Anda di halaman 1dari 11

SINERGI Vol. 21, No.

3, Oktober 2017:193-203
DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217
DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.3.006

ANALISIS KEGAGALAN PROSES INSULASI PADA PRODUKSI


AUTOMOTIVE WIRES (AW) DENGAN METODE FAILURE MODE
AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PT JLC
Hasbullah Hasbullah Muhammad Kholil Dwi Aji Santoso
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana, Jakarta
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
E-mail: hasbullah@mercubuana.ac.id m.kholil@mercubuana.ac.id dwi.aji@mercubuana.ac.id

Abstrak -- FMEA (Failure Mode Effect Analysis) adalah metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi kemungkinan kegagalan pada proses, fungsi dan design produk sehingga
diketahui penyebab dan akibatnya untuk meningkatkan mutu dan reliabilitas produk. Kegagalan
proses insulasi pada proses produksi AW (Automotive Wire) mengganggu kinerja produksi PT JLC.
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan proses insulasi pada
produksi produk AW (Automotive Wire) di PT JLC . FMEA diulas oleh banyak riset sebagai metode
efektif dan dijadikan format standar yang digunakan oleh industri otomotif dalam membuat daftar
potensi kegagalan sehingga dapat mengetahui penyebab, dampak dan tindakan pencegahan dalam
mengatasinya. FMEA menyediakan metode dalam membuat daftar potensi kegagalan produk AW
(Automotive Ware) melalui penilaian kuantitatif dengan kriteria tiga aspek yaitu Tingkat kemungkinan
frekwensi terjadi kegagalan (O=Occurence), Tingkat resiko akibat kegagalan (S=Severity) dan Tingkat
kemungkinan bisa dideteksi (D=Detection). Dari hasil perhitungan dan analisis FMEA maka dihasilkan
daftar urutan prioritas potensi kegagalan proses insulasi melalui perhitungan pada tiga aspek
Occurence (O), Severity (S) dan Detection (D) disertai kemungkinan penyebab, dampak dan
solusinya. Dua potensi kegagalan terbesar adalah Ketidaksesuaian warna (terlau tua atau muda),
marking tidak tercetak jelas dan permukaan insulasi yang kasar. FMEA mampu mengidentifikasi
penyebab, dampak dan pencegahan untuk mengantisipasi kegagalan tersebut.

Kata Kunci: Automotive Wires (AW), Insulasi, FMEA, Occurence, Severity, Detection

Abstract -- FMEA (Failure Mode Effect Analysis) is a method to identify failure modes on process,
design and function of product based on common physics of failure logic, including cause and
effect, consequently able to improve product quality and reliability. JLC prevents problem in
production, in particularly Insulation Process of AW (Automotive Ware) Production. FMEA is able
provide the potential list of failure mode, including cause, effect and pereventive action. FMEA is often
reviewed as highly structured and systematic techniques by many research and used as standard
method for failure mode analysis of process, function and design in automotive industry. FMEA
make a list of failure mode analysis by scoring three aspects of failure mode such as O=Occurence
(looking at the cause of a failure mode and the likelihood of occurrence), S=Severity (Determining
the Severity for the worst-case scenario adverse end effect) and D=Detection (the means or
method by which a failure is detected, isolated by operator and or maintainer and the time it may
take). FMEA found out list of Risk Priority Number (RPN) that ranked based on sum of score O,S,D
with the three biggest failure mode such as colour nonconformity, Mark Blurs, and Rough Surface, as
well as providing cause, effect and preventive actions.

Keywords: Automotive Wires (AW), Insulation, FMEA, Occurence, Severity, Detection

PENDAHULUAN model perbaikan kualitas yang efektif adalah


Di era kontemporer yang sangat dinamis dengan mengidentifikasi kemungkinan
ini, persaingan di bidang industri berjalan seiring kegagalan-kegagalan produk yang berpotensi
dengan semakin majunya teknologi. Setiap mengecewakan pelanggan dengan
perusahaan berlomba-lomba melakukan mengantisipasi seluruh tahapan dari design,
perbaikan kualitas yang terbaik bagi proses dan fungsi produk (Hidayat dan Pratiwi,
pelanggannya. Perusahaan yang konsisten 2013).
mempertahankan kualitas yang baik tentunya Proses produksi memberikan peranan
akan berdampak terhadap loyalitas pelanggan penting dalam usaha untuk merealisasikan
pula (Syukron dan Kholil, 2013). Salah satu permintaan pelanggan. Tahapan-tahapan

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 193


SINERGI Vol. 21, No.3, Oktober 2017:193-203

proses produksi sedemikian rupa diupayakan mengidentifikasi moda kegagalan potensial pada
dengan pemantauan kualitas agar tidak suatu produk atau proses sebelum terjadi,
menimbulkan ketidaksesuaian atau kegagalan mempertimbangkan risiko yang berkaitan dengan
produk, namun pada praktiknya PT.JLC masih moda kegagalan tersebut, mengidentifikasi serta
mengalami permasalahan khususnya di bagian melaksanakan tindakan korektif untuk mengatasi
proses produksi yang terkadang menghasilkan masalah yang palinh penting (Reliability, 2002).
beberapa produk yang tidak sesuai standar FMEA (Ford Motor Company, 2004) dapat
kualitas. digambarkan sebagai sebuah grup aktivitas
Permasalahan yang dihadapi saat ini tersistem yang bermaksud untuk: mengenali dan
menjadi perhatian manajemen PT JLC adalah mengevaluasi potensi kegagalan dari sebuah
persoalan insulasi pada pelindung produk AW produk/proses dan akibatnya, mengidentifikasi
(Automotive Ware). Sacara faktual tingkat cacat tindakan yang dapat mengeliminasi atau
produk AW masih dalam batas-batas target mengurangi kesempatan terjadinya potensi
Defect Rate produksi. Tetapi potensi kegagalan dan, mendokumentasikan suatu
kemungkinan kegagalan pada produk akan proses. Ini melengkapi proses penentuan sebuah
berakibat serius pada fungsi connection ware di desain atau proses seperti apa yang harus
produk otomotif yang dapat menimbulkan dilakukan untuk memuaskan pelanggan.
kegalan produk otomtif secara keseluruhan. Hal Tujuan dari FMEA adalah untuk
inilah yang menjadi alasa perlu digunaan menentukan tingkat risiko dari setiap jenis
metode yang mampu menyediakan daftar kegagalan sehingga dapat diambil keputusan
potensi kegagalan proses, fungsi dan design apakah perlu diambil suatu tindakan atau tidak.
pada produk AW. FMEA ini juga digunakan untuk menekan
Adapun salah satu tool yang akan kerugian yang timbul karena kegagalan proses
digunakan untuk membantu pengendalian produksi maupun kegagalan produk sewaktu
kualitas pada proses Insulation Automotive digunakan oleh pengguna, caranya adalah
Wires di PT JJ-Lapp Cable SMI adalah dengan sebagai berikut: mengidentikasi kegagalan yang
menerapkan Process Failure Modes and Effects mungkin terjadi, memberi skala prioritas dari
Analysis (PFMEA) (Bertsche, 2008) (Pickard, setiap jenis kegagalan dan melakukan tindakan
Muller, and Bersche, 2005). Failure Modes and perbaikan.
Effects Analysis (FMEA) merupakan sebuah Gambar 1 memperlihatkan proses
metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi bagaimana FMEA membuat daftra tingkat resiko
kegagalan terjadi dalam sebuah sistem, desain, untuk mengidentifiasi jenis kegagalan dan resiko
proses, atau pelayanan (service). Identifikasi (Puspitasari dan Martanto, 2014). Setiap design,
kegagalan potensial dilakukan dengan cara fungsi dan proses produk ditelaah secara
pemberian nilai atau skor masing-masing mode menyeluruh bagaimana resiko dan dampaknya
kegagalan berdasarkan atas tingkat kejadian (S=Severity), kemungkinan munculnya
(occurrence), tingkat keparahan (severity), dan kegagalan (O=Occurence), seberapa jauh dapat
tingkat deteksi (detection) (Stamatis, 1995.) dideteksi (D=Detection). Dari penilaian ini
ditelaah pula sebab (cause) dan bentuk
FAILURE MODES AND EFFECTS ANALYSIS pengendaliannya (control). Hasil akhirnya adalh
(FMEA) nilai total berupa RPN (Risk Priority Number)
Sejarah FMEA dimulai pada tahun 1940- yang menunjukan total jumlah penilaian dari
an oleh militer AS. FMEA dikembangankan lebih aspek S, O, D.
lanjut oleh industri kedirgantaraan dan Terdapat beberapa jenis FMEA yaitu:
automotive. Beberapa industri mempertahankan Design FMEA, Process FMEA, System FMEA,
standar formal FMEA. Kemudian sekitar tahun Service FMEA, Product FMEA dan Software
1960-an FMEA dipergunakan sebagai FMEA. Design FMEA dipergunakan untuk
metodologi formal pada industri aerospace dan menganalisa produk sebelum dimasukan ke
pertahanan. Sejak saat itu kemudian digunakan dalam proses produksi. DesiGn FMEA berfokus
dan distandarisasikan oleh berbagai industri di pada modus kegagalan yang disebabkan oleh
seluruh dunia. desain (Stamatis, 2003). Process FMEA
Beberapa definisi FMEA adalah sebagai dipergunakan untuk menganalisa proses
berikut. FMEA adalah teknik yang digunakan produksi dan perakitan. Process FMEA ini
untuk mengidentifikasi, memprioritaskan dan berfokus pada modus kegagalan yang
mengurangi permasalahan dari sistem, desain, disebabkan oleh proses produksi atau perakitan.
atau proses sebelum permasalahan tersebut System FMEA dipergunakan untuk menganalisa
terjadi (Kmenta dan Ishii, 2000). Selain itu, FMEA sistem dan sub sistem dalam proses desain dan
adalah metodologi yang dirancang untuk konsep.

194 Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation


ISSN: 1410-2331

rencana pengendalian perakitan, dan


mengidentifikasi masalah keamanan operator.
Termasuk juga sebagai input informasi
pada perubahan desain yang diperlukan dan
kelayakan manufaktur kembali ke komunitas
desain, berfokus pada Mode Kegagalan produk
potensialyang disebabkan oleh kekurangan
manufaktur atau proses perakitan dan
mengkonfirmasi kebutuhan untuk Kontrol Spesial
di bidang manufaktur, dan mengkonfirmasikan
pada desain yang "Karakteristik khusus"
potensial dari Desain FMEA (DFMEA).
Output dari Process FMEA (Ford Motor
Company, 2004) meliputi: daftar Mode
Kegagalan prosespotensial, daftar konfirmasi
Karakteristik Kritis dan / atau Karakteristik
Gambar 1. Diagram Alir Pembentukan Tingkat Signifikan, daftar Keselamatan Operator dan
Resiko Karakteristik High Impact, daftar Kontrol Spesial
yang direkomendasikan untuk produk yang
System FMEA ini berfokus pada modus ditunjuk memiliki Karakteristik Khusus untuk
kegagalan antar fungsi dari sistem yang dimasukkan pada rencana pengendalian dan
disebabkan oleh defisiensi sistem. Service FMEA sebuah daftar proses atau tindakan proses
dipergunakan untuk menganalisa service untuk mengurangi keparahan, menghilangkan
sebelum mencapai ke konsumen. Service FMEA Penyebab Mode Kegagalan produk atau
berfokus pada kegagalan yang disebabkan oleh mengurangi tingkat Kejadian nya, dan untuk
sistem atau proses (Stamatis, 2003). Product meningkatkan Deteksi produk cacat jika
FMEA berfokus pada modus kegagalan yang kemampuan proses tidak dapat diperbaiki.
terjadi pada produk atau proyek. Terakhir, Untuk menerapkan ISO/TS dengan efektif,
Product FMEA berfokus pada modus kegagalan selain dibutuhkan pemahaman terhadap struktur
yang terjadi pada sebuah software (Gygi, ISO/TS 16949 juga dibutuhkan beberapa
DeCarlo and Williams, 2005). dokumen yang berfungsi sebagai tools yang
Manfaat dari melakukan Process FMEA merupakan penunjang untuk menjamin
(Ford Motor Company, 2004) meliputi: kesesuaian produk dari desain hingga sampai
mengidentifikasi fungsi proses dan persyaratan, pada pengiriman, tools ini sama dengan yang
mengidentifikasi produk dan proses potensial digunakan di QS 9000, (Wijanarko, xxxx) yaitu:
terkait Mode Kegagalan, menilai dampak dari APQP, Advanced Product Quality Planning,
potensi kegagalan pada pelanggan dan adalah suatu tools untuk perencanaan produk,
mengidentifikasi penyebab potensial manufaktur PPAP, Production Parts Approval Process,
atau proses perakitan dan mengidentifikasi adalah tools untuk mengevaluasi part-part yang
variabel proses sebagai fokus kontrol untuk dibutuhkan dalam suatu produk, FMEA, Failure
terjadinya pengurangan atau deteksi kondisi Mode and Effect Analysis, adalah suatu tools
kegagalan. yang mengidentifikasi dan menghilangan
Selain itu, manfaat dari melakukan kemungkinan kegagalan produk/proses, MSA,
Process FMEA adalah mengidentifikasi variabel Measurenment System Analysis, adalah tools
proses di mana untuk fokus kontrol proses, untuk menganalisis apakah suatu sistem
mengembangkan daftar peringkat Mode pengukuran berfungsi sesuai ketentuan dan
Kegagalan potensial, sehingga membentuk SPC, Statistical Process Control, merupakan
sebuah sistem prioritas untuk pertimbangan tools untuk mengontrol proses dengan
pencegahan/koreksi, dan dokumen hasil dari menggunakan data dan analisis statistik.
manufaktur atau proses perakitan, Bagian utama PFMEA berisikan analisis
mengidentifikasi kekurangan proses yang risiko terkait dengan kegagalan potensial dan
memungkinkan para insinyur untuk fokus pada tindakan peningkatan yang diambil untuk
kontrol untuk mengurangi atau pada metode meminimalisir kegagalan yang akan terjadi pada
untuk meningkatkan deteksi terjadinya hasil saat proses (Kholil dan Rimawan, 2004).
produksi yang tidak dapat diterima, Terdapat beberapa identifikasi elemen-elemen
mengidentifikasi Karakteristik Kritis dan / atau FMEA. Masing-masing elemen dapat dijelaskan
Karakteristik Signifikan, membantu dalam sebagai berikut.
pengembangan manufaktur menyeluruh atau

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 195


SINERGI Vol. 21, No.3, Oktober 2017:193-203

Fungsi Proses/Persyaratan (Process umum, Mode Kegagalan proses dapat


Function / Requirement), dimana dalam Proses dikategorikan sebagai berikut: Manufacturing:
FMEA, fungsi memiliki dua komponen berikut, Dimensi (keluar dari toleransi), surface finish,
yaitu: karakteristik proses atau persyaratan Assembly: Relational, bagian yang hilang,
proses. Ini termasuk kondisi operasi dan missoriented, Receiving/Inspection: Menerima
parameter proses seperti tingkat pekerjaan dan bagian pembelian yang buruk, menolak part yang
kebutuhan perawatan produksi, dan persyaratan baik saat diterima dan Testing/Inspeksi: Terima
spesifikasi produk untuk operasi termasuk bagian yang buruk, menolak bagian yang baik.
dimensi barang dan semua desain rekayasa Kerugian/Bahaya (Severity) adalah
terkait persyaratan (yaitu, spesifikasi teknik dan peringkat yang berhubungan dengan efek paling
kinerja spesifikasi). serius dari kolom sebelumnya. Severity adalah
Mode Kegagalan Potensial (Potensial peringkat relatif, dalam lingkup individuFMEA.
Failure Mode), dimana Mode Kegagalan Penurunan indeks keparahan peringkat dapat
Potensial didefinisikan sebagai cara di mana dilakukan melaluiperubahan desain sistem, sub-
proses bisaberpotensi gagal untuk memenuhi sistem atau komponen, atau desain ulang
persyaratan proses dan atau maksud desain proses. Penilaian berat ringannya kerugian
sebagaidijelaskan dalam kolom karena ´)DLOXUH HIIHFW 6HYHULW\´ terbesar dari:
FungsiProses/Persyaratan. Ini adalah Failure effect pelanggan akhir dan Failure effect
deskripsidari ketidaksesuaian pada saat operasi proses berikutnya. Severity hanya diaplikasikan
tertentu. Hal ini dapat terkait dengan Mode terhadap efek saja (Tsai et al., 2017).
Kegagalan Potensialoperasi atau efek berikutnya Penurunan indeks ranking hanya efektif
(downstream) terkait dengan potensi kegagalan melalui perubahan desain. Perkiraan severity
dalam operasisebelumnya (upstream). berada pada pada skala 1 sampai 10. Penyebab/
Akibat Potensial Kegagalan (Potensial Mekanisme Kegagalan Potensial (Potential
Effect(s) of Failure), yaitu berupa empat jenis Cause(s)/Mechanism(s) of Failure) Dalam
Mode Kegagalan terjadi. Jenis pertama dan pembuatan FMEA, penentuan semua penyebab
kedua berlakusering dan paling sering terlihat, potensial dari kegagalan merupakan kunci untuk
dan jenis ketiga dan keempat biasanya terjawab analisis berikutnya. Meskipun beragam teknik
saat melakukan FMEA, yaitu: Tidak ada Fungsi: (seperti pengumpulan pendapat) dapat
Sistem atau desain benar-benar non-fungsional digunakan untuk menentukan penyebab
atau tidak berlaku, Parsial/Terdegradasi Waktu: potensial dari kegagalan (Hetharia, 2009).
mendegradasi kinerja. Memenuhi beberapa Penyebab Kegagalan Potensial didefinisikan
spesifikasi atau kombinasi spesifikasi tetapi tidak sebagai bagaimana kegagalan bisa terjadi,
sepenuhnya mematuhi semua atribut atau dijelaskan dalam hal sesuatu yang dapat
karakteristik. Kategori ini mencakup lebih dari diperbaiki atau dapat dikendalikan.
fungsi. Fungsi terdegradasi dari waktu ke waktu Penyebab kegagalan khas mungkin
umumnya bukanlah sebuah jenis Mode termasuk, namun tidak terbatas pada torsi yang
Kegagalan di PFMEA, Fungsi Intermittent: tidak baik - lebih, di bawah, tidak cukup
Memenuhi tetapi kehilangan beberapa fungsi talang/ventilasi, las-an tidak baik, saat ini, waktu,
atau menjadi tidak berfungsi sering karena tekanan / gaging akurat, perlakukan panas yang
dampak eksternal seperti suhu, kelembaban dan tidak baik, tidak memadai atau tidak ada
lingkungan. Mode Kegagalan ini menyediakan pelumasan, setup mesin yang tidak benar,
kondisi: on, tiba-tiba off, pulih untuk berfungsi program yang tidak tepat dan hal lainnya. Contoh
atau mulai lagi / berhenti / mulai lagi rangkaian kegagalan mekanisme tipikal sebagai berikut:
kejadian dan Unintended Fungsi: Ini berarti meleleh, kaku, material tidak stabil, berkarat.
bahwa interaksi beberapa elemen yang Tingkat Kejadian (Occurance) adalah
kinerjanya independen adalah benar, dampak kemungkinan bahwa Penyebab/Mekanisme
buruk pada produk atau proses. Hal ini akan spesifik (tercantum dalam Kolom sebelumnya)
mengakibatkan hasil atau konsekuensi pada akan terjadi. Kemungkinan terjadinya nomor
produk yang tidak diinginkan, dan karenanya peringkat memiliki arti relatif daripada nilai
sebagai ekspresi "fungsi yang tidak diinginkan". absolut. Mencegah atau mengendalikan
Jenis modus kegagalan ini adalah tidak umum di Penyebab / Mekanisme dari Mode Kegagalan
PFMEA. melalui perubahan desain atau proses adalah
Setiap Mode Kegagalan harus memiliki satu-satunya cara pengurangan peringkat
fungsi terkait. Sebuah pengecekan yang baik Kejadian (Occurance) yang dapat dilakukan.
untuk menemukan fungsi "tersembunyi" adalah Jumlah peringkat Kejadian (Occurance) adalah
untuk mencocokkan semua kemungkinan peringkat relatif dalamlingkup FMEA dan
kegagalan dengan fungsi yang tepat. Secara

196 Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation


ISSN: 1410-2331

mungkin tidak mencerminkan kemungkinan (detection) dapat berakibat pada ketidakpuasan


sebenarnya Kejadian (Occurance). customer. Customer kemungkinan bisa
Proses Pengendalian (Process Controls) menerima barang defect akibat lolos dari
adalah deskripsi dari kontrol yang sedapat pengecekan.
mungkin baik mencegah Mode Kegagalan / Terdapat petunjuk dalam menentukan
Penyebab dari terjadinya atau mendeteksi Mode batasan nilai RPN untuk recommended action.
Kegagalan atau Penyebab itu harus terjadi. Untuk item kritikal, apabila 99% dari semua
Kontrol ini bisa proseskontrol seperti kegagalan harus dianalisa. Skala rating 1~10,
kesalahan/kesalahan pemeriksaan atau proses maksimum RPN = 1000 (10 x 10 x 10 darinilai
Statistik Control (SPC), atau bisa juga evaluasi occurance, detection dan severity). 99% dari
pasca-proses. Evaluasi itu dapat terjadi pada 1000 adalah 990, maka batasan RPN = 1000-990
subjek operasi atau operasi berikutnya. = 10. Jadi untuk 99% confidence level batasan
Ada dua jenis kontrol proses/fitur yang RPN adalah 10. Nilai diatas 10 harus dilakukan
perlu dipertimbangkan, yaitu: Pencegahan corrective action. Tindakan yang disarankan
(Prevention): dan Deteksi (Detection). adalah untuk mengurangi peringkat, dalam urutan
Pencegahan (Prevention) adalah mencegah preferensi berikut:
Penyebab/Mekanisme atau Mode Kegagalan / Dalam praktek umum saat Severity
Efekdari terjadi atau mengurangi tingkat adalah 9 atau 10, perhatian khusus
Kejadian (Occurrence). Sedangkan Deteksi harusdiberikan untuk memastikan bahwa risiko
(Detection) adalah mendeteksi Penyebab / ditujukan melalui desain yang adatindakan /
Mekanisme dan mengarahkan pada tindakan kontrol atau proses pencegahan / tindakan
korektif. Deteksi (Detection) adalah angka yang korektif (s), terlepas dari RPN. Dalam semua
diasosiasikan sebagai kendali deteksi terbaik kasus di mana pengaruh potensi Failure Mode
yang tertera pada kolom kotrol proses. Deteksi diidentifikasibisa menjadi bahaya untuk personel
adalah sebuah peringkat relatif, dalam lingkup manufaktur / perakitan, pencegahan / tindakan
FMEA individu. Dalam tujuan untuk mencapai korektif harus diambil untuk menghindari Mode
peringkat terendah, biasanya kontrol proses Kegagalanmenghilangkan atau mengendalikan
terencana harus dikembangkan. Penyebab (s), atau perlindungan Operator yang
Angka Prioritas Risiko (Risk Priority tepat harus ditentukan.
Number) resiko merupakan hasil dari perkalian
dari nilai severity, occurance dan nilai tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
deteksi (RPN = S x O x D). Makin tinggi nilai Pengolahan data dilakukan berdasarkan
RPN, makin tinggi kebutuhan untuk mengambil brainstorming, grup diskusi, catatan laporan
suatu tindakan. Perhitungan ini untuk mencapai kegagalan produk dan rekomendasi dari
tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi Departmen Research and Design (R&D) record
dan mencegah kegagalan yang diketahui dan yang melibatkan hampir seuruh Engineer da
berpotensi untuk itu asumsi dibuat bahwa setiap pimpinan Departemen dalam PT JLC dalam
kegagalan mempunyai prioritas yang berbeda. menetapkan enam fungsi utama dalam proses
FMEA juga mempertimbangkan kemungkinan insulasi produk AW sebagaimana tercantum
gagal yang terjadi di awal seperti instalasi yang pada Tabel 1. Kolom 1 yaitu; 1) Diameter dan
tidak sesuai, pemanasan awal yang kurang, ketebalan insulasi, 2) Kuat tarikan dan
setting awal yang tidak sesuai, human error dll. pemulusan insulasi, 3) Warna, 4) Marking, 5)
Juga kemungkinan terjadinya kegagalan di akhir Tampilan Permukaan, 6) Kemasan gulungan
seperti: Korosi, keausan pahat/tooling dan umur Berdasarkan Tabel 1, tampak bahwa ada 6
desain yang pendek. fungsi utama (Process Function Requirement)
Pada prinsipnya tidak ada standar yang pada proses insulation produk AW(Automotive
baku kapan recommended action dilakukan, Wire) yang menjadi target pemenuhan kualitas
tetapi sebagai petunjuk umum recommended disertai kolom dua yang merupakan 10 potensi
actiondilakukan berdasarkan: Prioritas, kemungkinan jenis kegagalan (Potensial Failure
berdasarkan nilai RPN yang tertinggi, apabila Mode) serta dikolom tiga dicantumkan 10 potensi
ada 2 RPN yang sama, prioritas utama diberikan akibat yang akan ditimbulkan (Potensial Effect(s)
kepada item yang mempunyai nilai severity yang of Failure). FMEA akan memberikan skor (1-10)
lebih tinggi, perhatian lebih dilakukan apabila dengan bobot yang sama pada 6 fungsi utama
keseriusan dari efek kegagalan tinggi (severity). dalam Porses Insulasi di Tabel 1 yang memiliki
Selain itu, apabila nilai frekuensi kegagalan 10 potensi kegagalan proses dan 10 potensi
(occurence) tinggi. Maka biaya produksi akibat seriusnya melalui tiga aspek S=Severity,
meningkat dikarenakan banyak terjadi defect, O=Occurence, D=Deetection.
ketidakmampuan dalam mendeteksi kegagalan

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 197


SINERGI Vol. 21, No.3, Oktober 2017:193-203

Tabel 1. Potential Failure Mode Tabel 2. Potential Failure Mode dengan Severity
Process Function Potential Failure Potential Effect(s) Potential Potential
Requirement Mode of Failure Process Function
Failure Effect(s) of Sev.
Requirement
Insulation: Diameter > atau Kabel tidak dapat Mode Failure
- Diameter sesuai < standar di-crimping Insulation: Diameter > Kabel tidak
standar Ketebalan Ketebalan Tahanan - Diameter sesuai atau < dapat di- 8
insulation insulation (rata- insulation; TS & standar standar crimping
(nom./sembarang rata / sembarang EL rendah - Ketebalan Ketebalan Tahanan
titik) sesuai standar titik) < standar insulation insulation insulation;
- Kuat tarik & Kuat tarik / Penurunan life (nom./sembara (rata- TS & EL
pemulusan Tensile Strength cycle kabel ng titik) sesuai rata/semba rendah 8
insulation sesuai & Pemuluran / standar rang titik) <
standar Elongation < - Kuat tarik & standar
- Warna insulation standar pemulusan
sesuai standar Warna terlalu Membingungkan insulation Kuat Penurunan
- Penandaan / muda / terlalu tua pada saat aplikasi sesuai standar tarik/Tensile life cycle
marking kabel daripada standar / instalasi - Warna Strength & kabel
sesuai standar Marking tercetak Kesulitan pada insulation Pemuluran/ 6
- Surface halus dan tidak jelas saat identifikasi; sesuai standar Elongation<
bebas dari defect kesalahan aplikasi - Penandaan/ma standar
lainnya / instalasi rking kabel
- Gulungan / Salah cetak Kesalahan sesuai standar Warna Membingun
kemasan kable marking aplikasi / instalasi - Surface halus terlalu muda gkan pada
baik; rapi sesuai & miss function dan bebas dari / terlalu tua saat
8
standar defect lainnya daripada aplikasi/
Insulation Konduktor kabel
- Gulungan/kem standar instalasi
mengkerut terbuka
Permukaan Ditolak Customer asan kabel
baik; rapi Marking Kesulitan
insulation kasar pada saat
sesuai standar tercetak pada saat
incoming product
tidak jelas identifikasi;
Lump pada Bermasalah pada 8
kesalahan
surface insulation proses crimping
aplikasi/
Gulungan / Ditolak Customer instalasi
kemasan kabel pada saat
tidak rapi incoming product Salah cetak Kesalahan
marking aplikasi/
instalasi & 8
Tabel 2 menunjukan hasil pemberikan skor miss
dalam aspek S= Severity untuk masing-masing function
potensi kegagalan proses dan potensi akibatnya Insulation Konduktor
dari enam fungsi utama insulasi berdasarkan mengkerut kabel 6
kesepakatan lintas departemen, rekomendasi R terbuka
& D pusat, masukan pelanggan dan standar Permukaan Ditolak
kualitas produk lain yang similiar. insulation Customer
Pada Tabel 2 dalam range skor 1-10 kasar pada saat 5
didapatkan Nilai severity tertinggi (nilai 8) pada incoming
produk
fungsi ketebalan, kuat tarikan dan warna.
Lump pada Bermasalah
Sedangkan nilai terkecil (nilai 4) jatuh pada surface pada proses 6
fungsi kemasan gulungan. Semakin besar insulation crimping
nilainya, maka semakin tinggi resiko kegagalan Gulungan/ke Ditolak
sehingga membutuhkan perhatian dan tindakan masan kabel Customer
pencegahan. tidak rapi pada saat 4
incoming
Langkah selanjutnya adalah penilaian produk
dalam aspek O=Occurence. Pada Tabel 3.
menunjukan hasil pemberikan skor dalam Pada Tabel 3, dalam range skor 1-10
aspek O= Occurence untuk masing-masing didapatkan Nilai Occurence tertinggi (nilai 5)
potensi kegagalan proses dan potensi pada fungsi warna, marking dan permukaan.
akibatnya dari enam fungsi utama insulasi Sedangkan nilai terkecil (nilai 2) jatuh pada
berdasarkan pertimbangan yang sama dengan fungsi permukaan dengan potensi kegagalan
pemberian nilai Severity . berupa pngerutan dan kemasan gulungan.
Semakin besar nilainya, maka semakin tinggi
resiko kegagalan sehingga membutuhkan
perhatian dan tindakan pencegahan.

198 Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation


ISSN: 1410-2331

Tabel 3. Potential Failure Mode dengan Tabel 4. Potential Failure Mode dengan
Occurrence Detection
Process Function Potential Potential Occ Process Function Potential Potential Det.
Requirement Failure Effect(s) Requirement Failure Effect(s) of
Mode of Failure Mode Failure
Insulation: Diameter > Kabel Insulation: Diameter > Kabel tidak
- Diameter sesuai atau < tidak - Diameter sesuai atau < dapat di- 4
standar standar dapat di- 3 standar standar crimping
- Ketebalan crimping - Ketebalan Ketebalan Tahanan
insulation Ketebalan Tahanan insulation insulation insulation;
(nom./sembarang insulation insulation; (nom./sembarang (rata- TS & EL
3
titik) sesuai (rata- TS & EL titik) sesuai rata./semba rendah
standar 3 standar rang titik) <
rata/semba rendah
- Kuat tarik & rang titik) < - Kuat tarik & standar
pemulusan standar pemulusan Kuat Penurunan
insulation sesuai Kuat Penuruna insulation sesuai tarik/Tensile life cycle
standar tarik/Tensile n life cycle standar Strength & kabel
- Warna insulation - Warna 4
Strength & kabel Pemuluran/
sesuai standar Pemuluran/ 4 insulation sesuai Elongation<
Penandaan/marki Elongation< standar standar
ng kabel sesuai standar - Penandaan/mar Warna Membingun
standar king kabel sesuai terlalu muda gkan pada
- Surface halus dan Warna Membing standar / terlalu tua saat aplikasi/ 5
bebas dari defect terlalu muda ungkan - Surface halus dan Daripada instalasi
lainnya / terlalu tua pada saat bebas dari
5 standar
- Gulungan/kemasan daripada aplikasi/ defect lainnya Marking Kesulitan
kabel baik; rapi standar instalasi - Gulungan/kema tercetak pada saat
sesuai standar san kabel baik; tidak jelas identifikasi;
Marking Kesulitan rapi sesuai 4
kesalahan
tercetak pada saat standar aplikasi/
tidak jelas identifikas
instalasi
i; 5
Salah cetak Kesalahan
kesalahan
marking aplikasi/
aplikasi/
instalasi & 3
instalasi
miss
Salah cetak Kesalahan
function
marking aplikasi/
Insulation Konduktor
instalasi & 3 mengkerut kabel 6
miss
terbuka
function
Permukaan Ditolak
Insulation Konduktor insulation Customer
mengkerut kabel 2 kasar pada saat 5
terbuka incoming
produk
Permukaan Ditolak
Lump pada Bermasalah
insulation Customer
surface pada proses 6
kasar pada saat 5 insulation crimping
incoming
produk Gulungan/ke Ditolak
masan kabel Customer
Lump pada Bermasala tidak rapi pada saat 3
Surface h pada incoming
insulation proses 4 produk
crimping
Gulungan/ke Ditolak Sedangkan nilai terkecil (nilai 3) jatuh
masan kabel Customer
pada fungsi ketebalan, salah cetak dan
tidak rapi pada saat 2
incoming kemasan gulungan. Semakin besar nilainya,
produk maka semakin tinggi resiko kegagalan
sehingga membutuhkan perhatian dan tindakan
pencegahan.
Tabel 4 adalah penilaian dalam aspek Tabel 5 merupakan hasil penggabungan
D=Detection yang menunjukan pemberikan penilaian Severity, Occuence dan Detection
skor untuk masing-masing potensi kegagalan ditempatkan secara bersama sama. pada Tabel
proses dan potensi akibatnya. Pada Tabel 4, di 6 hasil penilaian S, O dan D dikalikan (SxOxD).
atas dalam range skor 1-10 didapatkan Nilai
Detection tertinggi (nilai 6) pada fungsi
permukaan isolasi dengan potensi kegagalan
berupa pengerutan.

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 199


SINERGI Vol. 21, No.3, Oktober 2017:193-203

Tabel 5. Potential Failure Mode dengan Tabel 6. List RPN


Severity, Occurrence dan Detection Potential Failure
Sev. Occ. Det. RPN
Mode

Occurence
Severity

Detection
Process Potential Warna terlalu muda
Potential
Function Effect(s) / terlalu tua 8 5 5 200
Failure Mode
Requirement of Failure daripada standar
Insulation: Diameter > Kabel tidak Marking tercetak tidak
8 5 4 160
- Diameter atau < Dapat di- jelas
8 3 4 Permukaan
sesuai standar crimping 5 5 5 125
standar insulation kasar
- Ketebalan Ketebalan Tahanan Lump pada surface
6 3 6 108
insulation insulation insulation; TS insulation
(nom./sem (rata- & EL rendah Diameter < / >
8 3 4 96
barang rata./semba 8 3 3 standar
titik) sesuai rang titik) < Kuat tarik/Tensile
standar standar Strength &
6 4 4 96
- Kuat tarik & Pemuluran/Elongati
pemulusan Kuat Penurunan life on < standar
insulation tarik/Tensile cycle Salah cetak marking
Strength & kabel 8 3 3 72
sesuai
standar Pemuluran/ 6 4 4
Ketebalan insulation
- Warna Elongation< (rata-rata)/(sembarang 8 3 3 72
insulation standar titik) < standar
sesuai standar Warna Membingungk Insulation mengkerut
- Penandaan 6 2 6 72
terlalu muda an pada saat
/marking kabel / terlalu tua aplikasi/ 8 5 5 Gulungan/kemasan
sesuai standar 4 2 3 24
daripada instalasi kabel tidak rapi
- Surface halus standar
dan bebas
Marking Kesulitan Tabel 7. List RPN Kumulatif
dari defect
tercetak Pada saat
lainnya Potential RPN RPN
tidak jelas identifikasi; RPN
- Gulungan/k 8 5 4 No. Failure RPN Total Kum
kesalahan Kum.
emasan kabel Mode (%) (%)
aplikasi/
baik; rapi Warna terlalu muda
instalasi
sesuai standar 1 / terlalu tua 200 200 20 20
Salah cetak Kesalahan daripada standar
marking aplikasi/ Marking tercetak
instalasi & 8 3 3 2 160 360 16 35
tidak jelas
miss function Permukaan
3 125 485 12 47
Insulation Konduktor insulation kasar
mengkerut kabel terbuka 6 2 6 Lump pada surface
4 108 593 11 58
insulation
Permukaan Ditolak Diameter < / >
5 96 689 9 67
insulation Customer standar
kasar pada saat 5 5 5 Kuat tarik/Tensile
incoming Strength &
6 96 785 9 77
produk Pemuluran/Elongati
Lump pada Bermasalah on < standar
surface pada proses Salah cetak
6 3 6 7 marking 72 857 7 84
insulation crimping

Gulungan/k Ditolak Ketebalan


emasan Customer insulation
kabel tidak pada saat 4 2 3 8 (rata- 72 929 7 91
rapi incoming rata)/(sembarang
produk titik) < standar
Insulation
9 mengkerut 72 1001 7 98
Pada Tabel 6, hasil perkalian SxOxD diurut
berdasarkan rangking dari urutan terbesar Gulungan/kemasan
10 24 1025 2 100
kabel tidak rapi
sampai yang terkecil sehingga didapatkan tiga Total 1025 100
daftar potensi kegagalan terbesar yaitu Warna
tidak sesuai (200), Marking salah cetak (160) dan
Tabel 7, menampilkan pengolahan data
permukaan insulasi kasar (125). Sedangkan tiga
yang mengolah peringkat rangking tingkat resiko
daftar potensi kegagalan dengan nilai terkecil
kegagalan dengan memberikan kolom penilaian
yaitu gulungan tidak rapih (24), insulasi
proporsi persentasi masing-masing nilai potensi
mengerut, ketebalan dan salah cetak (72)
kegagalan terhadap jumlah total skor secara

200 Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation


ISSN: 1410-2331

keseluruhan kemudian diakumulasikan baik dari memiliki tingkat kestabilan tinggi atau mencari
jumlah nilainya maupun persentasinya. sumber alternative supplier lain yang kualitas
Hasil pengolahan data pada Tabel 7 maka PVC Compoundnya jauh lebih tinggi lagi.
dibuatlah Grafik Pareto sebagaimana ditampilkan Potensial Cause/ Mechanism of
dalam Gambar 2. yang menunjukan secara Failure: Kualitas PVC Compound yang tidak
visual urutan potensi kegagalan proses insulasi stabil.
dari nilai terbesar sampai dengan nilai yang
terkecil. Informasi ini dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memutuskan priorotas
resiko yang harus diatasi secara efektif.
Salah satu tools yang dapat membantu
dalam proses analisis penyebeab potensi
kegagalan di FMEA adalah dengan diagram
Ishikawa atau ³Fishbone´ (Ishikawa, 1998).
Proses investigasi terhadap penyebab
potensial kegagalan dilakukan berdasarkan
urutan ranking atau daftar prioritas
(Nurkertamanda dan Wulandari, 2009). Urutan
prioritas resiko seperti ditampilkan diagram
pareto Gambar 2.
Penentuan kemungkinan penyebab
potensi kegagalan produk diangkat dari
kesepakatan diskusi mendalam dengan lintas
departemen seperti (QA, Marketing,
Engineering, R&D dan lain-lain). Selain
Fisbone digunakan juga alat-alat problem Gambar 2. Pareto Chart Potential Failure
solving seperti Brainstorming, why why Mode
analysis, QC Seventool dan lain-lain.
Prioritas utama dalam menentukan Marking tercetak tidak jelas
masalah potensi kegagalan pada proses RPN: 160
insulasi produk AW yang dipilih bedasarkan Warna terlalu muda / terlalu tua daripada
Data Grafik Pareto. Dua masalah terbesar yang standar
jadi prioritas adaah Warna yang tidak sesuai RPN: 200
(skor 200) dan Marking yang tercetak tidak
jelas (skor 160). Inilah dua masalah utama Pada Gambar 4. Di atas diperlihatkan
yang berpotensi menjadi kegalan proses berbagai kemungkinan penyebab potensi
insulasi produk AW sebagaimana terlihat pada kegagalan proses insulasi pada masalah
Gambar 2. ketidakjelasan Marking. Pada Fishbone Diagram
Pada Gambar 3. diperlihatkan berbagai di Gambar 4. ditunjukkan bahwa dari bebagai
kemungkinan penyebab potensi kegagalan penyebab ditetapkan penyebab dominan berupa
proses insulasi pada masalah ketidaksesuaian kondisi roller marking yang jelek, yaitu
warna. Warna terlalu muda / terlalu tua daripada permukaannya telah cacat yang mengakibatkan
standar, pada Fishbone Diagram di Gambar 3. marking tercetak pada insulation kabel menjadi
ditunjukkan bahwa dari bebagai penyebab tidak jelas.
ditetapkan penyebab dominan berupa kualitas Recommended Action: Dilakukan
material dalam proses insulasi, yaitu material penggantian roller marking baru yang lebih bagus
plastik jenis PVC. Compound yang buruk kualitas bahannya.
menyebabkan ketidakstabilan komposisi warna, Potensial Cause/ Mechanism of Failure:
sehingga pada saat proses exstrusi kabel, warna Roller marking jelek/permukaannya telah
cenderung berubah-ubah (kadang terlalu muda mengalami kecacatan/aus.
atau tua dari standar yang telah ditetapkan),
walaupun parameter setting telah sesuai dengan
standar yang ada.
Recommended Action: Dilakukan
penggantian PVC Compound baru yang

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 201


SINERGI Vol. 21, No.3, Oktober 2017:193-203
DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217
DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.3.006

Gambar 3. Fishbone Diagram Warna Terlalu Muda / Terlalu Tua daripada Standar

Gambar 4. Fishbone Diagram Marking Tercetak tidak Jelas

KESIMPULAN ketebalan insulation (rata-rata)/(sembarang titik)


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan < standar standar, gulungan/kemasan kabel tidak
terhadap hasil penelitian, maka dapat diambil rapi. Selain itu, berdasarkan data yang ada
beberapa kesimpulan. Pertama, terdapat disimpulkan bahwa pada potential Failure Mode
beberapa jenis kegagalan potensial pada ³:DUQD WHUlalu muda / terlalu tua daripada
Automotive Wires adalah sebagai berikut: warna VWDQGDU´ PHPLOLNL QLODL RPN tertinggi pertama
terlalu muda / terlalu tua daripada standar, dibandingkan lainnya, yaitu 200. Kemudian pada
marking tercetak tidak jelas, permukaan ³0DUNLQJ WHUFHWDN WLGDN MHODV´ PHPLOLNL QLODL 531
insulation kasar, lump pada surface insulation, tertinggi kedua, yaitu 150. Hal itu artinya perlu
kuat Tarik / Tensile Strength & Pemuluran / mendapat perhatian serius untuk prioritas utama
Elongation < standar, diameter < / > standar, perbaikan. RPN terendah diduduki oleh
salah cetak marking, insulation mengkerut, NHJDJDODQ ³*XOXQJDQ NHPDVDQ NDEHO WLGDN UDSL³

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 202


ISSN: 1410-2331

dengan nilai RPN 24. Namun, meskipun nilai Kmenta. S. dan Ishii, K. ScenarioBased FMEA: A
RPN-nya terendah, perbaikan system tetap perlu Life Cycle Cost Perspective. ASME Design
dilakukan, walaupun pelaksanaannya tentunya Engineering Technical Conferences, RSAFP-
mengikuti urutan sesuai Pareto Chart Potential 14478. 2000.
Failure Mode di atas. Terakhir, proses kontrol Nurkertamanda, D., dan Wulandari, F.T. (2009).
yang mampu mencegah terjadinya kegagalan Jurnal. Analisa Moda dan Efek Kegagalan
telah dilakukan oleh bagian Engineering dan (Failure Mode and Effects Analysis / FMEA)
Produksi, namun masih perlu dilakukan pada Produk Kursi Lipat Chitose Yamato Haa.
monitoring keefektivannya. Vol IV, No.1, 49-64
Pickard, K., Muller, P. and Bersche, B. Multiple
REFERENSI failure mode and effects analysis - an
Bertsche B. FMEA ± Failure Mode and Effects approach to risk assessment of multiple
Analysis. In: Reliability in Automotive and failures with FMEA, Annual Reliability and
Mechanical Engineering. VDI-Buch. Maintainability Symposium. 2005: 457-462.
Springer, Berlin, Heidelberg. 2008. http://dx.doi.org/10.1109/RAMS.2005.140840
https://dx.doi.org/10.1007/978-3-540-34282- 5
3_4 Puspita Sari, D., Fanani Rosada, Z., Zaenal,
Ford Motor Company, FMEA Handbook Version Rahmadhani, N. Analisa Penyebab
4.1. Ford Design Institute. 2004. Kegagalan Produk Woven Bag dengan
Gygi, C., DeCarlo, N. dan Williams, B. Six Sigma Menggunakan Metode Failue Mode and
for Dummies. Canada: Wiley Publishing, Inc. Effects Analysis (Studi Kasus di PT Indomaju
2005. Textindo Kudus). Seminar Nasional Sains dan
Hetharia, D. Penerapan Fuzzy Analytic Hierachy Teknologi Ke-2. 2011: C6-C11
Process dalam Metode Multi Attribute Failure Puspitasari, N.B. dan Martanto, A. Penggunaan
Mode Analysis untuk Mengidentifikasi FMEA dalam Mengidentifikasi Resiko
Penyebab Kegagalan Potensial pada Proses Kegagalan Proses Produksi Sarung ATM
Produksi. J@TI Undip Jurnal Teknik Industri. (Alat Tenun Mesin) Studi Kasus PT. Asuputex
2009; 4 (2): 91-98. Jaya Tegal. J@TI Undip Jurnal Teknik Industri
http://dx.doi.org/10.12777/jati.4.2.91-98 2014; 9 (2): 93-98.
Hidayat, I. dan Pratiwi, S. E. Analisa Faktor http://dx.doi.org/10.12777/jati.9.2.93-98
Penyebab Kegagalan Mesin Grinder Pada Stamatis, D.H. Six Sigma and Beyond:
Proses Produksi Plastic Film Di PT. Mutiara Foundations of Excellent Performance. Vol 1.
Hexagon. SINERGI. 2013; 17 (3): 255-261. 1st Edition. St Lucie Press. Florida. 2003.
Ishikawa, K. Teknik Penuntun Pengendalian Stamatis, D.H., Failure Mode and Effect Analysis
Mutu. Penerbit Mediyatama Sarana Perkasa. FMEA from Theory to Execution. Wisconsin:
1998. ASQC Quality Press. 1995.
Kholil, M. dan Rimawan, E. Analisis Kegagalan Syukron, A., dan Kholil M. Six Sigma: Quality for
Desain Komponen Element Cover (ELCO) Oil Business Improvement. Yogyakarta: Graha
Filter dengan Metode FMEA (Failure Mode Ilmu. 2013
and Effect Analysis) di PT. Selamat Wijanarko, Y., Productvity Quality Management,
Sempurna Tbk. 2004: 35-46 Newsletter 02/04, hal 4, www.PQM.com.

Hasbullah Hasbullah, Analisis Kegagalan Proses Insulation 203

Anda mungkin juga menyukai