Anda di halaman 1dari 19

Kata sulit

1.Krepitasi : suara berderak seperti bila kita mengesekan ujung tulang yang patah dan
pergerakan sendi
2.ROM: range of movement atau jumlah maksimal Gerakan yang mungkin dilakukan sendi

Pertanyaan
1.Mengapa pada scenario dijumpai adanya krepitasi?
2.Mengapa kekakuan lutut terutama terjadi pada pagi hari?
3.Apa hubungan kesan obesitas dan nyeri lutut?
4.Apa pemeriksaan yang dilakukan untuk penegakan diagnosis pada scenario ?
5.Apa saja penyebab dari nyeri lutut?
6.Bagaimana cara mencegah nyeri lutut?
7.Apa saja gejala dari nyeri lutut?
8.Mengapa pada scenario tidak ditemukan kemerahan ataupun bengkak pada kedua lutut?
9.Bagaimana cara menentukan ROM yang normal?
10.Bagaimana cara menentukan berat badan normal?
11.Apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri lutut?
12.Bagaimana tatalaksana pada nyeri lutut?
13.Mengapa nyeri dirasakan Ketika berjalan jauh dan berdiri lama?
14.Apa diagnosis sementara pasien?
Jawaban
1.Kekurangan kalsium,usia tua,obesitas dan rusaknya kartilago
2.Karena Ketika lutut bergerak sendi merasa kaget sebelumnya sendi non aktif atau dalam
keadaan istirahat lama
3.Karena berat badan yang berlebihan dapat menambah beban pada tumpuan sendi
4.-Pemeriksaan fisik: look,feel,move,lokomotor(ROM)
-Pemeriksaaan penunjang: rontgen,MRI,artoskopi, artografi,tes darah,analisis cairan sendi.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan struktur anatomi sendi berubah seperti celah sendi
menyempit
5.-Pengunaan sendi berlebihan pada aktivitas
-Olahraga terlalu berat
-Adanya Riwayat cidera sendi
-Memiliki obesitas sehingga sendi tidak mampu menompang
-Adanya penyakit seperti arthiris reumatoid,osteoatritis,gout dan infeksi pada lutut
6.Menjaga berat badan ideal,rajin bergerak dan berolhraga,menjaga postur saat duduk atau
berdiri,beristirahat dengan cukup atau teratur
7.Lutut terasa kaku,lutut tampak kemerahan ,bengkak, hangat,terasa lemah,sulit untuk
diluruskan
8. Karena osteoarthritis tidak menyebabkan kemerahan dan pembengkakan Karenna terjadi
pengesekan antar tulang
9.Dengan pemeriksaan lokomotor
10.Berat badan (kg) : tinggi badan (cm)
11.-Instrinsik: usia,jenis kelamin pada perempuan lebih sering mengalami,gangguan
pertumbuhan,
-Ekstrinsik: obesitas,abnormal metabolic,jejas yang timbul disendi,faktor pekerjaan,aktivitas
fisik,olahraga yang sering dilakukan
12.-Terapi non farmako: mengendalikan berat badan atau diet,melukan
olahraga,peregangan,melakukan Latihan fisioterapi
-Terapi farmako: analgesic,aspirin,ibuprofen,antidepresan duloxtime
13.Karena pengunaan sendi yang berlebihan pada saat beraktivitas sehingga menyebabkan
nyeri pada lutut atau sendi
14.Osteoartritis
HIPOTESIS
Osteoartritis dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Osteoartritis disebabkan oleh
cidera persendian tulang akibat aktivitas fisik yang berlebihan (olahraga) dengan intensitas
tinggi ,adanya riwayat cidera sendi, obesitas sehingga sendi tidak mampu menompang tubuh.
Gejala yang dapat dirasakan adalah lutut terasa kaku,lutut tampak kemerahan ,bengkak,
hangat,terasa lemah,sulit untuk diluruskan. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah
lokomotor dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen,tes darah dan analisis cairan sendi.
Tatalaksananya yaitu terapi farmakologi (analgesic, aspirin, ibuprofen) dan non farmakologi
( mempertahankan berat badan ideal,melakukan olahraga yang tidak membebani tubuh,
peregangan, pemanasan dan pendinginan saat melakukan olahraga, melakukan latihan
fisioterapi).

SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Articulatio Genu

Tulang pembentuk sendi lutut


Sendi lutut dibentuk oleh tulang femur, tulang tibia fibula dan tulang patella yaitu:3

a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan tersebar di dalam tulang
kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala
sendi yang disebut kaput femoris. Di sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris
terdapat taju yang disebut trokhanter mayor dan trokantor minor, di bagian unjung
membentuk persendian lutut, terdapat dua tonjolan yang disebut kondilus medianus dan
kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa kondilus.

b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada bagian pangakal
melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang
pangakan kaki dan terdapat taju yang disebut tulang malleolus medianus.
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut tulang malleolus lateralis atau mata kaki luar.

d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patella akan bergerak pada tulang femur. Jarak
patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan yang berubah hanya jarak
patella dan femur. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon
adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella
diantara kedua kondilus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada permukaan
anterior femur.

Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal3

Ligamentum

Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh ligamen. Ligamen-
ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen cruciatum yang dibagi menjadi
dua yaitu ligamen kruciatum anterior dan ligamen cruciatum posterior. Ligamen
collateral yang juga dibagi menjadi dua bagian yaitu ligamen kollateral medial dan
ligamen kollateral lateral.

Ligamen kruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut. Dinamakan ligamen
cruciatum karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini berada
pada bagian depan dan belakang sesuai dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini
adalah menjaga gerakan pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan mencegah
gerakan rotasi pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan ke
belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi lutut.

Gambar 2. Anatomi sendi lutut normal3

a) Ligamen kruciatum anterior


Ligamen kruciatum anterior membentang dari bagian anterior fossa
intercondyloid tibia melekat pada bagian lateral kondylus femur yang berfungsi untuk
mencegah gerakan slide tibia ke anterior terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada
saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding
sendi lutut.
b) Ligamen kruciatum posterior
Ligamen kruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih pendek dibanding
dengan ligamen kruciatum anterior. Ligamen ini berbentuk kipas membentang dari
bagian posterior tibia ke bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat
pada bagian luar depan kondylus medialis femur. Ligamen ini berfungsi untuk
mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur, mencegah hiperekstensi lutut
dan memelihara stabilitas sendi lutut.

c) Ligamen kolateral medial


Ligamen kollateral medial merupakan ligamen yang lebar, datar dan
membranosus bandnya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen ini terletak lebih
posterior di permukaan medial sendi tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus
medial femur di bawah tuberculum adduktor dan ke bawah menuju kondylus medial tibia
serta pada medial meniscus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan fungsinya untuk
menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar.

d) Ligamen kolateral lateral


Ligamen kollateral lateral merupakan ligamen yang kuat dan melekat di atas
epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah
untuk mengawasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak
fleksi lutut ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.

Kapsul Sendi

Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya oleh selubung


yang disebut kapsula artikularis sebagai pembungkus yang mengelilingi permukaan-
permukaan sendi dan membungkus rapat ruang sendi yang terdapat diantara tulang-
tulang tersebut. Lapisan luar kapsila arikularis (lamina fibrosa) merupakan salah satu
struktur penting yang mengikat tulang-tulang pembentuk sendi. Lamina fibrosa dapat
menahan regangan yang kuat. Lapisan dalam kapsula artikularis (lamina synovial)
dibentuk oleh membrane synovial yang mensekresikan cairan sinovial (synovia) ke
dalam ruang sendi ujung artikular tulang masanya membesar dan mempunyai lapisan
luar tulang yang tipis tetapi padat (kompakta), disebelah dalamnya terdapat anyaman
tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus yang avascular
sehingga jika cedera sulit proses penyembuhan.

a. Cartilago articularis/tulang rawan


Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline dan
merupakan jaringan yang avascular, alymphatic dan aneural yang menutupi permukaan
pesendian dari tulang panjang. Melekat pada tulang subchondral. Fungsi dari cartilago
articularis adalah sebagai bantalan penutup tulang pada sendi sinovial, yang
memungkinkan :

- Menahan tekanan pada permukaan persendian.


- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.
- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.

b. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, menisces pada sendi lutut adalah meniscus
lateralis. Adapun fungsi meniscus adalah (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut
(shock absorber) (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan
stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.

c. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga agar tidak
terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot, otot dengan tulang dan otot
dengan kulit. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa
popliteus, (2) bursa suprapatellaris, (3) bursa infrapatellaris, (4) bursa subcutan
prapatelaris, (5) busra sub patellaris.6
Gambar 3. Anatomi sendi lutut normal dan OA6

2. Memahami dan Menjelaskan Osteoarthritis


2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Osteoarthritis

Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yaitu
sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan
sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari
tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru
pada sendi sehingga fungsi sendi berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini
merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih
sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering
terserang OA adalah lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.

2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Osteoarthritis

Sampai saat belum diketahui dengan pasti penyebab dari osteoartritis, tetapi ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan penyakit osteoartritis.4

a. Usia
Faktor resiko yang paling utama pada penyakit osteartritis adalah usia, biasanya
mengenai usia dewasa madya hingga lansia, tetapi sering pada usia lebih dari 50 tahun.
Prevalensi dan beratnya osteoartritis akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan umur,
namun osteoartritis bukan terjadi akibat pertumbuhan usia saja, melainkan juga dapat
terjadi akibat perubahan pada tulang rawan sendi.4

b. Jenis Kelamin
Prevalensi osteoartritis lebih meningkat pada jenis kelamin wanita dibanding dengan pria,
3,2% : 3%. Diperkirakan hal ini terjadi akibat perbedaan bentuk pinggul antara pria dan
wanita.4

c. Faktor Herediter
Faktor herediter juga berpengaruh terhadap kejadian osteoartritis, misalnya pada seorang
ibu dengan osteoartritis pada sendi lutut, maka kemungkinan anaknya berpeluang 3 kali
lebih sering untuk terkena penyakit yang sama.4

d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko osteoartritis yang dapat dimodifikasi. Selama berjalan,
setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh karena itu peningkatan berat badan
akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.4

e. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga


Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada sendi sehingga
berdampak pada kejadian penyakit osteoartritis. Selain itu pekerjaan yang berat akan
menjadi penentu beratnya osteoartritis yang dialami.

2.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Osteoarthritis

Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence :6,7
(A) (B)

(C) (D)

Gambar 10. Kriteri Kellgren and Lawrence


(A) Derajat 1. (B) Derajat 2. (C) Derejat 3. (D )Derajat 4

1. Derajat 0 : radiologi normal.


2. Derajat 1 : penyempitan celah sendi meragukan.
3. Derajat 2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas.
4. Derajat 3 : osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang
dan kemungkinan deformitas kontur tulang.
5. Derajat 4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang
berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

2.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Osteoarthritis

Berdasarkan penyebabnya osteoartritis diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu osteoartritis


primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik karena disebabkan oleh
faktor genetik yaitu dengan adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan
osteoartritis sekunder adalah penyakit yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,
pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya,
seperti obesitas.4,5
Osteoartritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum diketahui. Kondrosit adalah sel yang
tugasnya membentuk proteglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat
kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan tidak mampu memelihara
keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe
I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang
mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat
kompresibilitasnya.6
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis osteoartritis, terutama setelah
terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang
mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai
sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta
mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik rawan sendi. 4,5 Peningkatan
enzim-enzim yang merusak matriks tulang rawan sendi mengakibatkan terjadi kerusakan fokal
tilang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan
sendi.6
Osteoartritis disebut sebagai penyakit degeneratif karena dengan bertambahnya usia terjadi
perubahan rawan sendi glikosiaminoglikan menjadi memendek sehingga kemampuan
proteoglikan untuk menahan air menjadi berkurang. Hal ini akan mengakibatkan fungsi rawan
sendi sebagai bantalan terhadap beban sendi akan berkurang. Selain itu jaringan kolagen juga
menjadi patah-patah yang mengakibatkan timbulnya fisur pada rawan sendi.

2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinis Osteoarthritis

Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak. Umumnya
timbul secara perlahan-lahan, mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.1
Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Daerah predileksi OA
biasanya mengenai sendi – sendi penyangga tubuh seperti di pada lutut. Selain itu dapat juga
terjadi pada sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan
paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan,
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
dan kemerahan.3,4

2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding Osteoarthritis

Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung lama, tetapi
berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang terkena,
terutama pada waktu bergerak. Awal mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah
berat sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah
imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur. Krepitasi
atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita osteoartritis.1,4,5

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut:4,5,6,7


1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus. Pada tes ini
penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan
tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah
eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟
atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang
mungkin terobek.6

Gambar 4. Pemeriksaan McMurray


2. Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut. Penderita harus
dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut fleksi dan kedua kaki sejajar.
Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan hiperekstresi
sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika
terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.6

Gambar 5. Pemeriksaan Anterior Drawer Test

3. Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja menggenggam
tibia kemudian didorong kearah belakang.6

Gambar 6. Pemeriksaan Posterior Drawer Test

4. Lachman Test
Test Lachman dikelola dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-kira dalam sudut 30 0,
dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai
bawah dengan memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang
lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian usahakan untuk digerakkan ke
arah anterior.6

Gambar 7. Pemeriksaan Lachman

5. Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya meniskus.
Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut
kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar
tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di
samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan
lateral sangat mungkin ada.6

Gambar 8. Pemeriksaan Apley Compresion Test

6. Apley Distraction Test


Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada persendian
lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test.
Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dan kedalam dan
lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal
tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.6

Gambar 9. Pemeriksaan Apley Distraction Test

Pemeriksaan Penunjang:6,7
 Pemeriksaan radiologi foto polos lutut
 Pemeriksaan laboratorium darah
 Analisa cairan sendi
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik
berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:7

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis


Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
dari 9 berikut : dari 3 berikut: dari 6 berikut :
 Umur > 50 tahun  umur> 50 tahun  umur> 50 tahun
 stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit
 krepitasi  krepitasi + osteofit  krepitasi
 nyeri pada tulang  nyeri pada tulang
 pelebaran tulang  pelebaran tulang
 tidak hangat pada  tidak hangat pada
perabaan perabaan
 LED < 40mm/jam
 Rheumatoid factor
<1:40
 Cairan sinovial :
jernih, viscous,
leukosit <2000/mm3

2.7 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan osteoartritis adalah:7,8,9


1. Menghilangkan rasa nyeri
2. Mengurangi disabilitas
3. Memperbaiki fungsi sendi yang terkena
4. Menghambat progresifitas
Penatalaksanaan OA terdiri dari pengobatan/medikamentosa yang terdiri dari analgesik dan
anti inflamasi (sering digunakan NSAID) dan program rehabilitasi medik. Program rehabilitasi
medik yang sering dilakukan pada OA dapat berupa:8,10

1. Fisioterapi
a. Terapi panas superfisial
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot
pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu
panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang,
dan sendi Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD),
Diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave
diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).8
b. Terapi dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan,
mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga
menggunakan es yangdikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa
cryotherapy, kompres es dan masase es.8
c. Terapi listrik
Yang digunakan adalah TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS
merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui
peningkatan ambang rangsang nyeri.8
d. Hidroterapi
Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan
bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air
yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.8
e. Latihan penguatan otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan
otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang
menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.9
f. Ortotik Prostetik
Digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan,
menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa
dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.9

g. Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS) untuk
memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali
kegiatan/perkerjaan normalnya.9
h. Psikologi
Terapi psikologi diperlukan untuk pemberian motivasi dan penanaman sugesti positif
terhadap pasien agar mendapatkan kepercayaan dirinya kembali untuk melakukan kegiatan
sehari-hari.9
i. Sosial medik
Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan
penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan
masyarakat.9
2.8 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Osteoarthritis
Pencegahan :Pencegahan osteoartritis yang utama adalah mengubah gaya hidup, jika
kegemukan maka berat badan harus diturunkan, harus berolahraga, tetapi tidak berlebihan dan
hindari high-impact, misalnya senam high-impact dan lari jarak jauh, olahraga yang tidak banyak
membebani lutut adalah berenang dan sepeda statis.[1]
Yang harus dilakukan
1. Gunakan alat bantu jalan
2. Prinsip RICE ( Rest, Icing, Compress, Elevate) pada saat sendi nyeri
3. Gunakan alas kaki yang nyaman
4. Konsul ke dokter ahli ( dokter saraf, bedah tulang, rematolog, atau rehabilitasi
medik)
5. Gunakan Splint/ brace/dekker
6. Gunakan toilet duduk
7. Olah raga yang tidak membebani sendi ( renang, sepeda static)
8. Jaga berat badan ideal
Yang jangan dilakukan
1. naik turun tangga
2. mengangkat beban berat
3. jalan yang menanjak
4. posisi jongkok
5. duduk dengan kaki bersila
6. lompat – lompat
7. menggunakan toilet jongkok
8. duduk dalam waktu yang lama
9. menggunakan alas kaki dengan hak tinggi
10. duduk di kursii yang pendek

DAFTAR PUSTAKA
1. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan Osteoartritis
Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya; 2011
2. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: Standar Operasional Prosedur.
DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18.
3. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar IlmuBedah Ortopedi.
Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue, 2003;1197-235.
4. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrison‟smanual of medicine
15 thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
5. Vogelgesang S. Osteoartritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
6. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRAT Manado: 2010.
7. Erwinanti E. Perbandingan terapi osteoartritis lutut menggunakan SWD dengan atau tanpa
latihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang; 2000.
8. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik,
Surabaya: 2005
9. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik padaTatalaksana
Osteoartritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran EthicalDigest. Februari 2006;46-54
10. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
11. http://rs-elisabeth.com/artikel-kesehatan/osteoartritis/

Anda mungkin juga menyukai