Skenario 4 Muskulo Sasbel
Skenario 4 Muskulo Sasbel
1.Krepitasi : suara berderak seperti bila kita mengesekan ujung tulang yang patah dan
pergerakan sendi
2.ROM: range of movement atau jumlah maksimal Gerakan yang mungkin dilakukan sendi
Pertanyaan
1.Mengapa pada scenario dijumpai adanya krepitasi?
2.Mengapa kekakuan lutut terutama terjadi pada pagi hari?
3.Apa hubungan kesan obesitas dan nyeri lutut?
4.Apa pemeriksaan yang dilakukan untuk penegakan diagnosis pada scenario ?
5.Apa saja penyebab dari nyeri lutut?
6.Bagaimana cara mencegah nyeri lutut?
7.Apa saja gejala dari nyeri lutut?
8.Mengapa pada scenario tidak ditemukan kemerahan ataupun bengkak pada kedua lutut?
9.Bagaimana cara menentukan ROM yang normal?
10.Bagaimana cara menentukan berat badan normal?
11.Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri lutut?
12.Bagaimana tatalaksana pada nyeri lutut?
13.Mengapa nyeri dirasakan Ketika berjalan jauh dan berdiri lama?
14.Apa diagnosis sementara pasien?
Jawaban
1.Kekurangan kalsium,usia tua,obesitas dan rusaknya kartilago
2.Karena Ketika lutut bergerak sendi merasa kaget sebelumnya sendi non aktif atau dalam
keadaan istirahat lama
3.Karena berat badan yang berlebihan dapat menambah beban pada tumpuan sendi
4.-Pemeriksaan fisik: look,feel,move,lokomotor(ROM)
-Pemeriksaaan penunjang: rontgen,MRI,artoskopi, artografi,tes darah,analisis cairan sendi.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan struktur anatomi sendi berubah seperti celah sendi
menyempit
5.-Pengunaan sendi berlebihan pada aktivitas
-Olahraga terlalu berat
-Adanya Riwayat cidera sendi
-Memiliki obesitas sehingga sendi tidak mampu menompang
-Adanya penyakit seperti arthiris reumatoid,osteoatritis,gout dan infeksi pada lutut
6.Menjaga berat badan ideal,rajin bergerak dan berolhraga,menjaga postur saat duduk atau
berdiri,beristirahat dengan cukup atau teratur
7.Lutut terasa kaku,lutut tampak kemerahan ,bengkak, hangat,terasa lemah,sulit untuk
diluruskan
8. Karena osteoarthritis tidak menyebabkan kemerahan dan pembengkakan Karenna terjadi
pengesekan antar tulang
9.Dengan pemeriksaan lokomotor
10.Berat badan (kg) : tinggi badan (cm)
11.-Instrinsik: usia,jenis kelamin pada perempuan lebih sering mengalami,gangguan
pertumbuhan,
-Ekstrinsik: obesitas,abnormal metabolic,jejas yang timbul disendi,faktor pekerjaan,aktivitas
fisik,olahraga yang sering dilakukan
12.-Terapi non farmako: mengendalikan berat badan atau diet,melukan
olahraga,peregangan,melakukan Latihan fisioterapi
-Terapi farmako: analgesic,aspirin,ibuprofen,antidepresan duloxtime
13.Karena pengunaan sendi yang berlebihan pada saat beraktivitas sehingga menyebabkan
nyeri pada lutut atau sendi
14.Osteoartritis
HIPOTESIS
Osteoartritis dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Osteoartritis disebabkan oleh
cidera persendian tulang akibat aktivitas fisik yang berlebihan (olahraga) dengan intensitas
tinggi ,adanya riwayat cidera sendi, obesitas sehingga sendi tidak mampu menompang tubuh.
Gejala yang dapat dirasakan adalah lutut terasa kaku,lutut tampak kemerahan ,bengkak,
hangat,terasa lemah,sulit untuk diluruskan. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah
lokomotor dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen,tes darah dan analisis cairan sendi.
Tatalaksananya yaitu terapi farmakologi (analgesic, aspirin, ibuprofen) dan non farmakologi
( mempertahankan berat badan ideal,melakukan olahraga yang tidak membebani tubuh,
peregangan, pemanasan dan pendinginan saat melakukan olahraga, melakukan latihan
fisioterapi).
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Articulatio Genu
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala
sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris
terdapat taju yang disebut trokhanter mayor dan trokantor minor, di bagian unjung
membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus dan
kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa kondilus.
b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian pangakal
melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang
pangakan kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolus medianus.
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau mata kaki luar.
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak
patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon
adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella
diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan
anterior femur.
Ligamentum
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-
ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi menjadi
dua yaitu ligamen kruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior. Ligamen
collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen kollateral medial dan
ligamen kollateral lateral.
Ligamen kruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan ligamen
cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada
pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini
adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan mencegah
gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan ke
belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi lutut.
Kapsul Sendi
b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, menisces pada sendi lutut adalah meniscus
lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut
(shock absorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan
stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan otot
dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa
popliteus, (2) bursa suprapatellaris, (3) bursa infrapatellaris, (4) bursa subcutan
prapatelaris, (5) busra sub patellaris.6
Gambar 3. Anatomi sendi lutut normal dan OA6
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yaitu
sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan
sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari
tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru
pada sendi sehingga fungsi sendi berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini
merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih
sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering
terserang OA adalah lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.
Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis.4
a. Usia
Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia, biasanya
mengenai usia dewasa madya hingga lansia, tetapi sering pada usia lebih dari 50 tahun.
Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur,
namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia saja, melainkan juga dapat
terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi.4
b. Jenis Kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita dibanding dengan pria,
3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan bentuk pinggul antara pria dan
wanita.4
c. Faktor Herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya pada seorang
ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan anaknya berpeluang 3 kali
lebih sering untuk terkena penyakit yang sama.4
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan,
setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu peningkatan berat badan
akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.4
Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence :6,7
(A) (B)
(C) (D)
Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak. Umumnya
timbul secara perlahan-lahan, mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.1
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Daerah predileksi OA
biasanya mengenai sendi – sendi penyangga tubuh seperti di pada lutut. Selain itu dapat juga
terjadi pada sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan
paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
dan kemerahan.3,4
Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung lama, tetapi
berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang terkena,
terutama pada waktu bergerak. Awal mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah
berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah
imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur. Krepitasi
atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita osteoartritis.1,4,5
4. Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira dalam sudut 30 0,
dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai
bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang
lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke
arah anterior.6
Pemeriksaan Penunjang:6,7
Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
Pemeriksaan laboratorium darah
Analisa cairan sendi
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik
berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:7
1. Fisioterapi
a. Terapi panas superfisial
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot
pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu
panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang,
dan sendi Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD),
Diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).8
b. Terapi dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga
menggunakan es yangdikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa
cryotherapy, kompres es dan masase es.8
c. Terapi listrik
Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS
merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambang rangsang nyeri.8
d. Hidroterapi
Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan
bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air
yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.8
e. Latihan penguatan otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan
otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.9
f. Ortotik Prostetik
Digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan,
menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa
dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.9
g. Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS) untuk
memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali
kegiatan/perkerjaan normalnya.9
h. Psikologi
Terapi psikologi diperlukan untuk pemberian motivasi dan penanaman sugesti positif
terhadap pasien agar mendapatkan kepercayaan dirinya kembali untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.9
i. Sosial medik
Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan
penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan
masyarakat.9
2.8 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Osteoarthritis
Pencegahan :Pencegahan osteoartritis yang utama adalah mengubah gaya hidup, jika
kegemukan maka berat badan harus diturunkan, harus berolahraga, tetapi tidak berlebihan dan
hindari high-impact, misalnya senam high-impact dan lari jarak jauh, olahraga yang tidak banyak
membebani lutut adalah berenang dan sepeda statis.[1]
Yang harus dilakukan
1. Gunakan alat bantu jalan
2. Prinsip RICE ( Rest, Icing, Compress, Elevate) pada saat sendi nyeri
3. Gunakan alas kaki yang nyaman
4. Konsul ke dokter ahli ( dokter saraf, bedah tulang, rematolog, atau rehabilitasi
medik)
5. Gunakan Splint/ brace/dekker
6. Gunakan toilet duduk
7. Olah raga yang tidak membebani sendi ( renang, sepeda static)
8. Jaga berat badan ideal
Yang jangan dilakukan
1. naik turun tangga
2. mengangkat beban berat
3. jalan yang menanjak
4. posisi jongkok
5. duduk dengan kaki bersila
6. lompat – lompat
7. menggunakan toilet jongkok
8. duduk dalam waktu yang lama
9. menggunakan alas kaki dengan hak tinggi
10. duduk di kursii yang pendek
DAFTAR PUSTAKA
1. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan Osteoartritis
Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya; 2011
2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar Operasional Prosedur.
DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar IlmuBedah Ortopedi.
Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2003;1197-235.
4. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟smanual of medicine
15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
5. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
6. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT Manado: 2010.
7. Erwinanti E. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan SWD dengan atau tanpa
latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang; 2000.
8. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik,
Surabaya: 2005
9. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik padaTatalaksana
Osteoartritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran EthicalDigest. Februari 2006;46-54
10. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
11. http://rs-elisabeth.com/artikel-kesehatan/osteoartritis/