Anda di halaman 1dari 3

5. Jelaskan patofisiologi sering haus!

Jawab :
Rasa sering haus dipicu karena pasien mengalami poliuri,sehingga air didalam
tubuh terus keluar untuk mensekresikan kandungan glukosa dalam darah. Pada penderita
DM,glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan kepekaan glukosa dalam pembuluh
darah sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis(filtrasi zat dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah). Akibatnya, air yang ada di pembuluh darah terambil oleh
ginjal sehingga pembuluh darah menjadi kekurangan air. Cairan dalam tubuh menjadi
imbalance yang membuat hipotalamus merangsang rasa haus agar cairan tubuh menjadi
homeostatis kembali.
Rasa sering haus berlebihan dapat di jumpai pada salah satu gejala diabetes.
Gejala diabetes awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Kadar gula darah yang tinggi sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
dikeluarkan melalui air kemih, jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Gejala atau ciri awal
penderita diabetes sering disebut dengan triaspoli (poliuri, polidipsi dan polifagi). Poliuri
terjadi jika ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
sering berkemih dalam jumlah yang banyak. Polidipsi terjadi akibat adanya poliuri,
karena penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum. Polifagi
terjadi karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita
mengalami penurunan berat badan, untuk itu penderita seringkali merasakan lapar yang
luar biasa sehingga banyak makan.
(Fatimah, R. N. Diabetes melitus tipe 2. J Majority.2015;Vol 4(5):3-4)
(Nugroho,S.Pencegahan dan pengendalian diabetes melitus melalui olahraga. J
Medikora.2012;9(1):2-3)

7. Jelaskan Komplikasi diabetes melitus!

Jawab :
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu penyakit kronis
yang semakin serius mengancam kesehatan dan kehidupan manusia. DM tediri dari
empat jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM yang berhubungan dengan keadaan atau
sindrom lain, dan DM gestasional yang sering terjadi pada wanita hamil. Kurang lebih
90–95% penderita mengalami DM Tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin.
DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas insulin (resistensi insulin) akibat
penurunan jumlah insulin. Faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 adalah
usia, obesitas, riwayat keluarga, dan gaya hidup yang tidak sehat. DM tipe 2 umumnya
dapat dicegah dengan perilaku hidup sehat seperti diet dan latihan fisik yang tepat.
Penyebab komplikasi penyakit DM secara umum adalah hiperglikemia yang
berkepanjangan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Risiko komplikasi kardiovaskuler
pada pasien DM tipe 2 akan mudah terjadi pada pasien yang memiliki kadar gula darah
yang tinggi, tekanan darah yang tinggi, kolesterol darah yang tinggi, merokok, usia >40
tahun (Prediksi Risiko Komplikasi DM WHO dalam Kemenkes RI, 2104).
DM digolongkan atas DM tergantung insulin (DM tipe 1) dan DM tidak
tergantung insulin (DM tipe 2). DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan berbagai komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik.
Komplikasi kronis DM tipe 2 dapat berupa komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular
yang dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Penyebab utama kematian penyandang
DM tipe 2 adalah komplikasi makrovaskular. Komplikasi makrovaskular melibatkan
pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner, pembuluh darah otak dan
pembuluh darah perifer.
DM dapat menimbulkan bermacam-macam komplikasi yaitu komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan
ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik (KAD) dapat dijumpai pada saat diagnosis pertama
DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko terjadinya KAD
meningkat antara lain pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat KAD
sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi
kurang, dan tidak adanya asuransi kesehatan. Komplikasi jangka panjang terjadi akibat
perubahan mikrovaskular berupa retinopati, nefropati, dan neuropati.
(Irfan,Israfil. Faktor risiko kejadian komplikasi kardiovaskuler pada pasien
diabetes melitus (DM) tipe 2. J JPPNI.2020;4(3):162-3)
(Edwina DA,Manaf A,Efrida. Pola komplikasi kronis penderita diabetes melitus
tipe 2 rawat inap di bagian penyakit dalam RS.Dr.M.Djamil padang januari 2011-
desember 2012. J Kesehatan Andalas.2015;4(1):102-3)

Anda mungkin juga menyukai