Anda di halaman 1dari 17

PEMAKNAAN HUMANISME PANCASILA DALAM RANGKA

PENGUATAN KARAKTER BANGSA MENGHADAPI


GLOBALISASI
Oleh:
Slamet Subekti
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Today Indonesia is facing the challenges of globalization, especially in its cultural
dimension has brought the threat to the continuity of national culture. Historically
Pancasila ideology has been an integrating force is quite steady as a common
platform for the nation-state of Indonesia. The existence of Pancasila should be
shown again as a public discourse that is open to interpretation in accordance with
the demands of the contemporary with the times. Therefore, the meaning of
Pancasila humanism necessary in order to strengthen the nation's character in order
to face the challenges of globalization.

Keywords: Pancasila, humanism, Nation¶V character, Globalization

I. PENDAHULUAN ³.LWD KLGXS GDODP


masa yang gegap-
Setengah abad yang lalu
gempita, suatu masa
Presiden Sukarno mengemukakan visi yang penuh dengan
bahaya. Keadaan
tentang masa depan seluruh bangsa di
ditimbuni dengan
dunia senantiasa menghadapi kesulitan-kesulitan,
namun kita tidak boleh
gelombang besar peradaban yang tidak
melarikan diri dari
terhindarkan. Sehubungan dengan itu kesulitan-kesulitan ini,
kita harus mengatasi
diperlukan interpretasi kembali
keadaan itu. Akan
(reinterpretation) terhadap nilai inti tetapi dogma-dogma
dari masa lampau yang
atau pandangan hidup (way of life) kita
tenang tidak setara
untuk mengantisipasi tuntutan zaman. dengan masa sekarang
yang membadai.
Berikut ini petikan pidato beliau pada 1
Karena peristiwa kita
September 1961 di hadapan Konferensi baru, maka kita harus
berpikir kembali, kita
Negara-negara Nonblok I di Beograd:
139
harus bertindak Dewasa ini bangsa kita
kembali, kita harus
menghadapi arus globalisasi dengan
membentuk kembali,
kita harus membentuk dimensi ekonomi, budaya maupun
ODJL NHPEDOL «´
politik. Pertanyaan mendasar pertama,
(Sukarno, 1985: 104).
Betapa perlunya setiap negara- apakah ideologi Pancasila masih
bangsa mengantisipasi gelombang relevan dalam masa globalisasi dan
perubahan zaman menuju tata demokratisasi yang nyaris tanpa batas?
hubungan dunia baru tetap relevan Kedua, bagaimana cara yang
hingga hari ini. Presiden Susilo dimungkinkan agar pandangan hidup
Bambang Yudhoyono pada 26 Pancasila dikonstruksikan sedemikian
September 2009 menyatakan misinya rupa sehingga mampu merespon
GDODP SLGDWR EHUWHPDNDQ ³Harmony tantangan global tersebut?
among Civilization´ GL 8QLYHUVLWDV Makalah ini melalui interpretasi
Harvard bahwa di abad 21 tidak perlu filosofis, yakni langkah penafsiran atas
ada perbenturan peradaban atau agama, kandungan nilai dasar Pancasila secara
melainkan masyarakat global bisa kontekstual kontemporer, dimaksudkan
mencapai harmoni atau toleransi sebagai usaha untuk mencari jawaban
antarsemua peradaban dan agama atas pertanyaan tersebut. Pembahasan
(Suara Karya, 24 September 2009). difokuskan pada pengungkapan nilai
Akhir-akhir ini, Presiden SBY dalam humanisme yang implisit terkandung
kesempatan menerima pimpinan US dalam Pancasila sebagai kearifan lokal.
ASEAN Business Council di Kantor Namun demikian dicoba untuk
Presiden pada 7 Juni 2012 menyatakan merumuskan kemungkinan humanisme
bahwa pengembangan ekonomi Pancasila dalam rangka penguatan
ASEAN pertama-tama harus karakter bangsa menghadapi tantangan
mempertimbangkan terwujudnya globalisasi.
ASEAN yang damai, stabil, dan
demokratis. Kedua, harus berkelanjutan II. TANTANGAN GLOBALISASI
dan mempertimbangkan harmoni Dewasa ini semua negara di
antarperadaban dunia terlibat dalam proses globalisasi,
(http://www.presidensby.info). yang pada dasarnya dipahami sebagai
140
suatu proses deteritorialisasi atau lintas- penemuan internet sebagai jejaring
batas. Kita melihat perluasan bentang sosial yang memungkinkan terjadinya
ekonomi pasar ke dalam pasar global, pertukaran antarbudaya.
politik global melampaui batasan Inilah momen dari sejarah
negara-bangsa dan konsep modern manusia bahwa orang di dunia merasa
tentang kedaulatan serta budaya global berdekatan satu sama lain sehingga
berlawanan dengan dialektika di antara rawan dan rentan terhadap berbagai
kebangkitan budaya-budaya lokal. Oleh macam konflik. Sekarang ini
karena itu, globalisasi dapat merupakan momen sejarah yang secara
didefinisikan sebagai suatu proses kritis mengandaikan sikap terbuka
sejarah bercorak deteritorialisasi atau kepada sesama, di samping bertahan
lintas-batas, dimana keinginan manusia dengan menutup-diri. Dalam rangka
secara universal dan ontologis saling merespon situasi genting dewasa ini
terhubung menjadi kesatuan di planet yang penuh dengan konflik yang
ini, dan sekarang terwujud sebagai diciptakan oleh ketertutupan-diri karena
pasar bebas global, tatanan politik keadaan yang berbeda seperti
trans-nasional dan globalisme budaya perbedaan ajaran, kebudayaan, politik
(Shen, 2010: 72). dan kelompok agama, komunitas
Fenomena globalisasi secara bahasa, dan perbedaan wilayah
historis telah terjadi seribuan tahun geografis dan peradaban dunia, dan
yang lalu. Sejak abad 19 dicatat sebagainya; kita selayaknya menjadi
sejumlah peristiwa ketika bangsa Eropa lebih peduli kepada sesama dan
menemukan benua Amerika yang kemungkinan untuk saling memperkaya.
mengakibatkan Imperialisme Eropa, Pembahasan tentang dimensi
terjadi Revolusi Industri yang ditandai globalisasi akan diawali dengan
dengan berbagai penemuan transportasi dimensi ekonomi, kemudian dimensi
kereta api dan kapal laut, telepon dan sosial, dan akhirnya dimensi politik.
telegraf yang menghubungkan dunia. Perekonomian global merupakan sistem
Selanjutnya pada abad 20, pasar bebas dimana transaksi ±pertukaran barang
Kapitalisme berkembang luas sejak dan jasa dengan uang²berlangsung,
berakhirnya Perang Dingin, dan dalam bentuk perdagangan asing dan
141
keuangan internasional. Beberapa akal, argumen yang lainnya sekedar
faktor menjadikan transaksi tersebut dalih bagi adanya proteksionisme oleh
lebih rumit ketimbang perekonomian mereka yang paling diuntungkan oleh
nasional. Faktor-faktor tersebut adanya pembatasan impor. Selama
berkisar pada banyak perbedaan ±dalam lebih dari 25 tahun terakhir, kebijakan
mata uang, hukum, bahasa, kebiasaan, perdagangan telah menjadi lebih liberal
dan budaya²di antara negara-negara di seluruh dunia, dan para ekonom
(Gorman, 2009: 277). berharap tren ini terus berjalan.
Sebuah negara memiliki Kesepakatan perdagangan
keuntungan komparatif dalam mengatur perdagangan internasional
memproduksi sebuah barang ketika antara dua atau lebih negara. Sebuah
biaya kesempatannya untuk kesepakatan mungkin mencakup
memproduksi barang tersebut lebih seluruh impor dan ekspor, kategori
rendah daripada negara lainnya. Sebuah barang-barang tertentu, atau sebuah
negara memiliki keuntungan absolut kategori tunggal. Amerika Serikat saat
ketika negara itu dapat menghasilkan ini terlibat dalam sekitar 320
barang yang lebih murah daripada yang kesepakatan perdagangan dengan
dapat dilakukan negara lainnya. berbagai negara. Akan tetapi beberapa
Keuntungan komparatif, bukan kesepakatan perdagangan umum telah
keuntungan absolut, menentukan berpengaruh pada kebijakan
barang yang mana yang suatu negara perdagangan dalam tingkatan luas
seharusnya ekspor dan impor. (Gorman, 2009: 290).
Sebuah negara seharusnya Kesepakatan perdagangan
mengekspor barang-barang dimana umum paling penting disebut
negara itu memiliki keuntungan Kesepakatan Umum mengenai Tarif
komparatif dan mengimpor barang- dan Perdagangan (GATT) yang
barang yang memiliki ketidakuntungan ditandatangani pada Oktober 1947
komparatif, secara langsung (vis-a-vis) untuk meliberalkan perdagangan, untuk
dengan negara lainnya. Sementara menciptakan sebuah organisasi untuk
beberapa argumen yang menentang mengelola kesepakatan perdagangan
perdagangan bebas terdengar masuk yang lebih liberal, dan untuk
142
menetapkan sebuah mekanisme untuk perdagangan bebas semuanya memiliki
menyelesaikan perselisihan dagang. tujuan yang sama, yaitu: untuk
Organisasi GATT kecil dan terletak di meliberalkan perdagangan, mendorong
Jenewa. Lebih dari 110 negara telah pertumbuhan ekonomi, dan
menandatangani kesepakatan umum, menyediakan akses yang sebanding
yang awalnya ditandatangani oleh 24 terhadap pasar di antara negara-negara
negara, termasuk Amerika Serikat. anggota. Zona perdagangan bebas yang
Hingga tingkatan yang lebih luas, peran paling signifikan adalah Uni Eropa
GATT sebagai sebuah organisasi telah (EU), Kesepakatan Perdagangan Bebas
dilampaui oleh Organisasi Dagang Amerika Utara (NAFTA), dan ASEAN
Dunia (WTO). (Gorman, 2009: 291).
Sejak GATT ditandatangani, Selain itu, Organisasi Dagang
EHEHUDSD ³SXWDUDQ´ EHULVL SHPELFDUDDQ Dunia (WTO) merupakan organisasi
untuk meliberalkan perdagangan telah perdagangan global, yang bermarkas di
dilangsungkan. Dianggap paling Jenewa, untuk menangani perdagangan
signifikan adalah putaran Kennedy, antara negara-negara. Didirikan pada
yang pada akhirnya mendorong pada Januari 1995 melalui perundingan
pengurangan sebesar sepertiga dalam putaran Uruguay dalam GATT, WTO
tarif, dan lebih belakangan lagi, putaran terdiri dari 144 negara hingga Januari
Uruguay. Putaran Uruguay membahas 2002. WTO mengatur kesepakatan
halangan umum bagi perdagangan dan perdagangan, menyediakan forum
masalah yang relatif baru seperti hak untuk perundingan dagang dan
properti, praktik penangkapan ikan, dan penyelesaian perselisihan dagang,
kepedulian lingkungan. mengawasi kebijakan dagang, dan
Tren utama dalam 25 tahun menyediakan bantuan teknis dan
terakhir merupakan masa pembentukan pelatihan bagi negara berkembang.
dan pertumbuhan zona perdagangan Globalisasi lebih dari sekedar
bebas di antara negara-negara yang perpindahan barang-barang seperti
sepakat untuk membentuk blok Nike, &RFD &ROD GDQ 0DF'RQDOG¶V,
perdagangan regional. Kesepakatan- melainkan juga perpindahan budaya.
kesepakatan yang menciptakan zona Pakaian, musik, film dan televisi
143
merupakan bagian dari dimensi sosial persamaan terpengaruh musik global
kehidupan kita. Nyaris globalisasi telah seperti Lady Gaga.
mempengaruhi pilihan kita dalam Kita telah terbiasa melihat film
empat hal tersebut (Perry-Globa et.al., EXDWDQ +ROO\ZRRG $6 ³%ROO\ZRRG´
2007: 15). (India) atau Anime (Jepang) semua
Tren pakaian di kalangan gadis sangat popular di AS, Kanada dan
Generation Y tahun 2005 meliputi low- negara-negara lain. Hal ini
cut jeans dan T-shirts dengan slogan menunjukkan betapa globalisasi juga
provokatif. Perempuan ABG di mempengaruhi pembuatan film.
Edmonton, London, dan Hongkong Misalnya, kesuksesan film The Raider
semua meniru pakaian yang dikenakan yang dibuat di Indonesia dengan
bintang pop dalam musik video yang keterlibatan bintang film dan sutradara
mereka lihat hari majalah internasional dari luar negeri berhasil mendulang
ABG. Pada 2005, laki-laki ABG di keuntungan finansial yang besar sekali.
Tokyo, Rio de Janeiro, dan Calgary Namun demikian globalisasi
merespon pengaruh media global. budaya dapat dipandang sebagai
Hampir sebagian anak muda Imperialisme Budaya, karena yang
mendengarkan musik ciptaan artis terjadi dominasi satu kebudayaan
internasional seperti Green Day (AS), terhadap kebudayaan lain. Hal ini
Him (Finlandia), Bjork (Islandia) atau tampak jelas dengan kehadiran
Kati Melua (Georgia) dan mengunduh 0DF'RQDOG¶V 'LVQH\ODQG GDQ
musik dari Internet. Globalisasi Starbucks di berbagai penjuru negara.
jaringan komputer berarti kita bisa Bersamaan dengan itu dominasi bahasa
mendapatkan musik dengan mudah Inggris sehingga terjadi invasi terhadap
baik dari Afrika Selatan maupun bahasa-bahasa lain. Kiranya perlu
Kanada. Beberapa di antara kita dipertanyakan secara kritis, benarkah
membeli CD di toko musik, di samping semua orang di seluruh dunia ini
membeli CD dengan pembayaran mempunyai selera yang sama?
virtual di belahan dunia mana pun. Teknologi informasi seperti
Banyak orang di dunia menunjukkan televisi, radio, dan Internet telah
memutus selera ikatan-ikatan budaya
144
kita. Menurut Daniel Yergin pemenang dalam bentuknya yang paling kasar,
Pulitzer Price bahwa akses yang lebih semacam ethno-nationalism dan
besar pada televisi dan Internet telah bahkan tribalism justru menunjukkan
PHQFLSWDNDQ VXDWX ³WHQXQDQ GXQLD´ gejala peningkatan. Gejala terakhir ini
Televisi khususnya telah masuk ke sering disebut sebagai penyebab
dalam rumah kita, dan sulit untuk ³%DONDQLVDVL´ \DQg terus mengancam
menghindarinya. Para antropolog integrasi negara-bangsa yang majemuk
menunjukkan dampak televisi terhadap dari sudut etnis, sosio-kultural, dan
kebudayaan, yaitu ketika orang melihat agama seperti Indonesia (Azra, 25
televisi, mereka gagal berpartisipasi Maret 2008).
(dan menopang) kebudayaan yang Globalisasi politik dapat
hidup di sekitarnya dengan risiko mempengaruhi lebih dari sekedar usaha
generasi yang dibesarkan layar televisi humanitarian, bahkan mempengaruhi
akan kehilangan aspek kritis atas bentuk pemerintahan suatu negara.
kebudayaannya. Demokrasi merupakan contoh ide
Gelombang demokrasi yang politik yang telah menyebar-luas dari
berlangsung sejak akhir 1980an telah satu negara ke negara lain selama
mengakibatkan keruntuhan rejim-rejim berabad-abad. Bagi pendukungnya
sosialis-komunis di Uni Soviet dan percaya bahwa demokrasi akan
Eropa Timur itu berbarengan dengan meningkatkan standar kehidupan rakyat
meningkatnya globalisasi seakan-akan dan memperbaiki etika pemerintahan.
membuat ideologi semakin tidak Mereka percaya bahwa demokrasi
relevan dalam dunia yang kian tanpa dapat membawa kebebasan warga,
batas. Akan tetapi, sebagaimana seperti kebebasan untuk memilih
diketahui bahwa globalisasi pemerintahan, kebebasan untuk
mengandung banyak ironi dan membuat pilihan-pilihan personal,
kontradiksi. Pada satu pihak, kebebasan dari kontrol pemerintah.
globalisasi mengakibatkan Pada 2005, 118 negara (dari 193 negara
kebangkrutan banyak ideologi ±baik di dunia) telah menganut demokrasi
universal maupun lokal²tetapi pada elektoral.
lain pihak, nasionalisme lokal bahkan
145
Adopsi demokrasi secara sumber daya tak-terbarukan, eksploitasi
gradual oleh banyak negara ini tenaga kerja semakin besar terutama
merupakan bentuk globalisasi. perempuan dan anak-anak, serta
Sebagaimana banyak masyarakat yang ancaman terhadap kelangsungan
mengekspos ide-ide politiknya kepada budaya lokal maupun nasional.
masyarakat lain sehingga mengadopsi Berdasarkan kesadaran bahwa
beberapa ide tersebut. Sebagian besar globalisasi terutama dalam aspek
masyarakat melakukan modifikasi ide- budaya membawa ancaman serius
ide politiknya untuk disesuaikan terhadap kelangsungan budaya lokal
dengan sejarah, tradisi, agama, geografi, maupun nasional, maka diperlukan
dan perkembangan ekonominya. langkah antisipasi terhadap ancaman
Misalnya, gerakan politik di Timor tersebut. Usaha strategis perlu
Timur pada 2002 berhasil melakukan dilakukan dengan pengkajian kembali
perubahan politik berkat globalisasi terhadap inti budaya atau way of life
media dan teknologi informasi (Perry- bangsa kita, yaitu Pancasila. Pengkajian
Globa, 2007: 22). kembali terhadap nilai-nilai keutamaan
Demikian gambaran globalisasi (virtue values) Pancasila ini perlu
sebagai proses yang mempertemukan dilakukan dalam tataran filosofis yang
berbagai negara di dunia dalam berjangkar pada pemaknaan
interaksi ekonomi, politik, dan budaya. humanisme Pancasila.
Namun demikian proses globalisasi
bukan hanya membawa keuntungan III. PEMAKNAAN HUMANISME
berkat kerjasama ekonomi dan peluang PANCASILA
kerja yang lebih besar. Akan tetapi, Dalam konteks globalisasi dan
globalisasi juga membawa kerugian interaksi dialogis di antara peradaban
serius seperti semakin lebarnya jurang ini akan didiskusikan tantangan dan
antara negara kaya dan negara miskin, kemungkinan bagi ideologi Pancasila.
dominasi perdagangan global oleh Di samping itu, akan dikemukakan ide-
negara-negara kaya, kurangnya peluang ide berfokus pada filsafat Pancasila.
negara miskin terhadap akses pasar, Proses globalisasi
kerusakan lingkungan hidup dan dikembangkan oleh teknologi
146
komunikasi dan diterapkan dalam level yang plural seolah kehilangan
ekonomi, politik dan budaya, yang relevansinya. Menurut Azyumardi
membawa manusia ke dalam jejaring Azhra (2008) terdapat setidaknya tiga
yang lebih sistematis. Situasi kehidupan faktor yang membuat Pancasila
dalam jejaring demikian secara semakin sulit dan marjinal dalam
eksistensial dijadikan contoh ontologis semua perkembangan yang terjadi.
tentang hubungan dinamis yang sejak Pertama, Pancasila terlanjur tercemar
lama telah diteguhkan oleh Pancasila. karena kebijakan rejim Soeharto yang
.RQVHS ³NHPDQXVLDDQ \DQJ DGLO GDQ menjadikan Pancasila sebagai alat
EHUDGDE´ GDODP 3DQFDVLOD PHQJDFX politik untuk mempertahankan status-
pada hubungan internal antara manusia quo kekuasaannya. Rejim Soeharto
dan segenap ciptaan di alam semesta. juga mendominasi pemaknaan
'DODP UDVLR ³NHPDQXVLDDQ \DQJ DGLO Pancasila yang selanjutnya
GDQ EHUDGDE´, manusia dapat diindoktrinasikan secara paksa melalui
dipengaruhi oleh serta merespon Penataran P4.
sesamanya dan dengan tindakan Kedua, liberalisasi politik
³PDQXVLD VXVLOD´ PHUHND GDSDW dengan penghapusan ketentuan oleh
meluaskan bentang eksistensinya Presiden BJ Habibie tentang Pancasila
menuju realitas eksistensi yang lebih sebagai satu-satunya asas setiap
luas dari diri sendiri kepada sesama, organisasi. Penghapusan ini
keluarga, komunitas sosial, negara, memberikan peluang bagi adopsi asas-
semua yang berada di alam semesta, asas ideologi lain, khususnya yang
yang sekarang ini diterjemahkan berbasiskan agama. Pancasila jadinya
dengan term globalisasi. cenderung tidak lagi menjadi common
Gelombang demokratisasi juga platform dalam kehidupan politik.
melanda Indonesia berikutan dengan Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi
krisis moneter, ekonomi dan politik daerah yang sedikit banyak mendorong
sejak akhir 1997 telah berimbas pada penguatan sentimen kedaerahan, yang
Pancasila sebagai basis ideologi jika tidak diantisipasi bukan tidak bisa
(common platform) dan identitas menumbuhkan sentimen local-
nasional bagi negara-bangsa Indonesia nationalism yang dapat tumpang tindih
147
dengan ethno-nationalism. Dalam pada tempatnya mengesampingkan
proses ini, Pancasila kian kehilangan Pancasila atas dasar perlakuan
posisi sentralnya. pemerintah Orde Baru. Karena posisi
Kecenderungan bahwa posisi Pancasila yang krusial seperti itu,
Pancasila semakin sulit, cukup dipandang urgensi untuk dilakukan
memberikan peringatan akan masa pemaknaan Pancasila berdasarkan
depan Indonesia yang tetap terintegrasi. prinsip dasar kemanusiaan atau
Pancasila meskipun menghadapi ketiga humanisme.
masalah tersebut, tetap merupakan Pembahasan tentang
kekuatan pemersatu (integrating force) humanisme Pancasila ini didasarkan
yang relatif masih utuh sebagai pada kajian Prof. Soerjanto
common platform bagi negara-bangsa Poespowardojo, pakar filsafat dari UI;
Indonesia. Sementara itu, kekuatan- dan Prof. Franz Magnis-Suseno, pakar
kekuatan pemersatu lainnya, terutama filsafat dari STF Driyarkara.
birokrasi kepemerintahan Indonesia Sebagaimana ditegaskan oleh
telah mengalami kemerosotan Soerjanto Poespowardojo, bahwa
signifikan. Liberalisasi politik yang Pancasila sebagai ideologi negara
menghasilkan fragmentasi elit politik menyatakan bahwa kelima sila, yaitu
telah menghalangi kemunculan Ketuhanan Yang Maha Esa,
kepemimpinan nasional pemersatu, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
corak kepemimpinan solidarity maker Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
yang dapat mencegah disintegrasi tetap dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
belum tampil. dalam permusyawaratan/perwakilan,
Kiranya tidak ada yang salah dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
dengan Pancasila itu sendiri. Indonesia, merupakan prinsip dasar
Kekeliruan terjadi karena membuat serta pedoman bagi bangsa Indonesia
pemaknaan tunggal atas Pancasila yang dan hidup kenegaraannya. Usaha
kemudian dipaksakan sebagai alat menangkap kepadatan serta bobot
politik untuk mempertahankan status- ketetapan tersebut, sewajarnya
quo kekuasaan. Oleh karena tidak ada diadakan penelitian tentang kekayaan
masalah dengan Pancasila, maka tidak yang terkandung di dalamnya dan
148
dicoba memahaminya dengan keseluruhan nilai dengan kodrat
mengungkapkan nilai-nilai serta manusia, maka disebut Humanisme
hubungan antarnilai dan antarsila dalam Pancasila.
bentuk-bentuk yang lebih eksplisit. Hal Kelima sila merupakan unsur
ini berarti bahwa terlebih dahulu harus konstitutif kodrat manusia dan inheren
dipelajari filsafat yang padanya. Kodrat manusia di sini adalah
melatarbelakanginya, yang disebut keseluruhan struktur, dinamika serta
Filsafat Pancasila (Poespowardojo, perwujudan yang kesemuanya
1991: 54). mengungkapkan realitas manusia qua
Suatu rumusan hanya dapat talis. Oleh karena itu, Pancasila
dipahami dan dengan demikian mencerminkan nilai-nilai kodrati yang
memperlihatkan fungsinya apabila fundamental sifatnya, dan bukan
dikaitkan dengan jalan serta alam sekedar perwujudan kongkret yang
pikiran pelaku (pengemban) yang mengungkapkan kode-kode atau
merumuskannya dan lebih-lebih kalau kebiasaan sehari-hari. Dengan
dikaitkan dengan penghayatan perkataan lain, Pancasila merupakan
eksistensial, dimana rumusan tersebut eksplisitasi pribadi manusia sebagai
merupakan motif dasar berbagai bentuk totalitas yang mengandung berbagai
tindakannya. Secara fenomenologis antinomi dalam dirinya antara
dapat dikatakan bahwa kelima sila itu individualitas dan sosialitas,
berlaku bagi setiap manusia. Pada materialitas dan spiritualitas,
dasarnya tidak seorang pun dapat transendensi dan immanensi,
dilepaskan dari kelima sila tersebut eksteriorisasi dan interiorisasi, yang
tanpa risiko menyalahi kemanusiaannya, tidak dilihat secara sektoral dalam salah
meskipun berdasarkan kemerdekaan satu aspek kehidupannya, tetapi secara
yang dimilikinya sebagai hak asasi ia integral dengan mengikutsertakan dan
mampu berbuat berlawanan dengan memperhatikan segala segi yang
sila-sila itu, namun secara etis tetap membentuk keutuhan pribadi manusia
terikat untuk menaatinya. Kesadaran dan segala yang mempengaruhinya,
akan kenyataan ini dengan sendirinya termasuk problematika yang
mengaitkan kelima sila sebagai ditimbulkan oleh antinomi tersebut.
149
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Pancasila adalah keagamaan yang
mengungkapkan dimensi vertikal terbuka (Magnis-Suseno, 2012: 10).
sebagai pendasaran metafisis Sila Kemanusiaan mempunyai
keberadaan manusia. Dalam pengertian bahwa komunikasi antar
kesadarannya manusia insyaf akan manusia di semua tingkat yang
dirinya yang serba terbatas. Sila ini ³PDQXVLDZL´ VHUWa hubungan antar
merupakan pengakuan bangsa manusia senantiasa adil. Dalam arti ini,
Indonesia akan Nilai Absolut yang kebaikan apa pun apabila tidak adil itu
menjadi sumber segala realitas, jadi tidak baik, dan perbuatan yang tidak
bukan hanya sebagai pengertian yang adil tidak pernah benar. Demikian pula
abstrak belaka, melainkan sungguh- makna beradab mengandaikan tuntutan
sungguh sebagai realitas kongkret. paling dasar Pancasila agar manusia
Tuhan adalah kekuasaan tertinggi yang membawa diri selalu secara beradab.
transenden yang merupakan tujuan Sebaliknya, kelakuan yang tidak
akhir segala sesuatu yang ada, dan beradab tidak pernah bisa benar.
merupakan pendasaran metafisis segala Sila persatuan Indonesia
relasi yang dimiliki manusia mengandaikan agar kita semua bukan
(Poespowardojo, 1999: 76-77). hanya hidup bagi kebahagiaan privat
Pemahaman Franz Magnis- kita dan keluarga, melainkan kita
Suseno terhadap rumusan sila pertama merasa solider senasib sepenanggungan
ini buah kesepakatan the founding dengan seluruh bangsa. Etika
fathers tentang arti penting agama bagi keutamaan dari sila ketiga ini
bangsa Indonesia, bahwa kita tidak mengharapkan kita mampu untuk
membeda-bedakan antara agama-agama. mencintai bangsa dan negara kita, dan
Oleh karena itu, sila pertama Pancasila bersedia berkurban baginya.
mewajibkan pluralisme dalam arti Sila kerakyatan yang dipimpin
pengakuan terhadap adanya keyakinan- oleh hikmat kebijaksanaan dalam
keyakinan religius yang berbeda, yang permusyawaratan/perwakilan ini
semuanya dilindungi. Keagamaan dilatar-belakangi kehendak agar bangsa
(religiosity) yang didukung oleh Indonesia merdeka menjadi demokratis,
dan tidak jatuh ke tangan feudal lagi.
150
Akan tetapi nilai keutamaan kerakyatan dilaksanakan dalam salah satu dari
ini bukan sekedar perasaan bersatu ketiga dimensi tersebut, karena
dengan rakyat, melainkan tekad bahwa penekanan satu dimensi dengan
nasib bangsa dan kebijakan politik mengabaikan dimensi lain berarti
negara benar-benar ditentukan oleh ekstremitas yang berbahaya bagi
rakyat, bukan oleh elit. Oleh karena itu, masyarakat. Dunia, sesama
sila keempat ini menolak segala sistem (masyarakat) dan prinsip ketuhanan
diktatoral, paternalistik dan bentuk lain adalah lingkungan yang sama esensial
kekuasaan elit di atas rakyat. dan fundamentalnya bagi
Sila keadilan sosial bagi seluruh perkembangan manusia, maka
rakyat Indonesia merupakan pernyataan hubungan terhadap ketiganya serta
resmi bahwa bangsa ini harus dibangun peningkatannya harus berjalan secara
dalam solidaritas. Bangsa ini pun tidak seimbang.
boleh terpecah secara vertikal, antara Pemaknaan humanisme
mereka yang terus maju dan mereka Pancasila ini dapat dipandang sebagai
yang tidak mempunyai harapan. Nilai usaha untuk membawa kembali
keutamaan sila ini adalah pengharaman Pancasila sebagai wacana publik
atas korupsi, karena korupsi merupakan (public discourse). Pengembalian
penyakit paling berbahaya yang Pancasila sebagai wacana publik
membusukkan tubuh bangsa dan merupakan tahap awal krusial untuk
merusak kemampuannya. Pada pengembangan kembali Pancasila
hakikatnya korupsi bertentangan sebagai ideologi terbuka, yang dapat
dengan keadilan sosial. dimaknai secara terus-menerus
Ideal manusia menurut sehingga tetap relevan dalam kehidupan
Pancasila adalah manusia yang secara bangsa dan negara Indonesia. Pada
otentik berhasil memanusiakan dirinya gilirannya, pembudayaan humanisme
dalam hubungannya dengan ketiga Pancasila akan berkontribusi bagi
faktor esensial, yaitu dunia, sesama penguatan karakter bangsa dalam
(masyarakat) dan prinsip ketuhanan. rangka tata hubungan peradaban global.
Berdasarkan perspektif Pancasila,
perkembangan tidak cukup
151
IV. ARTI PENTING PENGUATAN ³NemaQXVLDDQ \DQJ DGLO GDQ EHUDGDE´
KARAKTER BANGSA DI ERA serta implikasinya sebagai suatu etika
GLOBALISASI keugaharian.
Pada dasarnya, humanisme Menurut Franz Magnis-Suseno
Pancasila dapat berkontribusi pada bahwa kita mempunyai etika nasional
proses globalisasi dengan pandangan yang dirumuskan dalam Pancasila.
hidupnya sebagai suatu proses Etika Pancasila bukan hanya rumusan
perluasan bentang etika, terutama yang indah, melainkan merupakan
dengan nilai-nilai keutamaan Pancasila prasyarat agar bangsa Indonesia bisa
seperti ketuhanan, kemanusiaan, maju bersama, dalam damai,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan kesejahteraan dan solidaritas. Beliau
sosial. Dalam rangka jejaring yang mencoba untuk merumuskan etika
dikembangkan globalisasi, jika manusia Pancasila dalam lima pedoman yang
ingin menjunjung tinggi harkat mudah dimengerti oleh masyarakat
kehidupannya sebagai manusia, (Magnis-Suseno, 2012: 11). Kelima
mengandaikan hubungan orang dengan pedoman tersebut adalah:
sesamanya berdasarkan ketulusan dan 1. Tak boleh ada tekanan,
khususnya berkaitan dengan keutamaan ancaman atau paksaan
nilai kemanusiaan yang adil dan dalam hal agama.
beradab. 2. Dalam situasi apa pun kita
Kesediaan untuk melampaui bertindak secara beradab.
kepentingan diri sendiri dan bermurah- 3. Kita maju dan kita maju
hati kepada sesama dipandang sebagai bersama.
keutamaan yang sangat diperlukan 4. Mari kita sukseskan
dalam proses globalisasi. Dalam demokrasi kita, dan
konteks Pancasila, nilai keutamaan 5. Mari kita dahulukan mereka
kemanusiaan yang adil dan beradab yang miskin dan lemah agar
dapat dipandang sebagai keutamaan dapat hidup secara
yang mendasar. Kajian tentang manusiawi.
Pancasila yang berkaitan dengan
dinamisme dan batasan nilai keutamaan
152
Nilai keutamaan kemanusiaan budaya yang bersangkutan. Hal ini
yang adil dan beradab ini menjadi pusat berarti bahwa pengembangan budaya
bagi pembangunan karakter manusia dan karakter bangsa hanya dapat
Indonesia, yang mampu meluaskan dilakukan dalam suatu proses
bentang komitmen etisnya pada bangsa pendidikan yang tidak melepaskan
dan negara, nilai demokrasi, dan peserta didik dari lingkungan sosial,
perilaku hidup keadilan sosial, serta budaya masyarakat, dan budaya bangsa.
meningkatkan bentang spiritualitasnya Lingkungan sosial dan budaya bangsa
sebagai insan religius. Pembangunan kita adalah Pancasila, jadi pendidikan
karakter ini mengacu pada watak, tabiat, budaya dan karakter bangsa harus
akhlak atau kepribadian seseorang yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
terbentuk dari hasil internalisasi Sekiranya diperlukan referensi
berbagai kebajikan (virtues) yang banding dapat diacu program
diyakini dan digunakan sebagai pendidikan karakter yang diterapkan di
landasan untuk cara panadang, berpikir, lingkungan sekolah North Carolina
bersikap, dan bertindak. Kebajikan dengan mendasarkan pada delapan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan aspek: (1) Berani, (2) Pertimbangan
norma, seperti jujur, berani bertindak, yang baik, (3) Integritas, (4) Keramah-
dapat dipercaya, dan hormat kepada tamahan, (5) Ketangguhan, (6) Respek,
orang lain. Interaksi seseorang dengan (7) Tanggung-jawab, dan (8) Disiplin
orang lain menumbuhkan karakter diri (Mike et.al., 2002:15). Sementara
masyarakat dan karakter bangsa. Oleh itu, Kementerian Pendidikan Nasional
karena itu, pengembangan karakter merumuskan delapan belas aspek
bangsa hanya dapat dilakukan melalui karakter: (1) Religius, (2) Jujur, (3)
pengembangan karakter individu Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras,
(Hasan et.al., t.t.: 3). (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis,
Akan tetapi, karena masyarakat (9) Rasa ingin tahu, (10) Semangat
hidup dalam lingkungan sosial dan kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12)
budaya tertentu, maka pengembangan Menghargai prestasi, (13)
karakter individu hanya dapat Bersahabat/komunikatif, (14) Cinta
dilakukan dalam lingkungan sosial dan damai, (15) Gemar membaca, (16)
153
Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial, bangsa dalam rangka interaksi antar-
dan (18) Tanggung-jawab. Sejumlah budaya, antar-peradaban dan antar-
delapan belas aspek karakter tersebut regional.
dimungkinkan untuk mengurangi atau
menambahi, tetapi diharapkan lima V. SIMPULAN
nilai berikut ini dikembangkan pada Ideologi Pancasila secara
setiap sekolah: (1) Nyaman, (2) Jujur, historis merupakan kekuatan pemersatu
(3) Peduli, (4) Cerdas, dan (5) yang cukup mantap sebagai common
Tangguh/kerjakeras (Hasan et.al., t.t.: platform bagi negara-bangsa Indonesia.
9-10). Keberadaan Pancasila perlu
Pada intinya, mendidik budaya ditampilkan kembali sebagai wacana
dan karakter bangsa adalah publik yang terbuka bagi pemaknaan
mengembangkan nilai-nilai Pancasila kontemporer sesuai dengan tuntutan
pada diri peserta didik melalui perkembangan zaman. Oleh karena itu,
pendidikan paripurna yang mencakup pemaknaan humanisme Pancasila
aspek hati, otak, dan fisik. Pendidikan diperlukan dalam rangka penguatan
budaya dan karakter bangsa karakter bangsa dalam rangka
dimaksudkan untuk mengembangkan menghadapi tantangan globalisasi.
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
pada diri peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan dirinya
sebagai anggota masyarakat dan
warganegara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif. Oleh karena itu,
pembangunan karakter bangsa sangat
strategis bagi keberlangsungan dan
keunggulan bangsa di masa depan.
Ringkasnya, di era globalisasi ini
mensyaratkan penguatan karakter
154
DAFTAR PUSTAKA Poespowardojo, Soerjanto, 1991,
Filsafat Pancasila: Sebuah Pendekatan
Sosio-Budaya, Jakarta: Penerbit PT
Azra, Azyumardi, 25 Maret 2008, Gramedia kerjasama Lembaga
³3DQFDVLOD GL 7HQJDK 3HUDGDEDQ 'XQLD Pengkajian Strategi dan Pembangunan.
Perspektif Multikulturalisme dan
3HQGLGLNDQ 0XOWLNXOWXUDO´ semula 6KHQ 9LQFHQW ³*OREDOL]DWLRQ
makalah Round Table Discussion pada and Dialogue of Civilizations ±
Lemhanas. Dapat diakses pada 5HWKLQNLQJ &RQIXFLDQ 3KLORVRSK\´
WWW.SETNEG.GO.ID dalam Culture and Philosophy, A
Journal for Phenomenological Inquiry,
Frye, Mike et.al. (Ed.), 2002, Character Washington D.C.: The Council for
Education Informational Handbook Research in Values and Philosophy.
and Guide, Raleigh: North Carolina
Character Education Department of Sukarno, 1985. Pancasila dan
Public Instruction. Dapat diakses pada Perdamaian Dunia, Sebuah Kumpulan
www.ncpublicschools.org Pidato, Jakarta: Inti Idayu Press ±
Yayasan Pendidikan Sukarno.
Gorman, Tom, 2009. The Complete
,GHDO¶V *XLGH (FRQRPLFV, Suara Karya, 24 September 2009,
Dialihbahasakan oleh Arif Rakhman, ³Presiden Serukan Harmoni
Jakarta: Prenada. $QWDUSHUDGDEDQ *OREDO´

Hasan, Said Hamid et.al., t.t., ³3HQJHPEDQJDQ (NRQRPL $6($1


Pengembangan Pendidikan Budaya +DUXV 3HUWLPEDQJNDQ 6WDELOLWDV´ GDSDW
dan Karakter Bangsa, Jakarta: Badan diakses pada
Penelitian dan Pengembangan Pusat http://www.presidensby.info
Kurikulum Kementerian Pendidikan
Nasional.

Magnis-6XVHQR )UDQ] ³(WLND %DQJVD


Berbudaya di Abad ke-21: Keharusan
.DODX ,QGRQHVLD 0DX 0DMX´ PDNDODK
pada Seminar Nasional Membangun
Karakter Bangsa melalui Pemantapan
Kebudayaan Nasional dan Kesadaran
Historis diselenggarakan oleh Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,
Semarang, 30 Mei 2012.

Perry-Globa, Pamela, Peter Weeks,


Victor Zeleski, David Yoshida and Jill
Colyer, 2007. Perspectives on
Globalization, Toronto: Oxford
University Press.

155

Anda mungkin juga menyukai