analisis hasil PKOD dan memberikan

rekomendasi.

Program Studi Diploma 3 Farmasi


Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret

Anda mungkin juga menyukai