kelas xi
Nama :
YORI RAMADHAN
Guru pembimbing :
NITA HERDIANA S.Pd.
Jika suatu pH larutan asam basa telah diplotkan sebagai fungsi dari volum
larutan basa atau asam tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu
grafik yang bisa disebut kurva titrasi.
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut :
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai
berikut :
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :
Ma . Va = Mb . Vb
2Ma . Va = Mb . Vb
Ma . Va = 2Mb . Vb
Penentuan kadar asam asetat yang merupakan asam lemah dilakukan dengan
titrasi menggunakan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau basa lemah
seperti natrium tetraborat (Na2[B4O5(OH)4]·8H2O) dengan indikator titrasi yang sesuai.
Titrasi dilakukan pula pada berbagai produk yang sering kita temui, antara lain:
2). Tentukan Konsentrasi 20 ml Ca(OH)2 yang dititrasi dengan 100 ml larutan HCI
0,1 M !
Penyelesaian :
Diketahui :
Ma = 0,3 M
Va = 10 ml
Vb = 75 ml
nA = 1
nB = 1
Jawab soal 1 :
Mb = Va x Ma x nA/Vb x nB
Mb = 10 x 0,3 x 1/75 x 1
Mb = 0,04 M
Jawab soal b :
Mb = Va x Ma x nA = Vb x Mb nB
Mb = 100 x 0,1 x 1 = 20 x Mb x 2
Mb = 100 x 0,1 x 1 : 40
Mb = 0,25 M
Kesetimbangan kelarutan
Pelarutan dan pengendapan merupakan reaksi kimia yang umum terjadi di sekitar
kehidupan kita sehari-hari dan bahkan di dalam tubuh kita. Enamel gigi yang komposisi
utamanya adalah mineral hidroksiapatit [Ca5(PO4)3OH] dapat mengalami pelarutan dalam
medium bersifat asam yang secara lanjut akan menyebabkan karies gigi.
Kelarutan (s)
Jika kita melarutkan sedikit garam dapur (NaCl), misalnya 10 g ke dalam 100 mL air
pada suhu ruang, maka seluruh NaCl akan larut. Bagaimana bila kita menambahkan lebih
banyak NaCl? Apakah tambahan NaCl tersebut masih akan larut? Adakah batasan di mana
NaCl tidak dapat larut lagi?
Bila kita melarutkan 100 g NaCl ke dalam 100 mL air, maka sebagian NaCl akan
tidak larut. Pada kondisi ini, larutan dikatakan “jenuh”. Larutan jenuh adalah larutan di mana
pelarut tidak dapat melarutkan zat terlarut lagi sehingga terdapat zat terlarut yang tidak larut
(mengendap). Kelarutan (solubility) didefinisikan sebagai jumlah maksimum zat yang dapat
larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan suatu zat biasanya
dinyatakan dalam satuan g/L atau mol/L. Kelarutan yang dinyatakan dalam mol/L biasanya
disebut sebagai kelarutan molar, s.
Kelarutan molar = molaritas larutan jenuh; s = n / V. Jadi, massa zat terlarut harus
dikonversi terlebih dahulu menjadi jumlah mol zat terlarut. Lalu, molaritas larutan ditentukan
dari jumlah mol zat terlarut per satuan volum larutan.
Konsentrasi ion Ag+ dan ion CO32− dalam larutan jenuh pada saat setimbang dapat
dikaitkan dengan kelarutan Ag2CO3 sesuai dengan stoikiometri perbandingan koefisien
reaksi. Jika kelarutan Ag2CO3 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag + sama
dengan 2s dan konsentrasi ion CO32− sama dengan s.
Ag2CO3(s) ⇌ 2Ag+(aq) + CO32−(aq)
Bila Mg(OH)2 dilarutkan dalam larutan buffer dengan pH = 9,0, maka pOH = 5,0 dan [OH −] =
1,0 × 10−5, maka melalui perhitungan persamaan tetapan kesetimbangan kelarutan
Mg(OH)2 diperoleh:
Kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan buffer pH 9,0 adalah 0,18 mol/L. Hal ini
menunjukkan bahwa kelarutan Mg(OH)2 meningkat seiring dengan penurunan pH larutan.
Secara umum, jika pH mengalami penurunan, maka kelarutan senyawa hidroksida akan
meningkat.
Garam lainnya dengan anion seperti CO32−, PO43−, CN−, dan S2− juga memiliki
kecenderungan yang sama. Secara umum, jika pH mengalami penurunan, maka kelarutan
garam dari asam lemah akan meningkat.
Memprediksikan Pengendapan
Pada pembahasan kesetimbangan kimia telah dijelaskan kuosien reaksi (Q) yang
digunakan untuk menentukan arah berlangsungnya reaksi untuk mencapai kesetimbangan.
Dalam kesetimbangan kelarutan, nilai Q adalah hasil kali konsentrasi molar ion-ion dalam
larutan dengan asumsi zat terdisosiasi sempurna. Perbandingan nilai Q dengan K sp dapat
digunakan untuk memprediksikan terjadi atau tidaknya pengendapan, sebagaimana
ketentuan berikut.
Jika Q < Ksp, larutan belum jenuh dan tidak terbentuk endapan.
Jika Q = Ksp, larutan tepat jenuh, namun belum terbentuk endapan.
Jika Q > Ksp, terbentuk endapan.
3. Penghilangan Kesadahan
Air sadah sangat mengganggu kehidupan kita. Air sadah akan mengurangi daya
pembersih dari deterjen, karena Ca 2+ yang terkandung dalam air sadah akan bereaksi
membentuk garam yang sukar larut. Selain itu, air sadah juga dapat membuat peralatan
masak menjadi berkerak. Air sadah adalah air yang mengandung ion Mg 2+ dan
Ca2+ yang cukup tinggi. Selain itu, mengandung anion HCO 3-. Untuk mengatasi
kesadahan biasanya ditambahkan garam yang mengandung ion karbonat (CO 32+) dan
ion bikarbonat (HCO3-). Penambahan ion-ion tersebut akan mengakibatkan Ca 2+ akan
mengendap sebagai CaCO3, dan air pun dapat digunakan dengan baik tanpa
gangguan.
Dalam larutan, KI akan terdisosiasi menjadi ion K+ dan ion I−. Pada larutan KI 0,1 M, [I−] =
0,1 M. Asumsikan s adalah jumlah mol PbI2 yang larut menghasilkan 1 L larutan jenuh,
sehingga terdapat tambahan s mol Pb2+/L dan 2s mol I−/L.
PbI2(s) ⇌ Pb2+(aq) + 2I−(aq)
Oleh karena dapat diduga bahwa s ≪ 0,1, maka dapat diasumsikan (0,1 + 2s) ≈ 0,1.
Sistem koloid
A. Pengertian Sistem Koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata
dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi,
sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium
pendispersi.
Jadi, sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan
medium dispersi atau fasa pendispersi.
- Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus)
- Medium dispersi bersifat kontinu.
C. Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris.Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan
dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag
ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat
padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan
tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.
3. Elektropresus
Elektroforesis adalah teknik pemisahan komponen atau molekul bermuatan
berdasarkan perbedaan tingkat migrasinya dalam sebuah medan listrik. Medan listrik
dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik
ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada
makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul yang bermuatan
negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus listrik dari suatu kutub
ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul tersebut akan bergerak dari kutub
negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak molekul tersebut tergantung pada nisbah
muatan terhadap massanya serta tergantung pula pada bentuk
molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan gaya Lorentz, yang terkait dengan
sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan kondisi elektris lingkungan.
Secara umum, elektroforesis digunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi,
dan memurnikan fragmen DNA.
4. Adsorpsi
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat
tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi
adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas
permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
Contoh adsorpsi:
-Penyembuhan diare dengan norit
-Penjernihan air dengan tawas
-Pencelupan serat wol untuk proses pewarnaan
-Penjernihan air tebu pada pembuatan gula
-Penyerapan humus oleh tanah liat
5. Koagulasi
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu koloid
dapat mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid
tersebut bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu
hilang, maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses
penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Dalam hal ini,
koagulasi koloid merupakan proses bergabungnya partikel-partikel koloid secara
bersama membentuk zat dengan massa yang lebih besar.
Contoh koagulasi:
- Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalamikoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
- Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan
penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari
lateksnya.
- Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas.
Sol tanah liatdalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan
oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat)
- Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera nenetralkan
partikelalbuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang
menutupi luka.
6. Koloid Pelindung
Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif
besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel
terdispersinya mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob
yang bersifat kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.
Contoh koloid pelindung:
- Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal
besar atau gula
- Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
7. Dialisis
Dialisis merupakan salah satu sifat dari sistem koloid. Dialisis adalah suatu
proses permunian partikel koloid dari ion-ion penganggu kestabilan koloid dengan
penyaringan mengunakan membran atau selaput semipermeabel. Selaput
semipermeabel adalah sejenis alat saring yang dibuat khusus untuk keperluan dialisis
koloid yang memiliki daya saring sangat tinggi. Selaput semipermeabel ini hanya
melewatkan molekul air dan ion-ion saja, sedangkan partikel koloid tetap tinggal.
Prinsip dialisis atau pemisahan koloid dari ion-ion penganggu ini didasarkan
pada perbedaan laju transport partikel. Proses Dialisis Koloid sangatlah sederhana.
Koloid yang akan di dialisis dimasukan kedalam sebuah kantong yang terbuat dari
selaput semipermeabel. Jika kantong berisi koloid tersebut kemudian dimasukan
kedalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ion-ion penganggu akan
menembus selaput semipermeabel bersama air dan yang tinggal selaput
semipermeabel hanyalah koloid yang telah dimurnikan.
D. Pembuatan Sistem Koloid
Sistem koloid dapat dibuat dengan dua metode, yaitu dengan metode
mengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati dan atau menghaluskan bahan kasar
kemudian mendispersikan ke dalam medium pendispersi. Metode pertama disebut
kondensasi dan yang kedua disebut dispersi.
-Pengilingan kacang kedelai pada pembuatan tahu dan kecap. Pembuatan cat di
industri, caranya bahan cat digiling kemudian didispersikan ke dalam medium
pendispersi, seperti air.
-Industri makanan, yaitu pada pembuatan es krim, jus buah, selai dan lainnya. Industri
kimia, yaitu pada pembuatan cat, zat pewarna, pasta gigi, dan detergen.
Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi
hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut.
b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl3 dengan larutan encer formalin (HCHO).
Persamaan reaksinya:
2AuCl3(aq) + 3HCHO(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq)
sol emas
b. Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya:
AgNO3(aq) + NaC1(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Sol AgCl
1.Karet
Contoh koloid yang digunakan di bidang industri adalah getah karet. Getah
karet merupakan koloid tipe sol, yaitu dispersi koloid fase padat daiam cairan.
Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid daiam sol getah karet. Karet
alam dengan rumus kimia (C5H8)x merupakan zat padat dengan mOlekul raksasa.
Karet alam dianggap sebagai polimer dari C5H8 (isoprena) yang saling berikatan
membentuk rantai atom C yang sangat panjang melalui reaksi adisi.
2. Cat
Cat merupakan koloid tipe sol cair. Dalam pembuatan cat, partikel-partikel
padat didispersikan daiam suatu pelarut berwujud cair. Partikel-partikel ini berupa
zat warna, oksida logam, bahan penstabil, bahan pengawet, zat pencemerlang, dan
zat pereduksi yang dihaluskan hingga berukuran partikel koloid. Agar kestabilan cat
tetap terjaga dan bahan-bahan yang didispersikan tidak menggumpal atau
mengendap, ke daiam cat ditambahkan emulgator. Jenis emulgator ini tergantung
dari jenis medium pendispersinya. Apabila medium pendispersinya berupa senyawa
polar, misal air dan alkohol, emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut polar.
Sebaiiknya, jika medium pendispersinya bersifat nonpolar seperti minyak,
emulgatomya harus dapat larut daiam pelarut nonpolar.
3. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputih- kan. Gula dilarutkan ke dalam air dan
dialirkan meialui sistem koloid tanah diatome atau karbon. Partikel koloid tersebut
akan mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula menjadi berwarna putih.
Gas atau udara yang dilepaskan dari suatu proses industri mengandung zat-zat
pengotor berupa partikel-partikel koloid yang bermuatan. Pengotor ini dapat
dipisahkan dengan cara menarik partikel-partikel koloid menggunakan alat
pengendap elektrostatik (pengendap Cottrell). Alat ini memiliki pelat logam yang
bermuatan berlawanan dengan partikel-partikel koloid.
5. Pewarnaan Kain
Kain menjadi berwarna karena terlebih dahulu diwarnai dengan zat-zat pewarna
dengan cara pencelupan. Kualitas kain yang dicelup bergantung pada daya serap
kain terhadap zat pewarna.Untuk itu, kain yang akan dicelup terlebih dahulu
dicampurkan dengan garam AI2(S04)3. Ketika dicelupkan ke dalam iarutan zat
pewarna, akan dihasilkan koloid AI(OH)3 sehingga kain akan lebih mudah
menyerap wama.
6. Penjernihan Air
Air dari PDAM mengandung partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif. Partikel
koloid tersebut dapat dipisahkan dengan penambahan tawas. Ion Al3+ dari tawas
akan terhidrolisis membentuk partikel koioid AI(OH)3 yang bermuatan positif meialui
reaksi berikut.
Senyawa AI(ON3) akan menetralkan muatan negatif dari partikel koloid dalam air
keran dan menggumpalkannya. Dengan demikian, partikel tersebut akan
mengendap bersama tawas karena pengaruh gravitasi.
Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan. Susu dan santan
termasuk emulsi lemak dalam air. Emulsi biasanya distabilkan oleh emulgator,
contoh kasein dalam susu. Kasein terdiri atas berbagai macam protein yang
mengandung fosfor. Kasein berfungsi menstabilkan dispersi lemak dalam air. Lemak
tidak dapat terdispersi saat susu menjadi basi. Ini disebabkan oleh adanya bakteri
yang merusak protein (kasein) dalam susu. Akibatnya, lemak menggumpal dan
terpisah dari medium pendispersinya yaitu air.
Bidang Farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit perut akibat
bakteri patogen dengan norit. Sakit perut dapat terjadi jika terdapat gas yang
terjebak dalam pencernaan. Sakit perut juga dapat disebabkan oleh bakteri dalam
perut yang menghasilkan zat racun. Norit yang terbuat dari karbon aktif akan
membentuk sistem koloid di dalam pencernaan. Koloid yang terbentuk akan
mengadsorpsi gas atau zat racun sehingga konsentraSinya berkurang.
Bidang Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk
koloid mempunyai beberapa kelebihan seperti berikut.
Mudah dibersihkan.
Tidak merusak kulit dan rambut.
Mengandung dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan.
Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi,
pelembut, dan pewarna.
a. Elektroforesis
b. Gerak Brown
c. Efek Tyndall
d. Koagulasi
e. Adsorbsi
Pembahasan
Efek Tyndall pada koloid ditandai dengan adanya penghamburan cahaya apabila
seberkas sinar dikenai pada koloid tersebut.
a. Dialisis
b. Absobsi
c. Mekanik
d. Peptisasi
e. Kondensasi
Pembahasan
Dialisis adalah proses menghilangkan muatan koloid (ion-ion) melalui membran
semipermeabel