Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin (Soegondo, 2007). DM adalah salah satu jenis penyakit
degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara
seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (2016) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2015 sebesar 8,3% dari
keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2015
menjadi 387 juta kasus. Indonesia negara dengan penderita diabetes terbanyak
keempat di dunia setelah India (31,7 juta), China (20,8 juta) dan Amerika
Serikat (17,7 juta) (Medan Bisnis Daily, 2011). Angka kejadian DM menurut
data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat
menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta
jiwa. Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Kebumen 2015, penemuan
kasus baru DM sejumlah 2.216 kasus
Penyakit ini dapat mengenai banyak orang pada semua lapisan
masyarakat diseluruh dunia. DM seperti juga penyakit tidak menular lainnya
akan berkembang menjadi suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di
Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar bagi pelayanan
kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui
komplikasi-komplikasi (Waspadji, 2008). DM disebut dengan the silent killer
karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain
gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke. Tidak jarang, penderita DM yang sudah
parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,
2010).
Menurut WHO (2011), Indonesia termasuk sepuluh negara dengan
jumlah kusus diabetes militus terbanyak di dunia. Pada tahun 2000, Indonesia
berada pada peringkat keempat dengan jumlah sebesar 8,4 juta orang, dan
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan menjadi 300 juta orang bahkan di
prediksi jumlah akan meningkat pada tahun 2030menjadi 366 juta orang.
(Depkes RI, 2015)
Brunner dan Suddarth (2012) menyatakan Gangguan atau kelainan
pada kaki pasien penderita diabetes adalah adanya suatu kelainan pada saraf,
kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga hal
tersebut, yang paling berperan adalah kelainan pada saraf, sedangkan kelainan
pembuluh darah lebih berperan nyata pada penyembuhan luka sehingga
menentukan nasib kaki. Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf
sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom. Selain itu, terjadi perubahan daya
membesar-mengecil pembuluh darah vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah
tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi kaku.Keadaan lebih lanjut terjadi
perubahan bentuk kaki Charchot, yang menyebabkan perubahan daerah
tekanan kaki yang baru dan berisiko terjadinya luka.
Ribu dan Wahl (2014) menyatakan Ulkus (luka) kaki pada pasien DM
merupakan tanda adanya komplikasi vaskular dan neuropathy. Ulkus kaki
pada pasien DM disebabkan oleh kurangnya suplai darah pada arteri dan atau
vena. Seperti pada pasien ulkus kronik umumnya, pasien ulkus DM dapat
merasakan kehilangan sensasi, mudah terjadi trauma dan kerusakan kulit,
deformitas kaki bahkan sampai mengalami hospitalisasi hingga amputasi.
Clayton dan Tom (2009) mengungkapkan bahwa komplikasi lanjut ulkus
diabetik adalah infeksi kronis.
Sekitar 80% penduduk dunia menggunakan pengobatan tradisional
untuk menyembuhkan dan perawatan kesehatan (WHO, 2012). Madu bisa
digunakan sebagai salah satu metode pengobatan luka menggunakan bahan
alami. Madu merupakan salah satu pengobatan tradisional digunakan di
masyarakat untuk penanganan atau pengobatan luka.
Madu bersifat antimikroba karena tersusun atas beberapa molekul gula
seperti fruktosa dan glukosa sejumlah mineral dan vitamin. Dibawah ini
kandungan madu murni tersusun dari air 17%, glukosa 31,5% maltosa 7,2%
fruktosa 38,5% sukrosa 1,5%, karbohidrat 4,2% vitamin 0,5% energi, kalori,
enzim dan mineral (Hotnida,1999).
Madu dapat digunakan untuk terapi topical sebagai dressing pada luka
ulkus kaki, ulkus dekubitus, ulkus kaki diabetes, infeksi akibat trauma dan
pasca operasi serta luka bakar. Madu dapat meningkatkan waktu
penyembuhan luka bakar (Evan and Flavin, 2008; jull et al,2008 dalam
Haryanto, 2010).
Dari survei lapangan masih banyak Rumah Sakit menggunakan Nacl
0,9% sebagai bahan pengobatan dan pembersihan luka yang dinilai kurang
efektif, jadi peneliti ingin mencoba pengobatan luka menggunakan bahan
alami yaitu madu, dalam study kasus ini untuk mengetahui efektifitas
pengaruh madu terhadap penyembuhan luka diabetes melitus
Dari data atau uraian latar belakang di atas, penulis merasa tertarik
untuk melakukan literature review dalam mengidentifikasi pengaruh madu
terhadap penyembuhan luka diabetes mellitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah di jabarkan dalam latar
belakangg, maka peneliti tertarik untuk melakukan literature review
menganalisis metode perawatan luka diabetes mellitus menggunakan madu.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh madu terhadap penyembuhan luka diabetes
mellitus.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui efektifitas madu dalam penyembuhan luka
b. Untuk mengetahui pengaruh madu terhadap penyembuhan luka
diabetes mellitus
D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis
1. Secara teoritis
Madu dapat digunakan untuk terapi topical sebagai dressing pada luka
ulkus kaki, ulkus dekubitus, ulkus kaki diabetes, infeksi akibat trauma dan
pasca operasi serta luka bakar. Madu dapat meningkatkan waktu
penyembuhan luka bakar (Evan and Flavin, 2008; jull et al,2008 dalam
Haryanto, 2010).
Hasil dari review ini dapat memberikan informasi yang dapat
digunakan dalam ilmu pengetahuan dalam keperawatan.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Hasil dari review ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
ilmiah dalam mengembangkan penelitian terkait cara penyembuhan
luka dibates mellitus mengguakan madu.
b. Hasil dari review ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi institusi
pendidikan dalam memberikan informasi kesehatan kepada mahasiswa
keperawatan terkait cara perawatan luka menggunakan madu.
c. Bagi responden
Sebagai sumber informasi bagi para pasien untuk mengetahui manfaat
dari madu dalam perewatan luka.

Anda mungkin juga menyukai