Analisis Kegagalan Proses Insulasi Pada E5807fad
Analisis Kegagalan Proses Insulasi Pada E5807fad
3, Oktober 2017:193-203
DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217
DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.3.006
Abstrak -- FMEA (Failure Mode Effect Analysis) adalah metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi kemungkinan kegagalan pada proses, fungsi dan design produk sehingga
diketahui penyebab dan akibatnya untuk meningkatkan mutu dan reliabilitas produk. Kegagalan
proses insulasi pada proses produksi AW (Automotive Wire) mengganggu kinerja produksi PT JLC.
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan proses insulasi pada
produksi produk AW (Automotive Wire) di PT JLC . FMEA diulas oleh banyak riset sebagai metode
efektif dan dijadikan format standar yang digunakan oleh industri otomotif dalam membuat daftar
potensi kegagalan sehingga dapat mengetahui penyebab, dampak dan tindakan pencegahan dalam
mengatasinya. FMEA menyediakan metode dalam membuat daftar potensi kegagalan produk AW
(Automotive Ware) melalui penilaian kuantitatif dengan kriteria tiga aspek yaitu Tingkat kemungkinan
frekwensi terjadi kegagalan (O=Occurence), Tingkat resiko akibat kegagalan (S=Severity) dan Tingkat
kemungkinan bisa dideteksi (D=Detection). Dari hasil perhitungan dan analisis FMEA maka dihasilkan
daftar urutan prioritas potensi kegagalan proses insulasi melalui perhitungan pada tiga aspek
Occurence (O), Severity (S) dan Detection (D) disertai kemungkinan penyebab, dampak dan
solusinya. Dua potensi kegagalan terbesar adalah Ketidaksesuaian warna (terlau tua atau muda),
marking tidak tercetak jelas dan permukaan insulasi yang kasar. FMEA mampu mengidentifikasi
penyebab, dampak dan pencegahan untuk mengantisipasi kegagalan tersebut.
Kata Kunci: Automotive Wires (AW), Insulasi, FMEA, Occurence, Severity, Detection
Abstract -- FMEA (Failure Mode Effect Analysis) is a method to identify failure modes on process,
design and function of product based on common physics of failure logic, including cause and
effect, consequently able to improve product quality and reliability. JLC prevents problem in
production, in particularly Insulation Process of AW (Automotive Ware) Production. FMEA is able
provide the potential list of failure mode, including cause, effect and pereventive action. FMEA is often
reviewed as highly structured and systematic techniques by many research and used as standard
method for failure mode analysis of process, function and design in automotive industry. FMEA
make a list of failure mode analysis by scoring three aspects of failure mode such as O=Occurence
(looking at the cause of a failure mode and the likelihood of occurrence), S=Severity (Determining
the Severity for the worst-case scenario adverse end effect) and D=Detection (the means or
method by which a failure is detected, isolated by operator and or maintainer and the time it may
take). FMEA found out list of Risk Priority Number (RPN) that ranked based on sum of score O,S,D
with the three biggest failure mode such as colour nonconformity, Mark Blurs, and Rough Surface, as
well as providing cause, effect and preventive actions.
proses produksi sedemikian rupa diupayakan mengidentifikasi moda kegagalan potensial pada
dengan pemantauan kualitas agar tidak suatu produk atau proses sebelum terjadi,
menimbulkan ketidaksesuaian atau kegagalan mempertimbangkan risiko yang berkaitan dengan
produk, namun pada praktiknya PT.JLC masih moda kegagalan tersebut, mengidentifikasi serta
mengalami permasalahan khususnya di bagian melaksanakan tindakan korektif untuk mengatasi
proses produksi yang terkadang menghasilkan masalah yang palinh penting (Reliability, 2002).
beberapa produk yang tidak sesuai standar FMEA (Ford Motor Company, 2004) dapat
kualitas. digambarkan sebagai sebuah grup aktivitas
Permasalahan yang dihadapi saat ini tersistem yang bermaksud untuk: mengenali dan
menjadi perhatian manajemen PT JLC adalah mengevaluasi potensi kegagalan dari sebuah
persoalan insulasi pada pelindung produk AW produk/proses dan akibatnya, mengidentifikasi
(Automotive Ware). Sacara faktual tingkat cacat tindakan yang dapat mengeliminasi atau
produk AW masih dalam batas-batas target mengurangi kesempatan terjadinya potensi
Defect Rate produksi. Tetapi potensi kegagalan dan, mendokumentasikan suatu
kemungkinan kegagalan pada produk akan proses. Ini melengkapi proses penentuan sebuah
berakibat serius pada fungsi connection ware di desain atau proses seperti apa yang harus
produk otomotif yang dapat menimbulkan dilakukan untuk memuaskan pelanggan.
kegalan produk otomtif secara keseluruhan. Hal Tujuan dari FMEA adalah untuk
inilah yang menjadi alasa perlu digunaan menentukan tingkat risiko dari setiap jenis
metode yang mampu menyediakan daftar kegagalan sehingga dapat diambil keputusan
potensi kegagalan proses, fungsi dan design apakah perlu diambil suatu tindakan atau tidak.
pada produk AW. FMEA ini juga digunakan untuk menekan
Adapun salah satu tool yang akan kerugian yang timbul karena kegagalan proses
digunakan untuk membantu pengendalian produksi maupun kegagalan produk sewaktu
kualitas pada proses Insulation Automotive digunakan oleh pengguna, caranya adalah
Wires di PT JJ-Lapp Cable SMI adalah dengan sebagai berikut: mengidentikasi kegagalan yang
menerapkan Process Failure Modes and Effects mungkin terjadi, memberi skala prioritas dari
Analysis (PFMEA) (Bertsche, 2008) (Pickard, setiap jenis kegagalan dan melakukan tindakan
Muller, and Bersche, 2005). Failure Modes and perbaikan.
Effects Analysis (FMEA) merupakan sebuah Gambar 1 memperlihatkan proses
metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana FMEA membuat daftra tingkat resiko
kegagalan terjadi dalam sebuah sistem, desain, untuk mengidentifiasi jenis kegagalan dan resiko
proses, atau pelayanan (service). Identifikasi (Puspitasari dan Martanto, 2014). Setiap design,
kegagalan potensial dilakukan dengan cara fungsi dan proses produk ditelaah secara
pemberian nilai atau skor masing-masing mode menyeluruh bagaimana resiko dan dampaknya
kegagalan berdasarkan atas tingkat kejadian (S=Severity), kemungkinan munculnya
(occurrence), tingkat keparahan (severity), dan kegagalan (O=Occurence), seberapa jauh dapat
tingkat deteksi (detection) (Stamatis, 1995.) dideteksi (D=Detection). Dari penilaian ini
ditelaah pula sebab (cause) dan bentuk
FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS pengendaliannya (control). Hasil akhirnya adalh
(FMEA) nilai total berupa RPN (Risk Priority Number)
Sejarah FMEA dimulai pada tahun 1940- yang menunjukan total jumlah penilaian dari
an oleh militer AS. FMEA dikembangankan lebih aspek S, O, D.
lanjut oleh industri kedirgantaraan dan Terdapat beberapa jenis FMEA yaitu:
automotive. Beberapa industri mempertahankan Design FMEA, Process FMEA, System FMEA,
standar formal FMEA. Kemudian sekitar tahun Service FMEA, Product FMEA dan Software
1960-an FMEA dipergunakan sebagai FMEA. Design FMEA dipergunakan untuk
metodologi formal pada industri aerospace dan menganalisa produk sebelum dimasukan ke
pertahanan. Sejak saat itu kemudian digunakan dalam proses produksi. DesiGn FMEA berfokus
dan distandarisasikan oleh berbagai industri di pada modus kegagalan yang disebabkan oleh
seluruh dunia. desain (Stamatis, 2003). Process FMEA
Beberapa definisi FMEA adalah sebagai dipergunakan untuk menganalisa proses
berikut. FMEA adalah teknik yang digunakan produksi dan perakitan. Process FMEA ini
untuk mengidentifikasi, memprioritaskan dan berfokus pada modus kegagalan yang
mengurangi permasalahan dari sistem, desain, disebabkan oleh proses produksi atau perakitan.
atau proses sebelum permasalahan tersebut System FMEA dipergunakan untuk menganalisa
terjadi (Kmenta dan Ishii, 2000). Selain itu, FMEA sistem dan sub sistem dalam proses desain dan
adalah metodologi yang dirancang untuk konsep.
Tabel 1. Potential Failure Mode Tabel 2. Potential Failure Mode dengan Severity
Process Function Potential Failure Potential Effect(s) Potential Potential
Requirement Mode of Failure Process Function
Failure Effect(s) of Sev.
Requirement
Insulation: Diameter > atau Kabel tidak dapat Mode Failure
- Diameter sesuai < standar di-crimping Insulation: Diameter > Kabel tidak
standar Ketebalan Ketebalan Tahanan - Diameter sesuai atau < dapat di- 8
insulation insulation (rata- insulation; TS & standar standar crimping
(nom./sembarang rata / sembarang EL rendah - Ketebalan Ketebalan Tahanan
titik) sesuai standar titik) < standar insulation insulation insulation;
- Kuat tarik & Kuat tarik / Penurunan life (nom./sembara (rata- TS & EL
pemulusan Tensile Strength cycle kabel ng titik) sesuai rata/semba rendah 8
insulation sesuai & Pemuluran / standar rang titik) <
standar Elongation < - Kuat tarik & standar
- Warna insulation standar pemulusan
sesuai standar Warna terlalu Membingungkan insulation Kuat Penurunan
- Penandaan / muda / terlalu tua pada saat aplikasi sesuai standar tarik/Tensile life cycle
marking kabel daripada standar / instalasi - Warna Strength & kabel
sesuai standar Marking tercetak Kesulitan pada insulation Pemuluran/ 6
- Surface halus dan tidak jelas saat identifikasi; sesuai standar Elongation<
bebas dari defect kesalahan aplikasi - Penandaan/ma standar
lainnya / instalasi rking kabel
- Gulungan / Salah cetak Kesalahan sesuai standar Warna Membingun
kemasan kable marking aplikasi / instalasi - Surface halus terlalu muda gkan pada
baik; rapi sesuai & miss function dan bebas dari / terlalu tua saat
8
standar defect lainnya daripada aplikasi/
Insulation Konduktor kabel
- Gulungan/kem standar instalasi
mengkerut terbuka
Permukaan Ditolak Customer asan kabel
baik; rapi Marking Kesulitan
insulation kasar pada saat
sesuai standar tercetak pada saat
incoming product
tidak jelas identifikasi;
Lump pada Bermasalah pada 8
kesalahan
surface insulation proses crimping
aplikasi/
Gulungan / Ditolak Customer instalasi
kemasan kabel pada saat
tidak rapi incoming product Salah cetak Kesalahan
marking aplikasi/
instalasi & 8
Tabel 2 menunjukan hasil pemberikan skor miss
dalam aspek S= Severity untuk masing-masing function
potensi kegagalan proses dan potensi akibatnya Insulation Konduktor
dari enam fungsi utama insulasi berdasarkan mengkerut kabel 6
kesepakatan lintas departemen, rekomendasi R terbuka
& D pusat, masukan pelanggan dan standar Permukaan Ditolak
kualitas produk lain yang similiar. insulation Customer
Pada Tabel 2 dalam range skor 1-10 kasar pada saat 5
didapatkan Nilai severity tertinggi (nilai 8) pada incoming
produk
fungsi ketebalan, kuat tarikan dan warna.
Lump pada Bermasalah
Sedangkan nilai terkecil (nilai 4) jatuh pada surface pada proses 6
fungsi kemasan gulungan. Semakin besar insulation crimping
nilainya, maka semakin tinggi resiko kegagalan Gulungan/ke Ditolak
sehingga membutuhkan perhatian dan tindakan masan kabel Customer
pencegahan. tidak rapi pada saat 4
incoming
Langkah selanjutnya adalah penilaian produk
dalam aspek O=Occurence. Pada Tabel 3.
menunjukan hasil pemberikan skor dalam Pada Tabel 3, dalam range skor 1-10
aspek O= Occurence untuk masing-masing didapatkan Nilai Occurence tertinggi (nilai 5)
potensi kegagalan proses dan potensi pada fungsi warna, marking dan permukaan.
akibatnya dari enam fungsi utama insulasi Sedangkan nilai terkecil (nilai 2) jatuh pada
berdasarkan pertimbangan yang sama dengan fungsi permukaan dengan potensi kegagalan
pemberian nilai Severity . berupa pngerutan dan kemasan gulungan.
Semakin besar nilainya, maka semakin tinggi
resiko kegagalan sehingga membutuhkan
perhatian dan tindakan pencegahan.
Tabel 3. Potential Failure Mode dengan Tabel 4. Potential Failure Mode dengan
Occurrence Detection
Process Function Potential Potential Occ Process Function Potential Potential Det.
Requirement Failure Effect(s) Requirement Failure Effect(s) of
Mode of Failure Mode Failure
Insulation: Diameter > Kabel Insulation: Diameter > Kabel tidak
- Diameter sesuai atau < tidak - Diameter sesuai atau < dapat di- 4
standar standar dapat di- 3 standar standar crimping
- Ketebalan crimping - Ketebalan Ketebalan Tahanan
insulation Ketebalan Tahanan insulation insulation insulation;
(nom./sembarang insulation insulation; (nom./sembarang (rata- TS & EL
3
titik) sesuai (rata- TS & EL titik) sesuai rata./semba rendah
standar 3 standar rang titik) <
rata/semba rendah
- Kuat tarik & rang titik) < - Kuat tarik & standar
pemulusan standar pemulusan Kuat Penurunan
insulation sesuai Kuat Penuruna insulation sesuai tarik/Tensile life cycle
standar tarik/Tensile n life cycle standar Strength & kabel
- Warna insulation - Warna 4
Strength & kabel Pemuluran/
sesuai standar Pemuluran/ 4 insulation sesuai Elongation<
Penandaan/marki Elongation< standar standar
ng kabel sesuai standar - Penandaan/mar Warna Membingun
standar king kabel sesuai terlalu muda gkan pada
- Surface halus dan Warna Membing standar / terlalu tua saat aplikasi/ 5
bebas dari defect terlalu muda ungkan - Surface halus dan Daripada instalasi
lainnya / terlalu tua pada saat bebas dari
5 standar
- Gulungan/kemasan daripada aplikasi/ defect lainnya Marking Kesulitan
kabel baik; rapi standar instalasi - Gulungan/kema tercetak pada saat
sesuai standar san kabel baik; tidak jelas identifikasi;
Marking Kesulitan rapi sesuai 4
kesalahan
tercetak pada saat standar aplikasi/
tidak jelas identifikas
instalasi
i; 5
Salah cetak Kesalahan
kesalahan
marking aplikasi/
aplikasi/
instalasi & 3
instalasi
miss
Salah cetak Kesalahan
function
marking aplikasi/
Insulation Konduktor
instalasi & 3 mengkerut kabel 6
miss
terbuka
function
Permukaan Ditolak
Insulation Konduktor insulation Customer
mengkerut kabel 2 kasar pada saat 5
terbuka incoming
produk
Permukaan Ditolak
Lump pada Bermasalah
insulation Customer
surface pada proses 6
kasar pada saat 5 insulation crimping
incoming
produk Gulungan/ke Ditolak
masan kabel Customer
Lump pada Bermasala tidak rapi pada saat 3
Surface h pada incoming
insulation proses 4 produk
crimping
Gulungan/ke Ditolak Sedangkan nilai terkecil (nilai 3) jatuh
masan kabel Customer
pada fungsi ketebalan, salah cetak dan
tidak rapi pada saat 2
incoming kemasan gulungan. Semakin besar nilainya,
produk maka semakin tinggi resiko kegagalan
sehingga membutuhkan perhatian dan tindakan
pencegahan.
Tabel 4 adalah penilaian dalam aspek Tabel 5 merupakan hasil penggabungan
D=Detection yang menunjukan pemberikan penilaian Severity, Occuence dan Detection
skor untuk masing-masing potensi kegagalan ditempatkan secara bersama sama. pada Tabel
proses dan potensi akibatnya. Pada Tabel 4, di 6 hasil penilaian S, O dan D dikalikan (SxOxD).
atas dalam range skor 1-10 didapatkan Nilai
Detection tertinggi (nilai 6) pada fungsi
permukaan isolasi dengan potensi kegagalan
berupa pengerutan.
Occurence
Severity
Detection
Process Potential Warna terlalu muda
Potential
Function Effect(s) / terlalu tua 8 5 5 200
Failure Mode
Requirement of Failure daripada standar
Insulation: Diameter > Kabel tidak Marking tercetak tidak
8 5 4 160
- Diameter atau < Dapat di- jelas
8 3 4 Permukaan
sesuai standar crimping 5 5 5 125
standar insulation kasar
- Ketebalan Ketebalan Tahanan Lump pada surface
6 3 6 108
insulation insulation insulation; TS insulation
(nom./sem (rata- & EL rendah Diameter < / >
8 3 4 96
barang rata./semba 8 3 3 standar
titik) sesuai rang titik) < Kuat tarik/Tensile
standar standar Strength &
6 4 4 96
- Kuat tarik & Pemuluran/Elongati
pemulusan Kuat Penurunan life on < standar
insulation tarik/Tensile cycle Salah cetak marking
Strength & kabel 8 3 3 72
sesuai
standar Pemuluran/ 6 4 4
Ketebalan insulation
- Warna Elongation< (rata-rata)/(sembarang 8 3 3 72
insulation standar titik) < standar
sesuai standar Warna Membingungk Insulation mengkerut
- Penandaan 6 2 6 72
terlalu muda an pada saat
/marking kabel / terlalu tua aplikasi/ 8 5 5 Gulungan/kemasan
sesuai standar 4 2 3 24
daripada instalasi kabel tidak rapi
- Surface halus standar
dan bebas
Marking Kesulitan Tabel 7. List RPN Kumulatif
dari defect
tercetak Pada saat
lainnya Potential RPN RPN
tidak jelas identifikasi; RPN
- Gulungan/k 8 5 4 No. Failure RPN Total Kum
kesalahan Kum.
emasan kabel Mode (%) (%)
aplikasi/
baik; rapi Warna terlalu muda
instalasi
sesuai standar 1 / terlalu tua 200 200 20 20
Salah cetak Kesalahan daripada standar
marking aplikasi/ Marking tercetak
instalasi & 8 3 3 2 160 360 16 35
tidak jelas
miss function Permukaan
3 125 485 12 47
Insulation Konduktor insulation kasar
mengkerut kabel terbuka 6 2 6 Lump pada surface
4 108 593 11 58
insulation
Permukaan Ditolak Diameter < / >
5 96 689 9 67
insulation Customer standar
kasar pada saat 5 5 5 Kuat tarik/Tensile
incoming Strength &
6 96 785 9 77
produk Pemuluran/Elongati
Lump pada Bermasalah on < standar
surface pada proses Salah cetak
6 3 6 7 marking 72 857 7 84
insulation crimping
keseluruhan kemudian diakumulasikan baik dari memiliki tingkat kestabilan tinggi atau mencari
jumlah nilainya maupun persentasinya. sumber alternative supplier lain yang kualitas
Hasil pengolahan data pada Tabel 7 maka PVC Compoundnya jauh lebih tinggi lagi.
dibuatlah Grafik Pareto sebagaimana ditampilkan Potensial Cause/ Mechanism of
dalam Gambar 2. yang menunjukan secara Failure: Kualitas PVC Compound yang tidak
visual urutan potensi kegagalan proses insulasi stabil.
dari nilai terbesar sampai dengan nilai yang
terkecil. Informasi ini dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memutuskan priorotas
resiko yang harus diatasi secara efektif.
Salah satu tools yang dapat membantu
dalam proses analisis penyebeab potensi
kegagalan di FMEA adalah dengan diagram
Ishikawa atau ³Fishbone´ (Ishikawa, 1998).
Proses investigasi terhadap penyebab
potensial kegagalan dilakukan berdasarkan
urutan ranking atau daftar prioritas
(Nurkertamanda dan Wulandari, 2009). Urutan
prioritas resiko seperti ditampilkan diagram
pareto Gambar 2.
Penentuan kemungkinan penyebab
potensi kegagalan produk diangkat dari
kesepakatan diskusi mendalam dengan lintas
departemen seperti (QA, Marketing,
Engineering, R&D dan lain-lain). Selain
Fisbone digunakan juga alat-alat problem Gambar 2. Pareto Chart Potential Failure
solving seperti Brainstorming, why why Mode
analysis, QC Seventool dan lain-lain.
Prioritas utama dalam menentukan Marking tercetak tidak jelas
masalah potensi kegagalan pada proses RPN: 160
insulasi produk AW yang dipilih bedasarkan Warna terlalu muda / terlalu tua daripada
Data Grafik Pareto. Dua masalah terbesar yang standar
jadi prioritas adaah Warna yang tidak sesuai RPN: 200
(skor 200) dan Marking yang tercetak tidak
jelas (skor 160). Inilah dua masalah utama Pada Gambar 4. Di atas diperlihatkan
yang berpotensi menjadi kegalan proses berbagai kemungkinan penyebab potensi
insulasi produk AW sebagaimana terlihat pada kegagalan proses insulasi pada masalah
Gambar 2. ketidakjelasan Marking. Pada Fishbone Diagram
Pada Gambar 3. diperlihatkan berbagai di Gambar 4. ditunjukkan bahwa dari bebagai
kemungkinan penyebab potensi kegagalan penyebab ditetapkan penyebab dominan berupa
proses insulasi pada masalah ketidaksesuaian kondisi roller marking yang jelek, yaitu
warna. Warna terlalu muda / terlalu tua daripada permukaannya telah cacat yang mengakibatkan
standar, pada Fishbone Diagram di Gambar 3. marking tercetak pada insulation kabel menjadi
ditunjukkan bahwa dari bebagai penyebab tidak jelas.
ditetapkan penyebab dominan berupa kualitas Recommended Action: Dilakukan
material dalam proses insulasi, yaitu material penggantian roller marking baru yang lebih bagus
plastik jenis PVC. Compound yang buruk kualitas bahannya.
menyebabkan ketidakstabilan komposisi warna, Potensial Cause/ Mechanism of Failure:
sehingga pada saat proses exstrusi kabel, warna Roller marking jelek/permukaannya telah
cenderung berubah-ubah (kadang terlalu muda mengalami kecacatan/aus.
atau tua dari standar yang telah ditetapkan),
walaupun parameter setting telah sesuai dengan
standar yang ada.
Recommended Action: Dilakukan
penggantian PVC Compound baru yang
Gambar 3. Fishbone Diagram Warna Terlalu Muda / Terlalu Tua daripada Standar
dengan nilai RPN 24. Namun, meskipun nilai Kmenta. S. dan Ishii, K. ScenarioBased FMEA: A
RPN-nya terendah, perbaikan system tetap perlu Life Cycle Cost Perspective. ASME Design
dilakukan, walaupun pelaksanaannya tentunya Engineering Technical Conferences, RSAFP-
mengikuti urutan sesuai Pareto Chart Potential 14478. 2000.
Failure Mode di atas. Terakhir, proses kontrol Nurkertamanda, D., dan Wulandari, F.T. (2009).
yang mampu mencegah terjadinya kegagalan Jurnal. Analisa Moda dan Efek Kegagalan
telah dilakukan oleh bagian Engineering dan (Failure Mode and Effects Analysis / FMEA)
Produksi, namun masih perlu dilakukan pada Produk Kursi Lipat Chitose Yamato Haa.
monitoring keefektivannya. Vol IV, No.1, 49-64
Pickard, K., Muller, P. and Bersche, B. Multiple
REFERENSI failure mode and effects analysis - an
Bertsche B. FMEA ± Failure Mode and Effects approach to risk assessment of multiple
Analysis. In: Reliability in Automotive and failures with FMEA, Annual Reliability and
Mechanical Engineering. VDI-Buch. Maintainability Symposium. 2005: 457-462.
Springer, Berlin, Heidelberg. 2008. http://dx.doi.org/10.1109/RAMS.2005.140840
https://dx.doi.org/10.1007/978-3-540-34282- 5
3_4 Puspita Sari, D., Fanani Rosada, Z., Zaenal,
Ford Motor Company, FMEA Handbook Version Rahmadhani, N. Analisa Penyebab
4.1. Ford Design Institute. 2004. Kegagalan Produk Woven Bag dengan
Gygi, C., DeCarlo, N. dan Williams, B. Six Sigma Menggunakan Metode Failue Mode and
for Dummies. Canada: Wiley Publishing, Inc. Effects Analysis (Studi Kasus di PT Indomaju
2005. Textindo Kudus). Seminar Nasional Sains dan
Hetharia, D. Penerapan Fuzzy Analytic Hierachy Teknologi Ke-2. 2011: C6-C11
Process dalam Metode Multi Attribute Failure Puspitasari, N.B. dan Martanto, A. Penggunaan
Mode Analysis untuk Mengidentifikasi FMEA dalam Mengidentifikasi Resiko
Penyebab Kegagalan Potensial pada Proses Kegagalan Proses Produksi Sarung ATM
Produksi. J@TI Undip Jurnal Teknik Industri. (Alat Tenun Mesin) Studi Kasus PT. Asuputex
2009; 4 (2): 91-98. Jaya Tegal. J@TI Undip Jurnal Teknik Industri
http://dx.doi.org/10.12777/jati.4.2.91-98 2014; 9 (2): 93-98.
Hidayat, I. dan Pratiwi, S. E. Analisa Faktor http://dx.doi.org/10.12777/jati.9.2.93-98
Penyebab Kegagalan Mesin Grinder Pada Stamatis, D.H. Six Sigma and Beyond:
Proses Produksi Plastic Film Di PT. Mutiara Foundations of Excellent Performance. Vol 1.
Hexagon. SINERGI. 2013; 17 (3): 255-261. 1st Edition. St Lucie Press. Florida. 2003.
Ishikawa, K. Teknik Penuntun Pengendalian Stamatis, D.H., Failure Mode and Effect Analysis
Mutu. Penerbit Mediyatama Sarana Perkasa. FMEA from Theory to Execution. Wisconsin:
1998. ASQC Quality Press. 1995.
Kholil, M. dan Rimawan, E. Analisis Kegagalan Syukron, A., dan Kholil M. Six Sigma: Quality for
Desain Komponen Element Cover (ELCO) Oil Business Improvement. Yogyakarta: Graha
Filter dengan Metode FMEA (Failure Mode Ilmu. 2013
and Effect Analysis) di PT. Selamat Wijanarko, Y., Productvity Quality Management,
Sempurna Tbk. 2004: 35-46 Newsletter 02/04, hal 4, www.PQM.com.