Anda di halaman 1dari 18

Makalah tentang materi kimia

kelas xi

Nama :
YORI RAMADHAN

Guru pembimbing :
NITA HERDIANA S.Pd.

SMA NEGERI 1 SELUMA


TAHUN AJARAN 2019/2020
TITRASI
Pengertian Titrasi
Titrasi yaitu merupakan sebuah metode yang dapat digunakan untuk
menentukan suatu konsentrasi sebuah larutan. Caranya adalah dengan menetesi
(menambahi sedikit demi sedikit) larutan yang akan dicari konsentrasinya (analit)
dengan sebuah larutan hasil standarisasi yang sudah dapat diketahui konsentrasi dan
volumenya (titrant).

Pengertian Titrasi Asam Basa


Titrasi Asam Basa yaitu merupakan penentuan kadar suatu larutan basa
dengan larutan asam yang ingin diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu
larutan asam dengan larutan basa yang ingin diketahui, dengan didasarkan pada reaksi
netralisasi.

Menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah larutan tersebut


yang volumenya terukur dapat kita ukur dengan suatu larutan lain yang telah diketahui
kadarnya (larutan standar) dan juga secara bertahap.

Perubahan pH Pada Titrasi Asam Basa


Pada saat larutan basa sedang ditetesi dengan larutan asam, pH larutan pun
akan turun, dan sebaliknya jika larutan asam sedang ditetesi dengan larutan basa,
maka pH pun larutan akan naik.

Jika suatu pH larutan asam basa telah diplotkan sebagai fungsi dari volum
larutan basa atau asam tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu
grafik yang bisa disebut kurva titrasi.

Kurva titrasi dapat menunjukkan suatu perubahan pH larutan selama proses


titrasi asam dengan basa berlangsung atau sebaliknya. Bentuk kurva titrasi sendiri
memiliki karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan konsentrasi
asam dan basa yang bereaksi.
1. Titrasi Asam Kuat Dengan Basa Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut :

 Pertama kita lihat pH larutan naik sedikit demi sedikit.


 Perubahan pH drastis akan terjadi pada titik ekivalen.
 pH titik ekivalennya = 7 (netral).
 Indikator yang dapat digunakan yaitu : metil merah, bromtimol biru, atau
fenolftalein.
 Namun, yang lebih sering digunakan yaitu fenolftalein karena pada
perubahan warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.

2. Titrasi Asam Lemah Dengan Basa Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut :

 Dapat dilihat titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9.


 Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen akan lebih kecil, tetapi
hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10.
 Indikator yang dapat digunakan : fenolftalein.
 Metil merah tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalennya.

3. Titrasi Basa Lemah Dengan Asam Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :

 Dapat kita lihat titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6.


 Pada lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
 Indikator yang dapat digunakan : metil merah.
 Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya akan terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalen.

Rumus Titrasi Asam Basa


 Rumus Titrasi Asam Basa Manovalen/Divalen :

Ma . Va = Mb . Vb

 Rumus Titrasi Asam Divalen dengan Basa Manovalen :

2Ma . Va = Mb . Vb

 Rumus Titrasi Basa Divalen dengan Asam Manovalen :

Ma . Va = 2Mb . Vb

Penerapan titrasi asam basa pada kehidupan


sehari-hari
Berbagai bahan sehari-hari yang kita temui melalui tahap penentuan kadar yang
salah satunya menggunakan metode titrasi. Cuka yang sering digunakan untuk
pelengkap makan merupakan salah satu contoh larutan asam dengan nama senyawa
asam asetat.

Penentuan kadar asam asetat yang merupakan asam lemah dilakukan dengan
titrasi menggunakan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau basa lemah
seperti natrium tetraborat (Na2[B4O5(OH)4]·8H2O) dengan indikator titrasi yang sesuai.
Titrasi dilakukan pula pada berbagai produk yang sering kita temui, antara lain:

 Penentuan kadar asam fosfat (H3PO4) dalam pupuk


 Penentuan kadar asam hipoklorit (HClO) dalam pemutih pakaian
 Penentuan kadar asam benzoat (C6H5COOH) dalam desinfektan
 Penentuan kadar asam format (HCOOH) dalam formalin yang digunakan pada
industri tekstil

Contoh Soal Titrasi Asam Basa


Terdapat Larutan HCl 0,3 M, akan dititrasi dengan larutan NaOH, pada titik akhir
titrasi tercapai bila 10 ml larutan HCl dan memerlukan 75 ml larutan NaOH :

1). Tentukan molaritas NaOH tersebut !

2). Tentukan Konsentrasi 20 ml Ca(OH)2 yang dititrasi dengan 100 ml larutan HCI
0,1 M !

Penyelesaian :

Diketahui :

 Ma = 0,3 M
 Va = 10 ml
 Vb = 75 ml
 nA = 1
 nB = 1

Ditanya : Mb = ….?

Jawab soal 1 :

 Mb = Va x Ma x nA/Vb x nB
     Mb = 10 x 0,3 x 1/75 x 1
     Mb = 0,04 M

Jadi, molaritas dari larutan tersebut adalah = 0,04 M

Jawab soal b :

 Mb = Va x Ma x nA = Vb x Mb nB
 Mb = 100 x 0,1 x 1 = 20 x Mb x 2
 Mb = 100 x 0,1 x 1 : 40
 Mb = 0,25 M

Jadi, konsentrasi dalam larutan tersebut adalah = 0,25 M

Kesetimbangan kelarutan
Pelarutan dan pengendapan merupakan reaksi kimia yang umum terjadi di sekitar
kehidupan kita sehari-hari dan bahkan di dalam tubuh kita. Enamel gigi yang komposisi
utamanya adalah mineral hidroksiapatit [Ca5(PO4)3OH] dapat mengalami pelarutan dalam
medium bersifat asam yang secara lanjut akan menyebabkan karies gigi.

Pengendapan garam-garam tertentu dalam ginjal akan menyebabkan terbentuknya


batu ginjal. Pengendapan CaCO3 dari air tanah memegang peranan penting dalam
pembentukan stalaktit dan stalagmit. Selain itu, air laut dengan konsentrasi ion-ion Ca 2+ dan
CO32− cukup tinggi turut berpengaruh terhadap keberadaan terumbu karang yang tersusun
dari CaCO3.

Kelarutan (s)
Jika kita melarutkan sedikit garam dapur (NaCl), misalnya 10 g ke dalam 100 mL air
pada suhu ruang, maka seluruh NaCl akan larut. Bagaimana bila kita menambahkan lebih
banyak NaCl? Apakah tambahan NaCl tersebut masih akan larut? Adakah batasan di mana
NaCl tidak dapat larut lagi?

Bila kita melarutkan 100 g NaCl ke dalam 100 mL air, maka sebagian NaCl akan
tidak larut. Pada kondisi ini, larutan dikatakan “jenuh”. Larutan jenuh adalah larutan di mana
pelarut tidak dapat melarutkan zat terlarut lagi sehingga terdapat zat terlarut yang tidak larut
(mengendap). Kelarutan (solubility) didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat yang dapat
larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan suatu zat biasanya
dinyatakan dalam satuan g/L atau mol/L. Kelarutan yang dinyatakan dalam mol/L biasanya
disebut sebagai kelarutan molar, s.

Contoh Soal Kelarutan:


Dalam 500 mL larutan jenuh kalsium fluorida (CaF 2) terdapat 8,2 mg CaF2. Tentukan
kelarutan CaF2 dalam mol/L.
Pembahasan:

Kelarutan molar = molaritas larutan jenuh; s = n / V. Jadi, massa zat terlarut harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi jumlah mol zat terlarut. Lalu, molaritas larutan ditentukan
dari jumlah mol zat terlarut per satuan volum larutan.

Jumlah mol CaF2 =   = 

Kelarutan CaF2 = s =   =  .

Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Dalam larutan jenuh, semua zat terlarut yang berwujud padat juga masih akan terus
melarut. Namun, secara bersamaan juga ada zat terlarut yang telah larut berubah kembali
menjadi padat dengan laju yang sama. Dengan kata lain, dalam larutan jenuh terdapat
kesetimbangan dinamis zat terlarut yang padat dengan yang larut.
Sebagai contoh, pada larutan jenuh BaSO 4 terdapat kesetimbangan antara proses
pelarutan padatan BaSO4 sehingga terdisosiasi menjadi ion-ion Ba2+ dan SO42− dengan
proses pengendapan BaSO4 dari interaksi elektrostatik tarik-menarik ion Ba 2+ dengan ion
SO42−.
BaSO4(s) ⇌ Ba2+(aq) + SO42−(aq)
Tetapan kesetimbangan kelarutan padatan ionik dengan ion-ionnya yang terlarut
disebut tetapan hasil kali kelarutan (solubility product constant), K sp. Tetapan hasil kali
kelarutan untuk BaSO4, yaitu:
Ksp = [Ba2+][SO42−]

Secara umum, persamaan Ksp untuk senyawa ionik AxBy adalah:


AxBy(s) ⇌ xAm+(aq) + yBn−(aq)
Ksp = [Am+]x[Bn−]y

Nilai Ksp hanya bergantung pada temperatur, sama seperti tetapan kesetimbangan


lainnya. Tabel berikut menunjukkan nilai K sp dari beberapa senyawa ionik pada 25°C.
Senyawa-senyawa ionik yang mudah larut seperti NaCl dan KNO 3 memiliki nilai Ksp yang
sangat besar namun tidak akurat sehingga tidak terdaftar dalam tabel. Rendahnya akurasi
disebabkan oleh tingginya konsentrasi ion-ion pada larutan jenuhnya sehingga larutan
menjadi tidak ideal.

Hubungan Kelarutan (s) dan Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Kelarutan dari suatu zat dapat berubah bergantung pada beberapa faktor. Misalnya,
kelarutan dari senyawa hidroksida seperti Mg(OH) 2, bergantung pada pH larutan. Kelarutan
zat juga dipengaruhi oleh konsentrasi ion-ion lain dalam larutan, khususnya ion-ion
senama. Dengan kata lain, nilai kelarutan dari suatu zat terlarut akan berubah jika spesi lain
dalam larutan berubah. Hal ini berbeda dengan K sp, nilai Ksp dari suatu zat terlarut selalu
tetap pada setiap temperatur yang spesifik. Untuk memahami hubungan s dan K sp,
perhatikan kesetimbangan kelarutan dalam larutan jenuh Ag 2CO3 berikut.
Ag2CO3(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CO32−(aq)

Konsentrasi ion Ag+ dan ion CO32− dalam larutan jenuh pada saat setimbang dapat
dikaitkan dengan kelarutan Ag2CO3 sesuai dengan stoikiometri perbandingan koefisien
reaksi. Jika kelarutan Ag2CO3 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag + sama
dengan 2s dan konsentrasi ion CO32− sama dengan s.
Ag2CO3(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CO32−(aq)

Dengan demikian, hubungan s dan Ksp Ag2CO3 dapat dinyatakan sebagai berikut.


Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan
Berdasarkan asas Le Châtelier, bila pada campuran yang berada dalam
kesetimbangan dinaikkan konsentrasi salah satu reaktannya maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah pengurangan jumlah reaktan tersebut. Jadi, kelarutan dari suatu senyawa
ionik akan berkurang dengan adanya zat terlarut lain yang memiliki ion senama. Sebagai
contoh, kelarutan AgCl dalam air murni akan lebih besar dibanding kelarutan AgCl dalam
larutan NaCl.

Pada kesetimbangan kelarutan AgCl dalam larutan NaCl akan menyebabkan


terbentuknya lebih banyak endapan AgCl jika dibanding dengan dalam air murni. Garam
NaCl merupakan elektrolit kuat yang mudah terdisosiasi menjadi ion Na+ dan ion Cl−. Ion
Cl− yang merupakan ion senama jika konsentrasinya bertambah, maka akan menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan endapan AgCl. Akibatnya, kelarutan AgCl
menjadi berkurang.

Pengaruh pH terhadap Kelarutan


Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis
zat, terutama senyawa hidroksida dan garam dari asam lemah yang sukar larut. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan kedua contoh berikut.

1. pH dan kelarutan senyawa hidroksida


Mg(OH)2(s) ⇌ Mg2+(aq) + 2OH−(aq)           Ksp = 1,8 × 10−11
Larutan jenuh Mg(OH)2 memiliki pH = 10,52 dengan kelarutannya 1,7 × 10 −4 mol/L.

Bila Mg(OH)2 dilarutkan dalam larutan buffer dengan pH = 9,0, maka pOH = 5,0 dan [OH −] =
1,0 × 10−5, maka melalui perhitungan persamaan tetapan kesetimbangan kelarutan
Mg(OH)2 diperoleh:
Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan buffer pH 9,0 adalah 0,18 mol/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kelarutan Mg(OH)2 meningkat seiring dengan penurunan pH larutan.
Secara umum, jika pH mengalami penurunan, maka kelarutan senyawa hidroksida akan
meningkat.

2. pH dan kelarutan garam dari asam lemah


Kelarutan PbF2 juga meningkat seiring bertambahnya keasaman larutan. Hal ini
dikarenakan anion F− bersifat basa (F− adalah basa konjugasi dari asam lemah HF). Oleh
karena itu, kesetimbangan kelarutan PbF2 bergeser ke kanan berhubung konsentrasi
F− berkurang seiring protonasi membentuk HF.
PbF2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2F−(aq)
F−(aq) + H+(aq) ⇌ HF(aq)

Persamaan reaksi kesetimbangan keseluruhan untuk kedua reaksi tersebut, yaitu:


PbF2(s) + 2H+(aq) ⇌ Pb2+(aq) + 2HF(aq)

Garam lainnya dengan anion seperti CO32−, PO43−, CN−, dan S2− juga memiliki
kecenderungan yang sama. Secara umum, jika pH mengalami penurunan, maka kelarutan
garam dari asam lemah akan meningkat.

Memprediksikan Pengendapan
Pada pembahasan kesetimbangan kimia telah dijelaskan kuosien reaksi (Q) yang
digunakan untuk menentukan arah berlangsungnya reaksi untuk mencapai kesetimbangan.
Dalam kesetimbangan kelarutan, nilai Q adalah hasil kali konsentrasi molar ion-ion dalam
larutan dengan asumsi zat terdisosiasi sempurna. Perbandingan nilai Q dengan K sp dapat
digunakan untuk memprediksikan terjadi atau tidaknya pengendapan, sebagaimana
ketentuan berikut.
 Jika Q < Ksp, larutan belum jenuh dan tidak terbentuk endapan.
 Jika Q = Ksp, larutan tepat jenuh, namun belum terbentuk endapan.
 Jika Q > Ksp, terbentuk endapan.

Prinsip – Prinsip Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari


Prinsip kelarutan banyak digunakan untuk membantu kehidupan manusia. Berikut akan
dipaparkan beberapa contoh prinsip kelarutan dalam kehidupan sehari-hari.

1.   Pembuatan Garam Dapur (NaCl)


Garam dapur yang dibuat dari air laut menggunakan prinsip pnguapan untuk
mendapatkan kristal NaCl. Akan tetapi, ternyata dalam air laut terkandung puluhan
senyawa lain, seperti MgCl2 dan CaCl2. Untuk memurnikan garam dapur maka
dilakukan pemisahan zat-zat pengganggu tersebut berdasarkan prinsip pengendapan.
Adapun reaksi yang biasanya dilakukan adalah
CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) → CaCO3(s) + 2 NaCl(aq)
Endapan CaCO3 yang berwarna putih segera dipisahkan dan akan diperoleh NaCl
yang murni.
MgCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Mg(OH)2(s) + 2NaCl(aq)
MgCl2 direaksikan dengan basa kuat natrium hidroksida menghasilkan endapan
putih Mg(OH)2 yang tidak larut, sehingga diperoleh NaCl yang murni.
2.   Industri Fotografi
Negatif film yang nantinya akan dicetak menjadi foto terdiri dari lapisan tipis kalsium
iodida yang merekat. Sebelum dicetak, negatif film ini dicelupkan dalam larutan perak
nitrat untuk membentuk perak iodida yang sensitif terhadap cahaya. Bila cahaya jatuh
pada film selama proses pencetakan, molekul-molekul perak iodida akan diaktifkan oleh
energi dari cahaya. Film itu kemudian dicuci dengan mencelupkannya dalam sebuah
larutan yang mampu mengganti garam perak yang aktif menjadi partikel-partikel logam
perak sehingga tampak benar-benar hitam. Objek yang merfleksikan paling banyak
cahaya pada piring tampak sebagai daerah gelap dalam negatif, sedangkan objek-
objek yang tidak merefleksikan cahaya tampak transparan.
Pada proses pencetakan, cahaya disinarkan melalui negatif kaca pada kertas yang
dilapisi bahan kimia lain seperti perak klorda. Di tempat negatif gelap, tidak ada cahaya
yang menjangkau kertas itu dan garam perak tidak aktif, sedangkan di tempat negatif
transparan, cahaya mengaktifkan garam perak. Bila kertas dicuci dan diatur dengan
bahan-bahan kimia yang lebih banyak, daerah-daerah gelap menjadi terang, dan
daerah transparan menjadi gelap.

3.   Penghilangan Kesadahan
Air sadah sangat mengganggu kehidupan kita. Air sadah akan mengurangi daya
pembersih dari deterjen, karena Ca 2+ yang terkandung dalam air sadah akan bereaksi
membentuk garam yang sukar larut. Selain itu, air sadah juga dapat membuat peralatan
masak menjadi berkerak. Air sadah adalah air yang mengandung ion Mg 2+ dan
Ca2+ yang cukup tinggi. Selain itu, mengandung anion HCO 3-. Untuk mengatasi
kesadahan biasanya ditambahkan garam yang mengandung ion karbonat (CO 32+) dan
ion bikarbonat (HCO3-). Penambahan ion-ion tersebut akan mengakibatkan Ca 2+ akan
mengendap sebagai CaCO3, dan air pun dapat digunakan dengan baik tanpa
gangguan.

Contoh Soal Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (KSP) dan


Pembahasan
Contoh Soal 1:
Hitunglah kelarutan Cu(OH)2 dalam satuan g/L, jika diketahui Ksp Cu(OH)2 = 2,2 × 10−20.
Pembahasan:
Contoh Soal 2:
Hitunglah kelarutan molar PbI2 dalam larutan KI 0,1 M. (Ksp PbI2 = 7,1 × 10−9)
Pembahasan:

Dalam larutan, KI akan terdisosiasi menjadi ion K+ dan ion I−. Pada larutan KI 0,1 M, [I−] =
0,1 M. Asumsikan s adalah jumlah mol PbI2 yang larut menghasilkan 1 L larutan jenuh,
sehingga terdapat tambahan s mol Pb2+/L dan 2s mol I−/L.
PbI2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2I−(aq)

Oleh karena dapat diduga bahwa s ≪ 0,1, maka dapat diasumsikan (0,1 + 2s) ≈ 0,1.

Jadi, kelarutan molar PbI2 dalam larutan KI 0,1 M adalah 7,1 × 10−7 mol/L.

Sistem koloid
A. Pengertian Sistem Koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata
dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi,
sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium
pendispersi.
Jadi, sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan
medium dispersi atau fasa pendispersi.
- Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus)
- Medium dispersi bersifat kontinu.

B.  Pengelompokan Sistem Koloid 


Sistem
Fase Terdispersi Fase Pendispersi Koloid Contoh
Gas Cair Buih/busa Busa sabun
Gas Padat Busa padat Batu apung, lava
Cair Gas Aerosol Kabut, awan, obat semprot
Cair Cair Emulsi Susu, minyak ikan, saos
Keju, mentega, selai, agar-agar, semir
Cair Padat Gel(emulsi padat) padat, mutiara
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu, buangan knalpot
Padat Cair Sol Kanji, cat lem, tinta, lateks, putih telur
Perunggu, kuningan, kaca bewarna,
Padat Padat Sol padat permata(gem)

C.  Sifat-Sifat Koloid
 
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris.Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan
dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati. 

2.  Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat
padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan
tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.

3.  Elektropresus
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Medan listrik
dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik
ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada
makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan
negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub
ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub
negatif ke kutub positif.  Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada nisbah
muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk
molekulnya.  Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait dengan
sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris lingkungan.
Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi,
dan memurnikan fragmen DNA.

4.  Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat
tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi
adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
Contoh adsorpsi:
-Penyembuhan diare dengan norit
-Penjernihan air dengan tawas
-Pencelupan serat wol untuk proses pewarnaan
-Penjernihan air tebu pada pembuatan gula  
-Penyerapan humus oleh tanah liat 

5.  Koagulasi
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu koloid
dapat mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid
tersebut bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu
hilang, maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses
penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Dalam hal ini,
koagulasi koloid merupakan proses bergabungnya partikel-partikel koloid secara
bersama membentuk zat dengan massa yang lebih besar.
Contoh koagulasi:
- Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalamikoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
- Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan
penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari
lateksnya.
- Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas.
Sol tanah liatdalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan
oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat)
- Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera nenetralkan
partikelalbuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang
menutupi luka.

6.  Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob
yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Contoh koloid pelindung:
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal
besar atau gula
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.

7.  Dialisis
Dialisis merupakan salah satu sifat dari sistem koloid. Dialisis adalah suatu
proses permunian partikel koloid dari ion-ion penganggu kestabilan koloid dengan
penyaringan mengunakan membran atau selaput semipermeabel. Selaput
semipermeabel adalah sejenis alat saring yang dibuat khusus untuk keperluan dialisis
koloid yang memiliki daya saring sangat tinggi. Selaput semipermeabel ini hanya
melewatkan molekul air dan ion-ion saja, sedangkan partikel koloid tetap tinggal.
Prinsip dialisis atau pemisahan koloid dari ion-ion penganggu ini didasarkan
pada perbedaan laju transport partikel. Proses Dialisis Koloid sangatlah sederhana.
Koloid yang akan di dialisis dimasukan kedalam sebuah kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel. Jika kantong berisi koloid tersebut kemudian dimasukan
kedalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion penganggu akan
menembus selaput semipermeabel bersama air dan yang tinggal selaput
semipermeabel hanyalah koloid yang telah dimurnikan.
   
D.  Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan dua metode, yaitu dengan metode
mengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati dan atau menghaluskan bahan kasar
kemudian mendispersikan ke dalam medium pendispersi. Metode pertama disebut
kondensasi dan yang kedua disebut dispersi.

1. Pembuatan Koloid dengan Metode Dispersi


Beberapa metode praktis yang biasa digunakan untuk membuat koloid yang tergolong
cara dispersi adalah cara mekanik, cara peptisasi, homogenisasi, dan cara busur listrik
redig.

a. Pembuatan Koloid dengan Cara Mekanik


Zat-zat yang berukuran besar dapat direduksi menjadi partikel berukuran koloid melalui
penggilingan, pengadukan, penumbukan, dan penggerusan. Zat-zat yang sudah
berukuran koloid selanjutnya didispersikan ke dalam medium pendispersi.

Cara mekanik, contohnya:

-Pengilingan kacang kedelai pada pembuatan tahu dan kecap. Pembuatan cat di
industri, caranya bahan cat digiling kemudian didispersikan ke dalam medium
pendispersi, seperti air.

-Teknik penumbukan dan pengadukan banyak digunakan dalam pembuatan makanan,


seperti kue tart dan mayones. Kuning telur, margarin, dan gula pasir yang sudah
dihaluskan, kemudian dicampurkan dan diaduk menjadi koloid.

-Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai dan lainnya. Industri
kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna, pasta gigi, dan detergen.

b. Pembuatan Koloid dengan Busur Listrik Bredig


Arus listrik bertegangan tinggi dialirkan melalui dua buah elektrode logam (bahan
terdispersi). Kemudian, kedua elektrode itu dicelupkan ke dalam air hingga kedua ujung
elektrode itu hampir bersentuhan agar terjadi loncatan bunga api listrik. Loncatan bunga
api listrik mengakibatkan bahan elektrode teruapkan membentuk atom-atomnya dan
larut di dalam medium pendispersi membentuk sol. Logam-logam yang dapat
membentuk sol dengan cara ini adalah platina, emas, dan perak.

c. Pembuatan Koloid dengan Cara Peptisasi


Dispersi koloid dapat juga diperoleh dari suspensi kasar dengan cara memecah
partikel-partikel suspensi secara kimia. Kemudian, menambahkan ion-ion sejenis yang
dapat diadsorpsi oleh partikel-partikel koloid sampai koloid menjadi stabil. Koagulasi
agregat-agregat yang telah membentuk partikel-partikel berukuran koloid dapat
dihambat karena adanya ion-ion yang teradsorpsi pada permukaan partikel koloid. 
Contohnya, tanah lempung pecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid jika
ditambah NaOH dan akan menjadi koloid jika didispersikan ke dalam air. Partikel-
partikel silikat dari tanah lempung akan mengadsorpsi ion-ion OH– dan terbentuk koloid
bermuatan negatif yang stabil. Cara ini biasa digunakan pada
 1.sol Al(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan HCl encer (sedikit) pada endapan
Al(OH)3 yang baru dibuat,
 2.sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan FeCl3 pada endapan Fe(OH)3,
 3.sol NiS dapat dibuat dengan cara menambahkan H2S pada endapan NiS.

d. Pembuatan Koloid dengan Cara Homogenisasi


Pembuatan koloid jenis emulsi dapat dilakukan dengan menggunakan mesin
penghomogen sampai berukuran koloid.

2. Pembuatan Koloid dengan Metode Kondensasi


Ion-ion atau molekul yang berukuran sangat kecil (berukuran larutan sejati) diperbesar
menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Dengan kata lain, larutan sejati diubah
menjadi dispersi koloid. Pembentukan kabut dan awan di udara merupakan contoh
pembentukan aerosol cair melalui kondensasi molekul-molekul air membentuk
kerumunan (cluster).

Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.

1.  Reaksi Redoks


Contoh:
a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H2S dengan larutan SO2 .
Persamaan reaksinya:
2H2S(g) + SO2(aq) →2H2O(l) + 3S(s)
sol belerang

b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2AuCl3(aq) + 3HCHO(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq)
sol emas

2.  Reaksi Hidrolisis


Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan penguraian garam FeCl3 Persamaan
reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl( aq)
sol Fe(OH)3

3.  Reaksi Dekomposisi Rangkap


 Contoh:
a. Pembuatan sol As2S3, dibuat dengan mengalirkan gas H2S dan asam arsenit
(H3AsO3) yang encer.
Persamaan reaksinya:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 6H2O(l)
sol As2S3

b. Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya:
AgNO3(aq) + NaC1(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Sol AgCl

4.  Reaksi Pergantian Pelarut


Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan
air. Persamaan reaksinya:
S(aq) + alkohol + air → S(s)
larutan S

E. Penggunaan Sistem Koloid dalam Kehidupan


Sehari-hari
Bidang Industri
Sistem koloid digunakan di bidang industri di antaranya daiam industri karet, cat,
gula, pengambilan endapan pengotor udara, dan penjernihan air.

1.Karet

Contoh koloid yang digunakan di bidang industri adalah getah karet. Getah
karet merupakan koloid tipe sol, yaitu dispersi koloid fase padat daiam cairan.
Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid daiam sol getah karet. Karet
alam dengan rumus kimia (C5H8)x merupakan zat padat dengan mOlekul raksasa.
Karet alam dianggap sebagai polimer dari C5H8 (isoprena) yang saling berikatan
membentuk rantai atom C yang sangat panjang melalui reaksi adisi.

2. Cat

Cat merupakan koloid tipe sol cair. Dalam pembuatan cat, partikel-partikel
padat didispersikan daiam suatu pelarut berwujud cair. Partikel-partikel ini berupa
zat warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, dan
zat pereduksi yang dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Agar kestabilan cat
tetap terjaga dan bahan-bahan yang didispersikan tidak menggumpal atau
mengendap, ke daiam cat ditambahkan emulgator. Jenis emulgator ini tergantung
dari jenis medium pendispersinya. Apabila medium pendispersinya berupa senyawa
polar, misal air dan alkohol, emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut polar.
Sebaiiknya, jika medium pendispersinya bersifat nonpolar seperti minyak,
emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut nonpolar.

3. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputih- kan. Gula dilarutkan ke dalam air dan
dialirkan meialui sistem koloid tanah diatome atau karbon. Partikel koloid tersebut
akan mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula menjadi berwarna putih.

4. Pengambilan Endapan Pengotor

Gas atau udara yang dilepaskan dari suatu proses industri mengandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid yang bermuatan. Pengotor ini dapat
dipisahkan dengan cara menarik partikel-partikel koloid menggunakan alat
pengendap elektrostatik (pengendap Cottrell). Alat ini memiliki pelat logam yang
bermuatan berlawanan dengan partikel-partikel koloid.

5. Pewarnaan Kain

Kain menjadi berwarna karena terlebih dahulu diwarnai dengan zat-zat pewarna
dengan cara pencelupan. Kualitas kain yang dicelup bergantung pada daya serap
kain terhadap zat pewarna.Untuk itu, kain yang akan dicelup terlebih dahulu
dicampurkan dengan garam AI2(S04)3. Ketika dicelupkan ke dalam iarutan zat
pewarna, akan dihasilkan koloid AI(OH)3 sehingga kain akan lebih mudah
menyerap wama.

6. Penjernihan Air

Air dari PDAM mengandung partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif. Partikel
koloid tersebut dapat dipisahkan dengan penambahan tawas. Ion Al3+ dari tawas
akan terhidrolisis membentuk partikel koioid AI(OH)3 yang bermuatan positif meialui
reaksi berikut.

Al3+ + 3H20 → AI(OH)3 + 3H+

Senyawa AI(ON3) akan menetralkan muatan negatif dari partikel koloid dalam air
keran dan menggumpalkannya. Dengan demikian, partikel tersebut akan
mengendap bersama tawas karena pengaruh gravitasi.

Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan. Susu dan santan
termasuk emulsi lemak dalam air. Emulsi biasanya distabilkan oleh emulgator,
contoh kasein dalam susu. Kasein terdiri atas berbagai macam protein yang
mengandung fosfor. Kasein berfungsi menstabilkan dispersi lemak dalam air. Lemak
tidak dapat terdispersi saat susu menjadi basi. Ini disebabkan oleh adanya bakteri
yang merusak protein (kasein) dalam susu. Akibatnya, lemak menggumpal dan
terpisah dari medium pendispersinya yaitu air.

Bidang Farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit perut akibat
bakteri patogen dengan norit. Sakit perut dapat terjadi jika terdapat gas yang
terjebak dalam pencernaan. Sakit perut juga dapat disebabkan oleh bakteri dalam
perut yang menghasilkan zat racun. Norit yang terbuat dari karbon aktif akan
membentuk sistem koloid di dalam pencernaan. Koloid yang terbentuk akan
mengadsorpsi gas atau zat racun sehingga konsentraSinya berkurang.

Bidang Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk
koloid mempunyai beberapa kelebihan seperti berikut.

 Mudah dibersihkan.
 Tidak merusak kulit dan rambut.
 Mengandung dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan.
 Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi,
pelembut, dan pewarna.

Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut.

 Sol padat, contoh lipstik dan pensil alis.


 Sol, contoh cat kuku, masker, dan maskara.
 Emulsi, contoh pembersih muka.
 Aerosol, contoh hair spray, parfum semprot, dan penyegar mulut bentuk
semprot.
 Buih, contoh sabun cukur.
 Gel, contoh minyak rambut (Jelly) dan deodoran.

Contoh Soal Koloid


1. Saat sinar matahari masuk melalui celah daun pohon di pagi hari yang
berkabut, berkas sinar tersebut dihamburkan. Hal tersebut menunjukkan sifat
khas larutan koloid yang termasuk …

 a. Elektroforesis
 b. Gerak Brown
 c. Efek Tyndall
 d. Koagulasi
 e. Adsorbsi

Pembahasan
Efek Tyndall pada koloid ditandai dengan adanya penghamburan cahaya apabila
seberkas sinar dikenai pada koloid tersebut.

2. Ion-ion pengganggu dapat dihilangkan dengan cara …

 a. Dialisis
 b. Absobsi
 c. Mekanik
 d. Peptisasi
 e. Kondensasi

Pembahasan
Dialisis adalah proses menghilangkan muatan koloid (ion-ion) melalui membran
semipermeabel

Anda mungkin juga menyukai