Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan data dari
WHO (World Health Organisation) menyebutkan bahwa insiden apendisitis di
Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% dari total populasi
penduduk. Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 orang telah menjalani operasi
apendiktomi setiap tahunnya. Sumberlain juga menyebutkan bahwa
apendisitis terjadi pada 7% populasi di Amerika Serikat, dengan insidens 1,1
kasus per 1000 orang per tahun. Penyakit ini juga penyebab paling umum
dilakukannya bedah abdomen darurat di Amerika Serikat. Dinegara lain
seperti negara Inggris, juga memiliki angka kejadian apendisitis yang cukup
tinggi. Sekitar 40.000 orang masuk rumah sakit di Inggris karena penyakit ini
(WHO,2014).
Laporan Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2013) mengenai kejadian
appendiktomi meningkat dari 167 pada tahun 2006 menjadi 983 kasus pada
tahun 2007 dan 1.281 kasus pada tahun 2008. Berdasarkan Tabulasi Nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, tindakan bedah
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia
dengan presentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan
Indikasi bedah appendiktomi.
Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih
dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan
melekat pada sekum. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi antibiotik, insiden
dan angka kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Apabila tidak
ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal (Kowalak,
2017). Penatalaksanaan untuk masalah keperawatan tersebut adalah dengan
tindakan medis apendiktomi (Lemone dkk., 2015).
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks
(Haryono, 2019). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur
tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau
penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi

1
2

dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut


seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas, 2015).
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendiks yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke
ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat
dan kenyamanan) (Muttaqin, 2016). Masalah yang banyak terjadi pada
penderita post apendiktomi yaitu nyeri akut (Wilkinson & Ahern, 2016).
Apabila tidak ditangani secara serius dapat berdampak pada perubahan
kualitas kebutuhan dasar manusia pada pasien post operasi.
Pemotongan atau peregangan jaringan pasca operasi apendiktomi yang
menimbulkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar sehingga
mengakibatkan nyeri akut pasca operasi, sehingga menimbulkan stimulus
nosiseptif yang merangsang reseptor nosiseptif. Pada reseptor nosiseptif,
stimulus tersebut ditransduksi menjadi impuls melalui serat aferen primer
cfiber dan aδ-fiber, kemudian diteruskan ke medulla spinalis. Neuron aferen
primer bersinaps dengan neuron aferen sekunder di kornu dorsalis medula
spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri dan pusat yang lebih
tinggi lainnya, melalui jalur spinotalamikus kontralateral dan spinoretikularis.
Impuls tersebut diproses oleh pusat dengan mekanisme yang kompleks
menjadi pengalaman nyeri (Suseno, dkk 2017 dalam Erna Dwi, 2019).
Nyeri pada dasarnya merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh
yang timbul bilamana jaringan sedang rusak, sensasi nyeri menyebabkan
individu bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut (Syaifudin, 2016).
Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
kulit, mukosa. Nyeri post apendiktomi termasuk dalam pheriperal pain, karena
nyeri terasa pada kulit tempat insisi bedah dilakukan. Nyeri apendiktomi juga
termasuk dalam nyeri somatik ini berawal dari ligamen, tendon, tulang,
pembuluh darah, dan saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatik,
bersifat tajam dan dapat dilokalisasi. (Asmadi, 2017).
3

Nyeri pada pasien post operasi dapat diatasi dengan memberikan


manajemen farmakologi dan non farmakologi. Manajemen farmakologi yang
biasa digunakan untuk mengatasi nyeri kebanyakan dengan menggunakan
obat-obatan analgesik. Penatalaksanaan nyeri non farmakologis yaitu, dengan
teknik distraksi (pengalihan), teknik relaksasi (relaksasi nafas dalam dan
relaksasi progresif) dan stimulasi kulit (terapi kompres hangat dan dingin serta
massage) (Hidayat & Uliyah, 2014).
Berdasarkan pengamatan di rumah sakit dalam perawatan pasien pasca
operasi apendiktomi, seringkali dijumpai walaupun telah diberikan
penanganan secara farmakologi, pasien tetap mengalami nyeri, sehingga
sangat mengganggu dan membatasi pasien untuk melakukan aktivitas. Karena
itu, dalam penanganan nyeri dibutuhkan pula penanganan non farmakologi
yang merupakan terapi komplementer atau pelengkap untuk menunjang
intervensi nyeri pasien pasca operasi apendiktomi, antara lain adalah dengan
pemberian kompres hangat di sekitar area yang terasa nyeri.
Kompres hangat dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah
sehingga menambah pemasukan oksigen, nutrisi, dan leukosit ke jaringan
sehingga memperkecil inflamasi, menurunkan kekakuan dan nyeri otot serta
mempercepat penyembuhan jaringan lunak, selain itu peningkatan aliran darah
dapat menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti bardikinin, histamin,
dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Selain itu kompres hangat
dapat merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi
impuls nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat Kompres hangat
akan menenangkan pasien, dan juga meningkatkan penerimaan terhadap jenis
masase yang dihentakkan yang tidak dapat ditoleransi saat kulit yang sensitif
atau sakit (Simkin & Ancheta, 2017).
Kompres hangat merupakan terapi modalitas dalam bentuk stimulasi
kutaneus. Teknik stimulasi kutaneus dapat meredakan nyeri secara efektif.
Teknik ini mendistraksi pasien dan memfokuskan perhatian pada stimulasi
taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi persepsi
nyeri (Kozier & Erb, 2009 dalam Yovita, 2018). Stimulasi kompres hangat
merupakan salah satu solusi praktis untuk mengurangi rasa nyeri.
4

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui


pengaruh kompres hangat terhadap penurun intensitas nyeri pada pasien post
operasi apendiktomi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang dibahas maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu, “Apakah ada pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi?”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui intensitas nyeri terhadap pemberian kompres
hangat pada pasien post operasi apendiktomi
b. Untuk mengetahui pentingnya tindakan kompres hangat terhadap
penurun intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi
c. Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk
memperdalam dan pengembangan teori asuhan keperawatan pada pasien
post operasi apendiktomi dan bahan evaluasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien
post operasi apendiktomi dengan masalah keperawatan nyeri.
Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan asuhan
keperawatan dalam peningkatan kondisi pasien post operasi apendiktomi.
5

2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahauan,
masukan dan pertimbangan bagi perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien post operasi apendiktomi yang menjalani
perawatan dengan meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dalam
upaya peningkatan kondisi pasien secara bio, psiko, sosio, kultural dan
spiritual.

E. Keaslian Penelitian

1.1 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Tahu Hasil Perbedaan Persamaan
. Penelitian n
1 Rike Pengaruh 2019 Dari hasil uji Variable Pemberian
Anjarwat kompres statistik Wilcoxon penelitian kompres
i hangat didapat nilai p “kompres hangat
terhadap value 0,004 lebih hangat dan terhadap
mortalitas kecil dari pada mortalitas pasien post
usus pasien nilai signifikansi usus” operasi
post operasi yang ditetapkan apendiktomi
apendiktomi peneliti yaitu 0,05
di ruang oleh karena itu
bedah RSUD Ha diterima
dr. Abdul terjadi kenaikan
Aziz mortalitas usus
Singkawang pada responden
Tahun 2019 post operasi
apendiktomi
setelah dinerikan
kompres hangat.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian literatur riview kali ini yaitu, asosiatfi analitik,
penelitian ini bertujuan mencari hubungan anatar variable yang diteliti
(Dharma, 2011). Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya diperoleh dari pihak lain
yang berasal dari buku-buku, literatur, artikel dan ilmiah-ilmiah. (Husein
Umar, 2011). Pengumpulan data penelitian ini bersumber dari beragam
informasi kepustakaan (Buku Ensiklopedia, Jurnal Ilmiah, Koran, Majalah,
Dan Dokumen).
Penelitian literatur riview ini bertujuan mencari pengaruh kompres
hangat terhadap intensitas nyeri post operasi apendiktomi dengan
pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali
melalui beragam informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah dan dokumen).

B. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan durasi selama 3 bulan, dan waktu
pengambilan data dilaksanakan selama kurang lebih 4 minggu.

C. Variable Penelitian
Variabel penelitian literatur riview ini, variable independen (bebas)
yaitu kompres hangat pada pasien post operasi apendiktomi , sedangkan
variable dependen (terikat) intensitas nyeri pada pasien post operasi
apendiktomi.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kompres Hangat Intensitas Nyeri Post Operasi

Gambar. 2.1 Variabel Penelitian

6
7

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau layak diteliti yaitu:
a. Artikel atau jurnal yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan
tujuan penelitian
b. Artikel atau jurnal yang memiliki struktur penulisan yang lengkap
c. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan keyword yaitu kompres hangat
dan nyeri post operasi
d. Artikel atau jurnal FULL Text baik berbahasa Indonesia, bahasa Inggris,
ataupun bahasa asing lainnya
e. Artikel atau jurnal penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2010 –
2021
f. Artikel atau jurnal yang memiliki responden dengan keluhan nyeri
ringan, sedang hingga berat.
g. Artikel atau jurnal yang melakukan tindakan keperawatan kompres
hangat terhadap intensitas nyeri
Kriteria ekslusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat
dimasukkan atau tidak layak di teliti yaitu:
a. Artikel atau jurnal tidak memiliki struktur penulisan yang lengkap
b. Artikel atau jurnal yang tidak terdapat volume dan nomor ISSN
c. Artikel atau jurnal selain Teknik pemberian kompres hangat
d. Artikel atau jurnal yang tidak sesuai keyword yaitu kompres hangat dan
nyeri post operasi.
e. Artikel atau jurnal yang dipublikasikan sebelum tahun 2010

E. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi sistematis. Observasi sistematis adalah pengamatan yang
dilakukan menggunakan pedoman atau kerangka observasi yang berisi
aspek perilaku yang ingin diketahui (Dharma, 2011). Pengumpulan data
penelitian ini melakukan observasi dengan melakukan riview jurnal yang
8

menjadi sumber data dari berbagai informasi kepustakaan (Buku


Ensiklopedia, Jurnal Ilmiah, Koran, Majalah, Dan Dokumen).

F. Metode Analisis Data


Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman
penelitian tentang kasus yang diteliti dan pengkajinya sebagai temuan dari
orang lain. Dalam penelitian literatur riview ini melakukan analisis data dari
berbagai informasi kepustakaan (Buku Ensiklopedia, Jurnal Ilmiah, Koran,
Majalah, Dan Dokumen) menggunakan pedoman yang disesuaikan dengan
PICOS (Population, Intervensi, Comparation, Outcome, and Study design).
PICOS, menjadi pedomana dalam menganalisis jurnal – jurnal yang
menjadi sumber data dalam penelitian kali ini.

G. Pencarian Literatur

Tabel 2.2 Pencarian Jurnal


Kode Kata Kunci Database
Pencarian Google PubMed Science
ID# Scholer Direct
S1 Kompres Hangat 1.550 hasil 3 hasil 4.083 hasil

S2 Intensitas Nyeri Post 1.550 hasil 3 Hasil 1.879 hasil


Operasi
S3 Kompres Hangat dan 40 hasil 0 hasil 39 hasil
Intensitas Nyeri Post
Operasi
S4 #S1 dan #S2 dan #S3 3.140 hasil 6 hasil 6.001 hasil
Total Jurnal 9.147 hasil
Jumlah yang dapat diidentifikasi
dengan kriteria inklusi 8 hasil

Berdasarkan hasil pencarian Jurnal Nasional menggunakan database


Google Scholar dengan kata kunci “Kompres Hangat” dan “Intensitas Nyeri
Post Operasi” didapatkan hasil sebanyak 3.100 artikel, kemudian diperjelas
dengan kata kunci ” Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Post
Operasi” didapatkan hasil sebanyak 40 artikel. Berdasarkan hasil pencarian
9

Jurnal Internasional menggunakan database PubMed dan Science Direct


dengan kata kunci “Kompres Hangat” dan “Intensitas Nyeri Post Operasi”
didapatkan hasil sebanyak 5.968 artikel, kemudian diperjelas dengan kata
kunci ” Kompres Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi”
didapatkan hasil sebanyak 39 artikel. Jadi total Jurnal Nasional dan
Internasional adalah 9.147 artikel yang ditemukan sesuai dengan kata kunci
pencarian tersebut, selanjutnya dilakukan scrining. Jurnal yang dipublikasi
tidak sesuai kriteria inklusi, apabila tidak masuk kedalam kriteria, maka
jurnal akan di eliminasi sehingga didapatkan 8 jurnal full text yang diambil
berdasarkan tahun terbaru sebagai Sampel untuk direview oleh peneliti.

H. Kelemahan Penelitian
1. Kesulitan dalam menemukan jurnal literatur riview yang sesuai
berdasarkan kata kunci
2. Kesulitan dalam menganalisis setiap jurnal yang dilakukan riview
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Daftar Jurnal Literatur Riview


Setelah dilakukan pencarian dilakukan screening yaitu penyaringan terhadap jurnal sehingga didapatkan 8 jurnal dalam bentuk
fulltext yang selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut .

Tabel 3.3 Daftar Jurnal Literatur Riview


No. Penulis Tahun Volume, Judul Metode (Desain, Sample, Variabel, Hasil Penelitian Databes
Publikasi Angka Instrumen, Analisis)
1 Yovita Handayani 2018 Volume Perbedaan Efektifitas Desain: Pre-Eksperiment Design Hasil uji perbandingan Google
Ina Talu , Vita 3, Kompres Dingin dan dengan desain studi true independent sample test Scholer
Maryah , Mia Nomor 1 Kompres Hangat Terhadap eksperimen (pretest-posttest kontrol efektifitas kompres hangat
Andinawati Penurunan Intensitas Nyeri group design). terhadap penurunan
pada Pasien Post Operasi Sample: Teknik purposive intensitas nyeri pada
Appendicitis di RSUD sampling pasien post operasi
Waikabubak Sumba Barat Variabel: Terapi kompres dingin, appendicitis di RSUD
– NTT kompres hangat dan Intensitas nyeri Waikabubak Kabupaten
post operasi appendicitis Sumba Barat NTT
diketahui bahwa kompres
Instrument: Kuesioner untuk hangat lebih dominan
mengetahui pengaruh kompres efektif terhadap penurunan
hangat dan kompres dingin serta intensitas nyeri yang
mengetahui efektifitas kompres dibuktikan dengan nilai
hangat dibandingkan dengan Sig. = 0,024 (p ≤ 0,05) jika
kompres dingin dibandingkan dengan

10
11

Analisis: Statistik dengan t-test kompres dingin yang nilai


Dependent Sig. = 0,032 (α ≤ 0,05).
2 Vina Agustina, 2021 Volume Pengaruh Terapi Kompres Desain: Desain penelitian Pre- Analisis dengan uji Google
Suryagustina, Henry 6,Nomor Air Hangat Terhadap eksperiment dengan pendekatan Wilcoxon diperoleh nilai Scholer
Wiyono 2, p- Nyeri Post Operasi ORIF one group pre-post test signifikan p value (0,008 <
ISSN: Pada Pasien Fraktur di Sample: Teknik nonprobability 0.05). Ada pengaruh
2460 RSUD Dr. Doris Sylvanus sampling pemberian terapi kompres
7266; Palangka Raya Variabel: Variabel dalam penelitian air hangat sebelum dan
e-ISSN: ini, meliputi: umur, paritas usia sesudah terhadap nyeri
2655- kehamilan, riwayat hipertensi, post operasi ORIF pada
205 riwayat keluarga dengan hipertensi, pasien fraktur di Ruang
gaya hidup, pola makan, kebiasaan Dahlia RSUD dr. Doris
istirahat, stress, kebiasaan merokok, Sylvanus Palangka Raya.
pengetahuan tentang hipertensi
pada kehamilan
Instrumen: Standar Operasional
Prosedur dan kuisenor
pengurukaran skala nyeri
Analisis: Analisis dengan uji
Wilcoxon
3 Erna Dwiningrum, 2020 Volume Efektifitas Kompres Desain: Quasy experiment dengan Diperoleh menggunakan Google
Nurul Sri Wahyuni, 4, Hangat Terhadap rancangan penelitian one group pre uji statistic Wilcoxson nilai Scholer
Laily Isro’in Nomor Perubahan Tingkat Nyeri post test p value = 0,005 pada shif
1, ISSN Pada Pasien Post Operasi Sampel: Teknik consecutive sore dan di dapatkan nilai
2598- TURP di Ruang Rawat sampling ρ value = 0,009 pada shif
119 Inap RSI Siti Aisyah Variabel: Kompres hangat. dan malam. Kompres hangat
Madiun tingkat nyeri efekfitif terhadap
Instrument: Instrumen penelitian ini penurunan nyeri pada
12

berupa standar operasional pasien post operasi TURP


prosedur (SOP) kompres hangat, di ruang rawat inap RSI
lembar observasi yang meliputi Siti Aisyah Madiun.
karateristi responden dan untuk
menggukur perubahan nyeri dengan
menggunakan Numerik Rating
Scale (NRS)
Analisis: Uji statistic Wilcoxson
4 Revi Neini Ikbal, 2018 Volume Pengaruh Pemberian Desain: Quasi eksperiment dengan Berdasarkan hasil uji Google
Rahmat Hidayat 2 Nomor Kompres Hangat Terhadap desain one group pre-test and post- statistik wilcoxon Scholer
1, E- Nyeri Pada Pasien Fraktur test Diperoleh nilai p value =
ISSN : Post Operasi Di RST. Dr. Sampel: Teknik purposive 0,006 < 0,05. Adanya
2580- Reksodiwiryo Padang Sampling pengaruh pemberian
930X Tahun 2017 Variabel: Kompres hangat dan kompres hangat terhadap
nyeri post operasi fraktur nyeri pada pasien post
Instrument: Standar Operasional operasi fraktur di RST. Dr.
Prosedur dan pengukuran skala Reksodiwiryo Padang
nyeri VAS (Visual Analog Scale). Tahun 2017.
Analisis: Uji statistik wilcoxon
5 Devi Permata Sari, 2019 Volume Efektivitas Foot Massage Desain: Desain eksperimen semu Berdasarkan hasil uji Google
Supardi, Sri Sat 14, Dan Kompres Hangat (quasi eksperimen) dengan statistik wilcoxon Scholer
Titi /Hamranani Nomor Terhadap Nyeri Post rancangan pretest postest non- diperoleh nilai p value =
01 Operasi Sectio Caesarea equivalent control group 0,034 < 0,05. Kompres
di Rumah Sakit Islam Sampel: Teknik sampling hangat lebih efektif
Klaten purposive sampling dibandingkan dengan foot
Variabel: Foot massage dan massage terhadap
kompres hangat variable dengan penurunan nyeri pasien
nyeri post operasi sectio caesarea post operasi section
13

Instrument: Numeric Rating Scale caesarea


Analisis: Uji statistik wilcoxon
6 Yuliana R. R. 2013 Volume Kompres Hangat untuk Desain: Eksperiment semu dengan Hasil uji Paired Sample t- Google
Krowa, Wenny 2, Pasca Operasi Sectio jenis desain pre-test and post-test test pada masing-masing Scholer
Savitri Nomor 1 Caesarean with control group design kelompok intervensi dan
Sampel: Teknik quota sampling kontrol diperoleh p-value
Variabel: Kompres hangat dan sebesar 0,000 < 0,05. Ada
skala nyeri perbedaan skala nyeri
Instrument: Numerical Rating pasca operasi sectio
Scales caesarean antara hari
Analisis: Uji Paired Sample t-test pertama dan hari ketiga.
7 Mustaqim, 2018 Pengaruh Thermoterapy Desain: Pre eksperimental dengan Hasil uji Wilcoxon signed Google
Setiyawan, Noor (Electric Warmer) rancangan penelitian onegroup ranks Test diperoleh nilai Scholer
Fitriyani Terhadap Nyeri Post pretest-postest design p = 0,002 (p-value < 0,05).
Operasi Section Caesarea Sampel: Teknik purposive Ada pengaruh
dengan Spinal Anestesi Di sampling thermotherapy (elektrik
Recovery Room Instalasi Variabel: Thermoterapy (Electric warmer) terhadap nyeri
Gawat Darurat Dr. Warmer) dan Nyeri Post Operasi post operasi section
Moewardi Section Caesarea dengan Spinal caesarea dengan sipanl
Anestesi anestesi di recovery room
Instrument: Numerical Rating pada instalasi gawat
Scales darurat RSUD dr.
Analisis: Wilcoxon signed ranks Moewardi.
Test
8 Diana Putri 2015 Volume Pengaruh Pemberian Desain: Pre-Eksperiment Design Hasil analisa statistik Google
6, Kompres Panas Terhadap dengan menggunakan rancangan dengan t-test Dependent Scholer
Nomor 2 Penurunan Skala Nyeri One Group Pre and Posttest diperoleh nilai P Value =
Pada Ibu Primipara Post Design 0,000 (P Value < 0,05).
14

Sectio Caesarea Sampel: Teknik Non-Probability Ada pengaruh pemberian


Sampling kompres panas terhadap
Variabel: Kompres hangat dan penurunan skala nyeri
skala nyeri post operasi sesaria pada ibu primipara post
Instrument: Numerical Rating sectio caesarea dan berarti
Scales dengan kata lain Ho
Analisis: Uji statistik t-test ditolak.
dependent
15

B. Analisis Population, Intervensi, Outcome, and Study design Jurnal


Literatur Riview
Jurnal pertama
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yovita Handayani dkk (2018)
tentang efektifitas kompres hangat dan kompres dingin pada pasien post
appendicitis.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post operasi
appendicitis di RSUD Waikabubak Sumba Barat-NTT sebanyak 60 orang
pada bulan April 2017, Teknik sampling penelitian ini yaitu teknik purposive
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang pasien post operasi
appendicitis di RSUD Waikabubak Sumba Barat-NTT. Intervensi penelitian
ini dilakukan kepada 40 orang yang terdiri dari 20 orang kelompok
eksperimen kompres dingin dan 20 orang kelompok eksperimen kompres
hangat menggunakan metode experimental dengan desain studi true
eksperimen (pretest-posttest kontrol group design). . Hasil uji perbandingan
independent sample test efektifitas kompres hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien post operasi appendicitis di RSUD Waikabubak
Kabupaten Sumba Barat NTT diketahui bahwa kompres hangat lebih
dominan efektif terhadap penurunan intensitas nyeri yang dibuktikan dengan
nilai Sig. = 0,024 (p ≤ 0,05) jika dibandingkan dengan kompres dingin yang
nilai Sig. = 0,032 (α ≤ 0,05).

Jurnal kedua
Penelitian ini dilakukan oleh Vina Agustina dkk (2021) tentang pengaruh
terapi kompres air hangat terhadap nyeri post operasi ORIF pada pasien
fraktur di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini
menggunakan Teknik Nonprobability Sampling yaitu suatu teknik penetapan
sampel diantara populasi, Sebanyak 20 responden pasien ORIF yang dirawat
di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya. Memberikan
perlakukan pada tiap responden yang menjadi sampel dengan mengukur skala
nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan kompres hangat. Hasil dari
penelitian ini pengaruh pemberian terapi kompres air hangat terhadap nyeri
post Operasi ORIF pada pasien fraktur di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris
16

Sylvanus Palangka Raya menunjukkan bahwa nilai signifikan p (P value)


0,008 < 0,05 yang artinya ada pengaruh pemberian terapi kompres air hangat
sebelum dan sesudah terhadap nyeri post operasi ORIF pada pasien fraktur di
Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Desain penelitian
mengunakan Pre-eksperiment dengan menggunakan pendekatan one group
pre-post test design.

Jurnal ketiga
Penelitian ini dilakukan oleh Erna Dwi dkk (2019), Efektifitas kompres
hangat terhadap perubahan tingkat nyeri pada pasien post operasi TURP di
Ruang Rawat Inap RSI Siti Aisyah Madiun
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post operasi TURP di
ruang rawat inap RSI Siti Aisyah Madiun bulan November 2019, dengan
jumlah sampel 15 responden menggunakan teknik consecutive sampling.
Penelitian ini juga melakukan pengukuran tingkat nyeri pada setiap sampel
yang akan diteliti yaitu sebelum dan sesuah diberikan tindakan kompres
hangat. hasil penelitian didapat ada efektifitas kompres hangat terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi TURP di ruang rawat inap
RSI Siti Aisyah Madiun, hasil ini diperoleh dari hasil uji statistic
menggunakan Wilcoxon dengan hasil pada shif sore ρ = 0,005, dan pada shif
malam ρ = 0,009. Jenis penelitian ini adalah quasyexperiment dengan
rancangan penelitian one group pre post test.

Jurnal keempat:
Revi Neini dkk (2017) pengaruh pemberian kompres hangat terhadap
nyeri pada pasien post operasi fraktur di RST. Dr. Reksodiwiryo Padang
tahun 2017.
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien fraktur diambil sampel
sebanyak 10 orang dengan purposive Sampling. Pada setiap sampel dilakukan
pengukuran skala nyeri sebelum dan sesuah diberikan tindakan kompres
hangat. Hasil penelitian yaitu berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon
didapatkan nilai p = 0,006. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
17

Ho ditolak, artinya adanya pengaruh pemberian kompres hangat terhadap


nyeri pada pasien post operasi fraktur di RST. Dr. Reksodiwiryo Padang
Tahun 2017. Jenis penelitian ini bersifat quasi eksperiment dengan desain
one group pre-test and post-test.

Jurnal kelima:
Penelitian ini dilakukan oleh Devi Permata Sari (2018) tentang
efektivitas foot massage dan kompres hangat terhadap nyeri post operasi
sectio caesarea di rumah sakit Islam Klaten.
Populasi dalam penelitian ini semua pasien bersalin yang dilakukan
dengan cara SC di RSI Klaten pada bulan April sampai Juni 2018 dengan
jumlah 330 pasien dengan menggunakan teknik non probability sampling
dengan metode purposive sampling. Penelitian ini membagi dua kelompok
samepl. Kelompok pertama, yaiitu dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan foot massage sedangkan pada kelompok
kedua, yaitu dilakukan pengukuran pengukuran skala nyeri sebelum dan
sesudah tindakan kompres hangat, pada kedua kelompok tersebut setelah itu
membandingkan efektifitas foot massage dan kompres hangat. Hasil
penelitian ini didapat hasil analisis mann whitney didapatkan nilai mann
whitney 24,00 dan nilai p value = 0,034 (α < 0,05), sehingga terdapat
efektifitas foot massage dan kompres hangat terhadap tingkat nyeri post
operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Islam Klaten dan kompres hangat 24
kali lebih efektif dibandingkan dengan foot massage. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi
eksperimen) dengan rancangan pretest postest nonequivalent control group.

Jurnal keenam:
Pada penelitian yang dilakukan Yuliana dkk(2013), Kompres hangat
untuk pasca operasi sectio caesarean.
Populasi penelitian adalah pasien pasca operasi sectio caesarean
sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang telah
memenuhi kriteria inklusi yang diambil dengan menggunakan teknik quota
sampling. Peneltian ini membagi menjadi dua kelompok sampel yaitu,
18

kelompok intervensi dan kelompok kontrol kedua kelompok ini dilakukan


pengukuran skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan tindakan kompres
hangat. Hasil uji Independent Sample T-tes antara kelompok intervensi dan
kontrol di- peroleh p 0,002 < 0,05, artinya ada perbedaan yang nyata antara
skala nyeri pasca operasi sectio caesarean kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Rata-rata skala nyeri kelompok intervensi sebesar 5,80
yang lebih rendah jika dibandingkan kelompok kontrol dengan rata- rata
sebesar 6,87. Sehingga dapat disimpulkan pem- berian kompres hangat efektif
menurunkan nyeri pasien pasca operasi sectio caesarean. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan jenis desain pre-test and
post-test with control group design.

Jurnal ketujuh:
Penelitian ini dilakukan Mustaqim dkk (2018), Pengaruh
thermotherapy (electric warmer) terhadap nyeri post operasi section caesarea
dengan spinal anestesi di recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.
Moewardi.
Populasi penelitian ini semua pasien yang menjalani section caesarea di
recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi yang dilakukan
pada tanggal 11 Oktober 2018 sampai tanggal 13 November 2018 berjumlah
35 orang setelah itu diambil sampel 26 orang dengan teknik purposive
sampling. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran skala nyeri
pada setiap sampel sebelum dan setelah pemberian tindakan thermotherapy
(electric warmer). Hasil pengukuran uji Wilcoxon signed ranks test diperoleh
nilai p = 0,002 (p-value < 0,05), maka ada pengaruh thermotherapy (electric
warmer) terhadap nyeri post section caesarea dengan spinal anestesi di
recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan jenis desain pre-test and
post-test with control group design.

Jurnal kedelapan:
19

Penelitian ini dilakukan oleh Diana Putri (2015), Pengaruh pemberian


kompres panas terhadap penurunan skala nyeri pada ibu primipara post
section caesarea.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post sectio secarea di
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi yang didapatkan dalam waktu satu
tahun terakhir periode januari 2014 hingga januari 2015 dengan jumlah 558
orang setelah itu diambil sampel sebanyak 34 orang dengan teknik Non-
Probability Sampling yaitu secara consecutive sampling. Penelitian ini
dilakukan dengan cara mengukur skala nyeri pada setiap sampel sebelum dan
sesudah diberikan tindakan kompres hangat. Hasil penelitian Diketahui rata-
rata skala nyeri ibu post section caesarea sebelum kompres panas adalah 6,15
dan setelah kompres panas rata-rata skala nyeri ibu adalah 4,74. Hasil analisa
statistik dengan t-test Dependent diperoleh nilai P Value = 0,000 (P Value <
0,05) artinya ada pengaruh pemberian kompres panas terhadap penurunan
skala nyeri pada ibu primipara post section caesarea dan berarti Ho ditolak.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-
Eksperiment Design dengan menggunakan rancangan One Group Pre and
Posttest Design.

C. Analisis Perbandingan (Comparation) Literatur Riview


Penelitian yang direview memiliki latar belakang yang sama yaitu cara
mengatasi nyeri menggunakan tindakan non farmakologi kompres hangat.
Secara garis besar delapan jurnal menilai pengaruh kompres hangat terhadap
penurunan nyeri pasien post operasi. Selain itu, ditemukan perbedaan dari
masing - masing jurnal yang dinilai sebagai keunggulan dari artikel penelitian
tersebut. Jurnal pertama memiliki perbedaan dengan jurnal lain karena
pertama tidak memilih responden yang mengalami nyeri ringan dan memilih
responden yang tidak menggunakan analgesic, sementara itu jurnal ketiga
dan keenam melakukan tindakan kompres hangat 4 jam setelah pemberian
analgesic pada responden, yang diharapkan penurunan nyeri terjadi lebih
cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Yovita Handayani, dkk (2018) berbeda
dengan jurnal lain karena memiliki kesamaan kasus pada penelitian skripsi ini
20

yaitu pada pasien post operasi apendisitis, penelitian ini juga menunjukkan
keefektifan kompres hangat dibandingkan dengan kompres dingin sehingga
menggunakan dua kelompok intervensi, satu kelompok diberi kompres
hangat dan satu kelompok diberi intervensi kompres dingin. Sedangkan,
penelitian yang dilakukan Devi Permata Sari, dkk (2019) mebandingkan
antara foot massage dan kompres hangat menggunakan dua kelompok
intervensi, satu kelompok diberikan foot massage dan satu kelompok di beri
intervensi kompres hangat, hasilnya kompres hangat lebih efektif dalam
menurunkan intesitas nyeri pada pasien post operasi.
Dari delapan jurnal yang direview didapatkan hasil bahwa pemberian
kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien post
operasi terutama pada pasien dengan pembedahan area abdomen seperti
appendictomy dan sectio caesarea, selain itu dapat dilakukan kompres untuk
mengurangi nyeri pada pasien post fraktur tertutup di area sekitar jahitan.
Dalam melakukan tindakan kompres hangat sebaiknya dikaji secara benar
tentang luka jahitan, apakah memungkinkan dilakukan kompres atau tidak.
Selain itu perlu diperhatikan suhu air dan lama waktu yang digunakan dalam
tindakan, jangan sampai pemberian tindakan kompres dengan air yang terlalu
panas dan waktu yang lama justru akan menimbulkan ketidaknyamanan pada
pasien. Setelah dilakukan review rata-rata suhu yang digunakan antara 43°C
-50°C sedangkan waktu yang digunakan selama melakukan tindakan kompres
antara 10- 30 menit. Penurunan nyeri setiap individu yang diberi tindakan
kompres hangat berbeda-beda, hal ini juga disebabkan oleh faktor lain,
diantaranya faktor usia, faktor pendidikan dan faktor lingkungan selain itu
disebabkan karena perbedaan persepsi seseorang terhadap nyeri yang
dirasakannya.
21

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Intensitas Nyeri terhadap Pemberian Kompres Hangat pada Pasien Post


Operasi Apendiktomi
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendiks yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan
ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat
dan kenyamanan) (Muttaqin, 2016). Masalah yang banyak terjadi pada
penderita post apendiktomi yaitu nyeri akut (Wilkinson & Ahern, 2016).
Hasil dari riview delapan jurnal diatas dapat diketahui bahwa pada
setiap respoden sebelum dilakukan tindakan kompres hangat mengalami skala
nyeri sedang hingga berat, namun setelah dilakukan tindakan kompres hangat
responden mengalami penurunan nyeri ringan hingga sedang. Penurunan
nyeri setiap individu yang diberi tindakan kompres hangat berbeda-beda, hal
ini juga disebabkan oleh faktor lain, diantaranya usia, jenis kelamin,
pendidikan, lingkungan, ansietas selain itu disebabkan karena perbedaan
persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakannya. Hal ini sejalan yang di
sampaikan oleh Perry & Potter (2010), menyebutkan bahwa faktor – faktor
yang mempengaruhi nyeri yaitu diantaranya usia, pengalaman nyeri
sebelumnya, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, gaya
koping dan dukungan keluarga dan sosial.
Bahwa semakin tua usia responden semakin tinggi intensitas nyeri yang
dirasakan. Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku dan sikap orang
dalam usaha mendewasakan diri melalui usaha latihan dan pengajaran, hal ini
berhubungan dengan strategi koping yaitu konsekuensi masing-masing
individu untuk menilai suatu keadaan (I Putu Arta Wijaya, 2018).
22

Temuan selanjutnya dapat dikatakan bahwa perempuan lebih berisiko


mengalami nyeri karena pada perempuan lebih beresiko osteoporosis yang
dapat mempengaruhi nyeri pada tulang/sendi karena pada wanita menopouse
akan terjadi defesiensi hormon (Potter & Perry, 2010).

B. Pentingnya Tindakan Kompres Hangat terhadap Penurun Intensitas


Nyeri pada Pasien Post Operasi Apendiktomi
Delapan artikel yang direview didapatkan hasil bahwa pemberian
kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien post
operasi terutama pada pasien dengan pembedahan area abdomen seperti
appendiktomi dan sectio caesarea, selain itu dapat dilakukan kompres untuk
mengurangi nyeri pada pasien post operasi fraktur tertutup di area sekitar
jahitan. Dalam melakukan tindakan kompres hangat sebaiknya dikaji secara
benar tentang luka jahitan, apakah memungkinkan dilakukan kompres atau
tidak. Selain itu perlu diperhatikan suhu air dan lama waktu yang digunakan
dalam tindakan, jangan sampai pemberian tindakan kompres dengan air yang
terlalu panas dan waktu yang lama justru akan menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien. Setelah dilakukan review rata-rata suhu yang
digunakan antara 43°C - 50°C sedangkan waktu yang digunakan selama
melakukan tindakan kompres antara 10- 30 menit.
Setelah dilakukan kompres hangat pada pasien post operasi, diharapkan
terjadi penurunan nyeri pada pasien. Panas air didalam buli-buli secara
konduksi mampu berpindah ke area tubuh yang diberi kompres, sehingga
ketegangan otot dan adanya kekakuan otot akibat luka insisi akan berkurang,
selain itu akan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
memperlancar aliran darah dan menimbulkan rasa nyaman pada pasien Hal
ini sejalan dengan teori oleh Perry & Potter (2010) dalam Yovita (2018)
bahwa efek pemberian terapi hangat terhadap tubuh antara lain meningkatkan
aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera; untuk meningkatkan
pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah luka; untuk meningkatkan
relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan;
meningkatkan aliran darah; dan juga meningkatkan pergerakan zat sisa dan
23

nutrisi. Berdasarkan review jurnal terdapat implikasi keperawatan yang telah


dibandingkan, didapatkan bahwa tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi
nyeri berupa kompres hangat dapat diaplikasikan perawat dalam mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut yang muncul pada pasien post operasi
apendiktomi. Terapi kompres hangat pada pasien post operasi apendiktomi
hendaknya dilakukan oleh perawat yang harus mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan teknikteknik tindakan terapis dan harus sesuai
dengan standar operasional prosedur sebagai alternatif terapi.
Kompres hangat merupakan terapi modalitas dalam bentuk stimulasi
kutaneus. Teknik stimulasi kutaneus dapat meredakan nyeri secara efektif.
Teknik ini mendistraksi pasien dan memfokuskan perhatian pada stimulasi
taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi persepsi
nyeri (Kozier & Erb, 2009 dalam Yovita, 2018).

C. Pengaruh Kompres Hangat terhadap Penurun Intensitas Nyeri pada


Pasien Post Operasi Apendiktomi
Delapan artikel yang dilakukan riview didapat ada penurunan intensitas
nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan tindakan kompres hangat,
dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan kompres hangat pada pasien
post operasi paendiktomi akan mempengaruhi penurunan intensitas nyeri
tersebut. Appendiktomi merupakan suatu tindakan pembedahan abdomen
yang dilakukan sayatan pada daerah abdomen kanan bawah. Apendiktomi
adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks (Haryono, 2019).
Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya
untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang
terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan
risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam
Pristahayuningtyas, 2015).
Pemotongan atau peregangan jaringan pasca operasi apendiktomi yang
menimbulkan trauma dan inflamasi pada jaringan sekitar sehingga
mengakibatkan nyeri akut pasca operasi, sehingga menimbulkan stimulus
nosiseptif yang merangsang reseptor nosiseptif. Pada reseptor nosiseptif,
24

stimulus tersebut ditransduksi menjadi impuls melalui serat aferen primer


cfiber dan aδ-fiber, kemudian diteruskan ke medulla spinalis. Neuron aferen
primer bersinaps dengan neuron aferen sekunder di kornu dorsalis medula
spinalis dan diteruskan ke pusat, yaitu korteks serebri dan pusat yang lebih
tinggi lainnya, melalui jalur spinotalamikus kontralateral dan spinoretikularis.
Impuls tersebut diproses oleh pusat dengan mekanisme yang kompleks
menjadi pengalaman nyeri (Suseno, dkk 2017 dalam Erna Dwi, 2019).
Pengalaman nyeri tersebut akan menurun atau hilang setelah dilakukan
tindakan kompres hangat pada area jahitan menggunakan buli – buli atau
handuk hangat yang dilapisi plastik maka pembuluh darah akan melebar atau
memvasodilatasi. Menurut Simkin & Ancheta (2017) kompres hangat dapat
menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga menambah pemasukan
oksigen, nutrisi, dan leukosit ke jaringan sehingga memperkecil inflamasi,
menurunkan kekakuan dan nyeri otot serta mempercepat penyembuhan
jaringan lunak, selain itu peningkatan aliran darah dapat menyingkirkan
produk-produk inflamasi seperti bardikinin, histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal. Selain itu kompres hangat dapat merangsang serat
saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula
spinalis dan otak dapat dihambat Kompres hangat akan menenangkan pasien,
dan juga meningkatkan penerimaan terhadap jenis masase yang dihentakkan
yang tidak dapat ditoleransi saat kulit yang sensitif atau sakit.
25

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil dari riview delapan jurnal diatas pada setiap respoden sebelum
dilakukan tindakan kompres hangat mengalami intensitas nyeri sedang
hingga berat, namun setelah dilakukan tindakan kompres hangat
responden mengalami penurunan nyeri ringan hingga sedang. Faktor lain
yang dapat mempengaruh intensitas nyeri diantaranya usia, jenis
kelamin, pendidikan, lingkungan, ansietas selain itu disebabkan karena
perbedaan persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakannya.
2. Delapan artikel yang direview didapatkan hasil bahwa pemberian
kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien post
operasi terutama pada pasien dengan pembedahan area abdomen seperti
appendiktomi dan sectio caesarea, selain itu dapat dilakukan kompres.
Melakukan tindakan kompres hangat sebaiknya dikaji secara benar
tentang luka jahitan, apakah memungkinkan dilakukan kompres atau
tidak. Selain itu perlu diperhatikan suhu air dan lama waktu yang
digunakan dalam tindakan kompres hangat
3. Delapan artikel yang dilakukan riview didapat ada penurunan intensitas
nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan tindakan kompres
hangat, bahwa pemberian tindakan kompres hangat pada pasien post
operasi paendiktomi akan mempengaruhi penurunan intensitas nyeri
tersebut.

B. Saran
Penelitian literatur riview tentang penerapan kompres hangat terhadap
penurun intensitas nyeri diharapkan dapat diterapkan oleh perawat untuk
digunakan sebagai bukti ilmiah dalam tindakan keperawatan yang dilakukan.
26

Anda mungkin juga menyukai