OLEH
NAMA : HASRIANI
NIM : K012211070
KELAS :D
2021
INTEREST GROUP PADA PELAKSANAAN VAKSIN COVID-19
DI KABUPATEN SOPPENG
A. Pendahuluan
Pemerintah menyatakan vaksinasi COVID-19 merupakan sebuah kewajiban dan
terdapat sanksi bagi orang yang menolak divaksin. Dalam hal ini, menolak vaksin
dapat dianggap tidak mematuhi penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan. Ketentuan
tersebut merujuk pada Pasal 9 ayat (1). Pasal 93 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (UU No. 6 tahun 2018), di mana sanksinya
sebagai berikut; Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) atau menghalang-halangi
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehingga menyebabkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp100 juta.
Vaksinasi merupakan wujud pemenuhan kewajiban pemerintah untuk melindungi
kesehatan publik. Mendapatkan vaksinasi merupakan bagian dari hak atas kesehatan
warga negara sejalan dengan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Vaksinasi itu hak asasi setiap orang bukan komoditas dan
privilese, dengan keluarnya Permenkes no. 19 tahun 2021 yang menjadikan vaksin
sebagai barang komoditas dan privilese dan kebijakan itu dapat dikatakan
bertentangan dengan Permenkes no. 10 tahun 2021 yang sebelumnya menyatakan
vaksinasi tidak akan dibebankan ke pengguna melainkan dibebankan kepada
perusahaan sebagaimana lazimnya jaminan kesehatan lainnya. Dengan keluarnya
Permenkes No. 18 Tahun 2021 Juncto permenkes no. 19 Tahun 2021 jelas
bertentangan dengan hak masyarakat atas kesehatan di era pandemi. Karena seperti
yang terjadi sekarang banyak masyarakat sudah mengalami beban sosial ekonomi,
dimana hal itu tidak tepat bagi tafsiran pemerintah untuk mengajak masyarakat dapat
meringankan beban negara dengan membebankan biaya vaksinasi ke masyarakat. Jadi,
dengan adanya vaksinasi massal dalam hal ini tanpa beban biaya akan lebih
mensejahterahkan masyarakat terutama yang terdampak pandemic dan mengalami
penurunan ekonomi yang drastis.
Upaya penanggulangan COVID-19 harus terus dilakukan secara masif dengan
berbagai strategi dengan mengingat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan telah
memberikan dampak besar bagi perekonomian dan kehidupan sosial. Tingkat
kerentanan masyarakat juga semakin meningkat yang disebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan intervensi tidak hanya dari sisi penerapan protokol kesehatan namun juga
diperlukan intervensi lain yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit melalui upaya vaksinasi. Dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19
diharapkan cakupan pelaksanaan dapat tercapai karena kekebalan kelompok (herd
immunity) dapat terbentuk apabila cakupan imunisasi tinggi dan merata di seluruh
wilayah, sehingga sebagian besar sasaran secara tidak langsung akan turut
memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya.
B. Identifikasi Interest Group Pada Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19
1. Interest Group terhadap Pro Kontra Pelaksanaan Vaksin COVID-19
Sejak diberlakukannya kebijakan penerimaan vaksinasi COVID-19 kepada
seluruh masyarakat mengakibatkan banyaknya polemik yang beredar di
masyarakat. Banyak pro kontra untuk program vaksinasi COVID-19 yang
diberlakukan pemerintah, hal ini juga tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya
sumber-sumber informasi diterima masyarakat baik itu informasi yang resmi
maupun informasi yang belum diketahui kebenarannya/hoax. Adapun kelompok-
kelompok yang pro terhadap pelaksanaan vaksin COVID-19 di kabupaten
Soppeng dimulai dari pihak Dinas Kesehatan kabupten/kota yang mendukung
pelaksanaan vaksin COVID-19 agar dapat berjalan dengan lancar dan
mendistribusikan secara gratis serta menyeluruh ke Puskesmas yang ada di
kabupaten Soppeng. Selain itu, bentuk antusias tenaga Kesehatan yang ditugaskan
dalam memberikan pelayanan vaksin COVID-19 juga melibatkan pihak dari
desa/kelurahan untuk dapat bekerjasama dalam proses memberikan pelayanan
vaksin COVID-19 agar memudahkan masyarakat menjangkau dan menerima
pelayanan vaksin COVID-19 serta Kerjasama dari TNI-Polri untuk tetap menjaga
keamanan selama pelayanan berlangsung.
Meskipun vaksin COVID-19 ini diberikan secara gratis kepada seluruh
masyarakat, tetap saja banyak yang tidak mendukung bahkan menolak untuk
diberikan vaksin COVID-19. Keengganan masyarakat untuk menerima vaksin
COVID-19 ini memiliki beragam alasan, mulai dari takut akan efek sampingnya
dan tidak percaya dengan efektivitas vaksin tersebut bahkan ada yang beranggapan
bahwa ini dijadikan sebagai kepentingan bisnis. Ada sebagian masyarakat yang
menerima semua program vaksinasi dan idealnya meyakini kemanjurannya,
sampai ada yang menolak total sama sekali meski vaksinnya tersedia bahkan
diberikan secara gratis. Individu yang ragu-ragu dan menolak vaksin memiliki
preferensi moral yang kuat mengenai kebebasan dan hak-hak individual.
Memberikan denda atau sanksi lainnya hanya membuat mereka justru semakin
resistan.
Dalam hal ini, peran tokoh-tokoh masyarakat/agama lebih efektif, karena
kedekatan hubungan mereka dengan masyarakat yang terjalin lebih kuat dan lebih
berpengaruh dalam membantu program pelaksanaan vaksinasi ini berjalan lancar.
Namun, banyak diantara tokoh-tokoh masyarakat/agama yang ada di kabupaten
Soppeng belum menerima vaksin secara menyeluruh. Dalam hal ini, banyak yang
menjadikan problematika di masyarakat umum terkait pemberian vaksin COVID-
19 ini. Dengan adanya berbagai informasi yang beredar di media sosial bahkan
kejadian yang disaksikan sendiri oleh oleh masyarakat terkait kejadian pasca
imunisasi menjadikan keraguan semakin kuat dengan vaksin ini. Hal ini perlu
diberikan pemahaman atau edukasi kepada masyarakat mengenai pengaruh
vaksinasi terkait efek samping vaksin yang menurunkan angka mortalitas dan
morbiditas serta normalisasi ekonomi akibat COVID-19. Selain itu, dengan
belangsungnya pembelajaran tatap muka di sekolah dan program pemerintah pusat
yang mulai melaksanakan vaksinasi bagi anak rentang usia 12-17 tahun sesuai
dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
dengan nomor HK.02.01/I/2007/2021 juga menjadi pro kontra dalam kebijakan
ini.
Terkait program vaksinasi yang diberikan kepada anak-anak banyak yang
menjadi pro kontra pada program vaksinasi tersebut. Masyarakat yang pro
terhadap program ini dengan antusias memberikan dukungan dan pemahaman
yang baik kepada anaknya untuk dapat menerima vaksin COVID-19 demi Proses
Belajar Mengajar dapat berlangsung dengan lancar dan aman dengan tetap
mematuhi protokol Kesehatan. Adapun masyarakat dalam hal ini orang tua yang
tidak mendukung program ini dengan alasan masih terdapat tenaga pendidik yang
belum menerima vaksin COVID-19, selain itu orang tua juga khawatir akan
kondisi anaknya terhadap efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI).