PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian apendisitis cukup tinggi di dunia. Berdasarkan data dari
WHO (World Health Organisation) menyebutkan bahwa insiden apendisitis di
Asia dan Afrika pada tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% dari total populasi
penduduk. Di Amerika Serikat, sekitar 250.000 orang telah menjalani operasi
apendiktomi setiap tahunnya. Sumberlain juga menyebutkan bahwa
apendisitis terjadi pada 7% populasi di Amerika Serikat, dengan insidens 1,1
kasus per 1000 orang per tahun. Penyakit ini juga penyebab paling umum
dilakukannya bedah abdomen darurat di Amerika Serikat. Dinegara lain
seperti negara Inggris, juga memiliki angka kejadian apendisitis yang cukup
tinggi. Sekitar 40.000 orang masuk rumah sakit di Inggris karena penyakit ini
(WHO,2014).
Laporan Departemen Kesehatan (Depkes RI, 2013) mengenai kejadian
appendiktomi meningkat dari 167 pada tahun 2006 menjadi 983 kasus pada
tahun 2007 dan 1.281 kasus pada tahun 2008. Berdasarkan Tabulasi Nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, tindakan bedah
menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia
dengan presentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan
Indikasi bedah appendiktomi.
Apendiks vermiformis yang disebut pula umbai cacing atau lebih
dikenal dengan nama usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan
melekat pada sekum. Sejak terdapat kemajuan dalam terapi antibiotik, insiden
dan angka kematian karena apendisitis mengalami penurunan. Apabila tidak
ditangani dengan benar, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal (Kowalak,
2017). Penatalaksanaan untuk masalah keperawatan tersebut adalah dengan
tindakan medis apendiktomi (Lemone dkk., 2015).
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks
(Haryono, 2019). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur
tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau
penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang dibahas maka rumusan masalah
penelitian ini yaitu, “Apakah ada pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui intensitas nyeri terhadap pemberian kompres
hangat pada pasien post operasi apendiktomi
b. Untuk mengetahui pentingnya tindakan kompres hangat terhadap
penurun intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi
c. Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap penurun
intensitas nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk
memperdalam dan pengembangan teori asuhan keperawatan pada pasien
post operasi apendiktomi dan bahan evaluasi untuk meningkatkan
kualitas pelayanan khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien
post operasi apendiktomi dengan masalah keperawatan nyeri.
Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan asuhan
keperawatan dalam peningkatan kondisi pasien post operasi apendiktomi.
5
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahauan,
masukan dan pertimbangan bagi perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien post operasi apendiktomi yang menjalani
perawatan dengan meningkatkan pemberian asuhan keperawatan dalam
upaya peningkatan kondisi pasien secara bio, psiko, sosio, kultural dan
spiritual.
E. Keaslian Penelitian
A. Desain Penelitian
Desain penelitian literatur riview kali ini yaitu, asosiatfi analitik,
penelitian ini bertujuan mencari hubungan anatar variable yang diteliti
(Dharma, 2011). Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
lain atau data yang sudah tersedia sebelumnya diperoleh dari pihak lain
yang berasal dari buku-buku, literatur, artikel dan ilmiah-ilmiah. (Husein
Umar, 2011). Pengumpulan data penelitian ini bersumber dari beragam
informasi kepustakaan (Buku Ensiklopedia, Jurnal Ilmiah, Koran, Majalah,
Dan Dokumen).
Penelitian literatur riview ini bertujuan mencari pengaruh kompres
hangat terhadap intensitas nyeri post operasi apendiktomi dengan
pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali
melalui beragam informasi kepustakaan (buku, jurnal ilmiah dan dokumen).
B. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan durasi selama 3 bulan, dan waktu
pengambilan data dilaksanakan selama kurang lebih 4 minggu.
C. Variable Penelitian
Variabel penelitian literatur riview ini, variable independen (bebas)
yaitu kompres hangat pada pasien post operasi apendiktomi , sedangkan
variable dependen (terikat) intensitas nyeri pada pasien post operasi
apendiktomi.
6
7
G. Pencarian Literatur
H. Kelemahan Penelitian
1. Kesulitan dalam menemukan jurnal literatur riview yang sesuai
berdasarkan kata kunci
2. Kesulitan dalam menganalisis setiap jurnal yang dilakukan riview
BAB III
HASIL PENELITIAN
10
11
Jurnal kedua
Penelitian ini dilakukan oleh Vina Agustina dkk (2021) tentang pengaruh
terapi kompres air hangat terhadap nyeri post operasi ORIF pada pasien
fraktur di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini
menggunakan Teknik Nonprobability Sampling yaitu suatu teknik penetapan
sampel diantara populasi, Sebanyak 20 responden pasien ORIF yang dirawat
di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Kota Palangka Raya. Memberikan
perlakukan pada tiap responden yang menjadi sampel dengan mengukur skala
nyeri sebelum dan sesudah diberikan tindakan kompres hangat. Hasil dari
penelitian ini pengaruh pemberian terapi kompres air hangat terhadap nyeri
post Operasi ORIF pada pasien fraktur di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris
16
Jurnal ketiga
Penelitian ini dilakukan oleh Erna Dwi dkk (2019), Efektifitas kompres
hangat terhadap perubahan tingkat nyeri pada pasien post operasi TURP di
Ruang Rawat Inap RSI Siti Aisyah Madiun
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post operasi TURP di
ruang rawat inap RSI Siti Aisyah Madiun bulan November 2019, dengan
jumlah sampel 15 responden menggunakan teknik consecutive sampling.
Penelitian ini juga melakukan pengukuran tingkat nyeri pada setiap sampel
yang akan diteliti yaitu sebelum dan sesuah diberikan tindakan kompres
hangat. hasil penelitian didapat ada efektifitas kompres hangat terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi TURP di ruang rawat inap
RSI Siti Aisyah Madiun, hasil ini diperoleh dari hasil uji statistic
menggunakan Wilcoxon dengan hasil pada shif sore ρ = 0,005, dan pada shif
malam ρ = 0,009. Jenis penelitian ini adalah quasyexperiment dengan
rancangan penelitian one group pre post test.
Jurnal keempat:
Revi Neini dkk (2017) pengaruh pemberian kompres hangat terhadap
nyeri pada pasien post operasi fraktur di RST. Dr. Reksodiwiryo Padang
tahun 2017.
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pasien fraktur diambil sampel
sebanyak 10 orang dengan purposive Sampling. Pada setiap sampel dilakukan
pengukuran skala nyeri sebelum dan sesuah diberikan tindakan kompres
hangat. Hasil penelitian yaitu berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon
didapatkan nilai p = 0,006. Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
17
Jurnal kelima:
Penelitian ini dilakukan oleh Devi Permata Sari (2018) tentang
efektivitas foot massage dan kompres hangat terhadap nyeri post operasi
sectio caesarea di rumah sakit Islam Klaten.
Populasi dalam penelitian ini semua pasien bersalin yang dilakukan
dengan cara SC di RSI Klaten pada bulan April sampai Juni 2018 dengan
jumlah 330 pasien dengan menggunakan teknik non probability sampling
dengan metode purposive sampling. Penelitian ini membagi dua kelompok
samepl. Kelompok pertama, yaiitu dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan foot massage sedangkan pada kelompok
kedua, yaitu dilakukan pengukuran pengukuran skala nyeri sebelum dan
sesudah tindakan kompres hangat, pada kedua kelompok tersebut setelah itu
membandingkan efektifitas foot massage dan kompres hangat. Hasil
penelitian ini didapat hasil analisis mann whitney didapatkan nilai mann
whitney 24,00 dan nilai p value = 0,034 (α < 0,05), sehingga terdapat
efektifitas foot massage dan kompres hangat terhadap tingkat nyeri post
operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Islam Klaten dan kompres hangat 24
kali lebih efektif dibandingkan dengan foot massage. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi
eksperimen) dengan rancangan pretest postest nonequivalent control group.
Jurnal keenam:
Pada penelitian yang dilakukan Yuliana dkk(2013), Kompres hangat
untuk pasca operasi sectio caesarean.
Populasi penelitian adalah pasien pasca operasi sectio caesarean
sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang telah
memenuhi kriteria inklusi yang diambil dengan menggunakan teknik quota
sampling. Peneltian ini membagi menjadi dua kelompok sampel yaitu,
18
Jurnal ketujuh:
Penelitian ini dilakukan Mustaqim dkk (2018), Pengaruh
thermotherapy (electric warmer) terhadap nyeri post operasi section caesarea
dengan spinal anestesi di recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.
Moewardi.
Populasi penelitian ini semua pasien yang menjalani section caesarea di
recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi yang dilakukan
pada tanggal 11 Oktober 2018 sampai tanggal 13 November 2018 berjumlah
35 orang setelah itu diambil sampel 26 orang dengan teknik purposive
sampling. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengukuran skala nyeri
pada setiap sampel sebelum dan setelah pemberian tindakan thermotherapy
(electric warmer). Hasil pengukuran uji Wilcoxon signed ranks test diperoleh
nilai p = 0,002 (p-value < 0,05), maka ada pengaruh thermotherapy (electric
warmer) terhadap nyeri post section caesarea dengan spinal anestesi di
recovery room Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan eksperimen semu dengan jenis desain pre-test and
post-test with control group design.
Jurnal kedelapan:
19
yaitu pada pasien post operasi apendisitis, penelitian ini juga menunjukkan
keefektifan kompres hangat dibandingkan dengan kompres dingin sehingga
menggunakan dua kelompok intervensi, satu kelompok diberi kompres
hangat dan satu kelompok diberi intervensi kompres dingin. Sedangkan,
penelitian yang dilakukan Devi Permata Sari, dkk (2019) mebandingkan
antara foot massage dan kompres hangat menggunakan dua kelompok
intervensi, satu kelompok diberikan foot massage dan satu kelompok di beri
intervensi kompres hangat, hasilnya kompres hangat lebih efektif dalam
menurunkan intesitas nyeri pada pasien post operasi.
Dari delapan jurnal yang direview didapatkan hasil bahwa pemberian
kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien post
operasi terutama pada pasien dengan pembedahan area abdomen seperti
appendictomy dan sectio caesarea, selain itu dapat dilakukan kompres untuk
mengurangi nyeri pada pasien post fraktur tertutup di area sekitar jahitan.
Dalam melakukan tindakan kompres hangat sebaiknya dikaji secara benar
tentang luka jahitan, apakah memungkinkan dilakukan kompres atau tidak.
Selain itu perlu diperhatikan suhu air dan lama waktu yang digunakan dalam
tindakan, jangan sampai pemberian tindakan kompres dengan air yang terlalu
panas dan waktu yang lama justru akan menimbulkan ketidaknyamanan pada
pasien. Setelah dilakukan review rata-rata suhu yang digunakan antara 43°C
-50°C sedangkan waktu yang digunakan selama melakukan tindakan kompres
antara 10- 30 menit. Penurunan nyeri setiap individu yang diberi tindakan
kompres hangat berbeda-beda, hal ini juga disebabkan oleh faktor lain,
diantaranya faktor usia, faktor pendidikan dan faktor lingkungan selain itu
disebabkan karena perbedaan persepsi seseorang terhadap nyeri yang
dirasakannya.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil dari riview delapan jurnal diatas pada setiap respoden sebelum
dilakukan tindakan kompres hangat mengalami intensitas nyeri sedang
hingga berat, namun setelah dilakukan tindakan kompres hangat
responden mengalami penurunan nyeri ringan hingga sedang. Faktor lain
yang dapat mempengaruh intensitas nyeri diantaranya usia, jenis
kelamin, pendidikan, lingkungan, ansietas selain itu disebabkan karena
perbedaan persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakannya.
2. Delapan artikel yang direview didapatkan hasil bahwa pemberian
kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien post
operasi terutama pada pasien dengan pembedahan area abdomen seperti
appendiktomi dan sectio caesarea, selain itu dapat dilakukan kompres.
Melakukan tindakan kompres hangat sebaiknya dikaji secara benar
tentang luka jahitan, apakah memungkinkan dilakukan kompres atau
tidak. Selain itu perlu diperhatikan suhu air dan lama waktu yang
digunakan dalam tindakan kompres hangat
3. Delapan artikel yang dilakukan riview didapat ada penurunan intensitas
nyeri pada pasien post operasi setelah diberikan tindakan kompres
hangat, bahwa pemberian tindakan kompres hangat pada pasien post
operasi paendiktomi akan mempengaruhi penurunan intensitas nyeri
tersebut.
B. Saran
Penelitian literatur riview tentang penerapan kompres hangat terhadap
penurun intensitas nyeri diharapkan dapat diterapkan oleh perawat untuk
digunakan sebagai bukti ilmiah dalam tindakan keperawatan yang dilakukan.
26