Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

GERAK LURUS BERATURAN DAN GERAK LURUS


BERUBAH BERATURAN

Oleh :
Nama : Nabil Mufarrihah Octaviyani
NIM : 181910201104
Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Elektro
Hari/Tanggal : 27 September 2021
Asisten : Widya Fatmawati N.A.A.M

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika adalah ilmu fisis yang berarti bahwa dalam mempelajarinya
memerlukan kontak langsung dengan apa yang ingin dipelajarinya, misalnya
dengan cara praktikum atau penelitian langsung (Suparno, 2013: 12). Fisika
mempunyai banyak cabang ilmu, salah satunya adalah mekanika, yaitu ilmu
yang mempelajari mempelajari tentang benda dalam keadaan diam atau
bergerak karena pengaruh aksi atau gaya. Mekanika terdiri dari kinematika
dan dinamika. Kinematika merupakan ilmu yang mempelajari gerak suatu
benda tanpa mempedulikan penyebabnya (Serway dan Jewett, 2009: 34).
Besaran-besaran yang ada dalam kinematika gerak suatu benda meliputi
posisi, perpindahan, jarak, laju, kecepatan, dan percepatan (Abdullah, 2016:
82).
Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB) merupakan bagian dalam Kinematika. Gerak Lurus Beraturan
termasuk ilmu fisika yang mana membahas mengenai gerak suatu benda
dengan kecepatan yang konstan/ tetap dalam lintasan lurus sehingga
percepatan dari gerak ini adalah nol. Sedangkan Gerak Lurus Berubah
Beraturan ialah gerak benda dengan kecepatan yang berubah secara teratur
dalam setiap detik (percepatannya konstan) (Kamajaya, 2007: 84).
Maka dari itu dengan dilakukannya praktikum Gerak Lurus Beraturan
(GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ini diharapkan nantinya
praktikan dapat menerapkan ilmu teoritis mengenai GLB dan GLBB dalam
kehidupan sehari-hari karena dengan begitu ilmu tersebut tidak hanya menjadi
sebatas ilmu konseptual saja.

1.2 Rumusan Masalah


Pada praktikum percobaan pengukuran dasar terdapat rumusan masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menggunakan alat ukur jangka sorong, mikrometer,
thermometer, stopwatch, neraca?
2. Bagaimana hasil pengukuran langsung secara berulang dan dan
perhitungan ketidakpastian hasil pengukuran menggunakan ralat
standart deviasi?
3. Bagaimana hasil pengukuran tidak langsung secara gabungan, yaitu
pengukuran secara berulang menggunakan ralat standart deviasi dan
satu kali pengukuran menggunakan ralat nst?
4. Bagaimana hasil angka penting/berarti dan jelaskan arti fisik dan
statistiknya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum sesuai dengan modul atau petunjuk
praktikum yaitu sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami tentang jarak dan perpindahan dari
gerak
2. Mahasiswa dapat menghitung laju dan kecepatan rata-rata
3. Mahasiswa dapat menghitung perlajuan dan percepatan rata-rata
4. Mahasiswa dapat memahami tentang gerak lurus beraturan
5. Mahasiswa dapat memahami tentang gerak lurus berubah
beraturan.
1.4 Manfaat
Manfaat melakukan praktikum Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus
Berubah Beraturan diantaranya dapat memahami konsep Gerak Lurus
Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan, serta memahami cara
menghitung setiap parameter pada GLB dan GLBB seperti laju, kecepatan
rata-rata, dan percepatan rata-rata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Posisi
Melokasikan suatu objek berarti mencari tahu posisinya relatif terhadap
suatu titik rujukan, biasanya titik asal (origin atau titik nol) dari suatu sumbu,
seperti sumbu x pada Gambar 1. Arah positif dari sumbu tersebut adalah arah
peningkatan jumlah (koordinat), yaitu kearah kanan. Arah sebaliknya merupakan
arah negative.

(Sumber : Nuryanti, Ade Yeti dan Septia Mahen, Ea Cahya. 2017 :30-31).
Perubahan posisi dari 𝑥1 ke posisi lain 𝑥2 disebut perpindahan ∆𝑥. Posisi adalah
kedudukan benda dari acuan tertentu. (Nuryanti, Ade Yeti dan Septia Mahen, Ea
Cahya. 2017 :30-31)
2.2 Jarak dan Perpindahan.
Sebuah benda dikatakan bergerak jika kedudukan benda dalam selang
waktu tertentu berubah terhadap suatu titik acuan yang dianggap diam.
Berdasarkan definisi di atas titik acuan atau koordinat benda dikatakan “diam”
terhadap kedudukan benda tersebut jika koordinatnya selalu tetap meskipun ada
perubahan waktu. (Depdiknas, 2005)
Pembahasan mengenai benda yang bergerak berhubungan erat dengan
besaran jarak dan perpindahan. Jarak dan perpindahan merupakan dua besaran
yang memiliki pengertian berbeda. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh
suatu benda yang bergerak, sedangkan perpindahan adalah perubahan kedudukan
atau posisi suatu benda diukur dari posisi awal ke posisi akhir benda atau dengan
kata lain jarak hanya memperhitungkan panjang lintasan yang ditempuh dengan
tanpa memperhatikan arah, sedangkan perpindahan adalah perubahan posisi atau
kedudukan suatu benda dengan memperhatikan arah. Sehingga dalam fisika
perpindahan merupakan besaran vektor sedangkan jarak merupakan besaran
skalar. Jadi kedua besaran tersebut berbeda. (Slamet, 2008)
2.3 Kelajuan dan Kecepatan
Kecepatan dan kelajuan merupakan dua pegertian yang berbeda. Kecepatan
(velocity) merupakan besaran vektor, yaitu besaran yang memperhitungkan arah
geraknya, sedangkan kelajuan (speed) merupakan besaran skalar, yaitu besaran
yang hanya memiliki besar tanpa memperhatikan arah gerak benda. Dengan kata
lain, kelajuan suatu benda hanya ditentukan oleh jarak tempuh benda dan selang
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut tanpa memperhatikan
arah perpindahannya. Sementara itu, kecepatan tergantung pada arah benda yang
bergerak. Kecepatan didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan benda
dengan waktu tempuh. (Soejoto dan Sustini,1993).
2.4 Percepatan
Percepatan merupakan besaran vektor, yaitu besaran yang memperhitungkan
arah geraknya. Percepatan menyatakan laju perubahan kecepatan, atau
menyatakan perubahan kecepatan per satuan waktu. Percepatan sebuah benda
ditentukan dengan membandingkan perubahan kecepatan benda tersebut terhadap
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan kecepatan itu. Bila
percepatan suatu benda searah dengan kecepatannya, maka kecepatan benda
tersebut akan semakin besar, berarti gerak benda semakin cepat. Percepatan
semacam ini disebut percepatan positif. Sedangkan, bila percepatan suatu benda
berlawanan arah dengan kecepatannya, berakibat kecepatan benda tersebut akan
semakin kecil. Gerak benda semakin lambat. Percepatan semacam ini disebut
percepatan negatif. Percepatan negatif lazim disebut perlambatan, sedangkan
percepatan positif lazim disebut percepatan. (Tipler,1998)
2.5 Gerak Lurus Beraturan
Gerak lurus beraturan merupakan gerak partikel dengan lintasan berbentuk garis
lurus dalam arah yang tetap yang menempuh jarak yang sama dalam tiap satuan
waktu. Gerak lurus beraturan biasa dikenal dengan nama Gerak Satu Dimensi
dengan Percepatan Nol. Berikut adalah kurva posisi terhadap waktu untuk GLB.

(Sumber : Sri Prihatini, 2017)


Kecepatan benda dalam GLB adalah konstan, sehingga kurva kecepatan trhadap
waktunya dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber : Sri Prihatini, 2017)


2.6 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak Lurus Berubag Beraturan (GLBB) adalah gerak partikel pada lintasan
berbentuk garis lurus dengan arah gerak tetap yang menempuh jarak berubah
secara beraturan tiap satu satuan waktu. Gerak Lurus Berubah Beraturan biasa
dikenal juga dengan nama Gerak Satu Dimensi dengan Percepatan Tetap) (Sri
Prihatini, 2017). Berikut adalah kurva perpindahan, kecepatan dan percepatan
pada GLBB:
(Sumber : Sri Prihatini, 2017)

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada Eksperimen Pengukuran Dasar
ini adalah sebagai berikut :
1. Penggaris Logam dipakai untuk mengukur benda-benda yang
berbidang datar dengan dimensi yang standar atau kecil
2. Rel Presisi untuk percobaan optik dan mekanika (kereta dinamika)
3. Penyambung Rel Digunakan untuk menyambung Rel Presisi,
dilengkapibantalan karet padakaki-kakinya
4. Kaki Rel Digunakan untuk dudukan rel presisi. Dilengkapi bantalan
karet pada kakinya
5. Tumpakan Berpenjepit terdapat tuas yang bila ditekan maka tumpakan
berpenjepit dapat bergerak dengan lancar. Bila tidak ditekan maka
tumpakan berpenjepit tidak dapat digerakkan. Lubang pada tumpukan
kompatibel dengan batang pengangga.
6. Balok Bertingkat
7. Pewaktu Ketik dan Pita Kertas
8. Kereta Dinamika Bermotor
9. Catu Daya
10. Lem kertas
11. Kertas Grafik
12. Beban 50 g
13. Steaker Perangkai
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
3.2.1 Langkah Kerja
Langkah kerja yang harus dilakukan pada praktikum
Kali ini adalah sebagai berikut :
A. Menentukan titik nilai skala terkecil (nst) dan kesalahan titik nol
1. mengambil jangka sorong dan menentukan NST-nya
2. mengambil mikrometer dan menentukan NST-nya
3. mengambil neraca pegas dan menentukan NST nya.
4.Mengambil neraca 4 lengan dan menentukan NST nya.
5. mengambil termometer dan menentukan NST nya
6. mengambil stopwatch dan menentukan NST nya
7. Mengambil mistar dan menentukan NSTnya
B. Pengukuran langsung dengan menggunakan nilai skala terkecil
1. mengukur diameter dalam dan diameter luar sebuah cincin logam
menggunakan jangka sorong
2. Mengukur diameter luar dari sebuah bola besi kecil menggunakan
mikrometer.
3. neraca 4 lengan A. mengukur panjang lebar dan tinggi balok
denganmenggunakan mistar panjang
4. mengukur waktu dengan berjalan sejauh 20 meter menggunakan Stopwatch
C. Pengukuran langsung dengan menggunakan Standart deviasi
3.3 Metode Analisi Data
Metode analisis data yang digunakan pada Percobaan Pengukuran
Dasar ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Tabel Pengamatan
A. Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat Nst Kesalahan
Titik Nol
Jangka Sorong 0,05 mm 0
Mikrometer 0,01 mm 0
Termometer 1 °C 0
Neraca Pegas 0,1 N 0
Stopwatch 1s 0
Mistar 1 mm 0
Neraca Lengan 0,01 gr 0

B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


No Alat Obj Hasil X Δ I K AP
Uku ek Peng X ( (
r ukur % %
an ) )
1 Jang Cinc Dala 1 0 1 9 3
ka in m= , , , 8
3
Soro 1,59 5 0 5 ,
ng 9 2 7 4
Luar
5 2 2
=
c c 8
1,03 2
m m
, 9
1 0 4 7
, , 2 ,
0 0 7 5
3 2 7
5 3
c c
m m
2 Mikr Bola d= 1 0 0 9
omet peja 15,28 5 , , 9
er l , 0 0 ,
2 0 3 9
8 5 3 6
m m 7
m m 5
3 Nera Balo 1 0 0 9
ca k 2 , , 9
besi 4 0 0 ,
, 1 0 9
6 g 8 9
g r 2 5
4 Stop Seja 1 0 0 9
watc uh 2 , , 9
h 20m 0 5 0 ,
0 s 4 9
2 5
s 8 4
5 Mist Balo p= 2 0 2 9
ar k 2,1 , , , 7
Besi cm 1 0 3 ,
5 8 6
c c 2
m m 3
l=2 2 0 2 9
cm , , 7
c 0 5 ,
m 5 5
c
m 3
t= 1 0 2 9
1,9 , , , 7
cm 9 0 6 ,
5 3 3
c c 1 6
m m 9 3
6 Ter Suh 2 0 1 9
mo u 8 , , 8
mete ruan 5 7 ,
r g ° ° 8 2
C C 6 1
4 3

C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi


No Alat P P P X Δ I K AP
Ukur 3 X (
1 2 % (
) %
)
1 Jang 1 1 1 1.5 0 0 9 3
ka , , , 93 . . 9
Soro 5 5 cm 0 9 .
ng 9 8 6 1 4 0
c 1 5 2 5
d
c m 8
Dala
m c c
m
m m
d 1 1 1 1.0 0 0 9 3
Luar , , , 3 . . 9
0 0 0 cm 0 9 .
3 2 4 1 7 0
c 1 2
c m c c 9
m m m
2 Mikr 1 1 1 15, 0 0 9 4
omet 5 5 5 28 . . 9
er , , , 0 0 .
2 2 2 1 6 9
8 7 9 5 3
m m c 5
m m m m
m
3 Nera 2 2 2 26, 0 2 9 3
ca 6 6 7 90 , , 7
, , , 7 6 3 ,
5 5 6 4 9 6
6 1 5 4 3 0
g g 7
g r g r
r r
4 Stop 1 1 1 11 1 2 9 3
watc 1 1 0 me 5 , 7
h m nit , 2 ,
m e m 12, 1 5 7
e n e 66 6 4 4
n i n 7 6
i t i det d
t 2 t ik e
6 t
1 , 5 i
5 4 6 k
, d ,
2 e 4
t
d i d
e k e
t t
i i
k k
5 Mista p p p 2,1 0 2 9 3
r = 33 , , 7
= = cm 0 7 ,
2 5 1 2
2 , 2 8 9 8
, 2 , 0
1 c 1 c
m m
c c
m m
l l l 2,0 0 2 9 3
= 33 , , 7
= = cm 0 8 ,
2 5 5 1
2 , 2 8 3 4
1 7
c c c c
m m m m
t t t 1,9 0 3 9 3
= 33 , , 6
= = cm 0 0 ,
1 5 0 9
1 , 2 8 1 9
, 9 9
9 c c c
m m m
c
m

D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


O
I K
b
( ( A
j Besaran X ΔX
% % P
e
) )
k
p=
2,1
m
cm
B =
a l= 6
l 2 6 ρ=8,37 g /cm3 0,63 % 99,4 % 3
∆ ρ=0,05 g/cm
o cm ,
k 8
t=
g
1,9
cm
P S1 t v 1=0,083 m/ s ∆ v=0,001 m/s
1,2 % 98,8 % 2
e = =
r 2,5 3
j m 0
a ,
l 0
a 9
s
t
=
S2 3
= 6
v 2=0,082m/ s ∆ v=0,001 m/s
1,21 % 98,79 %2
3 ,
m 5
n 4
a s
n
t
=
S3 4
= 2
v 3=0,083 m/s ∆ v=0,0009 m/s
1,08 % 98,92 %2
3,5 ,
m 1
6
s

E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi


 Massa jenis balok

P
V (
Pe ( g I K
p T M
rco c / Δ ( (
(c (c (c (gr AP
ba m c ρ % %
m) m) m) ) 3
an m ) )
3
)
)
7 9 0, 0, 9
, , 0 0 9
66,
P1 2,1 1,9 1,8 1 3 0 8 ,
8
8 0 8 9 9
2 1 1
1
P2 2 2 1,9 67, 7 8
0 , ,
6 8
1
6
8
7
,
66, ,
P3 2,1 2 1,8 8
9 5
4
6
9

 Kecepatan perjalanan

J v
K
a ( I
r m Δ ( A
Waktu (s) (
a / v % P
%
k s )
)
)
(
m P P P
) 1 2 3

3 2 2 0 0 1 8
2
0 9 9 , , 6 3
,
, , , 0 0 , , 2
5
0 5 0 8 1 4 5
m
9 4 1 5 4 7 2
3 3 3 0 0 1 8
6 6 7 , , 7 2
3
, , , 0 0 , , 2
m
0 5 0 8 1 0 9
7 4 5 2 4 7 2
4 4 4 0 0 1 8
3
2 2 2 , , 6 3
,
, , , 0 0 , , 2
5
3 0 1 8 1 8 1
m
9 8 6 3 4 6 3
F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
dan Standart Deviasi
1. Massa jenis balok

J Dimensi M
Ρ
a (cm) a
V
r s (
s ( g I K
a
a c / ( (
k Δρ AP
m c % %
P1 P2 P3 ( 3 ) )
( m
g 3
m )
r
) )
)
2
2 9 4
29 29 , 1, 98
, 30,0 , 0,07
,5 ,0 8 ,1
5 5 2
4 1 2 8
m 4 2
7

1 3
2 6
3
36 37 4 , 1, 98
3 36,0 , 0,04
,5 ,0 , 5 3 ,6
m 4
4 5 9 5 5 5
1
3
3
4
3 2 2
42 42 0, 99
, 42,3 , , 0,01
,0 ,1 3 ,6
5 2 9
8 6 7 3
m 1 5
0

2. Kecepatan

J Waktu (s) v Δ I K A
a ( v ( P
P P P
r m % (
1 2 3
a / ) %
k s )
)
(
3 2 2 0 0 9
2 1
0 9 9 , , 8
, , 2,
, , , 0 0 ,
5 8 7
0 5 0 8 0 1
m 4
9 4 1 5 2 8
0
3 3 3 0 1 9
,
6 6 7 , , 8
3 0 2,
, , , 0 3 ,
m 0 9
0 5 0 8 6 6
1
7 4 5 2 1 4
1
0
4 4 4 0 0 9
3 ,
2 2 2 , , 9
, 0 3,
, , , 0 4 ,
5 0 4
3 0 1 8 2 5
m 0
9 8 6 3 8 7
4

3.3.2 Rumus
Rumus yang digunakan pada percobaan pengukuran dasar ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengukuran Langsung
a. Pengukuran Sebanyak Satu Kali
∆X=1⁄2 nst
b. Pengukuran Sebanyak n ≤ 10
∆X=√((Σ(X_1-X ̅ )^2)/((n-1) ))
c. Pengukuran Sebanyak n ≤ 30
∆X=√((Σ(X_1-X ̅ )^2)/n)
d. Ralat Mutlak
∆X=√((Σ(X-X ̅ )^2)/((n-1) ))
e. Ralat Relatif
(I)=[∆X/X ̅ ]×100%
f. Keseksamaan
(K)=100%×I

2. Pengukuran Tidak Langsung


a. Ralat Asal Nilai Skala Terkecil
|∆Z|=|(δZ/δX)||∆X|+|(δZ/δY)||∆Y|
b. Ralat Asal Srandar Deviasi
∆Z=√((δZ/δX)^2 (∆X)^2+(δZ/δY)^2 (∆Y)^2 )
c. Ralat Skala Gabungan

∆Z=√((δZ/δX)^2 (0,68∆X)^2+(δZ/δY)^2 〖∆Y〗^2 )


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Data Hasil Praktikum
A. Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat Nst Kesalahan
Titik Nol
Jangka Sorong 0,05 mm 0
Mikrometer 0,01 mm 0
Termometer 1 °C 0
Neraca Pegas 0,1 N 0
Stopwatch 1s 0
Mistar 1 mm 0
Neraca Lengan 0,01 gr 0

B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


No Alat Obj Hasil X Δ I K AP
Uku ek Peng X ( (
r ukur % %
an ) )
1 Jang Cinc Dala 1 0 1 9 3
ka in m= , , , 8
3
Soro 1,59 5 0 5 ,
ng 9 2 7 4
Luar
5 2 2
=
c c 8
1,03 2
m m , 9
4 7
1 0
2 ,
, ,
7 5
0 0
7
3 2
3
5
c c
m m
2 Mikr Bola d= 1 0 0 9
omet peja 15,28 5 , , 9
er l , 0 0 ,
2 0 3 9
8 5 3 6
m m 7
m m 5
3 Nera Balo 1 0 0 9
ca k 2 , , 9
besi 4 0 0 ,
, 1 0 9
6 g 8 9
g r 2 5
4 Stop Seja 1 0 0 9
watc uh 2 , , 9
h 20m 0 5 0 ,
0 s 4 9
2 5
s 8 4
5 Mist Balo p= 2 0 2 9
ar k 2,1 , , , 7
Besi cm 1 0 3 ,
5 8 6
c c 2
m m 3
l=2 2 0 2 9 3
cm , , 7
c 0 5 ,
m 5 5
c
m
t= 1 0 2 9
1,9 , , , 7
cm 9 0 6 ,
5 3 3
c c 1 6
m m 9 3
6 Ter Suh 2 0 1 9
mo u 8 , , 8
mete ruan 5 7 ,
r g ° ° 8 2
C C 6 1
4 3

C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi


No Alat P P P X Δ I K AP
Ukur 3 X (
1 2 % (
) %
)
1 Jang 1 1 1 1.5 0 0 9 3
ka , , , 93 . . 9
Soro 5 5 cm 0 9 .
ng 9 8 6 1 4 0
c 1 5 2 5
d
c m 8
Dala
m c c
m
m m
d 1 1 1 1.0 0 0 9 3
Luar , , , 3 . . 9
0 0 0 cm 0 9 .
3 2 4 1 7 0
c 1 2
c m c c 9
m m m
2 Mikr 1 1 1 15, 0 0 9 4
omet 5 5 5 28 . . 9
er , , , 0 0 .
2 2 2 1 6 9
8 7 9 5 3
m m c 5
m m m m
m
3 Nera 2 2 2 26, 0 2 9 3
ca 6 6 7 90 , , 7
, , , 7 6 3 ,
5 5 6 4 9 6
6 1 5 4 3 0
g g 7
g r g r
r r
4 Stop 1 1 1 11 1 2 9 3
watc 1 1 0 me 5 , 7
h m nit , 2 ,
m e m 12, 1 5 7
e n e 66 6 4 4
n i n 7 6
i t i det d
t 2 t ik e
6 t
1 , 5 i
5 4 6 k
, d ,
2 e 4
t
d i d
e k e
t t
i i
k k
5 Mista p p p 2,1 0 2 9 3
r = 33 , , 7
= = cm 0 7 ,
2 5 1 2
2 , 2 8 9 8
, 2 , 0
1 c 1 c
m m
c c
m m
l l l 2,0 0 2 9 3
= 33 , , 7
= = cm 0 8 ,
2 5 5 1
2 , 2 8 3 4
1 7
c c c c
m m m m
t t t 1,9 0 3 9 3
= 33 , , 6
= = cm 0 0 ,
1 5 0 9
1 , 2 8 1 9
, 9 9
9 c c c
m m m
c
m

D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


O
I K
b
( ( A
j Besaran X ΔX
% % P
e
) )
k
B p= m ρ=8,37 g /cm3 0,63 % 99,4 % 3
∆ ρ=0,05 g/cm
a 2,1 =
l cm 6
o 6
l=
k ,
2
8
cm
g
t=
1,9
cm
t
=
S1 3
= 0
v 1=0,083 m/ s ∆ v=0,001 m/s
1,2 % 98,8 % 2
2,5 ,
m 0
9
s
P
e t
r =
j S2 3
a = 6
v 2=0,082m/ s ∆ v=0,001 m/s
1,21 % 98,79 %2
l 3 ,
a m 5
n 4
a s
n
t
=
S3 4
= 2
v 3=0,083 m/s ∆ v=0,0009 m/s
1,08 % 98,92 %2
3,5 ,
m 1
6
s

E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi


 Massa jenis balok

P
V (
Pe ( g I K
p T M
rco c / Δ ( (
(c (c (c (gr AP
ba m c ρ % %
m) m) m) ) 3
an m ) )
3
)
)
P1 2,1 1,9 1,8 66, 7 9 0, 0, 9
, ,
1 3
8
8 0
2 1
8
9
7 ,
67, 0 0 ,
P2 2 2 1,9 , 8
0 0 8 9
6 1
8 9 1
6
1
8
7
,
66, ,
P3 2,1 2 1,8 8
9 5
4
6
9

 Kecepatan perjalanan

J v
K
a ( I
r m Δ ( A
Waktu (s) (
a / v % P
%
k s )
)
)
(
m P P P
) 1 2 3

3 2 2 0 0 1 8
2
0 9 9 , , 6 3
,
, , , 0 0 , , 2
5
0 5 0 8 1 4 5
m
9 4 1 5 4 7 2
3 3 3 0 0 1 8
6 6 7 , , 7 2
3
, , , 0 0 , , 2
m
0 5 0 8 1 0 9
7 4 5 2 4 7 2
3 4 4 4 0 0 1 8 2
, 2 2 2 , , 6 3
, , , 0 0 , ,
5
3 0 1 8 1 8 1
m
9 8 6 3 4 6 3

F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


dan Standart Deviasi
3. Massa jenis balok

J Dimensi M
Ρ
a (cm) a
V
r s (
s ( g I K
a
a c / ( (
k Δρ AP
m c % %
P1 P2 P3 ( 3 ) )
( m
g 3
m )
r
) )
)
1 2
2 2 9 4
29 29 , 1, 98
, 30,0 4 , 0,07
,5 ,0 8 ,1
5 , 5 2
4 1 2 8
m 9 4 2
7
3 36,0 36 37 3 3 0,04 1, 98
m ,5 ,0 6 , 3 ,6
4 5 , 4 5 5
5 1
5
3
3
4
3 2 2
42 42 0, 99
, 42,3 , , 0,01
,0 ,1 3 ,6
5 2 9
8 6 7 3
m 1 5
0

4. Kecepatan

J Waktu (s)
a
v
r K
( I
a
m Δ ( A
k P P P (
/ v % P
1 2 3 %
s )
( )
)
m
)
3 2 2 0 0 9
2 1
0 9 9 , , 8
, , 2,
, , , 0 0 ,
5 8 7
0 5 0 8 0 1
m 4
9 4 1 5 2 8
0
3 3 3 0 1 9
,
6 6 7 , , 8
3 0 2,
, , , 0 3 ,
m 0 9
0 5 0 8 6 6
1
7 4 5 2 1 4
1
0
4 4 4 0 0 9
3 ,
2 2 2 , , 9
, 0 3,
, , , 0 4 ,
5 0 4
3 0 1 8 2 5
m 0
9 8 6 3 8 7
4
1.2 Pembahasan
Pada setiap pengukuran di masing-masing data menimbulkan perumusan
angka penting. Sebelum menentukan angka penting harus menentukan x dan
∆xnya, karena angka penting terdapat perbandingan kedua variabel. Untuk
menentukan atau membaca skala yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur
dalam pengukuran suatu benda yaitu dengan pembacaan pada skala utama
dan skala nonius pada jangka sorong, mikrometer. Karena skala utama dan
skala nonius memliki satuan panjang yang berbeda maka disamakan terlebih
dahulu satuannya lalu ditambahkan antara skala utama dan skala nonius yang
ditunjuk pada alat ukur.
Nst adalah nilai skala terkecil pada suatu alat ukur. Menentukan nst dapat
dilakukan dengan cara batas antara angka sebelum dan sesudah atau dapat
juga ditentukan dengan cara menghitung selisihnya dan dibagi banyaknya
skala. Nst ialah kemampuan alat ukur dalam menetukan ukuran paling kecil
dan sebagai penetu tingkat ketelitian alat ukur tersebut.
Penentuan hasil pengukuran secara langsung dan berulang dapat diperoleh
dari rata-rata hasil pengukuran ± standart deviasi. Pengukuran dilakukan 3
kali sehingga dapat dicari rata-ratanya. Rata-rata tersebut dimasukkan ke
dalam rumus standart deviasi sehingga hasil pengukuran dapat dicari.
Standart deviasi dapat
menunjukkan kepresisian suatu alat ukur. Semakin kecil standart deviasi
yang terbentuk, maka semakin besar pengukuran kita yang mendekati benar.
Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang dilakukan berulang.
Pada praktikum ini pengukuran tidak langsung dilakukan pada semua alat
ukur namun pengukuran tidak langsung dibagi menjadi 2 yaitu pengukuran
tidak langsung menggunakan standart deviasi dan menggunakan nst.
Pengukuran tak langsung menggunakan standart deviasi yaitu jangka sorong,
mikrometer, amperemeter, voltmeter, neraca, mistar dan stopwatch,
sedangkan mistar dan stopwatch dilakukan kembali dengan pengukuran tidak
langsung menggunakan nst.
Jumlah angka penting yang digunakan dapat dilihat dari ralat relatif. amun
beberapa juga menunjukkan hasil yang kurang tepat karena memiliki angka
penting dengan jumlah kecil. Semakin banyak angka penting menunjukkan
presentase ralat yang relatif kecil berarti semakin tepat hasil pengukuran.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran yang dilakukan
mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun beberapa juga menunjukkan
hasil yang kurang tepat karena memiliki angka penting dengan jumlah kecil

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan pada saat praktikum pengukuran dasar, didapat
beberapa kesimpulan. Diantaranya yaitu :
1. Nst dapat ditentukan dengan skala pada alat ukur.
2. Nst pada masing – masing alat ukur berbeda nst menentukan tingkat
ketelitian alat ukur tersebut.
3. Dalam menggunakan alat ukur harus memahami cara menggunakannya
dengan benar.
4. Pengukuran langsung dilakukan hanya sekali sedangkan pengukuran tidak
langsung dilakukan pengukuran berulang, maka hasil yang diperoleh lebih
akurat.

5.2 SARAN
Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan mengetahui dan
memahami tata cara menggunakan alat ukur agar tidak terjadi kesalahan
dalam mengukur suatu benda. Praktikan juga sebaiknya mengetahui cara
menentukan nst. Jika terjadi hal yang tidak diketahui oleh pratikan atau
praktikan mengalami kesulitan sebaiknya bertanya kepada asisten
LAMPIRAN

Gambar 6.1 Alat Ukur Pengukuran Dasar


DAFTAR PUSTAKA

Giancolli, Dauglas C. 2001. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Ihsan, Helly. 2006. Pengertian Pengukuran. UPI: FIP
Mikrajuddin, Abdullah. 2016. Fisika Dasar. Bandung: ITB
Sasmito, Teguh. 2010. Pengukuran, Besaran dan Satuan. Jakarta: Erlangga.
Sutarno. 2009. Fisikan Untuk Universitas. Bandung: Pustaka Media.
Tim Penyusun. 2017. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Jember: FMIPA
Universitas Jember
Abdullah M. Saktiyono,dan Lufti.2007.IPA terpadu. Surabaya.Erlangga

Abdullah , M. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung: ITB. Diambil


kembali
https://drive.google.com/file/d/0B3b8pBt2LxtWSkhCeC1nWmNXNF
E/view?u sp =sharing)

Anda mungkin juga menyukai