Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
MODULUS YOUNG

OLEH:

KELOMPOK VI
SEFEARIFIN ZEGA
CCA 117 006

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
banyaknya limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
laporan praktikum Fisika Dasar tentang Modulus Young ini dengan waktu yang
telah ditentukan.
Selama proses pelaksanaan praktikum sampai dengan penulisan laporan
praktikum ini tentu penulis menemui berbagai kendala yang tidak bisa penulis
selesaikan sendiri. Oleh karenanya begitu banyak pihak yang telah membantu
sampai dengan proses penulisan laporan ini selesai.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Pembimbing Mata Kuliah Fisika Dasar beserta para Asisten Laboratorium yang
telah senantiasa membimbing penulis dimulai dari pelaksanaan praktikum sampai
dengan tahap menyelesaikan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada rekan kelompok yang telah memberikan masukan selama proses penulisan
laporan praktikum ini.
Dalam penulisan laporan praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalam penulisan laporan praktikum ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak
agar laporan praktikum ini bisa menjadi lebih baik terlebih-lebih untuk penulisan
laporan praktikum berikutnya.

Palangka Raya, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elatisitas ............................................................................................. 2
2.2 Tegangan ............................................................................................ 3
2.3 Regangan ............................................................................................ 4
2.8 Modulus Young .................................................................................. 6
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu.............................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 8
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Percobaan dengan Kawat 15 cm .......................................................... 10
4.2 Percobaan dengan Kawat 35 cm .......................................................... 15
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20
5.2 Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Percobaan Elastisitas Menggunakan Penggaris ............................. 2


Gambar 2.2 Percobaan Tegangan Pada Tali ....................................................... 3
Gambar 2.3 Percobaan Regangan Panjang ......................................................... 5
Gambar 2.4 Percobaan Regangan Volume ........................................................ 5
Gambar 2.5 Percobaan Regangan Sudut ........................................................... 6
Gambar 2.6 Kurva Modulus Young .................................................................. 6

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkiraan Modulus Young ............................................................... 7


Tabel 4.2 Percobaan Dengan Kawat 15 cm ..................................................... 10
Tabel 4.3 Perhitungan Regresi Dengan Kawat 15 cm...................................... 14
Tabel 4.4 Percobaan Dengan Kawat 35 cm ..................................................... 15
Tabel 4.5 Perhitungan Regresi Dengan Kawat 35 cm...................................... 18

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Analisis Percobaan Kawat 1 Ukuran 15 cm ..................................... 11


Grafik 4.2 Analisis Percobaan Kawat 2 Ukuran 15 cm ..................................... 12
Grafik 4.3 Analisis Percobaan Kawat 3 Ukuran 15 cm ..................................... 13
Grafik 4.4 Analisis Percobaan Kawat 4 Ukuran 15 cm ..................................... 13
Grafik 4.5 Regresi Linear Kawat Ukuran 15 cm ............................................... 15
Grafik 4.6 Analisis Percobaan Kawat 1 Ukuran 35 cm ..................................... 16
Grafik 4.7 Analisis Percobaan Kawat 2 Ukuran 35 cm ..................................... 17
Grafik 4.8 Analisis Percobaan Kawat 3 Ukuran 35 cm ..................................... 17
Grafik 4.9 Analisis Percobaan Kawat 4 Ukuran 35 cm ..................................... 18
Grafik 4.10 Regresi Linear Kawat Ukuran 35 cm .............................................. 19

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu karakter penting dari suatu material adalah elastisitas. Kelenturan
suatu material adalah tergantung pada sifat keelastisitasan material tersebut.
Setiap material yang diberikan sebuah gaya akan mengalami perubahan bentuk.
Pada benda elastis akan mengalami perubahan panjang yang merupakan akibat
dari adanya suatu gaya. Benda ini berlaku hampir semua pada material padat
dengan suatu batasan tertentu. Batasan elastisitas suatu benda adalah dimana
benda tidak bisa lagi meregang, batasan ini sering disebut sebagai fraktur
(patah/putus). Untuk tiap jenis perubahan bentuk benda kita akan mengenal
sebagai tegangan, yang menunjukkan kekuatan gaya yang menyebabkan
perubahan bentuk. Selain itu, besaran yang perlu kita ketahui adalah regangan.
Regangan merupakan besaran yang menunjukkan hasil perubahan bentuk.
Pada praktikum yang dilaksanakan kali ini adalah pengamatan elastisitas
terhadap suatu kawat. Modulus elastis yang berhubungan dengan regangan adalah
modulus young. Jika gaya (F) yang diberikan pada sebuah benda di bawah gaya
batas elastisitas maka tegangan sebanding dengan regangan. Modulus Young
hanya bergantung pada jenis benda.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai beikut:
1. Untuk mengetahui tegangan dan regangan yang dialami kawat.
2. Untuk mengetahui sifat elastisitas suatu bahan di bawah pengaruh tarikkan.
3. Menentukan modulus young suatu bahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah
gaya luar dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan atau
pengurangan panjang (Bueche, 2006).
Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya
penyebab perubahan bentuk dihilangkan. Sifat dari elastik adalah lentur,
fleksibel, dapat mengikuti bentuk dan tidak getas. Banyak benda yang hampir
elastik sempurna, yaitu sampai depormasi yang terbatas disebut limit elastiknya,
dan apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda tersebut tidak kembali ke bentuk
semula. Beberapa bahan mendekati sifat tidak elastik sempurna dan
menujukkan tidak ada kecenderungan untuk kembali ke bentuk semula setelah
gaya dihilangkan. Bahan ini disebut bersifat pelastik yakni getar, keras namun
relatif mudah hancur dibanding benda pejal atau solid (Soedojo, 2004).

Gambar 1. Percobaan Elastisitas Menggunakan Penggaris

Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan pelastik hanyalah terletak


pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi. Anggap saja
benda-benda ini bersifat homogen dan isotropik. Homogen berarti pada setiap
bagian benda mempunyai kerapatan sama. Sedangkan isotropik artinya pada
setiap titik pada benda mempunyai sifat-sifat fisis sama kesegala arah (Ganijanti,
Aby Sarojo. 2002:318).
3

2.2 Tegangan
Tegangan adalah gaya-gaya yang merenggang per satuan luas penampang
yang dikenainya (Bahtiar, 2010 ). Secara kuantitatif tegangan dapat dinyatakan
dengan berbagai cara, yang paling sering adalah tegangan permukaan, yakni
gaya yang dikerahkan ke bidang permukaan per satuan panjang ( Robert, 1991).
Tegangan permukaan dinyatakan sebagai gaya per satuan panjang yang
diperlukan untuk memperluas permukaan. Simbol yang digunakan untuk tegangan
permukaan adalah γ dan satuannya adalah dyne/cm (Sutrisno, 1992).

Gambar 2. Percobaan Tegangan Pada Tali


Tegangan permukaan atau tegangan antar muka adalah suatu gaya nyata
yang efeknya tampak pada tingkat makroskopik seperti halnya pada
tingkat molekuler. Hal ini dapat dilukiskan dengan meletakkan sebuah kerangka
kawat dengan batang yang dapat bergerak dalam larutan energi per satuan luas
jika kerja yangdiperlukan untuk memindahkan batang yang bergerak dengan suatu
jarak kecil. Kebanyakan antar yang tercakup dalam sistem farmasetik berbentuk
lengkung (Lachman, 1994). Tegangan dapat diformulasikan sebagai berikut
(Gandavi, 2010):
σ = F/A
σ = Tegangan (N/m2)
F = Gaya tarikan (N)
A = Luas penampang (m2)
4

2.3 Regangan
Regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat tegangan, diukur sebagai rasio
perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan
terjadi (Kanginan, 2005).
Jika suatu benda ditarik atau ditekan, gaya P yang diterima benda
mengakibatkan adanya ketegangan antarpartikel dalam material yang besarnya
berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini menyebabkan adanya
pergeseran struktur material regangan atau himpitan yang besarnya juga
berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah deformasi bentuk
material misalnya perubahan panjang menjadi L + ∆L (atau L - ∆L). Dimana L
adalah panjang awal benda dan ∆L adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio
perbandingan antara ∆L terhadap L inilah yang disebut strain (regangan) dan
dilambangkan dengan “ε” (epsilon). Dengan demikian didapatkan rumus
(Gandavi, 2010):
∆𝐿
ε= 𝐿
ε = regangan/ strain
L = panjang benda mula-mula (m)
∆L = perubahan panjang benda (m)
Regangan tidak memiliki satuan karena merupakan rasio dari besaran-
besaran yang sama. Menurut Hooke regangan sebanding dengan tegangannya,
dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase perubahan dimensi.
Terdapat 3 macam regangan, yakni regangan panjang, regangan volume,
dan regangan sudut (Zemansky, 1982).

2.3.1 Regangan Panjang


Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan 1o dan penambahan
panjang Δ1 akibat tegangan, regangannya diberikan oleh Δ1/1o.Berdasarkan
hukum Hooke ditulis:
γ = (Δ1/1o)
Dengan tetapan pembanding lurus γ yang dinamakan modulus elastisitas young.
5

Gambar 3. Percobaan Regangan Panjang

2.3.2 Regangan Volume


Sudah tentu regangan volume yang dimaksud bukan penambahan volume
melainkan pengerutan volum akibat penekanan. Untuk itu menurut hukum Hook
dapat ditulis:
B = (-ΔV/Vo)
Dengan B ialah apa yang disebut modulus ketegaran (modulus of rigidity)
yang besarnya kurang lebih 1/3 modulus young.

Gambar 4. Percobaan Regangan Volume

2.3.3 Regangan Sudut

Yang dimaksud dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut ф


ialah deformasi, yakni perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut luncuran.
Berbeda dengan tegangan ataupun tekanan yang arahnya tegak lurus permukaan
yang dikenainya, maka gaya luncuran F adalah pada arah meluncur
sepanjang permukaan yang mengakibatkan timbulnya sudut luncuran. Sejalan
dengan regangan-regangan lain, menurut hukum Hooke, dapat ditulis :
Mф = F/A
6

Dengan A ialah luas`permukaan yang dikenai gaya luncuran dan M adalah apa
yang dinamakan modulus luncuran/Shear Modulus (Soedojo, 2004).

Gambar 5. Percobaan Regangan Sudut

2.4 Modulus Young


Modulus young merupakan besaran yang menyatakan sifat elastis suatu
bahan tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang
atau kabel atau pegas yang bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh
beban. Konstanta k atau perbandingan gaya terhadap perpanjangan disebut
konstanta gaya atau kekuatan pegas. Bilangannya sama dengan gaya yang
diperlukan untuk menghasilkan perpanjangan satuan (Sears, 1984).

Gambar 6. Kurva Modulus Young


Perbandingan tegangan terhadap regangan, atau tegangan per satuan
regangan, disebut modulus young bahan yang bersangkutan. Semakin besar
modulus young, semakin besar pula tegangan yang diperilakukan untuk regangan
tertentu. Menentukan Modulus Young dari suatu bahan tidak terlepas dari sifat
7

elastisitas suatu benda dan batas elastisnya. Modulus Young atau Modulus
elastisitas di definisikan sebagai:
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Modulus Young = 𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Modulus tersebut memiliki satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m2 atau
Pa. Modulus yang besar di butuhkan untuk menghasilkan regangan yang
diberikan benda tersebut kaku.Oleh karena itu (Budi, 2011):
𝜎
E=
𝜀
2
E : modulus young (N/m )
σ : tegangan (N/m2)
ɛ : regangan
Nilai E hanya bergantung pada bahan kawat atau batang, dan tidak
bergantung pada dimensi atau konfigurasinya. Sebagai konsekuensinya, modulus
young adalah ukuran dasar yang penting dari perilaku mekanis bahan (Bueche,
2006). Menurut Young (1998), modulus young suatu benda berbeda-beda sesuai
yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perkiraan Modulus Young
Bahan Modulus Young (Pa)
Aluminium 7.0 x 1010
Kuningan 9.0 x 1010
Tembaga 11 x 1010
Kaca 6.0 x 1010
Besi 21 x 1010
Timah 2.6 x 1010
Nikel 21 x 1010
Baja 20 x 1010
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum perhitungan modulus young pada kawat dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Palangka Raya. Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 22 April
2018 pada pukul 13.00-15.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan perhitungan modulus young pada kawat
terdiri dari beberapa bagian yaitu dapat dilihat di bawah ini.
1. Alat Tulis 5. Mistar Tiang
2. Kawat 6. Neraca Analitik
3. Meteran 7. Bahan Beban
4. Mikrometer Sekrup

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Cara I
1. Menyiapkan alat dan bahan : statik, kawat tembaga, dan bahan.
2. Menimbang beban yang akan digunakan menggunakan neraca analitik.
3. Memotong kawat yang akan digunakan dengan ukuran 60 cm.
4. Mencatat hasil pengukuran berat beban yang telah ditimbang

3.3.2. Cara II
1. Menyiapkan statik, kemudian menggantungkan kawat di statik.
2. Menentukan skala 0 - 15 cm.
3. Menyiapkan 2 buah beban berbeda ukuran.
4. Menggantungkan beban pertama pada kawat di statik.
5. Mengamati regangan pada kawat tersebut.
6. Mencatat hasil pengamatan.
7. Menggantungkan beban kedua pada kawat statik dan mengamati regangan
pada kawat.
8. Mencatat hasil pengamatan.
9

9. Selanjutnya, menggantungkan kedua beban tersebut pada kawat statik.


10. Mengamati regangan yang terjadi.
11. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.

3.3.3 Cara III


1. Menyiapkan statik dan menggantungkan kawat dengan skala nol 0 – 35 cm.
2. Menyiapkan dua buah beban yang berbeda ukuran.
3. Menggantungkan beban petama pada kawat statik dan mencatat hasil
pengamatan regangan.
4. Menggantungkan beban kudua pada kawat statik dan mencatat hasil
pengamatan regangan.
5. Kemudian, menggantungkan kedua beban pada kawat statik dan mencatat
hasil pengamatan regangan.

3.3.4 Cara IV
1. Membandingkan perbedaan dengan hasil dari seluruh pengamatan yang
dilakukan.
2. Menentukan tegangan, regangan, modulus young, dan membuat grafik.
3. Membaut regresi dengan menggabungkan hasil pengamatan dari kelompok
lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 4.1 Hasil Percobaan Dengan Kawat 15 cm


Hasil perhitungan modulus young dalam praktikum ini dengan
menggunakan tiga kawat berukuran 15 cm adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Percobaan Dengan Kawat 15 cm
Beban Panjang Kawat Tegangan
Kawat Regangan Elastisitas
(kg) Lo L (N/m2)
0,9586 15 15,3 10,65 0,02 532,5
1 1,7905 15 15,4 19,89 0,03 663
2,7491 15 15,5 30,54 0,03 1018
0,94187 15 15,2 10,47 0,013 805,38
2 1,7988 15 15,3 19,99 0,02 999,5
2,74067 15 15,5 30,45 0,033 922,72
0,88619 15 15,1 9,85 0,006 2641,7
3 1,58619 15 15,2 17,62 0,013 1355,4
2,47538 15 15,4 27,5 0,03 916,7
0,96814 15 15,4 10,75 0,02 537,5
4 1,84294 15 15,8 20,47 0,05 409,4
2,91108 15 16,1 31,23 0,07 446,1

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan ternyata


setiap penambahan beban akan menghasilkan perubahan panjang (∆L). Pada
kegiatan percobaan ini, beban yang menjadi bahan pengukuran diganti dengan
beban yang berbeda setelah 3 menit berada di atas gantungan setiap kawat. Dari
data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin berat beban yang digantung di
atas kawat maka semakin bertambah panjang kawat tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya gaya yang bekerja pada kawat yakni regangan (strain). Ternyata
untuk gaya yang sama, besar regangan sebanding dengan panjang awal dan
berbanding terbalik dengan luas penampang lintang, yaitu: makin panjang benda
makin besar pertambahan panjangnya untuk suatu gaya tertentu; dan makin tebal
benda tersebut, makin kecil pertambahan panjangnya (Giancolli, 2001).
11

4.1.1 Kawat 1
Pada kawat 1, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai percobaan
pertama diperoleh nilai tegangan 10,65 N/m2 dan regangannya 0,02. Dari data
tersebut menghasilkan modulus young sebesar 532,5 N/m2. Percobaan kedua
menghasilkan tegangan 19,89 N/m2 dan regangan 0,03 dengan nilai modulus
young sebesar 663 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan tegangan
30,54 N/m2, regangan 0,03, dan modulus young sebesar 1018 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 1 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 1


0.035
0.03
0.025
Regangan

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 1. Analisis Percobaan Kawat 1 Ukuran 15 cm


Pada grafik di atas menunjukan bahwa semakin besar regangan suatu bahan
maka tegangannya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena bertambahnya
ukuran beban yang digantungkan pada kawat.

4.1.2 Kawat 2
Pada kawat dua, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai
percobaan pertama diperoleh nilai tegangan 10,47 N/m2 dan regangannya 0,013.
Dari data tersebut menghasilkan modulus young sebesar 805,38 N/m2. Percobaan
kedua menghasilkan tegangan 19,99 N/m2 dan regangan 0,02 dengan nilai
modulus young sebesar 999,5 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan
tegangan 30,45 N/m2, regangan 0,033, dan modulus young sebesar 922,72 N/m2.
12

Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan


pengamatan melalui grafik 2 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 2


0.035
0.03
0.025
Regangan

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 2. Analisis Percobaan Kawat 2 Ukuran 15 cm

4.1.3 Kawat 3
Pada kawat tiga, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai
percobaan pertama diperoleh nilai tegangan 9,85 N/m2 dan regangannya 0,006.
Dari data tersebut menghasilkan modulus young sebesar 1641,7 N/m2. Percobaan
kedua menghasilkan tegangan 17,62 N/m2 dan regangan 0,013 dengan nilai
modulus young sebesar 1355,4 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan
tegangan 27,50 N/m2, regangan 0,03, dan modulus young sebesar 916,7 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 3.
13

Modulus Young Kawat 3


0.035
0.03
0.025
Regangan

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30
Tegangan

Grafik 3. Analisis Percobaan Kawat 3 Ukuran 15 cm

4.1.4 Kawat 4
Pada kawat empat, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai
percobaan pertama diperoleh nilai tegangan 10,75 N/m2 dan regangannya 0,02.
Dari data tersebut menghasilkan modulus young sebesar 537,5 N/m2. Percobaan
kedua menghasilkan tegangan 20,47 N/m2 dan regangan 0,05 dengan nilai
modulus young sebesar 409,4 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan
tegangan 31,23 N/m2, regangan 0,07, dan modulus young sebesar 446,1 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 4 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 4


0.08

0.06
Regangan

0.04

0.02

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 4. Analisis Percobaan Kawat 4


14

4.1.5 Perhitungan Regresi Percobaan Kawat 35 cm


Perhitungan regresi percobaan dilakukan dengan merata-ratakan seluruh
percobaan pada setiap kawat. Pegujian dengan cara regresi ini dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu variabel memiliki pengaruh terhadap variabel lainnya.
Hal ini sesuai dengan yang pendapat Gujarati (2009) yang mengatakan regresi
ialah sebagai kajian terhadap ketergantungan satu variabel, yaitu variabel
tergantung terhadap satu atau lebih variabel lainnya atau yang disebut sebagai
variabel–variabel eksplanatori dengan tujuan untuk membuat estimasi dan/atau
memprediksi rata–rata populasi atau nilai rata-rata variabel tergantung dalam
kaitannya dengan nilai–nilai yang sudah diketahui dari variabel ekslanatorinya.
Tabel 3. Perhitungan Regresi Dengan Kawat 15 cm
Regangan Tegangan
Kelompok x2 y2 xy
(x) (y)
5 0,026 17,12 0,00068 293,094 0,44512
6 0,022 20,3 0,00048 412,09 0,4466
7 0,016 18,32 0,00026 335,622 0,29312
8 0,046 20,81 0,00021 433,056 0,95726
∑ 0,11 76,46 0,00163 1743,86 2,1421
Rata Rata 0,0275 19,115 0,00041 368,466 0,53552

Untuk mengetahui hubungan antara regangan dengan tegangan, maka perlu


dicari regresi dari data yang telah diperoleh tersebut dengan mengamati grafik 5
dibawah ini.

Regresi Linear Kawat 15 cm


1.2
1
Tegangan

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Regangan

Grafik 5. Regresi Linear Kawat Ukuran 15 cm


15

Berdasarkan data yang dijadikan sebagai acuan diperoleh grafik regresi


linear kawat 15 cm seperti pada grafik 5 dengan persamaan yang di dapatkan
setelah perhitungan adalah Y = -39,186 + 1.425,969X dengan R2 = 0,3034. Hal
ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y oleh
variabel X.

4.2 Hasil Percobaan Dengan Kawat 35 cm


Data yang didapatkan dari hasil percobaan menggunakan kawat sepanjang
35 cm adalah seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Hasil Percobaan Dengan Kawat 35 cm
Panjang Kawat Tegangan
Kawat Beban (kg) Regangan Elastisitas
Lo L (N/m2)
0,9586 35 35,2 10,65 0,0057 1868,42
1 1,7905 35 35,5 19,89 0,014 1420,71
2,7491 35 35,7 30,54 0,02 1527
0,94187 35 35,1 10,47 0,002 5235
2 1,7988 35 35,2 19,99 0,005 3998
2,74067 35 35,4 30,45 0,011 2764,18
0,88619 35 35,1 9,88 0,0028 3528,57
3 1,58619 35 35,2 17,62 0,0057 3091,22
2,47538 35 35,5 27,5 0,014 1964,28
0,96814 35 35,4 10,757 0,0114 943,596
4 1,84294 35 35,6 20,477 0,0171 1176,84
2,91108 35 36 31,234 0,0285 1095,93

Dari hasil data yang disajikan dalam tabel menunjukan bahwa semakin kecil
nilai regangan yang diperoleh maka semakin besar juga nilai modulus young
suatu bahan.
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan adalah semakin berat massa
beban yang digantungkan, maka semakin besar pertambahan panjang kawat
tersebut. Pada percobaan kedua ini digunakan kawat besi sepanjang 35 cm.
Dengan bertambahnya ukuran kawat besi yang digunakan maka nilai regangan
semakin kecil sehingga dengan hal tersebut membuat nilai modulus youngnya
semakin besar.
16

4.2.1 Kawat 1
Pada kawat 1, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai percobaan
pertama diperoleh nilai tegangan 10,75 N/m2 dan regangannya 0,02. Dari data
tersebut menghasilkan modulus young sebesar 537,5 N/m2. Percobaan kedua
menghasilkan tegangan 20,47 N/m2 dan regangan 0,05 dengan nilai modulus
young sebesar 409,4 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan tegangan
31,23 N/m2, regangan 0,07, dan modulus young sebesar 446,1 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 5 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 1


0.025

0.02
Regangan

0.015

0.01

0.005

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 6. Analisis Percobaan Kawat 1 Ukuran 35 cm

4.2.2 Kawat 2
Pada kawat 2, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai percobaan
pertama diperoleh nilai tegangan 10,42 N/m2 dan regangannya 0,002. Dari data
tersebut menghasilkan modulus young sebesar 5232 N/m2. Percobaan kedua
menghasilkan tegangan 19,99 N/m2 dan regangan 0,005 dengan nilai modulus
young sebesar 3998 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan tegangan
30,45 N/m2, regangan 0,011, dan modulus young sebesar 2764,18 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 6 sebagai berikut:
17

Modulus Young Kawat 2


0.012
0.01
0.008
Regangan

0.006
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 7. Analisis Percobaan Kawat 2 Ukuran 35 cm

4.2.3 Kawat 3
Pada kawat 3, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai percobaan
pertama diperoleh nilai tegangan 9,88 N/m2 dan regangannya 0,0028. Dari data
tersebut menghasilkan modulus young sebesar 3528,57 N/m2. Percobaan kedua
menghasilkan tegangan 17,62 N/m2 dan regangan 0,0057 dengan nilai modulus
young sebesar 3091,22 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan
tegangan 27,50 N/m2, regangan 0,14, dan modulus young sebesar 1964,28 N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 7 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 3


0.016
0.014
0.012
Regangan

0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 5 10 15 20 25 30
Tegangan

Grafik 8. Analisis Percobaan Kawat 3 Ukuran 35 cm


18

4.2.4 Kawat 4
Pada kawat 4, percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan nilai percobaan
pertama diperoleh nilai tegangan 10,757 N/m2 dan regangannya 0,0114. Dari data
tersebut menghasilkan modulus young sebesar 943,596 N/m2. Percobaan kedua
menghasilkan tegangan 20,477 N/m2 dan regangan 0,0171 dengan nilai modulus
young sebesar 1176,839 N/m2. Sedangkan percobaan ketiga menghasilkan
tegangan 31,234 N/m2, regangan 0,0285, dan modulus young sebesar 1097,929
N/m2.
Untuk melihat hubungan dari percobaan tersebut dapat dilakukan
pengamatan melalui grafik 8 sebagai berikut:

Modulus Young Kawat 4


0.03
0.025
Regangan

0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Tegangan

Grafik 9. Analisis Percobaan Kawat 4 Ukuran 35 cm

4.2.5 Perhitungan Regresi Percobaan Kawat 35 cm


Perhitungan regresi percobaan dilakukan dengan merata-ratakan seluruh
percobaan pada setiap kawat.
Tabel 5. Perhitungan Untuk Regresi Dengan Kawat 35 cm
Regangan Tegangan
Kelompok x2 y2 xy
(x) (y)
5 0,0132 17,12 0,00068 293,094 0,44512
6 0,0065 20,3 0,00048 412,09 0,4466
7 0,0075 18,32 0,00026 335,622 0,29312
8 0,0186 20,81 0,00021 433,056 0,95726
∑ 0,11 76,46 0,00163 1743,86 2,1421
Rata Rata 0,0275 19,115 0,00041 368,466 0,53552
19

Untuk mengetahui hubungan antara regangan dengan tegangan, maka perlu


dicari regresi dari data yang telah diperoleh tersebut. Penentuan regresi dari
percobaan kawat 35 cm dapat diamati pada grafik di bawah ini.

Regresi Linear Kawat 35 cm


25

20
Tegangan

15

10

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
Regangan

Grafik 10. Regresi Linear Kawat 35 cm


Pada grafik linear kawat 35 cm setelah melakukan perhitungan pada data
acuan menunjukan persamaan yang didapatkan adalah Y = 128,2699–
11.201,6129X dan nilai R2 = 0,0416.
Dari kedua percobaan yang dilakukan menggunakan kawat 15 cm dan 35
cm menunjukan bahwa nilai R2 kawat 35 cm = 0,0416 > R2 kawat 15 cm =
0,3034. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai determinasi (R2) dari
kawat 35 cm memiliki pengaruh yang lebih kuat dibagian variabel X (regangan)
daripada kawat 15 cm dalam pembentukan modulus young. Nilai determinasi
adalah 0-1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen
(Ghozali, 2012 : 97).
V. PENUTUP

.1 Kesimpulan

1. Elastisitas dari suatu bahan tidak sama dengan bahan yang lainnya.
2. Semakin kecil nilai regangan suatu bahan maka modulus young bahan tersebut
semakin besar.
3. Koefisien determinasi pada kawat 35 cm dengan nilainya adalah 0,416 lebih
besar dari kawat 15 cm dengan nilai 0,3034.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini praktikan diharapkan lebih teliti dalam pengukuran
supaya data yang diperoleh lebih akurat.
21

DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar., Nugroho N, dan Surjokusumo. 2010. Estimating Young’s Modulus and


Modulus of Rupture of Coconut Logs using Reconstruction Method. Jurnal
Civil Engineering Dimension Volume 12, Nomor 2

Budi, Gatot Setya. 2011. Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Tulangan
Baja (Kajian terhadap Tulangan Baja dengan Sudut Bengkok 45°, 90°,
135°). Jurnal Teknik Sipil Untan Volume 11, Nomor 1.

Bueche, Frederick J dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Erlangga.


Jakarta

Gandavi, Ariv. 2010. Pengaruh Perubahan Waktu Annealing Hingga 20 menit


terhadap Struktur Mikro dan Kuat Tarik Baja Tabung JIS G3116 SG 295.

Ganijanti, Aby Sarojo. 2002. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika.
Jakarta

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Universitas Diponegoro. Yogyakarta

Giancoli. 2001. Fisika Edisi ke-5 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Gujarati. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Jakarta

Hopcroft, Matthew A., Thomas W. Kenny, dan William D. Nix. 2010. What is the
Young’s Modulus of Silicon?. Journal of Microelectromechanical Systems
Volume 19, Nomor 2

Jemi, Renhart. 2018. Panduan Praktikum Fisika Dasar. Jurusana Kehutanan


Fakultas Pertanaian Universitas Palangka Raya

Robert C. Reid. 1991. Sifat Gas dan Zat Cair. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Sears, Francis W., Mark W. Zemansky, dan Hugh D. Young. 1984. University
Physics Sixth Edition Part I. Addison-Wesley. Massachusetts

Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Andi. Yogyakarta

Praweda, Adi. 2000. Fisika untuk Universitas. Erlangga. Jakarta

Young, Hugh D., dan Roger A. Freedman. 1998. University Physics 9th Edition.
Addison-Wesley. Massachusetts
22

Zemansky, Sears. 1982. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika Panas Bunyi. Bina
Cipta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai